Anda di halaman 1dari 6

PEMBUATAN ETANOL DARI JAMBU METE

DENGAN METODE FERMENTASI


1 1 2 2
Arif Jumari , Wusana Agung Wibowo , Handayani , Indika Ariyani
1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Kimia FT-UNS
2)
Mahasiswa Program Studi Teknik Kimia FT-UNS

Abstrac: Annacardium occidentale known as jambu mete are grown well in Indonesia. The
fruit of jambu mete contains of 15.9 % carbohydrate that can be hydrolyzed to produce
glucose, and then it is fermented into etanol using yeast (Saccharomyces Cerevisiae).
Objectives of this research were to know how to make etanol from jambu mete’s fruit extract,
to know relation between fermentation time and amount of yeast to etanol production, and to
determine the highest amount of etanol between 5 to 10 days for each variation of amount of
yeast. A thousand grams of jambu mete’s fruit were mixed with 1500 ml of aquadest to
produce pasta solution. This solution was then fermented, with variation of fermentation time
and the amount of yeast. After fermentation, the solution was then purified by distillation to
obtain the higher compotition of etanol. Results of the research is the longer of fermentation
time and the higher of amount of yeast the higher composition of etanol can be produced.
The highest composition of etanol was obtained at 10 days of fermentation and 20 grams of
yeast, it is about 3,2 grams of etanol/100 grams of jambu mete.

Keyword : jambu mete, fermentation, Saccharomyces cerevisiae, distillation

PENDAHULUAN fermentasi selama 5 sampai 10 hari untuk


Di Indonesia tanaman jambu mete sudah masing-masing variasi jumlah yeast.
dikenal cukup lama dan kini telah tumbuh
secara alami hampir diseluruh pelosok LANDASAN TEORI
nusantara. Tanaman jambu mete mula-mula Alkohol merupakan zat cair, tidak
hanya dianggap sebagai tanaman penghijauan. berwarna, berbau spesifik, mudah terbakar dan
Jambu mete terdiri atas buah sejati ( biji mete) menguap, dapat bercampur dalam air dengan
dan buah semu (jambu mete). Yang dimaksud segala perbandingan. Alkohol yang
dengan buah jambu mete secara awam adalah dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
tangkai yang menggelembung sehingga adalah etanol.
menyerupai buah. Sedangkan yang Etanol telah diketahui sejak lama
sebenarnya yaitu buah batu yang berbentuk sebagai bahan ramuan minuman yang
ginjal yang terdiri atas: biji berbelah dua (mete), difermentasikan (bir, anggur, weskit, dll). Etanol
dengan kulit yang keras mengandung minyak. digunakan sebagai pelarut, sebagai antiseptic
Melihat potensi dan kelebihan jambu mete topical (permukaan) dan sebagai bahan baku
maka perlu diadakan pengembangan tentang pembuatan eter dan etil ester.
penelitian dan pemanfaatan buah semu jambu Buah semu jambu mete memiliki
mete ini sehingga menghasilkan nilai jual yang kandungan karbohidrat dan unsur gizi lainnya
lebih tinggi. Proses fermentasi buah semu yang cukup tinggi, kandungan vitamin C pada
jambu mete menghasilkan alkohol yang buah semu jambu mete tiga kali lipat
memiliki manfaat lebih besar bagi kehidupan kandungan vitamin C pada jeruk (Tabel 1).
manusia. Buah semu jambu mete mengandung Dari buah semu ini, dapat dihasilkan
karbohidrat 15,9 %. Karbohidrat tersebut berbagai jenis makanan dan minuman, antara
diubah menjadi glukosa melalui proses hidrolisa. lain cocktail, asinan (chutney), acar, manisan,
Hidrolisa dilakukan supaya karbohidrat pecah sari buah, sirup, jelly, badeg, anggur, vinegar
atau terurai menjadi glukosa. (cuka manis), dendeng, abon, tepung buah,
Tujuan penelitian ini adalah untuk selai/jam, dan bahkan pakan ternak. Dari
mengetahui cara pembuatan etanol dari sari anggur jambu mete, dapat diproses lanjut
buah jambu mete, mengetahui hubungan kadar hingga menjadi alkohol dan spiritus.
etanol dengan jumlah yeast yang digunakan
dan mengetahui kadar etanol tertinggi untuk

48 E K U I L I B R I U M Vol. 7. No. 2. Juli 2009: 48 - 54


Tabel I. Kandungan organik buah semu (C6H10O5)n + n H2O n(C6H12O6)
larutan HCl
jambu mete Pati glukosa
Kadar/100
No. Unsur Gizi Zat-zat penghidrolisis ada beberapa
gram bahan
1 Air (g) 82,5 macam, antara lain :
2 Protein (g) 0,7 1. Air
3 Lemak (g) 0,6 Kelemahan zat penghidrolisa ini adalah
4 Karbohidrat (g) 15,9 prosesnya berjalan lambat, kurang sempurna
5 Mineral (g) 0,3 dan hasilnya kurang baik. Biasanya
6 Kalsium (mg) 4 ditambahkan katalisator. Untuk mempercepat
7 Fosfor (mg) 13 reaksi dapat dipakai uap air pada temperatur
8 Besi (mg) 0,5
tinggi.
9 Vitamin A (mcg) 15
10 Vitamin B (mcg) 0,02
2. Asam
11 Vitamin C (mg) 197 Asam biasanya berfungsi sebagai
katalisator dengan pengaktif air dengan kadar
Karbohidrat adalah kelompok nutrien asam yang encer. Umumnya kecepatan reaksi
+
yang penting dalam susunan makanan, sebagai sebanding dengan ion H tetapi konsentrasi
sumber energi. Senyawa-senyawa ini yang tinggi hubungannya tidak terlihat lagi.
mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan Dalam industri asam yang dipakai H2SO4, HCl,
dihasilkan dengan proses fotosintesa, dan asam oksalat. Tetapi asam oksalat jarang
didefinisikan secara tepat sebagai senyawa digunakan karena harganya mahal. HCl lebih
dengan rumus molekul Cn(H2O)n. Pada menguntungkan karena lebih reaktif
umumnya karbohidrat dapat dikelompokkan dibandingkan H2SO4.
menjadi monosakarida, ologosakarida, serta 3. Basa
polisakarida. Basa yang dipakai dalam 3 bentuk yaitu
Pati (C6H10O5) adalah salah satu jenis basa encer , basa pekat, dan basa padat.
polisakarida yang tersebar luas dialam. Dapat 4. Enzim
dijumpai pada biji buah, umbi, batang dan akar Suatu zat yang dihasilkan oleh
sebagai tempat penyimpanan karbohidrat bagi mikroorganisme. Penggunaan dalam industri
tumbuh-tumbuhan, dan berbentuk kristal yang misalnya pembuatan alkohol dari tetes tebu dan
larut sebagian dalam air. Berbagai macam pati enzim.
tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang Peruraian pati oleh air berjalan lambat.
rantai C-nya, serta apakah lurus atau Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari mempercepat atau menyempurnakan reaksi
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air adalah dengan mengatur variabel yang
panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi berpengaruh pada proses, sebagai berikut :
tidak terlarut disebut amilopektin ( Fessenden, - Katalisator, yang dapat digunakan untuk
1986). hidrolisa diantaranya enzim atau asam yaitu
Glukosa memiliki 6 atom karbon didalam HCl, H2SO4, HNO3
rantai molekulnya dan merupakan - Suhu dan tekanan, hal ini mengikuti
monosakarida yang paling banyak terdapat persamaan Arrhenius, dimana makin tinggi
dialam sebagai produk fotosintesa. Bentuk suhu makin cepat jalannya reaksi.
bebas glukosa terdapat dalam buah-buahan, - Pencampuran, pada proses basah dapat
tumbuh-tumbuhan, madu, darah dan cairan dilakukan dengan cara mengaduk, untuk
tubuh binatang. Bentuk ikatan glukosa terdapat proses kontinyu dapat dilakukan dengan
sebagai disakarida dan polisakarida didalam mengatur masuknya bahan agar timbul
tumbuhan. Glukosa juga dapat dihasilkan olakan.
melalui polisakarida atau disakarida, baik - Perbandingan zat pereaksi, salah satu
dengan asam maupun enzim pereaksi apabila diberi berlebihan agar
(Tjokroadikoesoemo, 1985). dapat menggeser kesetimbangan kearah
Hidrolisa adalah proses antara reaktan kanan. Suspensi pati yang rendah kadarnya
dengan menggunakan air atau asam supaya justru memberikan hasil yang lebih baik
suatu persenyawaan pecah atau terurai. karena molekul zat pereaksi mudah
Karbohidrat (pati) yang terkandung dalam bergerak (Groggins, 1958).
jambu mete dapat diubah menjadi alkohol Glukosa yang dihasilkan dari proses
melalui proses biologi dan kimia (biokimia), hidrolisa kemudian difermentasi oleh ragi atau
reaksinya sebagai berikut : yeast (Sacharomyces cereviseae) untuk

Pembuatan Etanol dari Jambu Mete dengan Metode Fermentasi 49


menghasilkan etil alkohol (etanol) dan CO2 pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba
melalui reaksi sebagai berikut: membutuhkan oksigen yang berbeda
jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk
ragi sel-sel baru, dan untuk fermentasi. Misalnya
(C6H12O6) 2 C2H5OH + 2 CO2 ragi roti (Sacharomyces cereviseae) akan
tumbuh lebih baik pada keadaan aerobik, tetapi
Larutan hasil fermentasi masih berupa keduanya akan melakukan fermentasi terhadap
campuran antara air dengan etanol. Untuk gula jauh lebih cepat pada keadaan anaerobik.
memisahkan alkohol dari hasil fermentasi e. Waktu
dilakukan dengan destilasi. Laju perbanyakan bakteri bervariasi menurut
Ragi mempunyai kemampuan dapat spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada
memfermentasi gula yaitu glukosa, galaktosa, kondisi optimal, bakteri akan membelah sekali
sukrosa, maltosa, laktosa, dan polisakarida. setiap 20 menit. Untuk beberapa bakteri
Oksigen tidak ikut serta pada proses peragian memilih waktu generasi, yaitu selang waktu
karena peragian glukosa oleh ragi merupakan antara pembelahan, dapat dicapai selama 12
peristiwa anaerob tetapi ragi sendiri adalah menit. Jika waktu generasinya 20 menit, pada
organisme aerob. Saccharomyces cereviseae kondisi yang cocok sebuah sel dapat
dapat menguraikan gula menjadi alkohol menghasilkan beberapa juta sel selama 7 jam
(Schegel, 1994). f. Makanan
Ragi dapat ditemukan pada media yang Semua mikroorganisme memerlukan
dapat membentuk gula yang dapat diragikan makanan dan nutrien yang berfungsi untuk
seperti nectar dari bunga, buah dan dedaunan. menyediakan:
Pertumbuhan ragi tergantung dari ketersediaan - Energi, biasanya diperoleh dari substansi
air. Bahan-bahan yang terlarut dalam air yang mengandung karbon, yang salah satu
digunakan oleh mikroorganisme untuk sumbernya adalah gula.
membentuk bahan sel dan memperoleh energi - Nitrogen, sebagian besar mikroba yang
yaitu bahan makanan. digunakan dalam fermentasi berupa
Fermentasi dapat terjadi karena adanya senyawa organik maupun anorganik
aktifitas mikroba penyebab fermentasi pada sebagai sumber nitrogen. Salah satu contoh
subsrat organik yang sesuai. Faktor-faktor yang sumber nitrogen yang dapat digunakan
mempengaruhi fermentasi antara lain: adalah urea.
a. Keasaman (PH) - Mineral, mineral yang diperlukan
Makanan yang mengandung asam biasanya mikroorganisme salah satunya adalah
tahan lama, tetapi jika oksigen cukup jumlahnya phospat yang dapat diambil dari pupuk TSP.
dan kapang dapat tumbuh serta fermentasi - Vitamin, sebagian besar sumber karbon dan
berlangsung terus, maka daya awet dari asam nitrogen alami mengandung semua atau
tersebut akan hilang. Tingkat keasaman sangat beberapa vitamin yang dibutuhkan.
berpengaruh dalam perkembangan bakteri. Defisiensi vitamin tertentu dapat diatasi
Kondisi keasaman yang baik untuk dengan cara mencampur berbagai substrat
pertumbuhan bakteri adalah 3,5 – 5,5. sumber karbon atau nitrogen (Fessenden,
b. Mikroba 1982).
Fermentasi biasanya dilakukan dengan
kultur murni yang dihasilkan di laboratorium. Fermentasi dihentikan bila kadar alkohol
Kultur ini dapat disimpan dalam keadaan kering telah mencapai 14-16%. Jika diinginkan kadar
atau dibekukan. yang lebih tinggi campuran itu harus disuling.
c. Suhu Destilat (sulingan) berupa campuran azeptrop
Suhu fermentasi sangat menentukan 95% alkohol, 5% air (suatu campuran azeotrop
macam mikroba yang dominan selama ialah suatu campuran yang mendidih pada
fermentasi. Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suatu titik didih konstan seakan-akan suatu
suhu pertumbuhan maksimal, suhu senyawa murni). Destilat ini dapat dicampurkan
pertumbuhan minimal, dan suhu pertumbuhan kembali ke campuran peragian atau fermentasi
optimal, yaitu suhu yang memberikan untuk meningkatkan keadaan kadar alkoholnya
pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri atau dapat ditambahi air untuk mendapatkan
tercepat. kadar yang diinginkan (Fessenden, 1982).
d. Oksigen Destilasi adalah metode pemisahan
Udara atau oksigen selama proses berdasarkan perbedaan titik didih. Destilasi
fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk dalam percobaan ini dapat dilakukan pada suhu
memperbanyak atau menghambat

50 E K U I L I B R I U M Vol. 7. No. 2. Juli 2009: 48 - 54


o o
80 C, karena titik didih alkohol 78 C
o
sedangkan titik didih air 100 C.

METODE PENELITIAN
Diagram alir pembuatan etanol:
Berat jambu mete : volume aquades = 1 : 1,5
(1000 gram jambu mete dalam 1500 ml
aquades)

1000 gram 1500 ml


jambu mete aquades

Pencampuran

Hidrolisa

T=suhu kamar
Fermentasi

Penyaringan Ampas
Gambar 2. Rangkaian alat hidrolisa

Destilasi
Etanol
Analisa
----------
----------
Gambar 1. Diagram alir pembuatan etanol
- - - - - -- - - - -
Penelitian dilakukan dengan menimbang ----------
buah semu jambu mete yang sudah matang -- - - - - - - - - -
sebanyak 1000 gram dan ditambahkan - - - - - - - - - --
aquadest 1500 ml. Campuran tersebut - - - - - - -- - - -
kemudian ditambah gula sebanyak 15% dari Keterangan:
- - plastik
1. Penutup - - - - - -- --
buah jambu mete. Mengukur pH hasil 2. Larutan
menggunakan pH stick, lalu menambahkan HCl - - - - jambu
sari
3. Gelas beaker
- - --mete
- --+ yeast
0,1 N ke dalam hasil hidrolisa sedikit demi -- - - - -- -- - -
sedikit sampai pH larutan mencapai 4 – 5. -- -3.- Alat
Gambar - - - fermentasi
---- anaerob
Menimbang yeast sesuai dengan variasi berat - - - --------- - -
yang diinginkan dan melakukan fermentasi
-------
sesuai waktu yang ditentukan. Larutan
fermentasi yang sudah disaring kemudian
didestilasi. Proses destilasi dilakukan pada
suhu 80 ºC, karena titik didih alkohol 78 ºC dan
titik didih air 100 ºC. Selanjutnya hasil destilasi
dianalisa dengan kadar alkoholnya. Skema
rangkaian alat hidrolisis, alat fermentasi dan
rangakian alat distilasi disajikan di Gambar 2, 3
dan 4.

Pembuatan Etanol dari Jambu Mete dengan Metode Fermentasi 51


adalah Saccharomyces cerevisiae. Kadar
alkohol yang dihasilkan biasanya adalah sekitar
10-14%. Alkohol yang dihasilkan dapat bersifat
Gambar 4. Rangkaian alat distilasi racun pada mikroba ini, karena itu konsentrasi
HASIL DAN PEMBAHASAN alkohol maksimum untuk pertumbuhannya
Hasil percobaan pengaruh waktu adalah 16 %.
fermentasi serta jumlah yeast yang digunakan
terhadap kadar alkohol, dapat dilihat pada
Tabel 2, 3 dan 4 dan Gambar 2 di bawah. 3.5

kadar (gram etanol/ 100 gram jambu mete)


3
Tabel II. Hasil fermentasi dengan yeast 10 gram
Kadar 2.5
waktu Volume sari
(gr etanol/ 100 gr
(hari) buah (ml) 2
jambu mete)
5 350 0.2016 1.5

6 350 0.5001 1

7 350 0.6813 0.5

8 350 0.9134
0
9 350 1.2697 4 5 6 7 8 9 10 11
waktu (hari)
10 350 1.8751
yeast 10 gram yeast 15 gram yeast 20 gram

Tabel III. Hasil fermentasi dengan yeast 15 gram


Kadar Gambar 2. Grafik hubungan antara waktu
waktu Volume sari fermentasi terhadap kadar etanol pada variasi
(gr etanol/ 100 gr
(hari) buah (ml) jumlah yeast yang digunakan.
jambu mete)
5 350 0.6840 Tabel V. Hasil fermentasi dengan yeast 20 gram
6 350 1.0167 untuk hari ke-10
7 350 1.4120 Kadar
waktu Volume sari
(gr etanol/ 100 gr
8 350 2.0386 (hari) buah (ml)
jambu mete)
9 350 2.2668
1 350 2.2452
10 350 2.9549
2 350 2.3359
Tabel IV. Hasil fermentasi dengan yeast 20 gram 3 350 2.5065
Kadar 4 350 2.6280
waktu Volume sari
(gr etanol/ 100 gr
(hari) buah (ml) 5 350 2.8226
jambu mete)
5 350 1.0362 6 350 3.1941
6 350 1.3958
7 350 1.7993
8 350 2.2732 3.5

9 350 2.6005
kadar etanol (gram etanol/ 100 gram jambu mete)

10 350 3.2577 3.25

Dari hasil percobaan fermentasi antara 5 3

sampai 10 hari dengan variasi yeast 10, 15,


2.75
dan 20 gram, diketahui bahwa kadar etanol
tertinggi pada hari kesepuluh dengan variasi
2.5
yeast 20 gram, maka diambil data pada yeast
20 gram untuk hasil etanol yang didapatkan tiap
2.25
jam pada hari ke-10 (Tabel 5 dan Gambar 3).
Alkohol diperoleh dari fermentasi 2
karbohidrat yang berkataliskan enzim. Satu 0 1 2 3 4 5 6 7

enzim memecah karbohidrat menjadi glukosa waktu (jam)

kemudian glukosa diubah menjadi alkohol.


Gambar 3. Grafik hubungan antara waktu
Pada proses ini alkohol diproduksi secara
fermentasi terhadap kadar etanol untuk jumlah
alamiah oleh mikroorganisme tertentu. yeast 20 gram pada hari ke-10.
Mikroorganisme yang paling umum digunakan

52 E K U I L I B R I U M Vol. 7. No. 2. Juli 2009: 48 - 54


Untuk mendapatkan alkohol dengan Saran
konsentrasi yang lebih tinggi, larutan tersebut 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
harus disuling (didestilasi). Dengan penyulingan variasi penambahan waktu, penambahan
dapat diperoleh alkohol yang kadarnya gula, serta komposisi campuran bahan
mencapai kurang lebih 95 %. Jadi proses baku.
produksi alkohol dapat dibagi dalam dua 2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
tahapan, yaitu tahapan produksi alkohol secara penambahan tahap pemurnian hasil.
fermentasi dan tahapan penyulingan alkohol.
Berdasarkan Tabel 2, 3 dan 4, dan DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2, dapat dilihat bahwa kadar etanol Anshori Rahman, 1984, “Pengantar Teknologi
paling tinggi pada waktu fermentasi selama 5 Fermentasi”, Penerbit Arcan
sampai 10 hari untuk masing-masing variasi Djarijah, 1994, “Jambu Mete dan
ragi diperoleh pada waktu fermentasi 10 hari. Pembudidayaannya”, Kanisius,
Dari penelitian ini diperoleh kadar etanol Yogyakarta.
tertinggi pada waktu fermentasi 10 hari dengan Dwidjoseputro, Dakimah, 1976, “Microbiological
yeast 20 gram, yaitu 3,1941 gram etanol tiap Studies of Indonesian Ragi”, Direktorat
100 gram jambu mete. Hal ini disebabkan Pembinaan Penelitian dan Pengabdian
pertumbuhan mikroba maksimum seiring Masyarakat, Direktorat Jendral
dengan banyaknya persediaan makanan Pendidikan Tinggi Departemen
(substrat) dan mikroba telah beradaptasi Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
terhadap lingkungan dengan baik. Fardiaz, S., dan Winarno, F.G., 1984,
Waktu fermentasi yang digunakan dalam “Pengantar Teknologi Pangan”, Edisi ke-
penelitian ini masih memungkinkan bagi 3, Gramedia, Jakarta.
mikroba untuk mengkatalis reaksi pembentukan Fessenden, 1982, “Kimia Organik”, edisi ketiga,
etanol. Sedangkan jika waktu fermentasi Erlangga, Jakarta.
ditambah maka etanol yang dihasilkan akan Frazier, W.C., and Westhoff, D.C., 1987, “Food
dijadikan substrat oleh mikroba dalam proses Microbiology”, Tata Mc. Graw Hill
metabolismenya, sehingga terbentuk produk Publishing Company Limited, New Delhi.
selain etanol. Groggins, P.H., 1958, “Unit Processes In
th
Organik Syntetic”, 5 edition, Mc Graw
KESIMPULAN DAN SARAN Hill, Kogakusha, Ltd, Tokyo.
Kesimpulan Hans G. Schlegel, 1994, “Mikrobiologi Umum”,
Berdasarkan penelitian ini dapat diambil Gajah Mada Universitas Press, Ed 6,
beberapa kesimpulan antara lain : Yogyakarta.
1. Sari buah semu jambu mete dapat dibuat Hudaya, S. dan Daradjat, S. S., 1982, “Dasar -
etanol dengan proses fermentasi dasar Pengawetan 2”, Departemen
menggunakan yeast Saccharomyces Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
cerevisiae. Ketaren, S., 1986, “Minyak dan Lemak Pangan”,
2. Waktu fermentasi berbanding lurus dengan Universitas Indonesia, Jakarta.
kadar etanol yang didapatkan yaitu Mc Cabe, W.L., 1993, “Operasi Teknik Kimia”,
semakin lama waktu fermentasi, kadar edisi keempat, Erlangga, Jakarta.
etanol akan semakin tinggi. Prescott, S.C., and Dunn, S.G., 1959,
3. Kadar etanol berbanding lurus dengan “Industrial Microbiology”, Mc Graw
jumlah yeast yang digunakan yaitu semakin HillBook Co., New York.
banyak yeast yang digunakan, kadar etanol Tjokroadikoesoema, 1985, “HPS dan Industri
akan semakin tinggi. Ubi Kayu Lainnya“, edisi 2, PT Gramedia,
4. Kadar etanol maksimum yang didapatkan Jakarta.
yaitu pada hari ke sepuluh untuk tiap variasi Underwood, 1996, “Analisa Kimia Kuantitatif”,
yeast. edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Pembuatan Etanol dari Jambu Mete dengan Metode Fermentasi 53

Anda mungkin juga menyukai