Anda di halaman 1dari 20

Kota Medan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


(Dialihkan dari Kota medan)
Langsung ke: navigasi, cari
Untuk kecamatan di Kota Medan bernama Medan Kota, lihat Medan Kota, Medan.
"Medan" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Medan, lihat Medan (disambiguasi).
Kota Medan
—  Sumatera Sumatera Utara  —

Menara Tirtanadi, ikon Kota Medan

Lambang
Motto: Bekerja sama dan sama- sama bekerja untuk
kemajuan dan kemakmuran Kota Medan metropolitan[1]
Lokasi Kota Medan di Pulau Sumatera
Negara  Indonesia
Hari jadi 1 Juli 1590
Pemerintahan
 - Wali kota Rahudman Harahap[2][3][4]
Luas
 - Total 265,10 km2
Populasi (2010)[5][6][7]
 - Total 2.109.339
 - Kepadata
8.001/km²
n
Demografi
 - Suku Batak, Jawa, Tionghoa, Mandailing,
bangsa Minangkabau, Melayu, Karo, Aceh
Islam (67,83%), Katolik (2,89%), Protestan
 - Agama (18,13%), Buddha (10,4%), Hindu
(0,68%), lainnya (0,07%)
Indonesia, Batak, Jawa, Hokkien,
 - Bahasa
Minangkabau
Zona waktu WIB
Kode
061
telepon
Kecamatan 21
Situs web http://www.pemkomedan.go.id/

Kota Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota
terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian
barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di
daerah dataran tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.

Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Kota Medan
Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang
Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang
bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku
Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-
sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli
pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah
pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang
pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.[8]

Pemandangan udara kota Medan di tahun 1920-an

Daerah Kesawan tahun 1920-an

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan.
Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak
perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang
Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan
kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli
perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau,
Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan,
tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.
Istana Maimun

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi
26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan
kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

Daftar isi
[sembunyikan]

 1 Sejarah
 2 Pemerintahan
o 2.1 Wali kota
o 2.2 Pemilihan umum kepala daerah Kota Medan 2010
 3 Geografi
o 3.1 Sungai
 4 Demografi
 5 Kehidupan sosial
o 5.1 Pekerjaan
o 5.2 Pola pemukiman
o 5.3 Pendidikan
 6 Situs pariwisata
 7 Transportasi
o 7.1 Darat
o 7.2 Laut
o 7.3 Udara
 8 Media massa
o 8.1 Televisi
o 8.2 Surat kabar
 9 Pusat perbelanjaan
o 9.1 Plaza dan Mal
o 9.2 Pasar
o 9.3 Wisata Kuliner
 10 Olahraga
 11 Kota kembar
 12 Tokoh
 13 Lihat pula
 14 Referensi
 15 Daftar pustaka
 16 Pranala luar

[sunting] Sejarah
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah Kota Medan

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John Anderson, orang
Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833 menemukan sebuah kampung yang
bernama Medan. Kampung ini berpenduduk 200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku
Pulau Berayan sudah sejak beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-
sampan pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli
pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah
pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang
pertama terdiri dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.[8]
Pemandangan udara kota Medan di tahun 1920-an

Daerah Kesawan tahun 1920-an

Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar ke Medan.
Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa sebagai kuli kontrak
perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan perkebunan berhenti mendatangkan orang
Tionghoa, karena sebagian besar dari mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan
kerusuhan. Perusahaan kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli
perkebunan. Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang Minangkabau,
Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk bekerja sebagai buruh perkebunan,
tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan ulama.

Istana Maimun

Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal, dari 1.853 ha menjadi
26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan
kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

[sunting] Pemerintahan
Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Saat ini, jabatan walikota Medan dijabat oleh
Rahudman Harahap dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh Dzulmi Eldin. Wilayah Kota
Medan dibagi menjadi 21 kecamatan dan 151 kelurahan.

 Medan Tuntungan
 Medan Johor
 Medan Amplas
 Medan Denai
 Medan Area
 Medan Kota
 Medan Maimun
 Medan Polonia
 Medan Baru
 Medan Selayang
 Medan Sunggal
 Medan Helvetia
 Medan Petisah
 Medan Barat
 Medan Timur
 Medan Perjuangan
 Medan Tembung
 Medan Deli
 Medan Labuhan
 Medan Marelan
 Medan Belawan

[sunting] Wali kota

No. Nama Masa jabatan


Daniël Mackay 1918 - 1931
J.M. Wesselink 1931 - 1935
G. Pitlo 1935 - 1938
C.E.E. Kuntze 1938 - 1942
Shinichi Hayasaki (早崎真一 ) 1942 - 1945
?

1 Luat Siregar 3 Oktober - 10 November 1945


2 M. Yusuf 10 November 1945 - Agustus 1947
3 Djaidin Purba 1 November 1947 - 12 Juli 1952
4 A.M. Jalaluddin 12 Juli 1952 - 1 Desember 1954
5 Hadji Muda Siregar 6 Desember 1954 - 14 Juni 1958
6 Madja Purba 3 Juli 1958 - 28 Februari 1961
7 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964
8 P.R. Telaumbanua 10 Oktober 1964 - 28 Februari 1965
9 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 - 26 September 1966
10 Sjoerkani 26 September 1966 - 3 Juli 1974
11 M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 - 31 Maret 1980
12 Agus Salim Rangkuti 1 April 1980 - 31 Maret 1990
13 Bachtiar Djafar 1 April 1990 - 31 Maret 2000
14 Abdillah 1 April 2000 - 20 Agustus 2008
Afifuddin Lubis (penjabat) 20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009[9]
Rahudman Harahap (penjabat) 23 Juli 2009[9]- 16 Februari 2010[10]
Syamsul Arifin (penjabat) 16 Februari 2010[10] - 25 Juli 2010[2][3][4]
15 Rahudman Harahap[11] 26 Juli 2010 - sekarang[2][3][4]

[sunting] Pemilihan umum kepala daerah Kota Medan 2010

Pasangan Rahudman Harahap-Dzulmi Eldin memperoleh jumlah suara terbanyak pada


Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan yang dilaksanakan dalam 2 putaran. Putaran
pertama diikuti oleh 10 pasangan calon walikota dan calon wakil walikota. Dalam putaran kedua,
pasangan Rahudman-Dzulmi bertemu dengan pasangan Sofyan Tan-Nelly Armayanti.
Rahudman Harahap dan Dzulmi Eldin dilantik pada tanggal 26 Juli 2010 di gedung DPRD Kota
Medan. Mereka dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin, atas nama Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono.[2][3][4]

[sunting] Geografi
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainya, Medan
memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara
geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur
Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut:

Utara Selat Malaka


Selatan Kabupaten Deli Serdang
Barat Kabupaten Deli Serdang
Timur Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan
didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu,
Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain.
Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan
daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi
strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan
domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong
perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat
Kota Medan saat ini.

[sunting] Sungai

Sedikitnya ada sembilan sungai yang melintasi kota ini:

 Sungai Belawan
 Sungai Badera
 Sungai Sikambing
 Sungai Putih
 Sungai Babura
 Sungai Deli
 Sungai Sulang-Saling
 Sungai Kera
 Sungai Tuntungan

Selain itu, untuk mencegah banjir yang terus melanda beberapa wilayah Medan, pemerintah telah
membuat sebuah proyek kanal besar yang lebih dikenal dengan nama Medan Kanal Timur.

[sunting] Demografi
Tahun Penduduk

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014

2005 2.036.018

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053[12]

2010 2.109.339[5][6][7]
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai
2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa).
Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap
diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan
demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan berjumlah 2.109.339 jiwa.[5][6][7]
Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan.[5][6][7]

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah
penglaju (komuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-
39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia
produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah
penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang
cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun
industri manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami


peningkatan—tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63%
pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183
jiwa per km² pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli,
disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di
Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk
tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun 2004,
angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan suku-suku dari Tapanuli (Batak,
Mandailing, Karo). Di Medan banyak pula orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah
satu kota di Indonesia yang memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang
banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jl. Zainul Arifin dikenal sebagai Kampung
Keling, yang merupakan daerah pemukiman orang keturunan India.

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut,
409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa,
dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

Perbandingan Etnis di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000

Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Jawa 24,89% 29,41% 33,03%


Batak 2,93% 14,11% -- (lihat Catatan)

Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%

Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%

Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

Karo 0,19% 3,99% 4,10%

Aceh -- 2,19% 2,78%

Sunda 1,58% 1,90% --

Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%

Sumber: 1930 dan 1980: Usman Pelly, 1983; 2000: BPS Sumut
Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan "Batak" sebagai salah satu suku bangsa, namun total Simalungun
(0,69%), Tapanuli/Toba (19,21%), Pakpak, (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah 20,93%

Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah 71,4 tahun, sedangkan
jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148.100 jiwa.

[sunting] Kehidupan sosial


[sunting] Pekerjaan

Sebagai kota terbesar di Pulau Sumatra dan di Selat Malaka, penduduk Medan banyak yang
berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha Medan banyak yang menjadi pedagang
komoditas perkebunan. Setelah kemerdekaan, sektor perdagangan secara konsisten didominasi
oleh etnis Tionghoa dan Minangkabau. Bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh orang-
orang Mandailing. Sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan tinggi, seperti
pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh orang Minangkabau.[13]

Komposisi Etnis Berdasarkan Okupasi Profesional[14]

Etnis Pengacara Dokter Notaris Wartawan

Aceh 2,6% 3,9% -- 3,7%

Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%

Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%


Karo 5,3% 10% 7,4% 0,6%

Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%

Minangkabau 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%

Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%

Sunda -- -- 3,7% 10,4%

Tionghoa -- 14,7% 7,4% 1,2%

[sunting] Pola pemukiman

Perluasan kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman kelompok-kelompok etnis.
Etnis Melayu yang merupakan penduduk asli kota, banyak yang tinggal di pinggiran kota. Etnis
Tionghoa dan Minangkabau yang sebagian besar hidup di bidang perdagangan, 75% dari mereka
tinggal di sekitar pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau
sejalan dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang Mandailing
juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh karena itu terdapat
kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk menjual rumah dan tanah mereka di
tengah kota, seperti di Kampung Mesjid, Kota Maksum, dan Sungai Mati.[13]

[sunting] Pendidikan

Medan memiliki jumlah universitas dan sekolah yang lumayan banyak. 827 sekolah dasar, 337
sekolah menengah pertama, 288 sekolah menengah atas, dan 72 perguruan tinggi telah terdaftar
ke pemerintah kota Medan. [15]

[sunting] Situs pariwisata

Mesjid Raya Medan


Istana Maimun

Ada banyak bangunan-bangunan tua di Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda.
Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air (yang merupakan ikon
kota Medan), Titi Gantung - sebuah jembatan di atas rel kereta api, dan juga Gedung London
Sumatera.

Selain itu, masih ada beberapa bangunan bersejarah, antara lain Istana Maimun, Mesjid Raya
Medan, dan juga rumah Tjong A Fie di kawasan Jl. Jend. Ahmad Yani (Kesawan).

Daerah Kesawan masih menyisakan bangunan-bangunan tua, seperti bangunan PT. London
Sumatra, dan ruko-ruko tua seperti yang bisa ditemukan di Penang, Malaysia dan Singapura.
Ruko-ruko ini, kini telah disulap menjadi sebuah pusat jajanan makan yang ramai pada malam
harinya. Saat ini Pemerintah Kota merencanakan Medan sebagai Kota Pusat Perbelanjaan dan
Makanan. Diharapkan dengan adanya program ini menambah arus kunjungan dan lama tinggal
wisatawan ke kota ini.

Di daerah Kesawan ini, terdapat Kantor Notaris/PPAT Hj. Chairani Bustami, S.H. yang
merupakan salah satu Notaris tertua di Medan, setelah Alm. A.P. Parlindungan, S.H. Saat ini Hj.
Chairani telah pensiun dan aktif mengajar di Universitas Sumatera Utara. Aktivitas kantor ini
kemudian digantikan oleh putra-putrinya yang juga meneruskan profesi orang tuanya sebagai
Notaris.

[sunting] Transportasi
[sunting] Darat
Tampak dua becak motor sedang melintas di jalanan Medan.

Terminal yang melayani warga Medan:

 Terminal Sambu
 Terminal Pinang Baris
 Terminal Amplas

Keunikan Medan terletak pada becak bermotornya ("becak motor") yang dapat ditemukan
hampir di seluruh Medan. Berbeda dengan becak biasa ("becak dayung"), becak motor dapat
membawa penumpangnya kemana pun di dalam kota. Selain becak, dalam kota juga tersedia
angkutan umum berbentuk minibus (angkot/"oplet") dan taksi. Becak di Medan berbeda dengan
becak di Jakarta ataupun di kota-kota Jawa lainnya. Pengemudi becak berada di samping becak,
bukan di belakang becak seperti halnya di Jawa. Ini memudahkan becak Medan untuk melalui
jalan yang berliku-liku. Selain itu, ini juga memungkinkan becak Medan untuk diproduksi
dengan harga yang minimal, karena hanya diperlukan sedikit modifikasi saja agar sepeda atau
sepeda motor biasa dapat digunakan sebagai penggerak becak. Desain ini mengambil desain dari
sepeda motor gandengan perang Jerman di perang dunia ke-2.

Akan tetapi bagi penduduk Medan, sebutan paling khas untuk angkutan umum adalah Sudako.
Sudako pada awalnya menggunakan minibus Daihatsu S38 dengan mesin 2 tak kapasitas 500cc.
Bentuknya merupakan modifikasi dari mobil pick up. Pada bagian belakangnya diletakkan dua
buah kursi panjang sehingga penumpang duduk saling berhadapan dan sangat dekat sehingga
bersinggungan lutut dengan penumpang di depannya. Ongkosnya pun relatif murah, yaitu Rp
2.000 untuk para pelajar, dan Rp 3.000 untuk penumpang umum.

Trayek pertama kali Sudako adalah Lin 01, (Lin sama dengan trayek) yang menghubungkan
antara daerah Pasar Merah (Jl. HM. Joni), Jl. Amaliun dan terminal Sambu, yang merupakan
terminal pusat pertama angkutan penumpang ukuran kecil dan sedang. Saat ini Daihatsu S38 500
cc sudah tidak digunakan lagi karena faktor usia, dan berganti dengan mobil-mobil baru seperti
Toyota Kijang, Isuzu Panther, Daihatsu Zebra, dan Espass yang sering disebut Jumbo, karena
memuat penumpang lebih banyak. Istilahnya 68 (maksudnya 6 penumpang duduk di bagian kiri,
8 penumpang duduk di bagian kanan).
Selain itu, masih ada lagi angkutan lainnya yaitu bemo, yang berasal dari India. Beroda tiga dan
cukup kuat menanjak dengan membawa 11 penumpang. Bemo kemudian digantikan oleh Bajaj
yang juga berasal dari India, yang di Medan dikenal dengan nama Toyoko. Sekarang Toyoko
pun kabarnya akan digantikan dengan kendaraan baru yaitu Kancil.

Kereta api menghubungkan Medan dengan Tanjungpura di sebelah barat laut, Belawan di
sebelah utara, dan Binjai-Tebing Tinggi-Pematang Siantar dan Tebing Tinggi-Kisaran-Rantau
Prapat di tenggara. Jalan Tol Belmera menghubungkan Medan dengan Belawan dan Tanjung
Morawa. Jalan tol Medan-Lubuk Pakam dan Medan-Binjai juga sedang direncanakan
pembangunannya.

[sunting] Laut

Pelabuhan Belawan terletak sekitar 20 km di utara kota. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan
terbesar dan teramai kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Pelabuhan ini
merupakan yang terpenting di Wilayah Selat Malaka karena aktivitas pelabuhan tersebut yang
sangat sibuk dan padat.

[sunting] Udara

Bandar Udara Internasional Polonia yang terletak tepat di jantung kota, menghubungkan Medan
dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia seperti Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Batam,
Palembang, Jakarta, Gunung Sitoli serta Kuala Lumpur, Penang, Ipoh, Alor Setar di Malaysia,
dan Singapura. Sebuah bandara internasional baru di Kuala Namu di kabupaten Deli Serdang
sedang dalam pembangunan.

[sunting] Media massa


[sunting] Televisi

Stasiun televisi yang ada di Kota Medan antara lain adalah TVRI Medan, Deli TV, Space Toon
dan DAAI TV. Karena memiliki nilai berita yang sangat tinggi, seluruh stasiun TV swasta
nasional memiliki koresponden dan biro di Medan. Stasiun TV yang mendirikan biro di kota ini
adalah Metro TV dan akan menyusul stasiun TV lainnya. Metro TV bahkan secara khusus
menempatkan mobil satellite news gathering (SNG) agar dapat bergerak cepat dan real-time
dalam menyiarkan berita dari Medan.

[sunting] Surat kabar

Orang Mandailing, Minangkabau, Jawa, dan Aceh biasa berlangganan harian Harian Waspada.
Orang Batak, Karo, dan Simalungun lebih suka membaca Harian Sinar Indonesia Baru,
sedangkan etnis Tionghoa menjadi pembaca Harian Analisa.[rujukan?]

Beberapa surat kabar kota Medan yang lain: Harian Medan Bisnis, Posmetro Medan, Harian
Global, dan Harian Berita Sore.
[sunting] Pusat perbelanjaan
[sunting] Plaza dan Mal

 Deli Plaza, Sinar Plaza, Menara Plaza, digabung menjadi satu dengan nama Deli Grand
City.
 Grand Palladium
 Plaza Medan Fair
 Medan Mall, terletak di Pusat Pasar.
 Medan Plaza, salah satu plaza tertua di Medan. Plaza ini berhasil bertahan karena tetap
mempertahankan penyewa kios yang menyediakan beragam barang dan jasa yang
ekonomis.
 Millenium Plaza, pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama Tata Plaza namun
akhirnya tutup karena sepi pengunjung. Tahun 1999 Tata Plaza berganti nama menjadi
Millenium Plaza.
 Sun Plaza, terletak di dekat Kantor Gubernur Sumatera Utara.
 Cambridge City Square, di atasnya terdapat 4 bangunan yang berupa apartemen.
 Thamrin Plaza, terletak di Medan Area, Medan.
 Perisai Plaza, sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan.
 Olympia Plaza, salah satu plaza tertua di Medan (yang masih dibuka), bersebelahan
dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai pusat perbelanjaan
modern. Olympia Plaza saat ini lebih sebagai tempat grosir pakaian, sepatu dan barang
pecah belah)
 Brastagi Mall, awalnya bernama Price Mart. Selanjutnya berganti nama menjadi The
Club Store. Setelah direnovasi, plaza ini berganti nama menjadi Mall The Club Store.
Dan akhirnya berganti nama menjadi Brastagi Mall.
 Hong Kong Plaza - Novotel Soechi
 Macan Group (Macan Yaohan, Macan Syariah, Macan Mart, Macan Mart Syariah)
 Makro
 Yuki Pasar Raya
 Yuki Simpang Raya
 Yanglim Plaza

[sunting] Pasar

 Pusat Pasar, salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah ada sejak zaman
kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur mayur.
 Pasar Petisah. pemerintah kota menggabungkan pasar tradisional dan pasar modern. Tak
heran jika sekarang tampilannya tidak kumuh dan becek seperti pasar tradisional
umumnya. Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas.
 Pasar Beruang, terletak di Jalan Beruang.
 Pasar Simpang Limun, salah satu pasar tradisonal yang cukup tua dan menjadi merek
dagang kota Medan. Terletak di persimpangan Jalan Sisingamangaraja dan Jalan Sakti
Lubis. Saat ini sedang dalam tahap penataan untuk mengatasi kemacetan lalu lintas akibat
kesibukan pasar ini.
 Pasar Ramai, pasar ini terletak di Jalan Thamrin yang bersebelahan dengan Thamrin
Plaza.
 Pasar Simpang Melati, pasar ini terkenal sebagai tempat perdagangan pakaian bekas dan
menjadi lokasi favorit baru para pemburu pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jl.
Pancing. Pasar Simpang Melati ramai dikunjungi pada akhir pekan.
 Pasar Ikan Lama, meskipun memiliki nama pasar ikan tetapi nyatanya tidak ada satu
ekor ikan pun yang dijual di pasar ini. Pasar ini menjadi pemasaran tekstil yang cukup
terkenal, bahkan tak jarang dijadikan sebagai obyek kunjungan wisata bagi para turis
asing.

Ada Keunikan tersendiri dalam pengucapan Pasar di kalangan masyarakat di Medan. Orang
Medan biasanya menyebut Pasar dengan sebutan Pajak seperti menyebut Pajak Petisah, Pajak
Ikan Lama, dll sehingga orang dari luar daerah Kota Medan bingung dengan mengira merujuk
kepada kantor Dinas Perpajakan. Tidak diketahui asal-usul kebiasaan pengucapan ini di
Kalangan Masyarakat di Kota Medan.

[sunting] Wisata Kuliner

 Kesawan Square, sejak 16 November 2007 tempat ini ditutup.


 Merdeka Walk, pusat jajanan 24 jam yang terletak di Lapangan Merdeka Medan dan
tepat berada di seberang Balai Kota Medan.
 Ramadhan Fair, khusus dibuka pada saat bulan puasa (Ramadhan) terletak bersebelahan
dengan Mesjid Raya Medan.
 Jalan Semarang, masakan Tionghoa pada malam hari.
 Jalan Pagaruyung, masakan India & Indonesia di daerah "Kampung Keling" ("Kampung
Madras").
 Jalan Dr. Mansyur (Kampus USU), pilihan berbagai kafe yang menawarkan beragam
hidangan.

[sunting] Olahraga
Beberapa klub olah raga yang terdapat di Medan antara lain PSMS Medan (sepak bola), Medan
Jaya (sepak bola) dan Angsapura Sania (basket). Gelanggang olah raga yang terdapat di Medan
antara lain Stadion Teladan, Stadion Kebun Bunga dan GOR Angsapura. Sedangkan Lapangan
untuk berolah raga (Jogging, dll) bisa menggunakan Lapangan Merdeka dan Lapangan Persit
Chandra Kirana yg terletak di Jalan Gaperta.

[sunting] Kota kembar


Beberapa kota di Asia telah mendorong pembentukan Persatuan Kota Kembar, antara Medan
dengan:

 Penang, Malaysia (1984)


 Ichikawa, Jepang (1989)
 Kwangju, Korea Selatan (1997)
 Chengdu, Republik Rakyat Cina
 Melbourne, Australia
 Chicago, Amerika Serikat

Forum ini telah menjadi ajang saling tukar-menukar informasi dan perundingan untuk
membincangkan berbagai masalah ekonomi dan perkotaan.

Berbagai kerangka kerjasama antara kota bersaudara, kenyataannya terus berkembang dalam
bidang-bidang yang semakin luas, baik sosial maupun pendidikan. Di bidang sosial, misalnya
Ichikawa memanfaatkan forum ini untuk membantu pengadaan alat bantu pendengaran untuk
melengkapi kemudahan kesehatan kota Medan. Di bidang pengembangan sumber daya manusia,
Ichikawa juga memberikan bantuan latihan bagi Pemerintah Kota Medan dalam bentuk magang,
termasuk mengadakan program pertukaran pelajar diantara kedua kota.

Hal yang sama juga berlangsung antara Medan dengan kota kembar lainnya, baik Kwangju
maupun Pulau Pinang. Di bidang perdagangan, forum ini telah menguruskan Pameran
Perdagangan Kota Kembar (Sister City Trade Fair) yang bertaraf internasional, sehingga mampu
mendorong pertemuan pengusaha-pengusaha kota masing-masing. Dengan nyata, hal ini mampu
mendorong peningkatan perdagangan dan pelaburan di kota masing-masing di samping
memberikan kepastian dan perluasan pasaran produk yang dihasilkan. Keberkesanan forum ini
juga telah memunculkan minat kota-kota lainnya di Asia seperti Chennai, India untuk memasuki
persatuan ini.

[sunting] Tokoh
Tokoh terkenal yang lahir di Medan:

 Peter Alma, seniman Belanda


 Chairil Anwar, penyair termasyur di Indonesia
 Jan Gualtherus van Breda Kolff, pemain sepak bola Belanda
 Let. Jend. Djamin Ginting, Mantan Panglima Kodam I/BB
 Tengku Amir Hamzah, Pujangga
 Burhanuddin Harahap, Perdana Menteri Indonesia ke-9
 Kees Hoving, perenang Belanda
 Cees Korvinus, politikus dan advokat Belanda
 John Juanda, pemain poker Amerika Serikat
 Guru Patimpus Sembiring Pelawi, pendiri Kota Medan
 Amir Sjarifuddin, Perdana Menteri Indonesia ke-2
 Soegiarto, Menteri Negara BUMN di Kabinet Indonesia Bersatu
 Babs van Wely, ilustrator Belanda
 Ruhut Sitompul, pengacara dan politikus terkenal di Indoneisa
[sunting] Lihat pula
 Sumatra Utara
 Daftar Provinsi Indonesia
 Daftar Daerah Tingkat II

[sunting] Referensi
1. ^ "Pemko Medan - Lambang Kota Medan".
http://www.pemkomedan.go.id/selayang_lambang.php. Diakses pada 28 Mei 2010.
2. ^ a b c d "Pelantikan Walikota Medan diwarnai Demonstrasi", Detikcom, 26 Juli 2010.
Diakses pada 26 Juli 2010.
3. ^ a b c d "Ribuan orang hadiri pelandikan Walikota Medan", Okezone, 26 Juli 2010.
Diakses pada 26 Juli 2010.
4. ^ a b c d "Drs Rahudman Harahap MM-Drs T Dzulmi Eldin Dilantik, Warga Kota Optimis,
Medan Semakin Tertata dan Maju", Harian Sinar Indonesia Baru, 26 Juli 2010. Diakses
pada 26 Juli 2010.
5. ^ a b c d "Penduduk Hasil SP 2010", BPS Kota Medan, 19 Agustus 2010. Diakses pada 25
Agustus 2010.
6. ^ a b c d "Hasil Sensus Penduduk 2010 : Jumlah Penduduk Sumut 12.985.075 Jiwa",
Harian Sinar Indonesia Baru, 18 Agustus 2010. Diakses pada 25 Agustus 2010.
7. ^ a b c d "Penduduk Sumut paling padat di Medan", 17 Agustus 2010. Diakses pada 25
Agustus 2010.
8. ^ Perret, Daniel. Kolonialisme dan Etnisitas, Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut.
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 278.
9. ^ a b "Website Pemko Medan". http://www.pemkomedan.go.id/news_detail.php?id=3320.
Diakses pada 27 Desember 2009.
10. ^ a b "Gubsu jadi Walikota Medan - Waspada Online". http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=90442:gubsu-pj-walikota-medan-m-fitriyus-plt-
sekda&catid=160:agenda-walikota-medan&Itemid=153. Diakses pada 11 Maret 2010.
11. ^ "KPU: Rahudman-Eldin, Walikota dan Wakil Walikota Medan", Harian Analisa, 20
Juni 2010. Diakses pada 5 Juli 2010.
12. ^ "BPS Kota Medan - Jumlah Penduduk & Kepadatan Penduduk Kota Medan tahun
2009". http://medankota.bps.go.id/?q=content/kepadatan-penduduk. Diakses pada 5 Juli
2010.
13. ^ a b (id) "Orang Melayu di Kota Medan". http://article.melayuonline.com/?
a=SG9QL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D=.
14. ^ "IDI, Peradin, Ikatan Notaris Cabang Medan, PWI, 1980".
http://article.melayuonline.com/?a=SG9QL3FMZVZBUkU4Ng%3D%3D=.
15. ^ (en) "Medan City, Education".
http://www.pemkomedan.go.id/en/potency_education.php. Diakses pada 12 Maret 2010.

[sunting] Daftar pustaka


 (id) Suti, Bayo Medan Menuju Kota Metropolitan (Yayasan Potensi Pengembangan
Daerah, Medan, 1979)

Anda mungkin juga menyukai