Anda di halaman 1dari 19

BAB V

KONFERENSI HUKUM LAUT


JENEWA TAHUN 1958

Oleh :
Elisabeth Irma Tukan
Haqrah Dewi Safytra B
 Dari tanggal 24 Februari hingga 27 April 1958 di
kota Jenewa, Switzterland telah diselenggarakan
suatu konferensi internasional tentang hukum laut
yang dihadiri oleh wakil-wakil dari 86 negara.
 Konferensi ini penting bagi perkembangan Hukum
Laut masa kini.
Salah satu wakil indonesia pada konferensi
tersebut adalah bapak Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmaja.
GALERI FOTO KONFRENSI HUKUM
LAUT 1958

1 February 1958

Opening meeting of the first United Nations Conference on the Law of the Sea, Geneva, Switzerland: Mr. Max
Petitpierre, Head of the Federal Political Department (Switzerland), welcoming the delegates on behalf of
Switzerland; Mr. Constantin Stavropoulos, United Nations Legal Counsel, representing the UN Secretary-General at
the conference; Dr. Y. L. Liang, Executive-Secretary of the conference; and Mr. George Palthey, Deputy-Director of
the United Nations European Office, are sitting at the back (from left to right).
Sumber : http://untreaty.un.org
 1 March 1958

United Nations Conference on the Law of the Sea, meeting of the Third
Committee, Geneva, Switzerland: Mr. Carlos Sucre C. (Panama), Chairman of
the Third Committee (left), and Mr. P. Raton, Secretary of the Committee.
 1 March 1958

United Nations Conference on the Law of the Sea, meeting of the Fifth Committee, Geneva,
Switzerland: Mr. Jaroalav Zourek (Czechoslovakia), Chairman of the Fifth Committee (left) and
Mr. C. Malek, Secretary of the Committee.
1 March 1958

United Nations Conference on the Law of the Sea, meeting of the Fifth Committee,
Geneva, Switzerland.
31 October 1958

Signature of the four international conventions adopted by the United Nations Conference on the Law of the Sea,
Office of the Legal Counsel, United Nations Headquarters, New York: Prince Aly Khan, Pakistan's Permanent
Representative to the United Nations, signing the instruments on behalf of his Government; Mr. U. Rahman Khan (left),
member of the delegation of Pakistan; and Mr. Conetantin A. Stavropoulos (right), United Nations Legal Counsel.
1. TUGAS KONFERENSI ; ARTI DAN
SIFATNYA
 Konferensi ini diadakan berdasarkan Resolusi
Majelis Umum PBB No. 1105 (XI) tanggal 21
Februari 1957.
 Resolusi tersebut merupakan dasar kerja bagi
konperensi dan menetapkan bahwa konferensi
tidak hanya membahas hukum laut hanya dari
aspek hukum saja melainkan juga aspek lain
yakni aspek teknis, biologis, ekonomis, dan
politik.
 Segi teknis adalah apa yang bertalian dengan
pengukuran dan pemetaan.
 Segi ekonomi yakni bertalian dengan semakin
bertambahnya kebutuhan manusia terhadap
sumberdaya laut.
 Aspek Biologis (marine biology) terkait dengan
bagaimana melindungi ekosistem dan kekayaan
hayati laut sehingga penghidupan laut bisa
berlangsung dengan baik.
 Aspek politik terkait dengan tindakan-tindakan
negara sehubungan dengan aspek-aspek
sebelumnya.
 Sifat konferensi tidak hanya terbatas pada
kodifikasi melainkan berusaha merumuskan
kaidah-kaidah hukum laut publik dengan
memperhatikan sepenuhnya perubahan yang
terjadi.
2. PERSIAPAN KONFRENSI
PERSIAPAN PANITIA

 Sidang pertama tahun 1949, panitia menyusun daftar


persoalan yang dianggap perlu dikodifikasi. Antara
lain laut lepas dan laut teritorial.
 Sidang ketiga tahun 1951 panitia mulai mengerjakan
rezim laut teritorial dengan menunjuk Prof. J.P.S
Francois dari Belanda sebagai pelapor istimewa.
 Pekerjaan persiapan inimemakan waktu kurang lebih
7 tahun dan baru selesai seluruhnya pada sidang ke
delapan tahun 1956.
 Pekerjaan panitian ini dianggap cukup hebat karena
berhasil memasukkan dua lapangan hukum laut yang
masih baru yakni perikanan dan perlindungan hayati
laut dan rezim landas kontinen.
 Jumlah pasal rancangan dari panitia adalah 73. 1-25
berkenaan dengan laut teritorial. 26-48 berkenaan
dengan laut lepas. 49-65 berkenaan dengan
perikanan dan perlindungan hayati laut. Pasal 66
tentang contiguous zone. 67-73 berkenaan dengan
landas kontinen.
 Rancangan pasal yang merupakan base of discussion
konfrensi ini dirancang bukan hanya oleh ahli hukum
tetapi juga juga ahli lain seperti hidrografi dan
biologi.
 Rancangan ini juga berdasarkan pendapat negara
anggota. Sekretariat PBB mengirim quisioner ke
semua negara anggota. Jawaban quisioner
mengandung unsur komentar, saran, serta usul
perubahan yang semuanya menjadi masukan bagi
panitia.
PERSIAPAN SEKRETARIAT PBB

 Persiapan sekretariat bersifat organisatoris


administratif.
 Penyusunan acara (agenda) sementara.
 Peraturan tata tertib.
 Cara dan tata kerja konferensi.
 Mempersiapkan preaparatory document
(dokumen persiapan) yang bersifat yuridis,
ekonomis, teknis atau ilmiah.
 Dokumen tersebut antara lain :
 Dokumen persiapan yang penting antara lain
adalah :
1. Certain Legal Aspect concerning the
delimitation of the teritorrials water of
archipelagoes oleh Jen Evensen.
2. Memoranda Historic Bays oleh sekretariat.
3. Scientific Considerations relating to the
continental shelf oleh sekretariat.
4. Memorandum F.A.O tentang technical
particulars concerning the methods of fishing
conducted by means of equipment embedded
in the floor of the sea.
5. The economy importance of the sea fisheries.
3. HASIL KONFRENSI

Konferensi menghasilkan Empat buah konvensi


mengenai Hukum Laut Publik. Sebuah Protokol
fakultatif mengenai penyelesaian pertikaian,
dan Sembilan buah Resolusi.
KEEMPAT KONVENSI
 Konvensi I mengenai laut teritorial dan jalur
tambahan (convention on the territorial sea
and contiguous zone).
 Konvensi II mengenai laut lepas (convention
on the high seas).
 Konvensi III mengenai perikanan dan
perlindungan kekayaan hayati laut lepas
(convention on fishing and conservation of the
living resources of the high seas).
 Konvensi ke IV mengenai landas kontinen
(convention on the continental shelf).
1.KONVENSI I MENGENAI LAUT
TERITORIAL DAN JALUR TAMBAHAN
 Dalam beberapa hal konvensi I memuat
ketentuan-ketentuan yang merupakan
perkembangan baru dalam hukum laut publik.
 Yang terpenting di antaranya adalah ketentuan-
ketentuan dalam pasal 3, 4, dan 5 mengenai
penarikan garis pantai.
 Pasal 3 memuat ketentuan mengenai garis
pasang surut (low water mark) sebagai garis
pangkal biasa (normal baseline).
 Pasal 4 mengatur garis pangkal lurus dari ujung
ke ujung (straight baseline) sebagai cara
penarikan garis pangkal dalam keadaan tertentu.
 Pasal 5 mengatur akibat daripada penarikan
garis pangkal lurus dari ujung ke ujung.
Ketentuan-ketentuan pasal 5 menimbulkan
konsep baru dalam hukum laut yakni suatu
bagian perairan wilayah yang berbentuk
perairan pedalaman tapi dengan rezim yuridis
yang bersamaan dengan laut terotorial.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai