ZOOLOGI INVERTEBRATA
Disusun oleh:
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya makalah ini dapat
terselesaikan sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penyusun yang
mendukung secara moril maupun materiil, tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen
Pengampu Mata Kuliah Zoologi Invertebrata yaitu Ibu Ratna Komala serta orang-orang yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini baik secara lansung maupun tidak langsung.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Zoologi Invertebrata dan
Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini yang penyusun sadari masih jauh
dari sempurna. Maka penyusun menghargai setiap kritik dan saran guna pengembangan dan perbaikan
pada makalah berikutnya. Semoga makalh ini dapat memberikan manfaat baik bagi penyusun maupun
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih maka sering disebut
cacing pipih dan merupakan cacing yang mempunyai simetri bilateral. Platyhelminthes
memiliki tubuh lunak dan epidermis bersilia. Cacing pipih merupakan hewan tripoblastik
yang tidak mempunyai rongga tubuh (acoelomata). Hidup biasanya di air tawar, air laut, dan
tanah lembab. Ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia.
Cacing parasit ini mempunyai lapisan kutikula dan silia yang hilang setelah dewasa.
Hewan ini mempunyai alat pengisap yang mungkin disertai dengan kait untuk menempel.
Cacing pipih belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Sedangkan
sistem pencernaannya tidak sempurna, tanpa anus. Platyhelminthes terbagi dalam 4 kelas
berdasarkan struktur tubuhnya, yaitu Kelas Turbellaria (cacing berambut getar), Kelas
Trematoda (cacing isap), kelas Cestoda (cacing pita) dan kelas Monogenea. Untuk mengenal
lebih jauh mengenai karakteristik dari Platyhelminthes, ciri khusus dari keempat kelasnya
serta manfaatnya bagi kehidupan maka disusunlah makalah ini.
Makalah ini menjelaskan mengenai definisi, ciri umum, ciri khusus, klasifikasi, aspek
biologis yang mencakup distribusi/habitat, anatomi, reproduksi, fisiologi, serta manfaat dari
Platyhelminthes dan ketiga kelasnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Platyhelminthes merupakan gabungan dua kata yang berasal dari bahasa yunani,
yaitu platy = pipih dan helminthes = cacing. Platyhelminthes atau cacing pipih adalah
kelompok hewan yang struktur tubuhnya sudah lebih maju dibandingkan porifera dan
Coelenterata. Plathyhelminthes dikelompokkan ke dalam:
Domain : Eukarya
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Eumetazoa
Super phylum : Platyzoa
Phylum : Platyhelminthes
1. Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing pipih disebut sistem gastrovaskuler, dimana peredaran
makanan tidak melalui darah tetapi oleh usus. Sistem pencernaan cacing pipih
dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di belakang
kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh. Dengan
demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke seluruh
tubuh.
Selain itu, cacing pipih juga melakukan pembuangan sisa makanan melalui mulut
karena tidak memiliki anus, maka sistem pencernaan Platyhelminthes disebut juga
sistem pencernaan satu lubang. Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi
dan ekskresi. Cacing pipih tidak memiliki sistem transpor karena makanannya
diedarkan melalui sistem gastrovaskuler. Sementara itu, gas O2 dan CO2 dikeluarkan
dari tubuhnya melalui proses difusi.
2. Sistem syaraf
Ada beberapa macam sistem syaraf pada cacing pipih
Sistem syaraf tangga tali merupakan sistem syaraf yang paling sederhana.
Pada sistem tersebut, pusat susunan saraf yang disebut sebagai ganglion otak
terdapat di bagian kepala dan berjumlah sepasang.
Dari kedua ganglion otak tersebut keluar tali saraf sisi yang memanjang di bagian
kiri dan kanan tubuh yang dihubungkan dengan serabut saraf melintang.
Pada cacing pipih yang lebih tinggi tingkatannya, sistem saraf dapat tersusun dari
sel saraf (neuron) yang dibedakan menjadi sel saraf sensori (sel pembawa sinyal
dari indera ke otak), sel saraf motor (sel pembawa dari otak ke efektor), dan sel
asosiasi (perantara).
3. Indera
Beberapa jenis cacing pipih memiliki sistem penginderaan berupa oseli, yaitu
bintik mata yang mengandung pigmen peka terhadap cahaya. Bintik mata tersebut
biasanya berjumlah sepasang dan terdapat di bagian anterior (kepala). Seluruh cacing
pipih memiliki indra meraba dan sel kemoresptor di seluruh tubuhnya. Beberapa
spesies juga memiliki indra tambahan berupa aurikula (telinga), statosista (pegatur
keseimbangan), dan reoreseptor (organ untuk mengetahui arah aliran sungai).
Umumnya, cacing pipih memiliki sistem osmoregulasi yang disebut protonefridia.
Sistem ini terdiri dari saluran berpembeluh yang berakhir di sel api. Lubang
pengeluaran cairan yang dimilikinya disebut protonefridiofor yang berjumlah
sepasang atau lebih. Sedangkan, sisa metabolisme tubuhnya dikeluarkan secara difusi
melalui dinding sel.
4. Reproduksi
Cacing pipih dapat bereproduksi secara aseksual dengan membelah diri dan
secara seksual dengan perkawinan silang, walaupun hewan ini tergolong hermafrodit.
D. Klasifikasi
Berdasarkan struktur tubuhnya, Platyhelminthes dibagi menjadi 4 kelas yaitu:
1. Kelas Turbellaria
2. Kelas Trematoda
3. Kelas Cestoda
4. Kelas Monogenea
2. Kelas Trematoda
Kelas Trematoda terdiri dari 2 ordo
Ordo 1 Aspidobothria, contoh: Aspidogaster
Ordo 2 Digenia, contoh: Fasciola, Schistosoma, Bucephalus, Clonorchis
3. Kelas Cestoda
Kelas Cestoda tediri dari 2 sub-kelas dan 7 ordo
1. Sub-kelas 1 Cestodaria
Ordo 1 Amphilinidea, contoh: Amphilina
Ordo 2 Gyrocotylidea, contoh: Gyrocotyle
2. Sub-kelas 2 Eucestoda
Ordo 1 Tetraphyllidea, contoh: Phyllobothrium, Myzophyllobothrium
Ordo 2 Diphillidea, contoh: Echinobothrium
Ordo 3 Tripanoryncha, contoh: Haplobothrium, Tetrarynchus
Ordo 4 Pseudophyllidea, contoh: Bothriocephalus, Dibothriocephalus (Diphyl-
lobothrium)
Ordo 5 Taenioidea (Cyclophyllidea), contoh: Taenia, Echinococcus, Hymeno-
lepis
4.Kelas Monogenea
Contoh spesies dalam kelas Momogenea ini adalah aspidogaster conchicola dan
Polostroma sp.
Fisiologi
Sistem Pencernaan
Planaria mempunyai sistem pencernaan yang terdiri dari mulut, faring, usus
(intestine) yang bercabang 3 yakni satu cabang ke arah anterior dan 2 cabang lagi
ke bagian samping tubuh. Percabangan ini berfungsi untuk peredaran bahan
makanan dan memperluas bidang penguapan. Planaria tidak memiliki anus pada
saluran pencernaan makanan sehingga buangan yang tidak tercerna dikeluarkan
melalui mulut.
Peredaran makanan tidak melalui darah tetapi melalui usus. Sistem
pencernaannya dimulai dari mulut, faring, dan dilanjutkan ke kerongkongan. Di
belakang kerongkongan ini terdapat usus yang memiliki cabang ke seluruh tubuh.
Dengan demikian, selain mencerna makanan, usus juga mengedarkan makanan ke
seluruh tubuh.
Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada Platyhelminthes terdiri atas dua saluran eksresi yang
memanjang bermuara ke pori-pori yang letaknya berderet-deret pada bagian
dorsal (punggung). Kedua saluran eksresi tersebut bercabang-cabang dan berakhir
pada sel-sel api (flame cell).
Gambar . a) Susunan saluran eksresi pada Planaria; b) Sel api (flame cell)
Sistem Saraf
Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di
bagian anterior tubuh. Kedua ganglia ini dihubungkan oleh serabut-serabut saraf
melintang dan dari masing-masing ganglion membentuk tangga tali saraf yang
memanjang ke arah posterior. Kedua tali saraf ini bercabang-cabang ke seluruh
tubuh.
Sistem Reproduksi
Reproduksi pada Platyhelminthes seperti Planaria dapat secara aseksual dan
secara seksual. Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin
pada hewan yang bersifat hemafrodit. Sistem reproduksi seksual pada Planaria
terdiri atas sistem reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar
kuning telur sedangkan reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis.
Gambar. Sistem Reproduksi Seksual Planaria
Reproduksi aseksual (vegetatif) pada Planaria yaitu dengan regenerasi yakni
memutuskan bagian tubuh.
a b
Gambar. Reproduksi Aseksual Planaria
a.secara horizontal b.secara vertikal
Fisiologi
Contoh dari kelas ini adalah Fasciola hepatica (cacing hati). Cacing ini
mempunyai batil isap mulut. Mulut melanjut ke faring dan esophagus bercabang
dua, yang kemudian beranting-ranting banyak. Saluran pencernaannya adalah
ruang gastrofaskular.
Sistem ekskresi dimulai dari sel-sel nyala (penyembur) terus ke saluran
ekskresi longitudinal dan bermuara dibagian posterior. Sistem saraf berupa system
saraf pada Planaria.
Trematoda disebut cacing isap karena memiliki alat penghisap (batil isap) di
bagian (anterior) tubuhnya. Alat penghisap digunakan untuk menempel pada
tubuh inang. Trematoda merupakan hewan parasit, dia mengambil mekanan
berupa cairan tubuh atau jaringan inangnya saat ia menempel. Fasciola hepatica
memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan setidaknya dua inang.
Inang utama dan inang perantara.
Cestoda disebut cacing pita karena bentuknya yang pipih panjang seperti pita
yang terdiri dari bagian skoleks, leher, dan proglotid. Pada skoleks terdapat alat
penghisap dan kait (rostelum). Alat penghisap dan kait digunakan untuk
menempel pada tubuh inang. Di bagian belakan skoleks pada bagian leher
terbentuk proglotid. Setiap proglotid mengandung organ kelamin jantan dan
betina. Skoleks kecil berbentuk oval, dilengkapi dengan 22-23 kait dan 4 batil.
Tubuh atau strobila berwarna putih, berbentuk pipih segmen palsu yang disebut
proglotid. Diameter skoleks kira-kira 1 mm, batil penghisap berbentuk mangkuk
dan berdiameter kurang lebih 0,5 mm. Segmen-segmen yang belum masak adalah
kecil dan lebih besar dari pada panjangnya, segmen-segmen atau proglotid yang
sudah masak kira-kira berjarak 1 meter dari skoleks dan berbentuk bujur sangkar,
segmen-segmen di bagian ujung posterior yang telah gravid mencapai panjang
kurang lebih 12 mm. Inang utama cacing cestoda dewasa adalah vertebrata
termasuk manusia. Cestoda parasit dan menghisap sari makanan pada usus halus
ingangnya.
Fisiologi
Cestoda adalah hewan yang hermafrodit. Contoh dari kelas ini adalah Taenia
solium. Tubuh terdiri dari bagian kepala yang disebut Scolex dan bagian badan
yang disebut strobila. Strobila merupakan deretan segmen yang disebut
proglottid-proglottid. Setiap proglottid mempunyai sepasang sel kelamin jantan
dan betina yang dapat melepaskan/menghasilkan telur. Telur-telur ini dibuahi
dengan cara pembuahan sendiri (self fertilisation) yaitu sel telur dibuahi oleh sel
sperma dalam proglotid yang sama, perkawinan antara proglottid yang satu
dengan yang lain pada strobila yang sama atau perkawinan antara proglottid dari
strobila yang berbeda. Jumlah telur yang dapat dihasilkan oleh satu ekor cacing
dapat mencapai 1.000.000 butir perhari dengan jumlah proglottid yang dapat
mencapai 3.000 buah, dengan panjang strobila lebih dari 10 m.
Anggota cacing Cestoda kebanyakan hidup parasit. Cacing dewasa dan larvanya
hidup pada inang yang berbeda, tetapi semuanya termasuk hewan vertebrata. Sebagai
contoh, Taenia solium dewasa hidup pada usus manusia, larvanya yang berupa
cacing gelembung (sistiserkus selulosae) hidup dalam otot babi.
Hewan pada kelas Monogenea juga bersifat parasit. Kebanyakan ektoparasit pada
vertebrata, biasanya pada ikan dan beberapa pada kura-kura, katak, jenis cumi-cumi.
Satu bentuk siklus hidup hanya pada satu inang.
Agar terhindar dari infeksi cacing parasit (cacing pita) sebaiknya dilakukan beberapa
cara, antara lain:
Memutuskan daur hidupnya
Menghindari infeksi dari larva cacing
Tidak membuang tinja sembarangan (sesuai dengan syarat-syarat hidup
sehat),dan
Tidak memakan daging mentah atau setengah matang (masak daging
sampai matang)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Platyhelminthes memiliki 3 lapisan sel (triploblastik) dan tidak memiliki
rongga tubuh (aselomata).
2. Diklasifkasikan berdasarkan struktur tubuh menjadi 4 kelas yaitu Turbellaria,
Termatoda, dan Cestoda.
3. Platyhelminthes belum mempunyai sistem peredaran darah dan sistem pernafasan.
4. Sistem pencernaan Platyhelminthes tidak sempurna, tanpa anus, maka sistem
pencernaan Platyhelminthes disebut juga sistem pencernaan satu lubang.
5. Sistem ekskresi pada Platyhelminthes terdiri atas dua saluran eksresi yang
memanjang.
6. Sistem saraf berupa tangga tali yang terdiri dari sepasang ganglion otak di bagian
anterior tubuh.
7. Reproduksi pada Platyhelminthes dapat secara aseksual seperti Planaria dan secara
seksual. Reproduksi seksual (generatif) dengan peleburan dua sel kelamin pada
hewan yang bersifat hemafrodit sedangkan reproduksi aseksual dengan membelah
diri.
B. Saran
Diharapkan para pembaca dapat menghindari kontak langsung maupun tidak dengan
filum Platyhelminthes ini khususnya yang bersifat parasit.
DAFTAR PUSTAKA
Hickman, et al. 2009. Animal Diversity. New York: McGraw-Hill Companies Inc.
Miller, Stephen A. 2005. Zoology 6th ed. New York: McGraw-Hill Companies Inc.