Kabah adalah bangunan suci Muslimin yang terletak di kota Mekah didalam
Masjidil Haram. Ia merupakan bangunan yang dijadikan patokan arah kiblat atau
arah shalat bagi umat Islam diseluruh dunia. Selain itu, merupakan bangunan
yang wajib dikunjungi atau diziarahi pada saat musim haji dan umrah.
Interior Ka'bah
kalau kita membaca ayat diatas, kita bisa mengetahui bawah Kabah
telah ada sewaktu Nabi Ibrahim AS menempatkan istrinya Hajar dan
bayi Ismail di lokasi tersebut. Jadi Kabah telah ada sebelum Nabi
Ibrahim AS menginjakan kakinya di Mekah.
Pada masa Nabi Muhammad SAW berusia 30 tahun, pada saat itu
beliau belum diangkat menjadi Rasul, bangunan ini direnovasi kembali
akibat banjir yang melanda kota Mekah pada saat itu. Sempat terjadi
perselisihan antar kepala suku atau kabilah ketika hendak meletakkan
kembali Hajar Aswad namun berkat hikmah Rasulullah perselisihan itu
berhasil diselesaikan tanpa kekerasan, tanpa pertumpahan darah, dan
tanpa ada pihak yang dirugikan.
Banjir Di Ka'bah
Kunci Ka'bah
Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah sebagai
pemegang kunci Kabah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh
pemerintahan, baik pemerintahan khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawwiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Ummayyah,
Dinasti Abbasiyyah, Dinasti Usmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah
kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekah dan Madinah.
Pada zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS pondasi bangunan Kabah terdiri atas dua pintu dan letak pintunya
terletak diatas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya terletak agak tinggi. Namun ketika renovasi Kabah akibat
bencana banjir pada saat Rasulullah SAW berusia 30 tahun dan sebelum diangkat menjadi Rasul, karena merenovasi
Kabah sebagai bangunan suci harus menggunakan harta yang halal dan bersih, sehingga pada saat itu terjadi kekurangan
biaya. Maka bangunan kabah dibuat hanya satu pintu serta ada bagian Kabah yang tidak dimasukkan kedalam bangunan
Kabah yang dinamakan Hijir Ismail yang diberi tanda setengah lingkaran pada salah satu sisi Kabah. Saat itu pintunya
dibuat tinggi letaknya agar hanya pemuka suku Quraisy yang bisa memasukinya. Karena suku Quraisy merupakan suku
atau kabilah yang sangat dimuliakan oleh bangsa Arab.
Karena agama Islam masih baru dan baru saja dikenal, maka Nabi SAW mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali
Kabah sehingga ditulis dalam sebuah hadits perkataan beliau:
“Andaikata kaumku bukan baru saja meninggalkan kekafiran, akan Aku turunkan pintu Kabah dan dibuat dua pintunya
serta dimasukkan Hijir Ismail kedalam Kabah”, sebagaimana pondasi yang dibangun oleh Nabi Ibrahim.”
Jadi kalau begitu Hijir Ismail termasuk bagian dari Kabah. Makanya dalam bertawaf kita diharuskan mengelilingi Kabah
dan Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah tempat dimana Nabi Ismail AS lahir dan diletakan di pangkuan ibunya Hajar.
Ketika masa Abdurahman bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan Kabah dibuat sebagaimana perkataan Nabi
SAW atas pondasi Nabi Ibrahim AS. Namun karena terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan, penguasa
daerah Syam, terjadi kebakaran pada Kabah akibat tembakan pelontar (Manjaniq) yang dimiliki pasukan Syam. Sehingga
Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Kabah berdasarkan bangunan hasil
renovasi Rasulullah SAW pada usia 30 tahun bukan berdasarkan pondasi yang dibangun Nabi Ibrahim AS. Dalam
sejarahnya Kabah beberapa kali mengalami kerusakan sebagai akibat dari peperangan dan umur bangunan.
Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana untuk
merenovasi kembali kabah sesuai dengan pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi SAW, namun segera dicegah
oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan masalah
khilafiyah oleh penguasa sesudah beliau dan bisa mengakibatkan bongkar pasang Kabah. Maka sampai sekarang ini
bangunan Kabah tetap sesuai dengan renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai sekarang
Hajar Aswad
Hajar Aswad
Hajar Aswad merupakan batu yang dalam agama Islam dipercaya berasal dari
surga. Yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad adalah Nabi Ibrahim AS.
Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh
jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga
akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma wangi yang unik dan
ini merupakan wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya. Dan
pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh disisi luar Kabah sehingga
mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad
merupakan sunah Nabi SAW. Karena beliau selalu menciumnya setiap saat
bertawaf. Dan sunah ini diikuti para sahabat beliau dan Muslimin.
Makam ibrahim
Maqam Ibrahim AS
Multazam
Multazam
Multazam terletak antara Hajar Aswad dan pintu Kabah berjarak kurang lebih
2 meter. Dinamakan Multazam karena dilazimkan bagi setiap muslim untuk
berdoa di tempat itu. Setiap doa dibacakan di tempat itu sangat diijabah atau
dikabulkan. Maka disunahkan berdoa sambil menempelkan tangan, dada, dan pipi
ke Multazam sesuai dengan hadist Nabi SAW yang diriwayatkan sunan Ibnu
Majah dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash.