Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DAN HUKUM KEPERAWATAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

NAMA ANGGOTA

KELOMPOK 6

1. Fia Rosita Lukman ( 1010324026 )

2. Sutrisna Eka Putri ( 1010324027 )

3. Lusina Novita ( 1010324028 )

4. Nurul Adela ( 1010324029 )

5. Ade Rahman ( 1010324030 )

6. Afriani lestarini ( 1010324065 )

UNIVERSITAS ANDALAS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

TAHUN 2010
BAB I

Pendahuluan

1. Latar Belakang Masalah

Etik merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan


bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa yang seharusnya
dilakukan seseorang terhadap orang lain. Sementara ketentuan-
ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan
masyarakat yang menerima upaya kesehatan tersebut dalam segala
aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta organisasi dan
sarana merupakan suatu hukum dalam keperawatan. Dikarenakan profesi
keperawatan memiliki kode etik dan hukum yang berlaku maka setiap
perawat harus mampu memahami dan menerapkan dalam setiap tindakan
yang dilakukan.

Di kehidupan klinik perawat akan selalu dihadapakan pada banyak


masalah yang berkaitan dengan prinsip dan kode etik keperawatan.

Pendekatan berdasarkan prinsip, sering dilakukan dalam bio etika


untuk menawarkan bimbingan untuk tindakan khusus. Beauchamp
Childress (1994) menyatakan empat pendekatan prinsip dalam etika
biomedik antara lain; (1) Sebaiknya mengarah langsung untuk bertindak
sebagai penghargaan terhadap kapasitas otonomi setiap orang: (2)
Menghindarkan berbuat suatu kesalahan; (3) Bersedia dengan murah hati
memberikan sesuatu yang bermanfaat dengan segala konsekuensinya; (4)
Keadilan menjelaskan tentang manfaat dan resiko yang dihadapi.

Dilema etik muncul ketika ketaatan terhadap prinsip menimbulkan


penyebab konflik dalam bertindak.

2. Tujuan

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima


dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka mereka
harus memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika
dan moral disertai komitmen yang kuat dalam mengemban peran
profesionalnya. Dengan demikian perawat yang menerima tanggung
jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional.
Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan
bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Langkah-Langkah Penyelesaian Masalah Pengambilan Keputusan

Menurut Tappen (2005) adalah :

a. Pengkajian

Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah “adakah saya terlibat
langsung dalam dilema?”. Perawat perlu mendengar kedua sisi dengan
menjadi pendengar yang berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya
data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu
:

1. Apa yang menjadi fakta medik ?

2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?

3. Apa yang menjadi keinginan klien ?

4. Apa nilai yang menjadi konflik ?

b. Perencanaan

Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang


terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses.
Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat
spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu

1. Tentukan tujuan dari treatment.

2. Identifikasi pembuat keputusan

3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.

c. Implementasi

Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil


keputusan beserta anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan
putusan yang dapat diterima dan saling menguntungkan. Harus terjadi
komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat
selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk,
karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa
bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh
perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para
pengambil keputusan. Perawat harus ingat “Saya disini untuk melakukan
yang terbaik bagi klien”.

Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua)
alternatif yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik,
bahkan tak mengenakkan. Sekali tercapai kesepakatan, pengambil
keputusan harus menjalankannya. Kadangkala kesepakatan tak tercapai
karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem dan nilai.
Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien.
Seringkali klien / keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan
di dalam situasi lain permintaan klien dapat dihormati.

d. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang


ditentukan sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan
treatment medik, dan fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang
situasi dan akibat treatment perlu untuk dirubah. Komunikasi diantara para
pengambil keputusan masih harus dipelihara.

Dilema etik yang sering ditemukan dalam praktek keperawatan dapat


bersifat personal ataupun profesional. Dilema menjadi sulit dipecahkan bila
memerlukan pemilihan keputusan tepat diantara dua atau lebih prinsip etis.
Sebagai tenaga profesional perawat kadang sulit karena keputusan yang akan
diambil keduanya sama-sama memiliki kebaikan dan keburukan. Pada saat
berhadapan dengan dilema etis juga terdapat dampak emosional seperti rasa
marah, frustrasi, dan takut saat proses pengambilan keputusan rasional yang
harus dihadapi, ini membutuhkan kemampuan interaksi dan komunikasi yang
baik dari seorang perawat.

Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )

Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.

a. Mengkaji situasi

b. Mendiagnosa masalah etik moral

c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan

d. Melaksanakan rencana

e. Mengevaluasi hasil

Kerangka pemecahan kozier & erb, 1989

a. Mengembangkan data dasar.

• Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya

• Apa tindakan yang diusulkan

• Apa maksud dari tindakan yang diusulkan

• Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang


diusulkan.

b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut


c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan
dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut

d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat

e. Mengidentifikasi kewajiban perawat

f. Membuat keputusan
BAB III

Design dan Mekanisme Pengambilan Keputusan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan


masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu ,
berarti profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain. Masih dalam
buku yang sama diaktakan bahwa pelayanan keperawatan berupa bantuan ,
diberikan karena adanya dilema fisik dan mental , keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan
hidup sehari – hari secara mandiri.(Pengantar Profesi dan Praktek Keperawatan
Profesional, 2004)

Mengambil keputusan dalam kasus ini bukan merupakan sauatu dilema


etika yang sangat rumit, berikut akan dijabarkan faktor – faktor apa saja yang
mempengaruhi sebuah tindakan yang diambil perawat ?

a. Faktor Lingkungan

1. Lingkungan RS, klinik, panti jompo dll

2. Waktu

3. Sumber – sumber

b. Faktor Pasien

1. Beratnya penyakit ( perawatan intensif, gawat darurat, rutinitas,


penyakit kronis, dll)

2. Nilai – nilai, kayakinan, dan harapan tentang kesehatan serta


pelayanan kesehatan

3. Tahap perkembangan , faktor- faktor budaya, etnik dan sosioekonomi,


serta tingkat pendidikan

c. Faktor Perawat

1. Nilai – nilai, kayakinan, dan harapan

2. Standar , hukum, kebijakan, dan prosedur ( apa yang dapat dan tidak
dapat dilakukan oleh perawat , harus atau tidak harus dilakukan agar
perawat tetap berada di jalur hukum)
3. Fungsi peran kolaborasi dan mandiri

4. Tingkat keahlian ( seberapa banyak pengalaman perawat dalam situasi


yang sama )

( M. Gaie Rubenfeld , berpikir kritis dalam keperawatan. 2006 ).

Chaowlit , sutthaarangse dan takviriyanum (1999) menyatakan ada lima


pokok dalam penyelesaian dilema etik , yaitu pengungkapan perasaan, diskusi
dengan orang lain, melakukan tindakan moral , penerimaan tanpa syarat, dan
berpikir positif.
Lampiran

Kasus Dan Dialog Percakapan Pengambilan Keputusan

Pasien dengan kehamilan usia 5 bulan , dengan keadaan ibu kehamilan


ketiga dan usia 31 tahun yaitu Ny Z . Ny Z selama ini sangat mengingnkan
seorang anak dari hasil pernikahan yang ia jalani selama 3 tahun karena sudah 2
kali kehamilan yang mengalami kegagalan. Pada kehamilan pertama ia
mengalami abortus mendadak di usia kehamilan 4 bulan dan pada kehamilan
kedua hal yang sama terjadi. Ny Z seorang Ibu Rumah Tangga dengan pendiikan
Sarjana (S1) ia hanya menjalani aktivitas di rumah sementara suaminya adalah
seorang perwira. NY Z mempunyai kebiasaan memelihara kucing dirumah nya,
menurut suaminya Ny Z sering membawa kucing peliharaan nya tidur
bersmanya dan hal ini telah ia lakukan sejak usia remaja. Setelah mengetahui ia
mengalami kehamilan untuk ketiga kalinya ia selalu menjaga kesehatan bahkan
rutin untuk melakukan antenatal care. Ny Z rutin melakukan pemeriksaan ini
hanya dengan prkatek bidan yang ada di sekitar rumahnya. Selama ini Ny Z
mangatakan tidak pernah merasakan keluhan dalam kehmailan nya hingga usia
7 bulan ini, namun menurut suaminya beberapa hari yang lalu Ny Z mengeluh
nyeri pada bagian abdomen nya lalu saat ia akan melakukan BAK ia menemui
ada plek – plek hitam pada celana dalam nya. Karena cemas ia langsung pergi
untuk melakukan konsultasi ke dokter spesialis obgin, dari hasil pemeriksaan
USG yang dilakukan dokter memberikan penjelasan yang mengejutkan untuk NY
Z yaitu pertumbuhan janin yang abnormal dari hasil USG anak tidak mungkin
dapat dilahirkan normal karena mengalami tidak adanya tulang tengkorak
kepala

Dalam kasus diatas Langkah – langkah yang dilakukan adalah ;

a. Mengkaji situasi

Dokter : ibuk ,, dari hasil pemeriksaan didapat bahwa janin ibu dala
pertumbuhan yang abnormal . bisa kita lihat dari hasil USG yang
menunjukkan tidak mungkin untuk dapat dilahirkan dnegan normal. Kalau
dilahirkan anak ini kan cacat bawaan dari lahir , kepala bisa membesar
dan tidak ada tulang tengkorak pada kepalanya. Saya akan merujuk ibu
kerumah sakit untuk dilakukan tindakan lebih lanjut.

Beberapa hari kemudian Ny Z telah dirawat di rumah sakit ;

Perawat ; ibuk seperti yang ibu ketahui saya ingin menanyakan , apakah
ibu mau menjalani operasi ini ?

Ibuk : saya berat memberikan keputusan ini suster , karena kehamilan ini
sudah lama saya inginkan . apakah tidak ada cara lain untuk
menyelamatkan janin saya ?

Perawat ; saya harus memberitahukan ini kepada ibuk karena sudah


sangat terlambat jadi tidak ada solusi lain , yaitu ibuk harus memilih untuk
digugurkan atau melahirkan dengan kondisi bayi yang cacat.
Orang tua I : yang man baik nya suster

Orang tua 2 : dari mana suster tahu bahwa bayi itu akan lahir cacat

Perawat : ini hasil USG nya , disini jelas terlihat bahwa kondisi bayi tidak
sempurna

Orangtua 1 ; sabar nak, kita hanya berusaha tapi yang menentukan yang
diatas.

b. Mendiagnosa masalah etik

Perawat : ibuk saya memikirkan keadaan ini jika ia dilahirkan maka kita
pikirkan dampak psikologisnya bagi anak. Dan juga kalau anak ini
dilahirkan jadinya batin ibuk merasa tersiksa dengan melihat kondisi anak
ibu yang sperti saya jelaskan tadi. Kami hanya bisa memberi saran , tapi
itu tergantung keputusan ibu dan keluarga

Ibuk : baiklah ibu saya akan menelepon suami saya terlebih dahulu

Orangtua i ; mana yang terbaik saja suster

Setelah Ny Z menelepon suami nya , suaminya menyatakan setuju dengan


sangat berat hati karena kondisi suaminya juga tidakn memungkinkan
untuk dapat mendampingi NY Z.

c. Membuat tujuan dan rencana

Dokter ; jadi ibu telah menyetujui ? baiklah ibu,,besok kita akan


melakukan tindakan nya . tindakan ini dinamakan tindakan abortus yang
dilakukan atas indikasi medis. Dengan cara kuretase yang sebelumnya
akan kita rangsang denngan pemberian obat – obatan.

Perawat : jadi ibuk sebelum kita melakukan hal tersebut ibuk jangan
cemas dan persiapkan diri saja. Sebelum nya ibuk harus menandatangani
kontrak dan perestujuan untuk melakukan tindakan ini .

d. Melaksanakan rencana

Sesuai dengan tahapan – tahapan yang telah dilakukan mulai dari tahapan
pengkajian situasi, pendiagnosaan masalah sampai pada tahap membuat
tujuan dan rencana. Maka pada tahap ini adalah pelaksanaan tindakan
yang telah di rekomndasikan kapada klien. Bahwa dengan klien
menyetujui telah menandatangi maka tindakan kuretase dilaksanakan
dengan selalu mempertimbangkan prinsip – prinsip etik. Seperti
memberikan pengutan kepada klien dan selalu memotivasi klien agar
tidak terlalu berduka. Semua prosedur dilaksanakan dengan baik dan
benar hingga klien dikembalikan pada ruang pemulihan.

e. Melakukan evaluasi
Tahapan ini dilakukan untuk melihat reaksi klien setelah tindakan yang
dilakukan dari hasil mengambil keputusan tersulit bagi hidup pasien.
Melihat berapa lama kah terjadinya denial dan seberapa kuatkan koping
dari individu. Menanyakan kepada klien apakah tetap akan mencoba
untuk kehamilan berikutnya setelah tim medis memberitahu kan nya
tentang penyakit tersebut.

REFERENSI :

Emi Suhaemi, Dra. Hj. Mimin . 2002. Etika Keperawatan. Jakarta

Ismaini SKM, Hj. Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika

Kusnanto , 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta


: EGC

Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, Barbara . 2006. Berpikir Kritis dalam


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

Scott , Wendy. Draper Heather. 2003. Ethics in anhasthesia adn intensive care.
British library.

Anda mungkin juga menyukai