Anda di halaman 1dari 19

Sustainable Business

A Value Chain Research Approach


(Diederik de Boer, 18 Agustus 2009)

Perusahan merupakan sebuah organisasi yang umumnya berorientasi pada


profit. Dalam kaitannya dengan perusahaan, terdapat tiga faktor atau komponen
yang sangat penting, yaitu public sector, private sector, dan civil society. Public
sector merupakan institusi pemerintahan. Pemerintah merupakan institusi
pemegang kebijakan dan pembuat regulasi terkait usaha dan bisnis, sehingga
menjadi faktor penentu juga dalam keberlanjutan bisnis atau usaha. Private sector
merupakan perusahaan itu sendiri atau pelaku bisnis. Perusahaan dalam
melakukan setiap bisnis atau usahanya tentu selalu melakukan tindakan-tindakan
evaluasi agar keberlanjutan perusahaan dapat berjalan dengan sangat baik. Civil
society merupakan lapisan masyarakat, yang dalam hal ini adalah konsumen. Civil
society ini merupakan target usaha perusahaan, sehingga menjadi salah satu
komponen yang sangat penting. Dengan demikian, ketiga aspek ini saling terkait
dan tidak dapat dipisahkan dalam proses perjalanan perusahaan dan demi
keberlanjutan bisnis perusahaan. Diederik de Boer mengatakan bahwa terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, bahkan diutamakan oleh perusahaan, agar
keberlanjutan bisnis atau usahanya dapat terus berjalan, yaitu etika bisnis,
lingkungan manajemen, tanggungjawab atau sensitif kepada masyarakat (sosialis),
reputasi manajemen, dan penciptaan keunggulan kompetitif.
Perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, tidak saja berfokus pada produk
yang akan dipasarkan, tetapi juga memperhatikan aspek-aspek penting lainnya,
seperti standard tenaga kerja yang diberikan kepada karyawannya, keamanan dan
kesehatan, jam kerja yang layak, kebebasan berasosiasi, penggajian yang adil, dan
tidak adanya diskriminasi antar-karyawan. Selain itu, perusahaan sebagai pelaku
bisnis yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai target bisnisnya,
harus mampu memberikan pencitraan yang baik bagi masyarakat. Sebagai contoh,
perusahaan harus mampu melakukan integrasi sosial dan lingkungan, yang artinya
perusahaan harus mampu maningkatkan kepeduliannya kepada masyarakat dan
lingkungan. Dengan demikian, masyarakat akan merasa memiliki hubungan sosial

1
dengan perusahaan, bukan sekedar hubungan penjual dan pembeli. Hal ini tentu
akan memberi dampak semakin loyalnya konsumen terhadap produk perusahaan.
Pemerintah merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah
negara, sehingga dalam dunia bisnispun, pemerintah memegang posisi dan
peranan yang penting. Pemerintah selalu memonitor dan mengevaluasi setiap
proses bisnis, agar terjadi keseimbangan antara pelaku bisnis dan masyarakat.
Regulasi, kebijakan, bahkan intervensi merupakan berbagai upaya yang dilakukan
pemerintah dalam dunia bisnis, agar proses bisnis berjalan lancar dan seimbang,
tanpa adanya pihak baik konsumen maupun produsen yang dirugikan. Dengan
demikian, pemerintah memiliki peranan yang besar, antara lain peran dalam
perlindungan, pendorong aktivitas bisnis yang sehat, dan peran dalam
membangun dunia usaha bagi masyarakat.
Diederik de Boer mengatakan bahwa hubungan yang sinergis dan baik
antara public sector, private sector, dan civil society akan memberikan sebuah
nilai (value). Apabila nilai (value) ini telah tercapai, maka perusahaan sebagai
pelaku bisnis akan melakukan setiap aktivitas bisnisnya dengan aman, leluasa, dan
memperoleh profit tanpa perlu merasa terganggu dari ancaman-ancaman baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Bagi pemerintah, nilai (value) yang diperoleh
adalah adanya dunia bisnis atau usaha yang kondusif dan berkembang serta maju.
Dalam hal ini, pemerintah akan merasa berhasil dalam menciptakan iklim bisnis
yang baik. Bagi masyarakat sendiri, nilai (value) yang dapat diperoleh dengan
adanya perusahaan adalah masyarakat dapat memperoleh produk yang dibutuhkan
dan dapat memperoleh lapangan pekerjaan.
Dengan demikian, apabila aspek public sector, private sector, dan civil
society berjalan dengan sinergis, maka keberlanjutan dari bisnis atau usaha
(sustainable business) dapat berjalan dengan efektif. Namun pencapaian
sinergisitas antara ketiga aspek tersebut sering kali dihadapkan dengan berbagai
kendala, baik benturan nilai maupun tujuan. Oleh karena itu, untuk mencapai
sinergisitas tersebut, maka benturan nilai dan tujuan yang terjadi antara
perusahaan, pemerintah, dan masyarakat harus dieliminir seoptimal mungkin dan
harus meningkatkan hubungan yang baik di antara ketiga aspek tersebut.

2
Merintis Bisnis di Bidang Pertanian
Kasus : Jamur Tiram
(Triono Untung Priyadi, 13 Oktober 2009)

Pertanian merupakan salah satu potensi Indonesia dalam meningkatkan


devisa negara. Hal ini karena bidang pertanian sangat sesuai dengan iklim
Indonesia, sehingga pengembangannya dapat dilakukan setiap saat dan di mana
saja. Sebagai negara agararis, Indonesia merupakan negara yang memiliki
kekayaan alam yang berlimpah. Di berbagai pelosok tanah air terdapat kekayaan
hayati yang melimpah, baik kekayaan di daratan maupun di lautan. Namun
demikian, pemanfaatan dan pemberdayaannya masih belum optimal dan
memberikan hasil yang memuaskan bagi bangsa Indonesia.
Banyak hasil pertanian dari negara lain yang diimpor ke Indonesia. Impor
ini terjadi karena ketersediaan komoditas-komoditas pertanian yang tidak cukup
dalam memenuhi permintaan pasar di Indonesia. Usaha dan strategi
pengembangan komoditas pertanian telah sejak dahulu dilakukan. Namun hingga
sekarang, pertanian Indonesia belum mengalami peningkatan yang signifikan
dibandingkan negara-negara beriklim subtropis lainnya. Selain itu, ekonomi
pertanian dalam perkembangannya dianggap lebih memiliki daya tahan terhadap
krisis keuangan atau krisis moneter. Hal ini tentu saja memberikan banyak
peluang usaha yang dapat dikembangkan dalam bidang pertanian. Sebagai contoh
adalah obat-obatan, kosmetik, jamu, parfum, dan lain sebagainya.
Salah satu usaha dalam bidang pertanian yang memiliki prospek dan masa
depan cerah adalah usaha atau bisnis jamur. Jamur berdasarkan jenisnya terdiri
dari jamur tiram, jamur kancing, jamur merang, jamur kuping, jamur ling-zhi,
jamur paha ayam, jamur kuping putih, dan jamur kepala monyet. Dalam kaitannya
dengan permintaan konsumen terhadap jamur, jamur merang dan jamur tiram
merupakan jamur yang paling diminati. Jamur merang memiliki warna hitam dan
putih. Jamur ini memiliki peluang besar untuk dibudidayakan dan dikembangkan.
Jamur merupakan bahan pangan yang kaya akan kandungan nutrisi. Jamur
memiliki banyak kelebihan, yaitu berupa komponen organik dan nabati, memiliki
tingkat atau masa pertumbuhan yang relatif cepat, produktivitas persatuan luas

3
dan waktu cukup tinggi, kandungan protein yang tinggi, dan memiliki nutrisi
lengkap termasuk mengandung beberapa komponen berkhasiat obat. Selain itu,
budidaya jamur relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Media pertumbuhan jamur adalah limbah pertanian dan limbah kehutanan, di
mana limbah pertanian dan kehutanan ini sangat berlimpah di Indonesia.
Usaha atau bisnis jamur juga memiliki hambatan dan tantangan baik dari
hulu hingga hilir, karena usaha jamur ini harus melalui proses yang relatif
panjang. Kendala awal yang sering dihadapi dalam memulai usaha atau bisnis
jamur antara lain mental, misalnya tidak percaya diri dan ketakutan yang besar
akan kegagalan usaha. Kendala ini dapat diatasi melalui sharing knowledge
dengan pengusaha jamur yang telah berhasil ataupun pihak akademisi perguruan
tinggi bidang pertanian. Kendala berikutnya adalah modal, misalnya tidak
memiliki modal berupa uang. Modal berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman
juga menjadi kendala besar dalam memulai usaha ini. Kendala berupa terjaminnya
pasar jamur juga menjadi hambatan pengusaha jamur dalam mengembangkan
bisnisnya. Ketakutan akan tidak terjual atau tidak lakunya jamur hasil usaha,
ketidakpahaman pengusaha jamur dalam memasarkan jamur, dan tidak paham
dalam membangun jaringan pasar merupakan kendala yang dapat mematahkan
semangat dan motivasi pengusaha jamur.
Segala permasalahan, hambatan, dan kendala dapat diselesaikan dan
ditemukan solisi pemecahannya. Ketekunan dalam menjalani usaha, semangat
belajar, dan pantang menyerah merupakan modal dasar yang dapat memberikan
kunci keberhasilan dalam usaha ini. Sebagai contoh, dari sisi pasar, salah satu kiat
yang dapat memberikan keberhasilan adalah dengan menerapkan prinsip
“memproduksi barang yang hanya dapat dipasarkan dan tidak memproduksi
barang yang tidak dapat dipasarkan”.
Dengan demikian, keberhasilan usaha seseorang tergantung pada kerja
keras dan semangat berjuang dalam dirinya. Niat dalam berusaha yang baik,
berusaha dengan giat, tekun, dan penuh keyakinan, melakukan usaha atau bisnis
dengan cara yang baik dan benar, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
sekitar, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan kunci sukses dalam
menjalankan bisnis atau usaha.

4
Proses Kewirausahaan dalam Pengembangan Agribisnis
Kasus : Sayuran aeroponik
(Danny Kristian Rusli, 19 Januari 2010)

Danny Kristian Rusli adalah seseorang yang berhasil memajukan PT


Momenta Agrikultura. Namun demikian, dibalik kesuksesannya membawa PT
Momenta Agrikultura menjadi perusahaan agribisnis yang maju, beliau memiliki
perjalanan hidup yang tidak mudah sebelum seperti saat ini. Sukses merupakan
sebuah kondisi yang dalam perjalannya tidak mudah. Ketidakmudahan mencapai
sukses inilah yang melatarbelakangi beliau memutuskan untuk bergelut dalam
dunia pertanian. Setelah lulus kuliah dari Universits Padjadjaran, beliau mencoba
bertani dan menanam cabai seluas empat hektar. Namun demikian, kegagalan
yang diperolehnya menyebabkan Danny Kristian Rusli mencari kesuksesan di luar
bidang agribisnis. Namun kondisi dan situasi yang sulit menyebabkan beliau
berpikir dan mencoba berkarir kembali dalam dunia agribisnis.
Terdapat banyak keunggulan dari sayuran aeroponik, yaitu aman dan sehat
karena bebas dari pestisida, rasa sayuran lebih renyah, memiliki kandungan nutrisi
yang lebih banyak, hampir semua bagian dari tanaman tersebut dapat dimakan
kecuali akar, serta memiliki daya simpan yang lebih lama apabila disimpan dalam
suhu rendah. Walaupun harga yang ditawarkan untuk tanaman aeroponik relatif
lebih mahal dibandingkan dengan tanaman biasa, namun relatif banyak konsumen
yang memilih sayuran aeroponik ini karena keunggulannya. Ditambah lagi saat ini
banyak konsumen yang cenderung sensitif terhadap kesehatan dalam memilih
produk pangan, sehingga sayuran aeroponik menjadi pilihan.
Budidaya sayuran aeroponik yang dilakukan oleh PT Momenta
Agrikultura membawa keberhasilan yang sangat baik. Hal ini terlihat pada tahun
2005, PT Momenta Agrikultura telah melakukan ekspor untuk yang pertama kali,
yaitu ke Singapura, untuk buah paprika sebanyak 500 kg. Selain itu, PT Momenta
Agrikultura juga menyuplai produknya ke supermarket di Jakarta, Bandung,
Surabaya, Bali, dan Makasar. Selain mengembangkan metode aeroponik, PT
Momenta Agrikultura juga mengembangkan metode hidroponik dan metode
organik dalam mengembangkan usahanya.

5
Teladan yang sangat baik dari PT Momenta Agrikultura dan perlu menjadi
perhatian adalah bahwa PT Momenta Agrikultura mengedepankan organic
farming, yaitu menanam sayuran ataupun buah secara organik, di mana kondisi
dan proses pertanamannya disesuaikan dengan ekosistem yang ada di sekitarnya.
Selain itu, dalam kaitannya dengan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar
perusahaan, PT Momenta Agrikultura menerapkan Corporate Social
Responsibility berupa bantuan kepada anak-anak jalanan dengan
memperkerjakannya di perusahaan. Pemberdayaan ini tentunya meningkatkan
kemampuan dan keterampilan anak-anak tersebut dalam bidang pertanian. Dengan
demikian, mereka akan mampu mandiri tanpa menggantungkan hidupnya di
jalanan lagi, bahkan memiliki usaha sendiri di bidang pertanian dan dapat menjadi
mitra atau pihak yang dapat bekerjasama dengan perusahaan.
Di balik kesuksesan dalam metode budidaya, PT Momenta Agrikultura
memahami dengan baik bahwa bisnis di bidang pertanian memiliki resiko yang
cukup tinggi. Resiko ini antara lain bahwa produk pertanian mudah rusak, tidak
stabil dalam hal produksi karena dipengaruhi oleh suhu, cuaca, kelembaban udara,
bahkan penyakit. Oleh karena itu, aktivitas perusahaan yang efektif dan efisien
selalu diterapkan perusahaan, bahkan hingga melakukan pengembangan produk
berupa buah-buahan. Produk buah PT Momenta Agrikultura salah satunya adalah
buah strawberry.
Beberapa kunci sukses PT Momenta Agrikultura antara lain kualitas
produk, produktivitas, dan kontinuitas produk. Faktor-faktor tersebut merupakan
kunci sukses dari sisi produksi. Selain itu, dari sisi distribusi, PT Momenta
Agrikultura mengedepankan layanannya kepada konsumen, efisiensi operasi, dan
sistem rantai pasoknya. Kunci sukses terakhir PT Momenta Agrikultura adalah
pemasaran. PT Momenta Agrikultura sangat memperhatikan konsumen dan
pelanggannya, sehingga kebutuhan pelanggan dapat difasilitasi dengan baik.
Keberhasilan PT Momenta Agrikultura yang baik dalam bisnis di bidang
pertanian juga terjadi karena adanya inovasi. Inovasi dilakukan tentu saja pada
produknya, karena produk inilah yang langsung dirasakan oleh konsumen. Inovasi
produk menjadi fokus perusahaan, agar konsumen puas terhadap produk
perusahaan dan menjadi loyal di kemudian hari.

6
OPINI

Ketiga resume di atas bertemakan bisnis atau kewirausahaan, yang dalam


dunia akademis dikenal dengan istilah enterpreneur. Jamur Tiram dan Sayuran
aeroponik merupakan beberapa contoh bisnis dalam bidang pertanian yang telah
berhasil dijalankan dengan baik. Keberhasilan dan kesuksesan yang dicapai
pelaku bisnis sangat tergantung pada diri pelaku bisnis tersebut. Banyak terdapat
kegagalan dalam bisnis atau kewirausahaan terjadi karena ketidakpahaman yang
baik oleh pelaku bisnis terhadap bisnis itu sendiri, termasuk turunan-turunannya,
seperti pemasaran, distribusi, dan inovasi.
Kendala mental dalam membangun bisnis banyak dialami pelaku bisnis
dalam mencapai keberhasilan. Bagaimana memulai bisnis, komoditas atau produk
apa yang menjadi fokus bisnis, modal yang tidak memadai, dan pasar yang belum
jelas sangat dirasakan oleh perorangan atau kelompok-kelompok yang ingin
memulai sebuah kewirausahaan. Belum lagi apabila bisnis sudah mulai berjalan,
bagaimana harus mempertahankan bisnis tersebut agar tetap eksis dan
berkesinambungan. Pihak-pihak terkait dalam keberlangsungan bisnis menjadi
sangat penting dalam menjaga eksistensi bisnis.
Titik awal keberhasilan bisnis tentu saja terletak dari proses menjalankan
atau pengembangan bisnis tersebut. Namun hal utama yang juga penting adalah
bagaimana memulai atau merintis bisnis tersebut. Dengan demikian, sangat
penting bagi setiap pihak yang ingin merintis bisnis untuk mengetahui
pengetahuan atau pemahaman yang cukup mendalam mengenai bagaimana
memulai sebuah bisnis.
Kemajuan pola pikir masyarakat merupakan latar belakang perkembangan
dunia bisnis, yang tentunya berdampak pada perkembangan bisnis itu sendiri, baik
dalam model transaksinya maupun dalam skala bisnisnya. Pasar yang semula
sederhana dan kecil kemudian berkembang menjadi pasar yang besar dan
potensial. Proses penciptaan nilai tambah produk menjadikan produk yang semula
termasuk dalam golongan komoditas menjadi suatu produk yang memiliki value
sehingga mampu bersaing dan menciptakan pasar potensial untuk dapat bersaing
dalam pasar global.

7
“ BAGAIMANA MERINTIS BISNIS “
(Pemahaman Awal Keberhasilan dalam Kewirausahaan)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia yang penuh persaingan dan kemajuan teknologi ini, dunia
kewirausahaan sudah sangat diminati oleh masyarakat luas. Namun, karena
kurangnya informasi, banyak pihak merasa masih belum jelas tentang aspek-aspek
apa saja yang melingkupi dunia wirausaha. Sebagian pihak beranggapan bahwa
kewirausahaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan, lingkungannya
para direktur dan pemilik PT, serta berbagai bentuk perusahaan lainnya. Oleh
karena itu, kewirausahaan sering dianggap sebagai wacana tentang bagaimana
menjadi kaya, sedangkan kekayaan itu sendiri seakan-akan merupakan simbol
keberhasilan dari kewirausahaan.
Bukan hanya sebagian masyarakat awam yang berpikir demikian, karena
ternyata beberapa lembaga pembinaan kewirausahaan juga memiliki persepsi
yang sama. Lembaga-lembaga tersebut menampilkan figur tokoh-tokoh sukses
yang dikatakan berhasil menjadi kaya, dengan jalan berwirausaha. Figur sukses
itu antara lain terdiri dari tokoh-tokoh pengusaha besar yang dikenal masyarakat
sebagai orang-orang terkemuka yang dekat dengan para pejabat pemerintahan.
Kalau bicara sekadar menjadi kaya, tentu semua orang akan memaklumi bahwa
tidak semua orang kaya adalah pengusaha, sebaliknya tidak semua pengusaha
adalah orang kaya. Rata-rata pejabat di Indonesia merupakan orang kaya.
Karyawan-karyawan swasta, terutama para general manager dan direktur juga
banyak yang kaya. Bahkan, ada pengemis jalanan berpenghasilan lebih dari Rp.
300.000,- per hari, dan jelas bahwa ia berpotensi untuk menjadi kaya.
Kewirausahaan sebenarnya bukanlah bertujuan untuk menjadi kaya.
Merintis masa depan dengan belajar menjadi pengusaha lebih mirip dengan
belajar bagaimana mengemudikan kendaraan. Keterampilan mengemudi bukan
dilihat dari seberapa cepat kendaraan dipacu, karena memacu kecepatan adalah
hal yang mudah. Tetapi lebih dari itu, yang terpenting adalah tentang seberapa
dalam pengemudi menginjak pedal gas. Ilmu mengemudi lebih merupakan

8
keterampilan bagaimana menjalankan mobil dari keadaan tidak bergerak, menjadi
bergerak dan berjalan dengan stabil, serta bermanuver dengan baik sesuai
keadaan, berbelok, maju, mundur, parkir, menanjak, dan menurun. Sebagaimana
analogi tersebut, maka kewirausahaan pun demikian. Keberhasilan berwirausaha
tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau
harta serta menjadi kaya, karena kekayaan dapat diperoleh dengan berbagai cara,
termasuk mencuri, merampok, dan korupsi. Sebaliknya, kewirausahaan lebih
melihat bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan
usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan, bahkan mungkin
tidak ada sama sekali. Seberapa kecil pun ukuran suatu usaha, jika dimulai dengan
niat baik, cara-cara yang bersih, keberanian dan kemandirian, sejak dari nol dan
kemudian bisa berjalan dengan baik, maka nilai kewirausahaannya lebih berharga
daripada sebuah perusahaan besar yang dimulai dengan modal atau fasilitas besar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kewirusahaan


Wirausahawan (entrepreneur) merupakan orang yang berjiwa berani
dalam mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi
tidak pasti (Kasmir, 2007 : 18). Pengertian kewirausahaan relatif berbeda-beda
dengan titik berat perhatian atau penekanan yang berbeda-beda, di antaranya
adalah penciptaan organisasi baru (Gartner, 1988), menjalankan kombinasi
(kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner,
1973), menghadapi ketidakpastian (Knight, 1921), dan mendapatkan secara
bersama faktor-faktor produksi (Say, 1803). Beberapa adalah definisinya :

1. Richard Cantillon (1775)


Kewirausahaan didefinisikan sebagai bekerja sendiri (self-employment).
Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan
menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi

9
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau
ketidakpastian.

2. Jean Baptista Say (1816)


Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat
produksi dan menemukan nilai dari produksinya.

3. Frank Knight (1921)


Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan
pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi
ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan
pengawasan.

4. Joseph Schumpeter (1934)


Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan
perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru.
Kombinasi baru tersebut dapat berupa : 1) memperkenalkan produk baru atau
dengan kualitas baru; 2) memperkenalkan metoda produksi baru; 3) membuka
pasar yang baru (new market); 4) memperoleh sumber pasokan baru dari bahan
atau komponen baru; dan 5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Beliau juga mengaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang diterapkan
dalam konteks bisnis serta mengaitkannya dengan kombinasi sumber daya.

2.2 Cakupan Kewirusahaan


1. Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam
system ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan
kapasitas kewirausahaan.

2. Harvey Leibenstein (1968, 1979)


Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk

10
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.

3. Israel Kirzner (1979)


Wirausahawan mengenali dan bertindak terhadap peluang pasar.

4. Entrepreneurship Center at Miami University of Ohio


Kewirausahaan sebagai proses mengidentifikasi, mengembangkaan, dan
membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif,
peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu.

5. Peter F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
yang sudah ada sebelumnya.

6. Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan.

2.3 Karakteristik Wirausahawan (Masykur W)


1. Keinginan untuk berprestasi
2. Keinginan untuk bertanggung jawab
3. Preferensi kepada resiko menengah
4. Persepsi kepada kemungkian berhasil
5. Rangsangan untuk umpan balik
6. Aktivitas Energik
7. Orientasi ke masa depan
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian

11
2.4 Ciri dan Watak Wirausaha
No Ciri Watak
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualistis,dan optimisme
2 Berorientasi pada tugas dan Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
hasil ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energetic, dan
3 Pengambilan resiko inisiatif
Kemampuan untuk mengambil resiko yang
wajar dan suka tantangan
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6 Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif

(Sumber : dari Meredith, et.a., dalam Suryana, 2001 : 8)

2.5 Jenis Kewirausahaan (Williamson, 1961)


1.Innovating Entrepreneurship
Bereksperimentasi secara agresif, trampil mempraktekkan transformasi-
transformasi atraktif.

2. Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur.

3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera
melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.

4. Drone Entrepreneurship
Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan
perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut akan
mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.

12
2.6 Proses Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat
peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan
akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau
jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini
seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang
telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong
positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan
usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

2.7 Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha


Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28) :
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
2. Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha
tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan
mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang
diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu
segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik

13
dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.

III. PEMBAHASAN

3.1 Merintis Dunia Usaha


Kewirausahaan atau lebih dikenal dengan istilah entrepreneur dipandang
sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di
pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan
atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan
menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan
tindakan yang kreatif dan innovatif. Wirausahawan adalah orang yang merubah
nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan baku, dan faktor produksi lainnya
menjadi lebih besar daripada sebelumnya. Selain itu, seorang wirausahawan
menjalankan peranan manajerial dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin
pada operasi yang sedang berjalan tidak digolongkan sebagai kewirausahaan.
Seorang individu mungkin saja menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika
membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial
tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan dapat bersifat
sementara atau kondisional.
Kewirausahaan ini dalam perintisannya sering kali menyebabkan berbagai
pihak yang ingin berbisnis mengalami kesulitan, terutama dalam langkah awal
memasuki dunia usaha atau bisnis tersebut. Apakah harus seorang diri, bersama
teman atau pihak lain, atau yang lainnya. Oleh karena itu, terdapat tiga cara yang
dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha :

1. Merintis usaha baru (starting)

 Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), bentuk usaha yang dimiliki


dan dikelola sendiri oleh seseorang.
 Persekutuan (partnership), suatu kerjasama (aosiasi) dua orang atau lebih
yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama.

14
 Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas
dasar badan hukum dengan modal saham-saham.

2. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying)


3. Kerjasama manajemen (franchising)

Wirausaha adalah seseorang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki


keberanian menghadapi resiko, karena kegagalan sangat erat dengan dunia bisnis.
Sebagaimana seorang yang “baru” dalam dunia bisnis yang mengelola dan
sekaligus sebagai pemilik usaha (business owner manager) atau pelaksana usaha
kecil (small business operator), wirausaha harus memiliki kecakapan untuk
bekerja, kemampuan mengorganisir, kreativitas, dan sefat lebih menyukai
tantangan. Terdapat dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk
mencari peluang dengan mendirikan usaha baru:

1. Pendekatan ”in-side out” atau ”idea generation”, yaitu pendekatan berdasarkan


gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha.
2. Pendekatan ”the out-side in” atau “opportunity recognition”, yaitu pendekatan
yang menekankan pada basis ide merespon kebutuhan pasar sebagai kunci
keberhasilan.

Berdasarkan pendekatan ”in-side out”, untuk memulai usaha, seorang


calon wirausaha harus memiliki kompetensi usaha. Menurut Norman
Scarborough, kompetensi usaha yang diperlukan meliputi kemampuan teknik,
kemampuan pemasaran, kemampuan financial, dan kemampuan hubungan. Dalam
merintis suatu usaha baru, seseorang atau beberapa pihak tidak melakukan
perencanaan dengan baik dan sering melupakan hal-hal mendasar dalam dunia
bisnis, seperti :

1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.

Beberapa bidang usaha yang dimasuki misalnya :

 Bidang usaha pertanian (pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan)


 Bidang usaha pertambangan (galian pasir, galian tanah, batu, dan bata)

15
 Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis)
 Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan
raya)
 Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor)
 Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi)
 Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering)
 Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan
distribusi)
 Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan
daya tarik wisata dan usaha sarana wisata).

2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan dipilih

Terdapat beberapa kepemilikan usaha yang dapat dipilih, diantaranya


perusahaan perseorangan, persekutuan (dua macam anggota sekutu umum dan
sekutu terbatas), perseroan, dan firma.

3. Tempat usaha yang akan dipilih

Dalam menentukan tempat usaha, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya :

 Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen atau


pelanggan maupun pasar?
 Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?
 Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat
pengangkut dan jalan raya

4. Organisasi usaha yang akan digunakan


5. Kompleksitas organisasi usaha tergantung pada lingkup atau cakupan usaha
dan skala usaha. Fungsi kewirausahaan dasarnya adalah kreativitas dan inovasi,
sedangkan manajerial dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen. Semakin
kecil perusahaan, maka semakin besar fungsi kewirausahaan.

16
6. Lingkungan usaha

Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya


perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha atau
perusahaan adalah lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro
adalah lingkungan yang berkaitan langsung dengan operasional perusahaan,
seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi,
distributor, dan pelanggan, sedangkan lingkungan makro adalah lingkungan di
luar perusahaan yang dapat mempengaruhi daya hidup perusahaan secara
keseluruhan, yang meliputi lingkungan ekonomi, lingkungan teknologi,
lingkungan sosial, lingkungan sosiopolitik, lingkungan demografi, dan dan gaya
hidup.

3.2 Strategi dalam Penentuan Bisnis secara Instan

1. Membeli Perusahaan yang sudah didirikan

Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang


sudah ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain beresiko lebih
rendah, lebih mudah, memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang dapat
ditawar. Namun demikian, hal ini juga memiliki kelemahan, antara lain masalah
eksternal, yaitu lingkungan, misalnya banyaknya pesaing dan ukuran peluang
pasar, dan masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada dalam perusahaan,
misalnya image atau reputasi perusahaan.

2. Franchising (Kerjasama Manajemen)

Franchising adalah kerjasama manajemen untuk menjalankan perusahaan


cabang/penyalur. Inti dari Franchising adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk. Franchisor adalah (perusahaan
induk) adalah perusahaan yang memberi lisensi, sedangkan franchise adalah
perusahaan pemberi lisensi (penyalur atau dealer).

17
3.3 Langkah-langkah Memulai Berwirausaha
1. Mengenali peluang usaha
Peluang sebenarnya ada di sekeliling kita, hanya saja ada beberapa individu yang
mampu melihat situasi sebagai peluang ada yang tidak. Hal ini disebabkan faktor
kurangnya informasi yang dimiliki. Informasi memungkinkan seseorang
mengetahui bahwa peluang ada saat orang lain tidak menghiraukan situasi
tersebut.

2. Optimalisasi Potensi diri


Setelah mengenai peluang usaha, maka harus dikombinasikan dengan potensi
diri. Dalam hal ini adalah keunggulan kompetitif apa yang saya miliki.

3. Fokus dalam bidang usaha


Dalam memulai sebuah usaha atau inovasi, perlu untuk fokus dari hal-hal yang
kecil berdasarkan sumberdaya yang kita miliki.

4. Berani memulai
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian, sementara informasi yang
dimiliki relatif sedikit. Oleh karena itu, keberanian dalam mengambil resiko
sangat perlu dilakukan.

IV. KESIMPULAN

Dengan demikian, dalam merintis sebuah bisnis baru, seseorang harus


memperhatikan bidang dan jenis usaha yang dimasuki, bentuk usaha dan
kepemilikan yang akan dipilih, tempat usaha yang akan dipilih, organisasi usaha
yang akan digunakan, dan bagaimana lingkungan usahanya. Selain itu, dalam
memulai bisnis, seseorang juga baiknya melakukan langkah-langkah berupa
mengenali peluang usaha, optimalisasi potensi diri, fokus dalam bidang usaha,
dan berani memulai.

18
TINJAUAN PUSTAKA

Alma, Prof. Dr. Buchari, 2007. Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta,
Bandung.

http://hipmisumut.or.id/?p=125. Diakses pada tanggal 05 Juni 2010.

http://westaction.org/definitions/def_entrepreneurship_1.html yang diakses pada


tanggal 05 Juni 2010.

Kasmir. 2007. Kewirausahaan, PT RajaGrafindo Perkasa, Jakarta.

Masykur Wiratmo. 1994. Kewirausahaan: Seri diktat kuliah, Gunadarma, Jakarta.

Mas’ud dan Mahmud Machfoedz. 2004. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Soesarsono. 2002. Pengantar Kewirausahaan, Buku I, Jurusan Teknologi Industri


IPB, Bogor.

Suryana. 2001. Kewirausahaan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Triton PB. 2007. Entrepreneurship : Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Tugu


Publisher, Yogyakarta.

Winardi. 2003. Entrepreneur & Entrepreneurship, Kencana, Jakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai