(Diederik de Boer, 18 Agustus 2009) : Sustainable Business A Value Chain Research Approach
(Diederik de Boer, 18 Agustus 2009) : Sustainable Business A Value Chain Research Approach
1
dengan perusahaan, bukan sekedar hubungan penjual dan pembeli. Hal ini tentu
akan memberi dampak semakin loyalnya konsumen terhadap produk perusahaan.
Pemerintah merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam sebuah
negara, sehingga dalam dunia bisnispun, pemerintah memegang posisi dan
peranan yang penting. Pemerintah selalu memonitor dan mengevaluasi setiap
proses bisnis, agar terjadi keseimbangan antara pelaku bisnis dan masyarakat.
Regulasi, kebijakan, bahkan intervensi merupakan berbagai upaya yang dilakukan
pemerintah dalam dunia bisnis, agar proses bisnis berjalan lancar dan seimbang,
tanpa adanya pihak baik konsumen maupun produsen yang dirugikan. Dengan
demikian, pemerintah memiliki peranan yang besar, antara lain peran dalam
perlindungan, pendorong aktivitas bisnis yang sehat, dan peran dalam
membangun dunia usaha bagi masyarakat.
Diederik de Boer mengatakan bahwa hubungan yang sinergis dan baik
antara public sector, private sector, dan civil society akan memberikan sebuah
nilai (value). Apabila nilai (value) ini telah tercapai, maka perusahaan sebagai
pelaku bisnis akan melakukan setiap aktivitas bisnisnya dengan aman, leluasa, dan
memperoleh profit tanpa perlu merasa terganggu dari ancaman-ancaman baik dari
pemerintah maupun masyarakat. Bagi pemerintah, nilai (value) yang diperoleh
adalah adanya dunia bisnis atau usaha yang kondusif dan berkembang serta maju.
Dalam hal ini, pemerintah akan merasa berhasil dalam menciptakan iklim bisnis
yang baik. Bagi masyarakat sendiri, nilai (value) yang dapat diperoleh dengan
adanya perusahaan adalah masyarakat dapat memperoleh produk yang dibutuhkan
dan dapat memperoleh lapangan pekerjaan.
Dengan demikian, apabila aspek public sector, private sector, dan civil
society berjalan dengan sinergis, maka keberlanjutan dari bisnis atau usaha
(sustainable business) dapat berjalan dengan efektif. Namun pencapaian
sinergisitas antara ketiga aspek tersebut sering kali dihadapkan dengan berbagai
kendala, baik benturan nilai maupun tujuan. Oleh karena itu, untuk mencapai
sinergisitas tersebut, maka benturan nilai dan tujuan yang terjadi antara
perusahaan, pemerintah, dan masyarakat harus dieliminir seoptimal mungkin dan
harus meningkatkan hubungan yang baik di antara ketiga aspek tersebut.
2
Merintis Bisnis di Bidang Pertanian
Kasus : Jamur Tiram
(Triono Untung Priyadi, 13 Oktober 2009)
3
dan waktu cukup tinggi, kandungan protein yang tinggi, dan memiliki nutrisi
lengkap termasuk mengandung beberapa komponen berkhasiat obat. Selain itu,
budidaya jamur relatif mudah dan tidak memerlukan biaya yang sangat tinggi.
Media pertumbuhan jamur adalah limbah pertanian dan limbah kehutanan, di
mana limbah pertanian dan kehutanan ini sangat berlimpah di Indonesia.
Usaha atau bisnis jamur juga memiliki hambatan dan tantangan baik dari
hulu hingga hilir, karena usaha jamur ini harus melalui proses yang relatif
panjang. Kendala awal yang sering dihadapi dalam memulai usaha atau bisnis
jamur antara lain mental, misalnya tidak percaya diri dan ketakutan yang besar
akan kegagalan usaha. Kendala ini dapat diatasi melalui sharing knowledge
dengan pengusaha jamur yang telah berhasil ataupun pihak akademisi perguruan
tinggi bidang pertanian. Kendala berikutnya adalah modal, misalnya tidak
memiliki modal berupa uang. Modal berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman
juga menjadi kendala besar dalam memulai usaha ini. Kendala berupa terjaminnya
pasar jamur juga menjadi hambatan pengusaha jamur dalam mengembangkan
bisnisnya. Ketakutan akan tidak terjual atau tidak lakunya jamur hasil usaha,
ketidakpahaman pengusaha jamur dalam memasarkan jamur, dan tidak paham
dalam membangun jaringan pasar merupakan kendala yang dapat mematahkan
semangat dan motivasi pengusaha jamur.
Segala permasalahan, hambatan, dan kendala dapat diselesaikan dan
ditemukan solisi pemecahannya. Ketekunan dalam menjalani usaha, semangat
belajar, dan pantang menyerah merupakan modal dasar yang dapat memberikan
kunci keberhasilan dalam usaha ini. Sebagai contoh, dari sisi pasar, salah satu kiat
yang dapat memberikan keberhasilan adalah dengan menerapkan prinsip
“memproduksi barang yang hanya dapat dipasarkan dan tidak memproduksi
barang yang tidak dapat dipasarkan”.
Dengan demikian, keberhasilan usaha seseorang tergantung pada kerja
keras dan semangat berjuang dalam dirinya. Niat dalam berusaha yang baik,
berusaha dengan giat, tekun, dan penuh keyakinan, melakukan usaha atau bisnis
dengan cara yang baik dan benar, memiliki kepedulian yang tinggi terhadap
sekitar, dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan kunci sukses dalam
menjalankan bisnis atau usaha.
4
Proses Kewirausahaan dalam Pengembangan Agribisnis
Kasus : Sayuran aeroponik
(Danny Kristian Rusli, 19 Januari 2010)
5
Teladan yang sangat baik dari PT Momenta Agrikultura dan perlu menjadi
perhatian adalah bahwa PT Momenta Agrikultura mengedepankan organic
farming, yaitu menanam sayuran ataupun buah secara organik, di mana kondisi
dan proses pertanamannya disesuaikan dengan ekosistem yang ada di sekitarnya.
Selain itu, dalam kaitannya dengan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar
perusahaan, PT Momenta Agrikultura menerapkan Corporate Social
Responsibility berupa bantuan kepada anak-anak jalanan dengan
memperkerjakannya di perusahaan. Pemberdayaan ini tentunya meningkatkan
kemampuan dan keterampilan anak-anak tersebut dalam bidang pertanian. Dengan
demikian, mereka akan mampu mandiri tanpa menggantungkan hidupnya di
jalanan lagi, bahkan memiliki usaha sendiri di bidang pertanian dan dapat menjadi
mitra atau pihak yang dapat bekerjasama dengan perusahaan.
Di balik kesuksesan dalam metode budidaya, PT Momenta Agrikultura
memahami dengan baik bahwa bisnis di bidang pertanian memiliki resiko yang
cukup tinggi. Resiko ini antara lain bahwa produk pertanian mudah rusak, tidak
stabil dalam hal produksi karena dipengaruhi oleh suhu, cuaca, kelembaban udara,
bahkan penyakit. Oleh karena itu, aktivitas perusahaan yang efektif dan efisien
selalu diterapkan perusahaan, bahkan hingga melakukan pengembangan produk
berupa buah-buahan. Produk buah PT Momenta Agrikultura salah satunya adalah
buah strawberry.
Beberapa kunci sukses PT Momenta Agrikultura antara lain kualitas
produk, produktivitas, dan kontinuitas produk. Faktor-faktor tersebut merupakan
kunci sukses dari sisi produksi. Selain itu, dari sisi distribusi, PT Momenta
Agrikultura mengedepankan layanannya kepada konsumen, efisiensi operasi, dan
sistem rantai pasoknya. Kunci sukses terakhir PT Momenta Agrikultura adalah
pemasaran. PT Momenta Agrikultura sangat memperhatikan konsumen dan
pelanggannya, sehingga kebutuhan pelanggan dapat difasilitasi dengan baik.
Keberhasilan PT Momenta Agrikultura yang baik dalam bisnis di bidang
pertanian juga terjadi karena adanya inovasi. Inovasi dilakukan tentu saja pada
produknya, karena produk inilah yang langsung dirasakan oleh konsumen. Inovasi
produk menjadi fokus perusahaan, agar konsumen puas terhadap produk
perusahaan dan menjadi loyal di kemudian hari.
6
OPINI
7
“ BAGAIMANA MERINTIS BISNIS “
(Pemahaman Awal Keberhasilan dalam Kewirausahaan)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam dunia yang penuh persaingan dan kemajuan teknologi ini, dunia
kewirausahaan sudah sangat diminati oleh masyarakat luas. Namun, karena
kurangnya informasi, banyak pihak merasa masih belum jelas tentang aspek-aspek
apa saja yang melingkupi dunia wirausaha. Sebagian pihak beranggapan bahwa
kewirausahaan adalah dunianya kaum pengusaha besar dan mapan, lingkungannya
para direktur dan pemilik PT, serta berbagai bentuk perusahaan lainnya. Oleh
karena itu, kewirausahaan sering dianggap sebagai wacana tentang bagaimana
menjadi kaya, sedangkan kekayaan itu sendiri seakan-akan merupakan simbol
keberhasilan dari kewirausahaan.
Bukan hanya sebagian masyarakat awam yang berpikir demikian, karena
ternyata beberapa lembaga pembinaan kewirausahaan juga memiliki persepsi
yang sama. Lembaga-lembaga tersebut menampilkan figur tokoh-tokoh sukses
yang dikatakan berhasil menjadi kaya, dengan jalan berwirausaha. Figur sukses
itu antara lain terdiri dari tokoh-tokoh pengusaha besar yang dikenal masyarakat
sebagai orang-orang terkemuka yang dekat dengan para pejabat pemerintahan.
Kalau bicara sekadar menjadi kaya, tentu semua orang akan memaklumi bahwa
tidak semua orang kaya adalah pengusaha, sebaliknya tidak semua pengusaha
adalah orang kaya. Rata-rata pejabat di Indonesia merupakan orang kaya.
Karyawan-karyawan swasta, terutama para general manager dan direktur juga
banyak yang kaya. Bahkan, ada pengemis jalanan berpenghasilan lebih dari Rp.
300.000,- per hari, dan jelas bahwa ia berpotensi untuk menjadi kaya.
Kewirausahaan sebenarnya bukanlah bertujuan untuk menjadi kaya.
Merintis masa depan dengan belajar menjadi pengusaha lebih mirip dengan
belajar bagaimana mengemudikan kendaraan. Keterampilan mengemudi bukan
dilihat dari seberapa cepat kendaraan dipacu, karena memacu kecepatan adalah
hal yang mudah. Tetapi lebih dari itu, yang terpenting adalah tentang seberapa
dalam pengemudi menginjak pedal gas. Ilmu mengemudi lebih merupakan
8
keterampilan bagaimana menjalankan mobil dari keadaan tidak bergerak, menjadi
bergerak dan berjalan dengan stabil, serta bermanuver dengan baik sesuai
keadaan, berbelok, maju, mundur, parkir, menanjak, dan menurun. Sebagaimana
analogi tersebut, maka kewirausahaan pun demikian. Keberhasilan berwirausaha
tidaklah identik dengan seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau
harta serta menjadi kaya, karena kekayaan dapat diperoleh dengan berbagai cara,
termasuk mencuri, merampok, dan korupsi. Sebaliknya, kewirausahaan lebih
melihat bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, serta menjalankan
usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak berjalan, bahkan mungkin
tidak ada sama sekali. Seberapa kecil pun ukuran suatu usaha, jika dimulai dengan
niat baik, cara-cara yang bersih, keberanian dan kemandirian, sejak dari nol dan
kemudian bisa berjalan dengan baik, maka nilai kewirausahaannya lebih berharga
daripada sebuah perusahaan besar yang dimulai dengan modal atau fasilitas besar.
9
definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi resiko atau
ketidakpastian.
10
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum
terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi
produksinya belum diketahui sepenuhnya.
5. Peter F. Drucker
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan
adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
berbeda dari yang lain atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan
yang sudah ada sebelumnya.
6. Zimmerer
Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi
dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan.
11
2.4 Ciri dan Watak Wirausaha
No Ciri Watak
1 Percaya diri Keyakinan, ketidaktergantungan,
individualistis,dan optimisme
2 Berorientasi pada tugas dan Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba,
hasil ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras,
mempunyai dorongan kuat, energetic, dan
3 Pengambilan resiko inisiatif
Kemampuan untuk mengambil resiko yang
wajar dan suka tantangan
4 Kepemimpinan Perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan
orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik
5 Keorisinilan Inovatif dan kreatif serta fleksibel
6 Berorientasi ke masa depan Pandanga ke depan, perspektif
2. Imitative Entrepreneurship
Meniru inovasi yang berhasil dari para Innovating Entrepreneur.
3. Fabian Entrepreneurship
Sikap yang teramat berhati-hati dan sikap skeptikal tetapi yang segera
melaksanakan peniruan-peniruan menjadi jelas sekali, apabila mereka tidak
melakukan hal tersebut, mereka akan kehilangan posisi relatif pada industri yang
bersangkutan.
4. Drone Entrepreneurship
Penolakan untuk memanfaatkan peluang-peluang untuk melaksanakan
perubahan-perubahan dalam rumus produksi sekalipun hal tersbut akan
mengakibatkan mereka merugi diandingkan dengan produsen lain.
12
2.6 Proses Kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :
1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat
peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan
akuisisi, atau melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan
dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur / produksi atau
jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini
seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan
mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang
telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong
positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan
usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.
13
dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang
pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
III. PEMBAHASAN
14
Perusahaan berbadan hukum (corporation), perusahaan yang didirikan atas
dasar badan hukum dengan modal saham-saham.
15
Bidang usaha pabrikasi (industri perakitan, sintesis)
Bidang usaha konstruksi (konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, jalan
raya)
Bidang usaha perdangan (retailer, grosir, agen, dan ekspor-impor)
Bidang jasa keuangan (perbankan, asuransi, dan koperasi)
Bidang jasa perseorangan (potong rambut, salon, laundry, dan catering)
Bidang usaha jasa-jasa umum (pengangkutan, pergudangan, wartel, dan
distribusi)
Bidang usaha jasa wisata (usaha jasa parawisata, pengusahaan objek dan
daya tarik wisata dan usaha sarana wisata).
Dalam menentukan tempat usaha, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya :
16
6. Lingkungan usaha
17
3.3 Langkah-langkah Memulai Berwirausaha
1. Mengenali peluang usaha
Peluang sebenarnya ada di sekeliling kita, hanya saja ada beberapa individu yang
mampu melihat situasi sebagai peluang ada yang tidak. Hal ini disebabkan faktor
kurangnya informasi yang dimiliki. Informasi memungkinkan seseorang
mengetahui bahwa peluang ada saat orang lain tidak menghiraukan situasi
tersebut.
4. Berani memulai
Dunia kewirausahaan adalah dunia ketidakpastian, sementara informasi yang
dimiliki relatif sedikit. Oleh karena itu, keberanian dalam mengambil resiko
sangat perlu dilakukan.
IV. KESIMPULAN
18
TINJAUAN PUSTAKA
Alma, Prof. Dr. Buchari, 2007. Kewirausahaan, Edisi Revisi, Penerbit Alfabeta,
Bandung.
19