Anda di halaman 1dari 3

ARTIKE

HOME PROFIL GALERI


L

« Menyusun Langkah Di Lereng Slamet


Seperempat Abad Yayasan Jantung Indonesia »

Kardiovaskular Dapat Dihindari!


Dengan menghentikan kebiasaan merokok penderita jantung koroner akan berkurang kemungkinan terserang
penyakit ini sebesar 50 persen.

FPRIVATE "TYPE=PICT;ALT="
Federasi Jantung Dunia (WHF) melaporkan, penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CVD) menurun
dari 51,0 persen (1985) menjadi 48,0 persen (1990), dan 46,0 persen (1997). Sebaliknya, menurut DR Dede
Kusmana dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vascular Fakultas Kedokteran UI, persentase kematian
akibat penyakit ini di negara berkembang justru meningkat. Kalau pada 1985 sebanyak 16,0 persen, maka
angka ini menjadi 17,0 persen pada 1990 dan naik lagi menjadi 24,0 persen pada 1997.
Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Seperti dilaporkan Badan Litbang Departemen Kesehatan RI,
prosentasi kematian meningkat dari 5,9 persen (1975) menjadi 9,1 persen (1986) dan 19,0 persen (1995).
Pada seminar Penatalaksanaan Penyakit Jantung dan Stroke, di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita
Jakarta, pekan lalu, DR Dede mengatakan, pada 2000 dilaporkan CVD bertanggung jawab terhadap 16,5 juta
kematian di dunia di mana tiga perempatnya terjadi di negara berpendapatan rendah dan sedang. Sekitar 80
persen penyebab mortalitas adalah penyakit jantung (7,2 juta) dan stroke sebanyak 5,2 juta.
Menurutnya, penelitian pada 2000 di Jakarta Selatan menunjukkan, insiden CVD untuk umur 25 tahun ke atas
sebanyak 1,2 persen. Secara keseluruhan penyebab utama mortalitas 68,8 persen disebabkan CVD. Dari angka
itu 42,9 persen disebabkan jantung dan 25,8 persen karena stroke.
Senada, Dr Aulia Sani SpJp (K) FJCC FIHA dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita mengatakan, penyakit
jantung kini makin menjadi masalah kesehatan masyarakat. Sebab 80 persen kematian akibat penyakit ini
terjadi di negara berpendapatan rendah dan sedang dan 86 persen di negara berkembang.
‘’Penyakit kardiovaskular kini sudah menjadi epidemi global tanpa mengenal perbedaan antara pria dan
wanita, serta batas geografis dan sosial ekonomi,'’ katanya pada seminar tersebut.

Faktor resiko
Menurut DR Dede, badan dunia menyampaikan data bahwa faktor risiko mayor yang berperan terhadap
epidemi CVD adalah hipertensi, hiperkolesterolemia, asupan sayur dan buah rendah, tembakau, kurang
aktivitas fisik, dan obesitas.
Lebih dari tiga perempatnya hanya tiga faktor risiko yang bertanggung jawab, yaitu tembakau, hipertensi, dan
hiperkolesterolemia atau kombinasi.
Di seluruh dunia, tembakau bertanggung jawab terhadap timbulnya penyakit jantung pada 5 juta (22 persen)
kematian CVD. Sedangkan hipertensi atau penurunan tekanan darah tidak optimal menyumbang sekitar 7,1
juta (42 persen), hiperkolesterolemia 4,4 juta (18 persen) dan inaktivitas fisik 1,9 juta. ‘’Di Jakarta Selatan
sendiri, prevalensi perokok 38,5 persen laki-laki dan 1,8 persen perempuan,'’ ujar DR Dede.
Ia mengungkapkan, uji univariat kebiasaan mengonsumsi tembakau (merokok) menunjukkan, baik yang masih
aktif maupun bekas perokok (2-10 tahun), mempunyai rasio bahaya yang tinggi. Demikian juga jumlah
konsumsi rokok satu batang atau lebih mempunyai risiko yang sama.
Semakin muda usia seseorang mulai merokok, semakin besar pula bahaya terhadap kematian kardiovaskular.
Jenis rokok juga tidak berpengaruh. Baik rokok putih maupun sigaret tetap mendatangkan rasio bahaya yang
sama.
‘’Di atas 10 tahun berhenti merokok dapat digolongkan dalam kelompok orang yang tidak merokok. Ini berarti
jika ingin berhenti merokok, upayakan sampai 10 tahun dan jangan mencobanya kembali. Berhenti merokok
hanya dua tahun mempunyai risiko yang sama dengan perokok,'’ kata DR Dede menyarankan.
Sedini mungkin
DR Dede menegaskan, Indonesia sebagai negara berkembang dan sedang menghadapi krisis memerlukan
konsep sederhana dalam menekan peningkatan penyakit kardiovaskular. Pencegahan merupakan jawaban tepat
agar terhindar dari penyakit ini. Jangan sampai mempunyai atau membiarkan diri mengidap faktor risiko.
Caranya, dengan aktif bekerja secara fisik, seperti berolahraga, menari, dan melakukan kegiatan fisik lainnya
yang setara secara teratur. Yang juga penting adalah membiasakan diri tetap tidak merokok atau menghentikan
rokok. Dan bila sudah ada penyakit ini, atasi atau hilangkan (kontrol) dengan cukup baik dan teratur.
‘’Tidak merokok atau berhenti merokok merupakan upaya yang positif karena prevalensi merokok di
Indonesia masih tinggi yaitu di atas 50 persen. Pengalaman di Amerika Serikat menunjukkan bahwa insiden
kardiovaskular menurun 24,4 persen dalam waktu 10 tahun hanya dengan menggalakkan sikap menghentikan
kebiasaan merokok,'’ ungkap DR Dede.
Hal yang sama juga dikemukakan Aulia. Menurutnya, upaya pencegahan penyakit kardiovaskular bisa
dilakukan dengan pengontrolan faktor risiko. Salah satunya dengan menghentikan kebiasaan merokok. Selain
itu juga dengan penanganan hipertensi, kontrol diabetes, mengendalikan kadar lemak darah, serta pola hidup
yang teratur, mengontrol kelebihan berat badan dan aktivitas fisik/pola hidup aktif.
‘’Fakta menunjukkan bahwa semua perokok ingin berhenti merokok namun tidak tahu caranya. Dengan
menghentikan kebiasaan ini, maka penderita jantung koroner akan berkurang kemungkinannya terserang
penyakit ini sebesar 50 persen,'’ ujarnya.
Konsumsi Buah dan Sayur Antioksidan
Upaya pencegahan penyakit jantung dan stroke, serta penyakit kardiovaskular lainnya harus dilakukan segera.
Mengutip pendapat para pakar Komite Nutrisi dari AHA (Amerika Serikat) maupun dari forum dunia tentang
jantung dan stroke, DR Dede Kusmana dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas
Kedokteran UI menyatakan, berdasarkan penemuan ilmiah maka masyarakat umum direkomendasi untuk
mengonsumsi makanan yang seimbang dengan titik berat pada buah dan sayur yang mengandung antioksidan.
‘’Bagi mereka yang sudah menderita penyakit, maka suplementasi dari vitamin E menjanjikan, meskipun
berbagai penelitian masih kontroversi,'’ ungkapnya.
Sedangkan menurut dr Diana Komala dari perusahaan farmasi Combiphar, suplemen makanan diperlukan
khususnya bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Sebab pada masa ini vitalitas dan stamina orang menurun,
disertai meningkatnya risiko terkena berbagai penyakit termasuk hipertensi, kencing manis, jantung, dan
stroke. ‘’Karena itu kebutuhan vitamin perlu untuk dicukupi,'’ ujarnya.
Bila terjadi defisiensi vitamin (kekurangan vitamin), orang usia lanjut akan mengalami gangguan kognitif
(menurunnya daya ingat), gangguan pemulihan luka, kondisi tubuh buruk, anemia, dan peningkatan
perkembangan terjadinya infeksi.
‘’Defisiensi vitamin yang ekstrem bisa mengakibatkan kerusakan organ secara irreversible. Karena itu,
pemberian suplementasi harus dimulai sebelum gejala timbul,'’ imbuh Diana.
http://www.republika.co.id
Anda bisa mengikuti perkembangan komentar untuk tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. Anda bisa memberikan
tanggapan, atau trackback tulisan ini melalui website anda.

1 Tanggapan untuk “Kardiovaskular Dapat Dihindari!”


aida menulis:
9 August 2007 pada 4:05
bagaimana cara menghentikan kebiasaan merokok?

Tulis tanggapan
Nama (harus diisi)
Mail (tidak akan ditampilkan) (harus diisi)
Website
&Masukkan angka yang terlihat pada gambar

copyright ©2003-2005, Yayasan Jantung Indonesia

Anda mungkin juga menyukai