Anda di halaman 1dari 4

Orang Bertakwa Tidak Pernah

Merasa Miskin
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Adapun mengenai firman Allah Ta’ala :

{‫ﺐ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺚ ﻟﹶﺎ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺯ ﹾﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ } { ‫ﺎ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ ﹾﻞ ﹶﻟ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ ﹺﻖ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3).

Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan jalan keluar
bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan mendatangkan padanya berbagai manfaat
berupa dimudahkannya rizki. Rizki adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang
dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.
Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu
ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:

{‫ﺐ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺚ ﻟﹶﺎ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺯ ﹾﻗ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ } { ‫ﺎ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻌ ﹾﻞ ﹶﻟ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ ﹺﻖ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan
keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”

Kemudian ada yang bertanya kembali, “Kami menyaksikan sendiri bahwa di antara orang yang
bertakwa, ada yang tidak punya apa-apa. Namun memang ada sebagian lagi yang diberi banyak rizki.”

Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rizki dari jalan
yang tak terduga. Namun ayat itu tidak menunjukkan bahwa orang yang tidak bertakwa tidak diberi rizki.
Bahkan setiap makhluk akan diberi rizki sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:

‫ﺎ‬‫ﺯﹸﻗﻬ‬ ‫ﻪ ﹺﺭ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺽ ﺇﻟﱠﺎ‬


‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﺔ ﻓ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬‫ﻦ ﺩ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﻭﻣ‬
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi
rezkinya” (QS. Huud: 6).
Bahkan hamba yang menerjang yang haram termasuk yang diberi rizki. Orang kafir tetap diberi rizki
padahal rizki itu boleh jadi diperoleh dengan cara-cara yang haram, boleh jadi juga dengan cara yang baik,
bahkan boleh jadi pula diperoleh dengan susah payah.
Sedangkan orang yang bertakwa, Allah memberi rizki pada mereka dari jalan yang tidak terduga.
Rizkinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rizki mereka dari
yang khobits (yang kotor-kotor). Perlu diketahui bahwa orang yang bertakwa tidak mungkin dihalangi dari
rizki yang ia butuhkan. Ia hanyalah dihalangi dari materi dunia yang berlebih sebagai rahmat dan kebaikan
padanya. Karena boleh jadi diluaskannya rizki malah akan membahayakan dirinya. Sedangkan
disempitkannya rizki malah mungkin sebagai rahmat baginya. Namun beda halnya dengan keadaan manusia
yang Allah ceritakan:

‫ﻲ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﺯﹶﻗ‬ ‫ﻪ ﹺﺭ‬ ‫ﻴ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻩ ﹶﻓ ﹶﻘ‬ ‫ﺘﻠﹶﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﺎ ﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬‫ﻭﹶﺃﻣ‬ } { ‫ﻣ ﹺﻦ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ ﹾﻛ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﻴﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬‫ﻪ ﹶﻓ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻪ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻛ‬ ‫ﺑ‬‫ﺭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺘﻠﹶﺎ‬‫ﺑ‬‫ﺎ ﺍ‬‫ﺎ ﹸﻥ ﺇﺫﹶﺍ ﻣ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫} ﹶﻓﹶﺄﻣ‬
{ ‫ﺎ‬‫ﻧ ﹺﻦ { } ﹸﻛﻠ‬‫ﺎ‬‫ﹶﺃﻫ‬
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku”. Adapun bila Tuhannya
mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”. Sekali-kali
tidak (demikian).” (QS. Al Fajr: 15-16)
Senyatanya tidak demikian. Belum tentu orang yang diluaskan rizkinya, ia berarti dimuliakan.
Sebaliknya orang yang disempitkan rizkinya, belum tentu ia dihinakan. Bahkan boleh jadi seseorang
dilapangkan rizki baginya hanya sebagai istidroj (dilambungkan oleh Allah agar ia semakin terlena dengan
maksiatnya). Begitu pula boleh jadi seseorang disempitkan rizkinya untuk melindungi dirinya dari bahaya.
Sedangkan jika ada orang yang sholih yang disempitkan rizkinya, boleh jadi itu karena sebab dosa-dosa
yang ia perbuat sebagaimana sebagian salaf mengatakan:

‫ﻪ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﻳﺼ‬ ‫ﺐ‬


‫ﻧ ﹺ‬‫ﻕ ﺑﹺﺎﻟ ﱠﺬ‬
 ‫ﺯ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻡ ﺍﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻴ‬‫ﺪ ﹶﻟ‬ ‫ﺒ‬‫ﻌ‬ ‫ﺇ ﱠﻥ ﺍﹾﻟ‬
“Seorang hamba boleh jadi terhalang rizki untuknya karena dosa yang ia perbuat.”

Dalam hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ﺐ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺚ ﻟﹶﺎ‬
‫ﻴ ﹸ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺯﹶﻗ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻣ‬ ‫ﻴ ﹴﻖ‬‫ﻦ ﹸﻛ ﱢﻞ ﺿ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﺟ‬ ‫ﻢ ﹶﻓ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ ﹸﻛ ﱢﻞ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻐﻔﹶﺎ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ ﹾﻛﹶﺜ‬ ‫ﻣ‬
“Barang siapa yang memperbanyak beristighfar, maka Allah pasti akan selalu
memberikannya jalan keluar dari setiap kesempitan dan kelapangan dari segala kegundahan
serta Allah akan memberikan rizki kepadanya dari arah yang tidak ia sangka-sangka.”[1]

Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa kebaikan itu akan menghapus kejelekan, istighfar adalah sebab
datangnya rizki dan berbagai kenikmatan, sedangkan maksiat adalah sebab datangnya musibah dan berbagai
kesulitan. (Kita dapat menyaksikan hal tersebut dalam ayat-ayat berikut ini).
Allah Ta’ala berfirman:

‫ﻥ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ (2) ‫ﲑ‬ ‫ﺸ‬


 ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻧﺬ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻧﻨﹺﻲ ﹶﻟ ﹸﻜ‬‫ﻪ ﹺﺇ‬ ‫ﻭﺍ ﹺﺇﻟﱠﺎ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﺒﺪ‬‫ﻌ‬ ‫ﺗ‬ ‫( ﹶﺃﻟﱠﺎ‬1) ‫ﺧﹺﺒ ﹴﲑ‬ ‫ﻴ ﹴﻢ‬‫ﺣﻜ‬ ‫ﺪ ﹾﻥ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺖ‬  ‫ﺼﹶﻠ‬  ‫ﻢ ﹸﻓ‬ ‫ﻪ ﹸﺛ‬ ‫ﺗ‬‫ﺎ‬‫ﺖ َﺁﻳ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺏ ﹸﺃ‬  ‫ﺎ‬‫ﻛﺘ‬ ‫ﺍﻟﺮ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻀﹶﻠ‬
 ‫ﻀ ﹴﻞ ﹶﻓ‬ ‫ﻱ ﹶﻓ‬‫ﺕ ﹸﻛ ﱠﻞ ﺫ‬  ‫ﺆ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻰ‬‫ﺴﻤ‬  ‫ﻣ‬ ‫ﺟ ﹴﻞ‬ ‫ﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﹶﺃ‬‫ﺴﻨ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻋ‬‫ﻣﺘ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹸﻜ‬ ‫ﺘ‬‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻮﺍ ﹺﺇﹶﻟ‬‫ﻮﺑ‬‫ﻢ ﺗ‬ ‫ﻢ ﹸﺛ‬ ‫ﺑ ﹸﻜ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﻔﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬
“Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan
secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu, agar
kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi
peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya, dan hendaklah kamu
meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya” (QS. Huud: 1-3)

‫ﻢ‬ ‫ﻌ ﹾﻞ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﲔ‬
 ‫ﺑﹺﻨ‬‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﹴﻝ‬‫ﻣﻮ‬ ‫ﻢ ﹺﺑﹶﺄ‬ ‫ﺩ ﹸﻛ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ (11) ‫ﺍ‬‫ﺍﺭ‬‫ﺪﺭ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﺳ ﹺﻞ ﺍﻟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ (10) ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻏﻔﱠﺎﺭ‬ ‫ﻧ‬‫ﻢ ﹺﺇ‬ ‫ﺑ ﹸﻜ‬‫ﺭ‬ ‫ﻭﺍ‬‫ﻔﺮ‬ ‫ﻐ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﺖ ﺍ‬
 ‫ﹶﻓ ﹸﻘ ﹾﻠ‬
(12) ‫ﺍ‬‫ﺎﺭ‬‫ﻧﻬ‬‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﻌ ﹾﻞ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﺠ‬  ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﺕ‬  ‫ﺎ‬‫ﺟﻨ‬
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)

{ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻢ ﻓ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﺘ‬‫ﻨ ﹾﻔ‬‫ﻟ‬ } { ‫ﺪﻗﹰﺎ‬ ‫ﺎ ًﺀ ﹶﻏ‬‫ﻢ ﻣ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻨ‬‫ﺳ ﹶﻘ‬ ‫ﺔ ﹶﻟﹶﺄ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟ ﱠﻄﺮﹺﻳ ﹶﻘ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺘﻘﹶﺎﻣ‬‫ﺳ‬ ‫ﻭﹶﺃ ﹾﻥ ﹶﻟ ﹺﻮ ﺍ‬ }
“Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-
benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezki yang banyak). Untuk
Kami beri cobaan kepada mereka padanya.” (QS. Al Jin: 16-17)
‫ﻮ ﹶﻥ‬‫ﺴﺒ‬
ِ ‫ﻳ ﹾﻜ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﻢ ﹺﺑﻤ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧ ﹾﺬﻧ‬ ‫ﻮﺍ ﹶﻓﹶﺄ‬‫ﻦ ﹶﻛ ﱠﺬﺑ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﺽ‬
‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﺴﻤ‬
 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺮﻛﹶﺎ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻋﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺤﻨ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺍ ﹶﻟ ﹶﻔ‬‫ﺗ ﹶﻘﻮ‬‫ﺍ‬‫ﻮﺍ ﻭ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﻯ ﺁ‬‫ﻫ ﹶﻞ ﺍﹾﻟ ﹸﻘﺮ‬ ‫ﻮ ﹶﺃ ﱠﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al A’rof: 96)

‫ﻢ‬ ‫ﻠ ﹺﻬ‬‫ﺟ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻗ ﹺﻬ‬‫ﻮ‬ ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ ﹶﻟﹶﺄ ﹶﻛﻠﹸﻮﺍ‬ ‫ﺑ ﹺﻬ‬‫ﺭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹺﻬ‬‫ﻧ ﹺﺰ ﹶﻝ ﺇﹶﻟ‬‫ﺎ ﹸﺃ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻧﺠﹺﻴ ﹶﻞ‬‫ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫ﺍ ﹶﺓ ﻭ‬‫ﻮﺭ‬ ‫ﺘ‬‫ﻮﺍ ﺍﻟ‬‫ﻢ ﹶﺃﻗﹶﺎﻣ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ ﹶﺃ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬
“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al
Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat
makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka.” (QS. Al Maidah: 66)

‫ﺜ ﹴﲑ‬‫ﻦ ﹶﻛ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻌﻔﹸﻮ‬ ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻳ ﹸﻜ‬‫ﻳﺪ‬‫ﺖ ﹶﺃ‬


 ‫ﺒ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺎ ﹶﻛ‬‫ﺔ ﹶﻓﹺﺒﻤ‬ ‫ﺒ‬‫ﻴ‬‫ﻣﺼ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺑ ﹸﻜ‬‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺻ‬‫ﻭﻣ‬
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy
Syura: 30)

‫ﺭ‬ ‫ﺱ ﹶﻛﻔﹸﻮ‬
 ‫ﻴﺌﹸﻮ‬‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ﻧ‬‫ﻪ ﺇ‬ ‫ﻨ‬‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻫ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﺰ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻤ ﹰﺔ ﹸﺛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻣﻨ‬ ‫ﺎ ﹶﻥ‬‫ﻧﺴ‬‫ﺎ ﺍﹾﻟﹺﺈ‬‫ﻦ ﹶﺃ ﹶﺫ ﹾﻗﻨ‬ ‫ﺌ‬‫ﻭﹶﻟ‬
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat
itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS. Hud:
9)

‫ﻚ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﻧ ﹾﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﻴﹶﺌ‬‫ﺳ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺻ‬‫ﻭﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻦ ﺍﻟﱠﻠ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺔ ﹶﻓ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺎ ﹶﺃﺻ‬‫ﻣ‬
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisa’: 79)

‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﺯ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﺖ ﹸﻗﻠﹸﻮ‬


 ‫ﺴ‬
 ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺮﻋ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻨ‬ ‫ﺑ ﹾﺄ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﻮﻟﹶﺎ ﺇ ﹾﺫ ﺟ‬ ‫ﻮ ﹶﻥ { } ﹶﻓﹶﻠ‬‫ﺮﻋ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻌﱠﻠ‬ ‫ﺍ ِﺀ ﹶﻟ‬‫ﻀﺮ‬
 ‫ﺍﻟ‬‫ﺎ ِﺀ ﻭ‬‫ﺒ ﹾﺄﺳ‬‫ﻢ ﺑﹺﺎﹾﻟ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺧ ﹾﺬﻧ‬ ‫} ﹶﻓﹶﺄ‬
{ ‫ﻤﻠﹸﻮ ﹶﻥ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻮﺍ‬‫ﺎ ﻛﹶﺎﻧ‬‫ﻴﻄﹶﺎ ﹸﻥ ﻣ‬‫ﺸ‬ ‫ﺍﻟ‬
“Kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya
mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak
memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada
mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka
kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 42-43)

Allah Ta’ala telah mengabarkan dalam kitabnya bahwa Dia akan menguji hamba-Nya dengan kebaikan
atau dengan kejelekan. Kebaikan yang dimaksud adalah nikmat dan kejelekan adalah musibah. Ujian ini
dimaksudkan agar hamba tersebut teruji sebagai hamba yang bersabar dan bersyukur. Dalam hadits shahih,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺷ ﹶﻜ‬ ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺳﺮ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻣ ﹺﻦ ﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺻ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﺪ ﺇﻟﱠﺎ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻟﹶﺄ‬ ‫ﻚ‬  ‫ﻟ‬‫ﺲ ﹶﺫ‬
 ‫ﻴ‬‫ﻭﹶﻟ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺎ ًﺀ ﺇﻟﱠﺎ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬‫ﻣ ﹺﻦ ﹶﻗﻀ‬ ‫ﺆ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻲ ﺍﻟﱠﻠ‬‫ﻳ ﹾﻘﻀ‬ ‫ﻩ ﻟﹶﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﻧ ﹾﻔﺴِﻲ ﹺﺑ‬ ‫ﻱ‬‫ﻭﹶﺍﱠﻟﺬ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬ ‫ﺮ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﺒ‬‫ﺻ‬
 ‫ﺍ ُﺀ‬‫ﺿﺮ‬  ‫ﻪ‬ ‫ﺘ‬‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﺃﺻ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺍ ﹶﻟ‬‫ﻴﺮ‬‫ﺧ‬
“Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya. Allah tidaklah menetapkan bagi seorang mukmin
suatu ketentuan melainkan itu baik baginya. Hal ini tidaklah mungkin kita jumpai kecuali pada
seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia
ditimpa suatu bahaya, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”
Demikian penjelasan dari Abul ‘Abbas Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam Majmu’
Al Fatawa (16/52-54). Semoga bermanfaat dan dapat sebagai penyejuk hati yang sedang gundah.

Anda mungkin juga menyukai