Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. Judul
Akumulasi Hara Mineral dalam Sel Tumbuhan
B. Tujuan
Menentukan ratio akumulasi ion klorin di dalam sel dengan klorin di dalam air kolam tempat
eceng gondok (Eichornia sp.) hidup.
D. Dasar Teori
Akumulasi diartikan sebagai pengumpulan ; penimbunan, yang dalam hal ini percobaan
dilakukan untuk mngetahui perbandingan akumulasi unsur hara dan mineral pada sel
tumbuhan eceng gondok. Yang menajdi bahan percobaan adalah tanaman eceng gondok dan
air kolam tempat eceng gondok itu hidup.
Seperti manusia, tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman.
Berbeda dengan manusia yang menggunakan bahan organik, tanamana menggunakan
bahan anorganik unruk mendapatkan energi dan pertumbuhannya.
Dengan fotosintesis, tanaman mengumpulkan karbon yang ada di atmosfir yang kadarnya
sangat rendah, ditambah air yang diubah menjadi bahan organik oleh klorofil dengan
bantuan sinarmatahari. Unsur yang diserap untuk pertumbuhan dan metabolisme tanaman
dinamakan hara tanaman. Mekanisme perubahan unsur hara menjadi senyawa organik
atau energi disebut metabolsime.
Dengan menggunakan hara, tanaman dapat memenuhi siklus hidupnya. Fungsi hara
tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu hara
tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu atau berhenti sama sekali.
Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu unsur hara akan
menampakkan gejala pada suatu orrgan tertentu yang spesifik yang biasa disebut gejala
kekahatan.
Unsur hara yang diperlukan tanaman adalah Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O),
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Seng
(Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden (Mo), Boron (B), Klor (Cl),
Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si).
Berdasarkan jumlah yang di perlukan tanaman, Unsur hara di bagi menjadi dua golongan,
yakni unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro dibutuhkan tanaman
dan terdapat dalam jumlah yang lebih besar, di bandingkan dengan unsur hara mikro.
Davidescu (1988) mengusulkan bahwa batas perbedaan unsur hara makro dan mikro
adalah 0,02 % dan bila kurang disebut unsur hara mikro. Ada juga unsur hara yang tidak
mempunyai fungsi pada tanaman, tetapi kadarnya cukup tinggi dalam tanaman dan
tanaman yang hidup pada suatu tanah tertentu selalu mengandung unsur hara tersebut
misalnya unsur hara Al (Almunium), Ni (Nikel) dan Fe (Besi).
Penyediaan unsur hara untuk tanaman terdiri dari tiga kategori, yaitu: (1) tersedia dari
udara, (2) tersedia dari air yang diserap akar tanaman, dan (3) tersedia dari tanah.
Beberapa unsur hara yang tersedia dalam jumlah cukup dari udara adalah: (a) Karbon
(C), dan (b) Oksigen (O), yaitu dalam bentuk karbon dioksida (CO2). Unsur hara yang
tersedia dari air (H2O) yang diserap adalah: hidrogen (H), karena oksigen dari molekul
air mengalami proses oksidasi dan dibebaskan ke udara oleh tanaman dalam bentuk
molekul oksigen (O2). Sedangkan untuk unsur hara essensial lain yang diperlukan
tanaman tersedia dari dalam tanah.
Mekanisme penyediaan unsur hara dalam tanah melalui tiga mekanisme, yaitu:
1. Aliran Massa (Mass Flow)
Mekanisme aliran massa adalah suatu mekanisme gerakan unsur hara di dalam tanah
menuju ke permukaan akar bersama-sama dengan gerakan massa air.
2. Difusi
Peristiwa pergerakan unsur hara yang terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi unsur
hara tersebut dikenal dengan mekanisme penyediaan hara secara difusi.
3. Intersepsi Akar
akar tanaman tumbuh dan memanjang, sehingga memperluas jangkauan akar tersebut.
Perpanjangan akar tersebut menjadikan permukaan akar lebih mendekati posisi
dimana unsur hara berada, baik unsur hara yang berada dalam larutan tanah,
permukaan koloid liat dan permukaan koloid organik.
Dalam hal ini unsur hara mempunyai fungsi dan peran khusus sendiri-sendiri terhadap
proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman,sehingga ketika terjadi kekurangan
salah satu dari unsur hara tersebut maka akan mengakibatkan tidak optimalnya
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ada Unsur Hara yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah besar(unsur Makro,yaitu N,P,K,Ca,S dan Mg)dan (Unsur
Mikro,yaitu;Fe,Cu,Zn,Mn,B,Na,Cl)yang masing-masing mempunyai peranan sendiri-
sendiri.
Unsur hara yang di serap dari udara adalah C, O, dan S, yaitu berasal dari CO 2, O2, dan
SO2, Penyerapan N baik dari udara maupun dari tanah diasimilasikan dalam proses
reduksi dan aminasi. Nitrogen (N) udara diserap dari N 2 bebas lewat bakteri bintil akar
dan NH3 di serap lewat stomata tanaman.
Penyerapan unsur hara dilakukan oleh akar tanaman dan diambil dari kompleks jerapan
tanah ataupun dari larutan tanah berupa kation dan anion. Adapula yang dapat diserap
dalam bentuk khelat yaitu ikatan kation logam dengan senyawa organik. Dewasa ini
kebanyakan unsur hara mikro diberikan lewat daun.
C. Ion Klorin
c. Banyak terdapat pada tanaman yang mengandung serat seperti kapas, sisal
D. Eceng gondok
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah.
Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan
berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun
menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk
bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk
bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya
merupakan akar serabut.
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang
lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir
perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan
nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang
cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi.
Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini
dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok
dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Cara perhitungan akumulasi Cl- dalam tanaman eceng gondok yang tumbuh di kolam ikan
25 ml.N1=(1,9).(0,02)
N1= 0,00152
25 ml.N1=(0,3).(0,02)
N1= 0,00024
3. Rata-rata akumulasi
[Cl-] jaringan
[Cl-] kolam
= 0,00152 :0,00024
= 6:1
A. Pembahasan
Dari hasil percobaan terhadap beberapa tumbuhan air seperti kayambang, teratai, dan eceng
gondok ternyata Cl- di dalam jaringan lebih besar dari Cl- di lingkungan. Hal ini
membuktikan adanya akumulasi ion klorin di dalam jaringan tumbuhan air yang di dapatkan
dari lingkungan sehingga Cl- di dalam jaringan lebih besar dibandingkan yang di lingkungan.
KESIMPULAN
Tumbuhan melakukan penyerapan terhadap unsur-unsur hara dari lingkungan sekitarnya. Pada
umumnya kandungan unsur hara pada bagian tumbuhan lebih besar dibandingkan unsur hara
yang ada di lingkungan. Hal ini membuktikan adanya akumulasi unsur hara di dalam tubuh
tumbuhan.
Dalam percobaan yang dilakukan, tanaman yang di uji adalah tanaman air, yaitu eceng gondok,
teratai, dan kiambang. Beberapa kelompok melakukan percobaan terhadap eceng gondok.
Hasilnya membuktikan adanya akumulasi unsur hara berupa Cl - terhadap organ tumbuhan
tersebut. Dari beberapa kelompok didapatkan kecenderungan Cl- yang terdapat pada tumbuhan
lebih banyak dibandingkan di lingkungan, dari hasil percobaan beberapa kelompok,
perbandingan rata-rata akumulasi ekstrak tumbuhan dibandingkan dengan unsur hara yang
terdapat di lingkungan adalah 6:1. Namun hal ini tidak dapat dijadikan dasar dalam menentukan
angka akumulasi. Hal-hal yang ikut menentukan adalah usia organ yang di uji, kesegaran,
prosedur pengerjaan, dan kandungan unsur hara yang terdapat pada lingkungan.
B. TUJUAN
Memahami pengaruh temperatur dan potensi osmosis larutan yang diimbibisi terhadap peristiwa
imbibisi yang terjadi pada biji tumbuhan.
C. DASAR TEORI
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat
mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi
digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk
mengatasi dormansi embrio.
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
* Innate dormansi (dormansi primer)
* Induced dormansi (dormansi sekunder)
* Enforced dormansi
2. Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis;
terbagi menjadi:
- photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
- immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang
tidak/belum matang
- thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
1. Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan.
Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum
menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
Embrio belum terdiferensiasi
Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk
mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur
rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam
penyimpanan kering Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan
dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.
2. Biji membutuhkan suhu rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae.
Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur,
melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya.
Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
6. Photoperiodisitas
Syarat imbibisi :
Perbedaan Ψ antara benih dengan larutan, dimana Ψ benih < Ψ larutan
Ada tarik menarik yang spesifik antara air dengan benih
Benih memiliki partikel koloid yang merupakan matriks, bersifat hidrofil berupa
protein, pati, selulose
Benih kering memiliki Ψ sangat rendah
Hubungan antara Ψ dengan komponen penyusun: Ψ = Ψm + Ψ
Volume air yang diserap + volume biji mula-mula > volume biji setelah menyerap
air, sebagian air telah digunakan untuk menjalankan proses metabolism
Proses metabolime: aktivasi enzim, hidrolisis cadangan makanan, respirasi
3. Timbangan
4. Biji kacang hijau sebanyak 90 buah
Pertanyaan:
Aquades = 0
Sukrosa 1 M = -34,6
2. Pada larutan mana dan suhu berapa kecepatan imbibisi tertinggi dan terendah? jelaskan
mengapa demikian!
Kecepatan imbibisi yang tertinggi terjadi pada aquades dengan suhu 600C
Kecepatan imbibisi yang terendah terjadi pada sukrosa 1M dengan suhu 400C
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu semakin cepat proses imbibisi terjadi,
sedangkan semakin tinggi konsentrasi semakin lambat proses imbibisi terjadi.
3. Bisakah anda megaplikasikan percobaan di atas pada kehidupan sehari-hari?kira-kira
kegiatan apa yang memerlukan pengetahuan ini!
KESIMPULAN
Faktor yang mempengaruhi proses imbibisi adalah tekanan, suhu, kelembaban, pH,
konsentrasi larutan.
Dalam percobaan ini terjadi proses imbibisi, proses imbibisi yang kecepatannya paling
tinggi terjadi pada aquades dengan suhu 600C, hal ini disebabkan karena suhu
mempengaruhi kecepatan imbibisi. Adanya penambahan konsentrasi glukosa
menghambat proses imbibisi. Hal ini terbukti pada larutan sukrosa 1 M dengan suhu
400C.
Pada tabung yang berisi larutan sukrosa 1 M dengan suhu 40 0C setelah direndam di
dalam penangas selama satu jam berat akhir lebih ringan dibandingkan berat awalnya,
sehingga kecepatan imbibisinya menjadi -34,2. Kondisi awal biji baik dan tidak ada yang
luka dan biji dalam kondisi teggelam pada saat dimasukkan kedalam sukrosa 1 M. Hal ini
dimungkinkan karena terjadinya plasmolisis disebabkan oleh konsentrasi glukosa yang
ada di luar biji lebih besar dibandingkan di dalam biji, sehingga beratnya berkurang
karena zat didalamnya keluar dari dinding sel.
0 komentar:
Poskan Komentar
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2010 (2)
o ▼ Februari (2)
Mengenai Saya
Si4lmi
Bandung, Jawa barat, Indonesia
Lihat profil lengkapku