HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG......................................................................................... 1
RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 5
TUJUAN PENELITIAN....................................................................................... 6
MANFAAT PENELITIAN.................................................................................. 6
PENELITIAN TERKAIT..................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 11
KERANGKA KONSEP........................................................................................ 42
HIPOTESIS........................................................................................................... 43
DESAIN PENELITIAN......................................................................................... 44
1
VARIABEL PENELITIAN.................................................................................. 45
INSTRUMEN PENELITIAN.............................................................................. 47
ETIK PENELITIAN............................................................................................. 54
HASIL PENELITIAN..........................................................................................
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I. Pendahuluan
Salah satu hak anak adalah untuk tumbuh dan kembang (development rights)
yaitu hak anak memperoleh segala hal yang diperlukan untuk tumbuh
kembangnya. Pelanggaranya terhadap hak hidup,tumbuh dan berkembang seorang
anak akan menyebabkan tidak tercapainya tumbuh kembang yang optimal,
sehingga menghasilkan generasi yang tidak bermutu. Tumbuh kembang seorang
anak ditandai dengan pertumbuhan (growth) dan pekembangan (development).
Pertumbuhan meliputi pertumbuhan fisik (berat badan,tinggi badan,lingkar
kepala)dan status gizi. Sedangkan perkembangan meliputi kemampuan bahasa,
motorik halus dan kasar, personal sosial,dan kemampuan kognitif
(Sugiarno,2008).
3
demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada aturan; anak mulai menyadari hak atau
kepentingan orang lain; dan anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain
atau teman sebaya (Syamsu,2008).
4
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan
sosialnya,baik orangtuanya,sanak saudaranya,orang dewasa lainya atau teman
sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan
peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat
mencapai perkembangan sosial secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial
itu kurang kondusif, seperti perlakuan orangtua yang kasar;sering memarahi; acuh
tak acuh; tidak memberikan bimbingan; teladan; pengajaran atau pembiasan
tehadap anak dalam menerapkan norma-norma baik agama maupun tatakrama
cenderung menampilkan perilaku maladjustment, seperti: bersifat minder; senang
mendominasi orang lain; bersifat egois/selfish; senang mengisolasi
diri/menyendiri; kurang memiliki perasaan tenggang rasa; dan kurang
memperdulikan norma dalam berperilaku (Syamsu, 2008). Apabila terjadi
gangguan perkembangan sosial pada masa pra sekolah dapat menyebabkan anak
mengalami kesulitan belajar, terdapat masalah sekolah dengan temannya, pasif dan
takut, inisiatif menjadi kurang dan akan terjadi neurosis (Depkes, 1999).
Menurut Supartini (2004) cara pendidikan atau pola asuh yang digunakan
oleh orangtua khususnya ibu akan memberikan pengaruh terpenting terhadap
perilaku sosial dan sikap anak hal ini dikarenakan ibu adalah orang terdekat
tempat anak belajar tumbuh dan berkembang. Anak belajar mengekspresikan
perasaan dan emosinya dengan meniru perilaku orangtuanya, dan anak akan
mengembangkan perilaku sesuai pengalaman dan menirukan prilaku orang tuanya.
5
Menurut Hurlock (1978) anak-anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang demokratis mungkin melakukan penyesuaian sosial yang paling baik, mereka
aktif secara sosial dan mudah bergaul. Anak-anak yang dimanjakan cenderung
menjadi anak yang tidak aktif dan menyendiri. Anak-anak yang dididik dengan
otoriter cenderung menjadi pendiam dan tidak suka melawan, keingintahuan serta
kreativitas mereka terhambat oleh orang tua.
A. Perkembangan
Pengertian Perkembangan
6
kembali. Berkembang berarti bertambah kemampuannya dalam berbagai hal,
lebih mengalami deferensiasi dan pada tingkat yang lebih tinggi, lebih
mengalami integrasi. Hurlock (2004) menyebutkan perkembangan bukan
sekedar penambahan beberapa centimeter pada tinggi badan seseorang atau
peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu proses integrasi dari
banyak struktur dan fungsi yang kompleks.
7
Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara beraturan atau berurutan tidak terjadi secara kebetulan.
2. Teori-teori Perkembangan
Teori yang induktif: cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam
bentuk ekstrim titik pandang yang positifitis ini dijumpai pada kaum suku
behaviorist.
Teori yang fungsional: disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
8
perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Teori berorientasi biologis menitik beratkan pada apa yang disebut bakat, jadi
faktor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir. Perkembangan
anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya
berlangsung spontan saja, melainkan juga harus dimengerti sebagai
pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak
dapat beruabah lagi. Pengaruh lingkungan hanya sekedar menyediakan
kesempatan yang baik saja.
Teori lingkungan termasuk di dalamnya teori belajar dan teori sosialisasi yang
bersifat sosiologis. Kedua macam teori itu sebetulnya sama karena prinsip
sosialisasi itu merupakan suatu bentuk belajar sosial. Hal ini juga berlaku
bagi enkulturasi, yaitu memperolehnya tingkah laku kebudayaan sendiri.
Menurut teori ini maka perkembangan adalah bertambahnya potensi untuk
9
bertingkah laku.
10
3. Pola Pekembangan
11
Pola perkembangan dipengaruhi oleh kematangan dan latihan dimana
proses kematangan dan belajar pada pola ini selalu mempengaruhi perubahan
dalm perkembangan anak, antara kematangan dan proses belajar terjadi
interaksi yang kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak. Terdapat saat
yang siap untuk mnerima sesuatu dari luar untuk mencapai proses kematangan
dan kematangan yang dicapainya dapat disempurnakan melalui perangsangan
yang tepat.
12
b). Faktor Lingkungan
Hal yang terpenting dalam perkembangan anak usia tiga sampai enam
tahun ialah perkembangan sikap sosialnya. Sikap sosial secara umum adalah
hubungan antara manusia dengan manusia yang lain, saling kebergantungan
dengan manusia lain berbagi kehidupan bermasyarakat. Sedang pendapat lain
mengatakan interaksi adalah komunikasi dengan manusia lain, hubungan yang
menimbulkan perasaan sosial yaitu hubungan yang mengikatkan individu
dengan sesama manusia, perasaan hidup bermasyarakat seperti saling tolong
menolong, saling memberi dan menerima, simpati dan antipati, rasa setia
kawan dan sebagainya (Zulkifi, 2002).
13
primernya, maka sejak awal sekoah dasar anak-anak harus mulai berinteraksi
dengan lingkungan di luar rumah atau lingkungan sekundernya. Lingkungan
sosialnya menjadi lebih meluas. Perluasan lingkungan ini mengakibatkan
pengaruh-pengaruh dari luar terkadang menjadi lebih besar.
Pada masa ini anak mengalami proses perubahan dalam pola makan di
14
mana anak pada umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Proses
eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan masa ini
adalah masa dimana perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan
perkembangan dan anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah
dan tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu
berdasarkan apa yang mereka lihat dan anak membutuhkan pengalaman
belajar dengan lingkungan dan orang tuannya. Sedangkan perkembangan
psikososial pada anak sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep dii
yang positif serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya.
Perkembangan yang terjadi pada masa pra sekolah anak adalah sebagai
berikut (Hurlock, 2004):
15
Pada Perkembangan bahasa diawali mampu menyebutkan hingga empat
gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan
benda, menghitung, mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan,
mengerti beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan bunyi untuk
mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan berbagi bunyi
kata, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan orang-
orang anggota keluarga dekat.
Selama masa awal kanak-kanak emosi sangat kuat. Saat ini merupakan
saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus dalam arti
bahwa ia mudah terbawa ledakan-ledakan emosi sehingga sulit dibimbing
dan diarahkan. Walaupun setiap emosi dapat dipertinggi dalam arti bahwa
emosi itu lebih sering timbul dan lebih kuat daripada biasanya pada
individu tertentu, tetapi emosi yang meninggi pada awal masa kanak-
kanak ditandai oleh ledakan amarah yang kuat, ketakutan yang hebat dan
iri hati yang tidak masuk akal. Emosi yang tinggi kebanyakan disebabkan
16
oleh masalah psikologis daripada masalah fifiologis.
17
a). Keberfungsian keluarga
Terdapat beberapa pola sikap dan perlakuan orang tua terhadap anak
yang masing-masing mempunyai pengaruh tersendiri terhadap kepribadian
anak.
a). Orang tua kelas bawah; cenderung lebih sering menggunakan hukuman
fisik, dan anak akan cenderung agresif, independen dan lebih awal
dalam pengalaman seksual.
18
realitas.
Pola asuh ibu memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan kepribadian anak. Perawatan yang penuh kasih sayang dan
pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama atau sosial budaya
merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi
dan anggota masyarakat yang sehat. Di dalam keluarga anak belajar tentang
bahasa, ketrampilan, sosial, dan nilai-nilai moral yang ada di lingkungannya
sesuai dengan budaya yang berlaku (Syamsu, 2002).
Menurut Dariyo (2004) yang mengemukakan bahwa pola asuh orang tua
adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak
sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak. Peran keluarga
menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut tinjauan agama,
tinjauan sosial kemasyarakatan maupun tinjauan individu. Jika pendidikan
keluarga dapat berlangsung dengan baik maka mampu menumbuhkan
perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap
positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan
rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.
Pola asuh adalah sikap orang tua dalam memimpin anaknya sehingga
akan mempengaruhi pertumbuhan kepribadian anak-anaknya. Pola asuh adalah
cara-cara pengaturan tigkah laku yang dilakukan oleh orang tua sebagai
perwujudan tanggung jawab dalam pembentukan kedewasaan anak (Gunarsa,
2003).
Pola asuh adalah sikap dan cara-cara oarng tua dalam berinteraksi dengan
anak-anaknya sebagai pengasuh atau pendidik dan sebagai pembimbing dalam
19
menumbuhkan kedewasaan dan kemandirian anak. Pola asuh orang tua
merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan
mendisipliinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Santrock,2003).
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yag sah yang dapat membentuk
sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik,
mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu
yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Gunarsa (2003) dalam keluarga yang ideal (lengkap) maka ada
dua individu yang memainkan peranan penting yaitu peran ayah dan peran ibu,
secara umum pran kedua individu tersebut adalah: Peran ibu adalah memenuhi
kebutuhan biologis dan fisik, merawat dan mengurus keluarga dengan sabar,
mesra dan konsisten, mendidik, mengatur dan mengendalikan anak, menjadi
20
contoh dan teladan bagi anak. Peran ayah adalah sebagai pencari nafkah, ayah
sebagai suami yang penuh penertian dan memberi rasa aman, ayah berpatisipasi
dalam pendidikan anak, ayah berpatisipasi dalam pendidikan anak, ayah
sebagai pelindung atau tokoh yang tegas dan bijaksanan.
Pola asuhan itu menurut Santrock (2003) terdiri dari tiga kecenderungan
pola asuh orang tua yaitu: pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh
otoritatif. Adapun ciri-ciri yang dapat membedakan ketiga pola asuh di atas
adalah:
Pola asuh otoriter adalah pola asuh dimana orang tua adalah
pemegang otoritas dalam keluarga. Dalam pola asuh ini komunikasi yang
terjalin antara orang tua dan anak berjalan satu arah. Anak tidak diberikan
kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Segala keputusan untuk anak
orang tualah yang menentukan tanpa memperhatikan kebutuhan yang benar-
benar diperlukan anak. Segala hal yang diperintahkan orang tua bersifat
mutlak sehingga hubungan antara orang tua dan anak terlihat kaku.
Ciri-ciri dari pola asuh otoriter, menekankan segala aturan orang tua
harus ditaati oleh anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat
dikontrol oleh anak. Anak harus menurut dan tidak boleh membantah
terhadap apa yang diperintahkan oleh orang tua. Dalam hal ini anak seolah-
olah menjadi “robot”, sehingga ia kurang inisiatif, merasa takut tidak
percaya diri, pencemas, rendah diri, minder dalam pergaulan tetapi di sisi
lain, anak bisa memberontak, nakal, atau melarikan diri dari kenyataan,
misalnya dengan menggunakan narkoba. Dari segi positifnya, anak yang
dididik dalam pola asuh ini, cenderung akan menjadi disiplin yakni menaati
21
peraturan. Akan tetapi bisa jadi, ia hanya mau menunjukkan kedisiplinan di
hadapan orang tua, padahal dalam hatinya berbicara lain, sehingga ketika di
belakang orang tua, anak bersikap dan bertindak lain. Hal itu tujuannya
semata hanya untuk menyenangkan hati orang tua. Jadi anak cenderung
memiliki kedisiplinan dan kepatuhan yang semu(Dariyo, 2004).
22
Anak-anak yang diasuh dengan pola asuh semacam ini cenderung
tidak bahagia, takut, inferior, menarik diri, tidak sopan, dan memiliki
kepedulian rendah terhadap sesamanya (lingkungan sosialnya) atau terhadap
pengalaman baru. Pola asuh ini juga cenderung membuat anak mempunyai
ketergantungan yang tinggi terhadap orang tuanya karena segala perilaku
dan gerak-gerik anak tersebut selalu di awasi dan diatur oleh orang tua
sehingga menghambat perkembangan kemandirian anak (Amaliyah, 2006)
Sifat pola asuh permisif, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga di
tangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang
tua menuruti segala kemauan anak. Anak cenderung bertindak semena-
mena, tanpa pengawasan orang tua. Ia bebas melakukan apa saja yang
diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Bila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut
dengan tanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandiri,
kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya (Dariyo,2004).
Pola asuh permisif ini adalah suatu pola asuh dimana orang tua tidak
banyak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya. Tidak atau jarangnya
komunikasi antara orang tua dan anak membuat hubungan anak dan orang
tua kurang harmonis. Segala keputusan yang diambil oleh anak, orang tua
tidak ikut campur tangan. Orang tua menganggap anak mampu mengurus
dirinya sendiri. Dalam keluarga dengan pola asuh permisif kominikasi dalam
keluarga bukanlah hal yang penting untuk dilakukan.
23
kemandirian dengan baik. Pola asuh yang membiarkan anak-anak untuk
melakukan apa saja ini dapat mengakibatkan anak-anak tidak pernah belajar
untuk mengendalikan perilaku mereka sendiri dan selalu mengharapkan
semua keinginan mereka dituruti. Mereka yang diasuh dengan pola asuh ini
pada umumnya mempunyai pengendalian diri yang rendah dan cenderung
tidak perduli dengan orang lain (kurang mempunyai empati). Pola asuh yang
terlalu memberikan kebebasan kepada anak ini cenderung menyebabkan
kedisiplinan anak menjadi lemah dan tidak ada upaya untuk melatih
kemandirian anak. Anak menjadi tidak terkontrol dan secara berkelanjutan
dapat menyebabkan ketidakmatangan kepribadian anak dan pada akhirnya
anak cenderung melakukan penentangan terhadap norma-norma dan menjadi
tidak terkendali perilakunya.
Pola asuh permisif ialah pola asuh dimana orang tua sangat tidak
terlibat dalam kehidupan anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh
permisif cenderung tidak pernah mengarahkan perilaku anaknya, hampir
tidak pernah memberikan hukuman dan disiplin kepada anaknya.
Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah orang tua bersikap acuh kepada
anaknya, Tidak pernah menghiraukan akan perkembangan yang terjadi pada
anak-anaknya, segala persoalan yang menyangkut diri anak diserahkan
sepenuhnya pada anak (Amaliyah,2006).
24
memberikan penghargaan terhadap prestasi yang telah diraih oleh anak.
Mereka menganggap prestasi yang diraih oleh anak adalah hal yang wajar
dan tidak perlu mendapatkan pujian. Anak yang diasuh dalam pola asuh ini
cenderung tdak mempunyai semangat bersaing karena menganggap hasil
yang mereka capai tidak akan pernah mendapatkan penghargaan dari orang
tua (Amaliyah,2006).
Komunikasi dalam pola asuh orang tua yang otoritatif terjadi dalam
bentuk komunikasi dua arah baik secara verbal maupun non verbal.
Komunikasi verbal di sini antara lain dalam bentuk kesempatan bagi anak
untuk mengungkapkan pendapat, ide-ide, gagasan, keinginan dan keluh
kesah. Orang tua yang otoritatif dalam mendiskusikan segala sesuatu yang
menyangkut kepentingan anak memberikan kesempatan dan menunjukkan
penerimaan dan penghargaan atas pendapat anak. Orang tua sebagai
pengasuh mendengarkan dan menanggapi dengan bijak. Sedangkan
komunikasi dalam bentuk non verbal adalah cara orang tua dalam mendidik
anak dalam bentuk memberikan contoh langsung perilaku yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh: apabila orang tua ingin melatih anak untuk
dapat meggosok gigi sendiri, maka hendaknya orang tua memberikan contoh
dan megajak anak bersama-sama menggosok gigi sehingga anak nantinya
terbiasa untuk melakukannya sendiri. Orang tua otoritatif selalu
mengkomunikasikan segala masalah yang dihadapi dalam keluarga dan
25
mengajak anak untuk ikut berdiskusi. Keputusan yang diambil dalam
menentukan sesuatu yang berhubungan dengan anak maupun kepentingan
seluruh anggota keluarga selalu dimusyawarahkan untuk menemukan
kesepakatan dengan mempertimbangkan kepentingan seluruh anggota
keluarga.
a). Komunikasi
Komunikasi di sini dibedakan menjadi dua, yaitu kmunikasi verbal dan non
verbal. Komunikasi verbal di sini maksudnya yaitu orang tua secara
langsung memberikan arahan dan nasehat kepada anak dengan bhasa yang
mudah dimengerti anak. Komunikasi non verbal maksudnya orang tua dalam
memberikan pengarahan dan nasehat kepada anak menggunakan contoh
sikap dan perilaku yang nyata dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi
antara orang tua dan anak terjadi dua arah. Adanya musyawarah antara orang
tua dan anak dalam memutuskan segala sesuatu. Anak diberikan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat dan adanya interaksi yang hangat antara orang
tua dan anak.
b). Disiplin
28
Orang tua dalam mengasuh anaknya dapat diwujudkan dengan menerapkan
nilai-nilai ataupun aturan-aturan yang mudah dipahami oleh anak sehingga
anak mempunyai kontrol diri yang baik terhadap dirinya sendiri. Dalam pola
asuh otoritatif, peraturan-peraturan yang diterapkan tidak terlalu ketat dan
selalu memperhatikan dan disesuaikan dengan anak.
Orang tua dalam mengasuh anak tidak terlepas dari tugasnya untuk
memenuhi segala kebutuhan anak baik itu kebutuhan fisik maupun psikis.
Contoh dari kebutuhan fisik yaitu pemenuhan sandang, pangan, dan papan.
Sedangkan contoh kebutuhan psikis yaitu berupa kasih sayang, peneneman
nilai-nilai moral dan pendidikan. Kedua hal tersebut saling mendukung bagi
tumbuh kembang anak dan hendaknya diberikan dalam porsi yang seimbang.
Pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan apa yang benar-benar dibutuhkan
anak. Pemenuhan kebutuhan ini selalu memperhatikan dan disesuaikan
dengan keperluan anak.
Pandangan terhadap anak di sini maksudnya adalah cara orang tua untuk
memahami kebutuhan anak dengan cara memberikan penghargaan terhadap
keberadaan anak dan memahami pola pikir anak. Dalam pola asuh otoritatif
orang tua memberikan penghargaan dan kasih sayang kepada anak-anaknya.
Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak karena adanya komunikasi
yang terbuka antara orang tua dan anak.
29
yang dimiliki anak. Cara untuk memaksimalkan potensi anak yaitu dengan
mencukupi kebutuhan anak dalam empat aspek, yaitu (a) aspek komunikasi dua
arah yang baik dan hangat antara orang tua dan anak, (b) disiplin yang tidak kaku
dengan penerapan aturan dan norma yang sesuai dengan anak, (c) pemenuhan
kebutuhan anak yang baik dengan memperhatikan hal-hal yang benar-benar
dibutuhkan anak, dan (d) pandangan terhadap anak yang mencakup penghargaan
atas prestasi yang diraih oleh anak dan berpikir dengan memperhatikan pola pikir
anak.
Keempat aspek tersebut ada dalam setiap pola asuh (otoriter, permisif, dan
otoritatif) yang diterapkan orang tua, hanya saja diberikan dalam porsi yang
berbeda-beda. Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang memberikan pemenuhan
dari keempat aspek tersebut dengan porsi yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan anak. Pola asuh yang baik akan membantu mengoptimalkan
perkembangan anak.
Penerapan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu (Prasetya, 2003):
30
perbedaan karakter dari masing-masing anak.
Faktor lingkungan sosial berpengaruh pada jenis pola asuh yang diterapkan
keluarga. Misalnya, pola asuh keluarga yang hidup dilingkungan nelayan
akan berbeda dengan pola asuh keluarga yang hidup dilingkungan
perumahan dalam mengasuh anaknya. Oleh karena itu lingkungan sosial
dimana keluarga itu berada akan mempengaruhi jenis pola asuh yang
diterapkan keluarga tersebut.
A. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pola asuh ibu
dengan tingkat perkembangan personal sosial anak usia pra sekolah di TK PDHI
Banguntapan Bantul.
B. Tujuan khusus
31
Untuk mengetahui pola asuh ibu usia anak pra sekolah di TK PDHI Banguntapan
Bantul.
Untuk mengetahui tingkat perkembangan personal sosial anak usia pra sekolah di
TK PDHI banguntapan Bantul.
A. Desain Penelitian
Populasi yaitu wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua ibu dan anak usia 3-6 tahun yang bersekolah di
TK PDHI Banguntapan Bantul yang berjumlah 31 anak.
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Teknik penentuan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2006). Jumlah sampel
dalam penelitian ini adalah 31 pasang ibu dan anak.
32
pada bulan Maret 2011.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas
Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat perkembangan personal sosial.
Variabel pengganggu
Kelas sosial diabaikan karena peneliti kesulitan dalam mengetahui kelas sosial
responden di masyarakat.
Status ekonomi tidak dapat dikendalikan karena peneliti sulit mengetahui secara
pasti penghasilan keluarga tiap bulannya.
E. Definisi Operasional
Pola asuh ibu adalah sikap dan cara ibu dalam berinteraksi dengan anak-
anaknya sebagai pengasuh atau pendidik dalam kehidupan sehari-hari yang
diketahui peneliti dari jawaban responden dalam mengisi kuesioner. Kuesioner
pola asuh ibu dalam pemberian nutrisi terdiri dari 4 alternatif jawaban yaitu :
selalu, hampir selalu, jarang dan tidak pernah. Kuesioner pola asuh diberi skor 4
untuk jawaban selalu, 3 untuk jawaban hampir selalu, 2 untuk jawaban jarang, dan
1 untuk jawaban tidak pernah. Dengan skala data nominal. Skor pola asuh
kemudian dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu otoriter, permisif, dan
otoritatif dengan menggunakan Z skor. Rumus Z skor adalah sebagai berikut
33
(Riduan, 2006:152).
Keterangan :
Z : skor variabel
Χ : rata-rata skor
SD : standar deviasi
F. Instrumen Penelitian
Variabel bebas
Pola asuh ibu menggunakan alat kuesioner yang berisi pernyataan mengenai pola
asuh ibu dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum kuesioner dibagikan, para calon
responden diminta persetujuan untuk menjadi responden. Skala pola asuh terdiri
34
dari 30 item yaitu 10 item pola asuh otoriter, 10 item pola asuh permisif, dan 10
item pola asuh otoritatif.
Variabel terikat
Uji validitas
35
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu
instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diukur (Arikunto, 2002).
Dalam uji validitas untuk menentukan korelasi antar variabel, dihitung dengan
rumus korelasi Person Product Moment sebagai berikut :
Keterangan:
: koefisien korelasi
N : jumlah responden
Hasil uji validitas pada kuesioner pola asuh ibu bahwa dari 30 item kuesioner pola
asuh terdapat 4 item yang tidak valid/ gugur yaitu item nomor 8, 13, 16, dan 24.
Uji reliabilitas
36
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
Dimana :
: reliabilitas instrumen
: butir pertanyaan
: varian total
Dari hasil uji coba reliabilitas kuesioner dengan taraf kesalahan 5%, didapatkan
nilai Alpha Cronbach yaitu 0,900.
Pengolahan data
Setelah data terkumpul melalui kuesioner dan hasil pengukuran tes perkembangan
sosial, maka dilakukan pengolahan data meliputi : Editing, Coding, dan
Tabulating.
Editing
Coding
37
Setelah data terkumpul dan selesai diedit, tahap selanjutnya adalah memberi
kode terhadap data yang ada. Coding data didasarkan pada kategori yang dibuat
berdasarkan pertimbangan penulis sendiri (Notoatmodjo, 2002).
Pemberian kode untuk pola asuh ibu dengan skor sebagai berikut :
Tabulating
Analisis data
Hubungan antara pola asuh ibu dengan tingkat perkembangan personal sosial
menggunakan kuantitatif korelasi, sedangkan uji statistiknya menggunakan uji non
parametric. Rumus analisis yang digunakan adalah Chi Kuadrat karena skala data
yang digunakan adalah nominal dan nominal.
Keterangan :
: chi kuadrat
38
Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga Chi
Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Jika Chi Kuadrat hitung besar dari tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima (Sugiyono, 2006). Pengujian analisis dilakukan
dengan menggunakan program software komputer.
J. Etik Penelitian
Confidentiality (kerahasiaan)
39
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
data yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007). Kerahasiaan data
dilakukan dengan tidak mempublikasikan nama responden hanya menyajikan hasil
serta jawaban responden.
40
IDENTITAS RESPONDEN
Identitas Anak
Nama Anak :
Tanggal lahir :
Jenis kelamin :
Laki-laki :
perempuan :
Umur anak :
Nama ibu :
Umur ibu :
Alamat :
Agama :
41
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN
aturan main?
Setelah makan apakah anak mencuci dan mengeringkan
mengulanginya?
Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju,
mengulanginya?
Dapatkah anak anda bermain petak umpet, ular naga, atau
aturan main?
Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju,
aturan main?
Dapatkah anak mengenakan celana panjang, kemeja, baju,
boneka?
boneka?
Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel
43
akan meninggalkannya?
Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa
bantuan?
akan meninggalkannya?
Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa
bantuan?
bantuan?
Tulis apa yang dikatakan anak pada kalimat-kalimat yang
pertanyaan:
45
KUESIONER POLA ASUH IBU
Petunjuk pengisian:
Berilah tanda (√) pada kolom jawaban selalu (S), hamper selalu (HS), jarang (J), tidak pernah (TP).
Pilih salah satu saja tiap nomor.
Jika ada pertanyaan yang kurang jelas, silahkan bertanya kepada petugas.
NO Pertanyaan S HS J TP
1. Saya memaksa anak-anak untuk mentaati
peraturan saya.
2. Saya membantu bila anak mengalami kesulitan
putus asa.
8. Saya marah bila anak memberikan protes
pendapat.
10. Saya menanyakan penyebabnya bila anak
berbuat salah.
12. Saya mendidik anak dengan disiplin yang tegas
sesuai dengan keinginan saya tanpa kompromi.
13. Saya mengabaikan anak menyelesaikan PR
protes.
17. Saya mengatur semua kegiatan anak dalam
dari sekolah.
19. Saya menerapkan aturan dalam keluarga sesuai
situasi.
20. Saya menanggapi protes anak.
21. Saya mengontrol semua pekerjaan anak sehari-
hari.
22. Saya marah bila anak protes pada hukuman
47
saya.
27. Saya membiarkan semua perilaku anak.
28. Saya tidak peduli meskipun anak tidak mau
pilihannya sendiri.
30. Bila anak menangis saya hanya membiarkan
- Observasi ke Lokasi
2 Seminar Proposal √
3 Perijinan √ √ √
-Persiapan
-Pelaksanan
4 Pelaksanaan Penelitian √ √ √ √
5 Olah Data √ √ √
-Coding
-Editing
6 Analisis hasil √ √
7 Penyusunan Laporan √ √ √
8 Seminar Hasil √
49
Bab 7. Personalia penelitian
Ketua Peneliti :
c. NIDN : 8408007
e. Pangkat/Golongan :IIIb
Tenaga Labor/Tulis :
Pekerja Lapangan :
Tenaga Administrasi:
50
Bab 8. Perkiraan Biaya Penelitian
A. Persiapan
B. Subyek Penelitian
C. Pelaksanaan
D. Penyusunan Laporan
51