Anda di halaman 1dari 16

Riany Aryati

0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model Pembelajaran Cooperative Learning

Menurut UNESCO, pembelajaran yang efektif pada abad ini harus


diorientasikan pada empat pilar yaitu, (1) learning to know, (2) learning to
do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Keempatnya dapat
diuraikan bahwa dalam proses pendidikan melalui berbagai kegiatan
pembelajaran peserta didik diarahkan untuk memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu, menerapkan atau mengaplikasikan apa yang
diketahuinya tersebut guna menjadikan dirinya sebagai seseorang yang
lebih baik dalam kehidupan sosial bersama orang lain.
Lebih lanjut, dalam rangka merealisasikan ‘learning to know’, guru
memiliki berbagai fungsi yang di antaranya adalah sebagai fasilitator,
yaitu sebagai teman sejawat dalam berdialog dan berdiskusi dengan
siswa guna mengembangkan penguasaan pengetahuan maupun ilmu
tertentu. Learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) akan bisa
berjalan jika sekolah memfasilitasi siswa untuk mengaplikasikan
keterampilan yang dimilikinya sehingga dapat berkembang dan dapat
mendukung keberhasilan siswa nantinya.
Learning to be (belajar untuk menjadi seseorang) erat hubungannya
dengan bakat dan minat, perkembangan fisik dan kejiwaan, tipologi
pribadi anak serta kondisi lingkungannya. Bagi anak yang agresif, proses
pengembangan diri akan berjalan bila diberi kesempatan cukup luas
untuk berkreasi. Sebaliknya, bagi anak yang pasif peran guru pengarah
dan fasilitator sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan
dirinya dalam kegiatan belajar dan pengembangan diri. Selanjutnya,
kebiasaan hidup bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan
menerima perlu ditumbuhkembangkan termasuk dalam proses belajar
mengajar di sekolah. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya proses
‘learning to live together’ (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Dalam pelaksanaannya, tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa


yang dipelajari itu berguna di kemudian hari, yakni membantu kita untuk
dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah, sehingga tercapai
proses pembelajaran seumur hidup (long life education). Untuk
mewujudkan hal ini, sangat dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak,
terutama antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru.
Peran guru sebagai pendidik sangat penting; oleh karena itulah, guru
dituntut dapat menerapkan berbagai metode yang efektif dan menarik
bagi siswa dalam proses penyampaian materi pembelajaran. Salah satu
model pembelajaran yang aktif dan interaktif adalah model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) karena melibatkan seluruh peserta didik
dalam bentuk kelompok-kelompok. Ada sejumlah hal yang harus dipahami
oleh pendidik atau guru sebelum mengaplikasikan metode ini dalam
proses pembelajaran di kelas.

PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Menurut Zaini model pembelajaran adalah pedoman berupa program
atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa selama belajar.
Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan, serta teknik
pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat
(memorizing) atau menghafal (rote learning) ke arah berpikir (thinking)
dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan
discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke
kooperatif, serta dari subject centered ke learner centered atau
terkonstruksinya pengetahuan siswa.
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali bagi
guru. Apakah model pembelajaran kooperatif itu? Model pembelajaran
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan


adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok
mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang,
rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama
dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan
keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran .
Holubec dalam Nurhadi mengemukakan belajar kooperatif merupakan
pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar
dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan
silih asuh. Sementara itu, Bruner dalam Siberman menjelaskan bahwa
belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang mendasar
untuk merespons manusia lain dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan
adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan pada model
pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan,
dan struktur penghargaan pada model pembelajaran yang lain. Dalam
proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa
didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka
harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.

PRINSIP DASAR DAN KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model
pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
– setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua


anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
– setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
– setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
– setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
– setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung
jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok
kooperatif.
Adapun karakteristik model pembelajaran kooperatif adalah:
– siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
– Kelompok dibentuk dari beberapa siswa yang memiliki kemampuan
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
– Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-
masing individu.
Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan
komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan,
saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling
memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu
belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri
maupun teman lain. Terdapat 6 (enam) langkah model
pembelajaran kooperatif:
– Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
– Menyajikan informasi
– Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
– Membimbing kelompok belajar
– Evaluasi dan pemberian umpan balik
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– Memberikan penghargaan
Keunggulan dari model pembelajaran kooperatif adalah (1)
membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek
bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, (2)
membantu siswa mengevaluasi logika dan bukti-bukti bagi posisi dirinya
atau posisi yang lain, (3) memberikan kesempatan pada siswa untuk
memformulasikan penerapan suatu prinsip, (4) membantu siswa
mengenali adanya suatu masalah dan memformulasikannya dengan
menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah, (5)
menggunakan bahan-bahan dari anggota lain dalam kelompoknya, dan
(6) mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.

TIPE-TIPE MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN TEKNIK APLIKASINYA


Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
oleh beberapa ahli antara lain Slavin adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini pertama kali dikembangkan
oleh Aronson dkk. Langkah-langkah mengaplikasikan tipe Jigsaw dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan
setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
serta jika mungkin anggota berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda tetapi tetap mengutamakan kesetaraan jender. Kelompok
ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal
menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan
dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas
mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut.
Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart


Group/CG).
Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi
pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana
menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal.
Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok jigsaw (gigi
gergaji).
Misal suatu kelas dengan jumlah siswa 40, dan materi
pembelajaran yang dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya
terdiri dari dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa
akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8
kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok
ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang
telah diperoleh dalam diskusi di kelompok ahli dan setiap siswa
menyampaikan apa yang telah diperoleh atau dipelajari dalam
kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang
dilakukan oleh kelompok ahli maupun kelompok asal.
b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok
asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok
atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat
menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah
didiskusikan.
c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa
bagian materi pembelajaran.
f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan tipe Jigsaw untuk
belajar materi baru, perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran


dapat tercapai.
2. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Number Heads Together)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dikembangkan oleh Spencer Kagen
(1993). Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam
penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran.
Langkah-langkah penerapan tipe NHT:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi
nomor atau nama.
d. Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama
dalam kelompok.
e. Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah
satu nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban
salah satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban
dari kelompok.
f. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada akhir
pembelajaran.
g. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.
h. Guru memberi penghargaan pada kelompok melalui skor
penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Divisions)
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.


Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD:
a. Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual
sehingga akan diperoleh skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap mementingkan
kesetaraan jender.
d. Bahan materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam
kelompok untuk mencapai kompetensi dasar. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD biasanya digunakan untuk penguatan
pemahaman materi.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini).
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization
atau Team Accelerated Instruction)
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe
ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran idnidvidual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri
khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi
pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh


anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab
atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah sebagai
berikut:
a. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan
oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri
dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda
(tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok
terdiri dari ras, budaya, suku yang berbeda tetapi tetap
mengutamakan kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam
kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,
mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar
ke skor kuis berikutnya (terkini).
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang telah diuraikan di atas
merupakan tipe-tipe yang paling sering digunakan dalam proses
pembelajaran di kelas. Terdapat tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang
lain, yaitu:
– Model Pembelajaran Kooperatif: Think-Pair-Share
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share merupakan


salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah
asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan
dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Think-Pair-Share
memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan
saling membantu satu sama lain. Dari cara seperti ini diharapkan
siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling
tergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Picture and Picture
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang
logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir
dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Posing
Tipe pembelajaran kooperatif problem posing merupakan
pendekatan pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan
siswa, dan dalam proses pembelajarannya difokuskan pada
membangun struktur kognitif siswa serta dapat memotivasi siswa
untuk berpikir kritis dan kreatif. Proses berpikir demikian dilakukan
siswa dengan cara mengingatkan skemata yang dimilikinya
dengan mempergunakannya dalam merumuskan pertanyaan.
Dengan pendekatan problem posing siswa dapat pengalaman
langsung dalam membentuk pertanyaan sendiri.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Problem Solving
Problem solving (pembelajaran berbasis masalah) merupakan
pendekatan pembelajaran yang menggiring siswa untuk dapat
menyelesaikan masalah (problem). Masalah dapat diperoleh dari
guru atau dari siswa. Dalam proses pembelajarannya siswa dilatih
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

untuk kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta


difokuskan pada membangun struktur kognitif siswa.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Team Games Tournament (TGT)
Pada pembelajaran kooperatif tipe Team Games Tournament
(TGT), peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok
kecil beranggotakan empat peserta didik yang masing-masing
anggotanya melakukan turnamen pada kelompoknya masing-
masing. Pemenang turnamen adalah peserta didik yang paling
banyak menjawab soal dengan benar dalam waktu yang paling
cepat.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC)
Tipe CIRC dalam model pembelajaran kooperatif merupakan tipe
pembelajaran yang diadaptasikan dengan kemampuan peserta
didik, dan dalam proses pembelajarannya bertujuan membangun
kemampuan peserta didik untuk membaca dan menyusun
rangkuman berdasarkan materi yang dibacanya.
– Model Pembelajaran Kooperatif : Learning Cycle (Daur Belajar)
Learning Cycle merupakan tipe pembelajaran yang memiliki lima
tahap pembelajaran, yaitu (1) tahap pendahuluan (engage), (2)
tahap eksplorasi (exploration), (3) tahap penjelasan (explanation),
(4) tahap penerapan konsep (elaboration), dan (5) tahap evaluasi
(evaluation).
– Model Pembelajaran Kooperatif : Cooperative Script (CS)
Dalam tipe pembelajaran Cooperative Script siswa berpasangan
dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.

PEMBENTUKAN DAN PENGHARGAAN KELOMPOK


Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Menurut Slavin guru memberikan penghargaan pada kelompok


berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar
(awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.
Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan
melalui langkah-langkah berikut:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar
(awal) dapt berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai
tes/ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa
bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata
nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis
terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan
berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-
masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.
– Nilai peningkatan 5, jika nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10
poin di bawah nilai awal
– Nilai peningkatan 10, jika nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai
dengan 10 poin di bawah nilai awal
– Nilai peningkatan 20, jika nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai
awal sampai dengan 10 di atas nilai awal
– Nilai peningkatan 30, jika nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas
nilai awal
Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai
peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan
memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna.
Kriteria untuk status kelompok:
– Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15
(Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15 )
– Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20
( 15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

– Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20


dan 25 ( 20 ≤ Rata-rata nilai peningkatan < 25)
– Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau
sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

Model Pembelajaran Kontekstual Learning

Strategi Pembelajaran Kontekstual merupakan suatu proses


pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan
mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-
hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan
(ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan / konteks
lainnya. Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil. Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu
siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada member informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah
tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi
anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri
bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola
dengan pendekatan kontekstual Pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),


menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).

Langkah-langkah CTL
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa
saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam
kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut.
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna
dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
d. Ciptakan masyarakat belajar.
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Karakteristik Pembelajaran CTL


1) Kerjasama.
2) Saling menunjang.
3) Menyenangkan, tidak membosankan.
4) Belajar dengan bergairah.
5) Pembelajaran terintegrasi.
6) Menggunakan berbagai sumber.
7) Siswa aktif.
8) Sharing dengan teman.
9) Siswa kritis guru kreatif.
Riany Aryati
0907010
Tugas Belajar dan Pembelajaran Akuntansi

10) Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-
peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain.
11) Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya
siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih


merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi
skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama
siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam
program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan
tersebut, materi pembelajaran, langkah- langkah pembelajaran, dan
authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang
guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya
bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format
antara program pembelajaran konvensional dengan program
pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan
operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih
menekankan pada skenario pembelajarannya.

Anda mungkin juga menyukai