Tantangan Investasi Syariah Di Pasar
Tantangan Investasi Syariah Di Pasar
Modal
A. Pendahuluan
Adalah benar adanya bahwa perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari
perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di negara-negara maju, termasuk di
negara-negara muslim sekalipun, kiranya menuntut untuk dicermati lebih lanjut. Hal ini menjadi
keharusan, selain terkait dengan semakin membesarnya peran pasar modal di dalam
memobilisasi dana ke sektor riil, juga disebabkan adanya tuntutan bahwa sekuritas yang
diperdagangkan harus selaras dengan syariat Islam. Sependapat dengan hipotesis Fauzi (lihat
dalam Achsien, hal. xv, 2003), bahwa masyarakat yang semakin terdidik akan semakin tidak
suka menanamkan dana mereka di bank komersial, karena bank komersial memberikan return
yang relatif kecil, meskipun risikonya juga relatif kecil. Tapi, justru di sinilah masalahnya.
Masyarakat yang semakin paham akan pasar keuangan, semakin mengerti akan penilaian dan
pengendalian risiko investasi, akan semakin berani memasuki area yang lebih berisiko.
Dalam konteks investasi syariah di pasar modal, pemahaman akan pengendalian risiko
dan return saja tidak cukup, hal lain yang tak kalah penting untuk dipahami adalah pengenalan
akan sekuritas-sekuritas mana yang selaras dengan syariah Islam. Dari banyak jenis sekuritas
yang ada, beberapa di antaranya telah telah memperoleh pengakuan dari Dewan Syariah
Nasional (DSN) atas kesyariahannya.
Kemudian kata investment diartikan sebagai the outley of money use for income or
profit. Dalam kamus istilah Pasar Modal dan keuangan kata invesment diartikan sebagai
penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan (Arifin, 1999). Dan dalam kamus Lengkap Ekonomi, Investasi didefinisikan sebagai
saham penukaran uang dengan dengan bentuk-bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta
tidak bergerak yang di harabkan dapat di tahan selama periode waktu tertentu supaya
menghasilkan pendapat (Wirasasmita,1999).
Sedangkan pendapat lain investasi di artikan sebagai komitmen atas sejumlah dana atau
sumber daya lain yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan
di masa datang (Tendelilin,2001). Jadi, pada dasarnya sama yaitu penempatan sejumlah
kekayaan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
Selain itu, investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dollar pada masa depan
( Sharpe,1995). Ini berarti adalah penanaman modal saat ini untuk di peroleh mamfaatnya di
masa depan.
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada vinancial asset dan
investasi pada real asset, Investasi pada financial asset di lakukan di pasar uang, misalnya berupa
sertifikat deposito, commercial paper, Surat berharga pasar uang (SBPU), dan lainnya. Investasi
juga dapat dilakukan di pasar Modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, obsi, dan yang
lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian aset produktif,
pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang lainnya.
Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindarkan dalam kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan
adalah meminimalkan risiko akibat adanya inflasi, hal demikian karena variable inflasi dapat
mengereksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam sebuah bisnis tertentu dapat
dikategorikan sebagai langkah mitigasi yang efektif.
Di antara negara belahan dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat
yang melakukan investasi pada usaha tertentu.
pada tahapan ini, investor menentuakan tujuan investasi dan kemampuan/kekayaannya yang
dapat diinvestasikan. Di karenakan ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang
tepat bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk memperoleh
banyak keuntungan saja, tetapi juga memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun
risiko.
2. Analisis sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas
secara individual atau beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan melakukan penilaian
tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga (mispriced).
3. Pembentukan portofolio
Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus
mana yang akan diinvestasikan dan juga menentukanseberapa besar investasi pada tiap aset
tersebut. Disini masalah selektivitas, penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian
investor.
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga langkah sebelumnya.
Sejalan dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk
portofolio baru yang lebih optimal. Motifasi lainnya di sesuaikan dengan preferensi investor
tentang resiko dan return itu sendiri.
Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara
periodik dalam arti tidak hanya return yang di perhatikan tetapi juga risiko yang di hadapi. Jadi,
di perlukan ukuran yang tepat tentang return dan resiko juga standar yang relevan.
KATEGORI INVESTOR
Para investor dalam dunia pasar modal memiliki preferensi (trend) serta karakter yang
berbeda satu sama lain, karena perbedaan inilah seorang menejer investasi diharuskan
memahami dan menganalisis tipikal serta perilaku para investor dalam aktivitas investasi.
Secara garis besar tipikal investor terbagi menjadi 2 (dua) macam, tipikal yang berani mengambil
risiko (nonrisk taker) dan mereka yang tidak berani mengambil risiko (nonrisk taker). Risk taker
terbagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Mereka yang berani mengambil resiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi
(high risk high return).
2. Mereka yang cukup berani risiko yang moderat dengan imbal hasil yang juga moderat ( medium
risk medium return).
3. Mereka yang hanya berani mengambil resiko dalam tingkat yang relatif rendah (low risk low
return).
Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta ada zakatnya,
jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah
dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang
diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja.
Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang
diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk
setelah terjadinya mekanisme pasar.
Suatu pernyataan penting al-Ghozali sebagai ulama’ besar adalah keuntungan merupakan
kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri pengusaha.
Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan yang merupakan kompensasi dari
risiko yang ditanggungnya.
Ibnu Taimiah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk domestik dan
impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam
jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan
pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan atau
permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi
merupakan kehendak Allah SWT.
1. Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara
mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.
2. Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.
3. Keadilan pendistribusian kemakmuran.
4. Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.
5. Tidak ada unsur riba, maysir dan gharar (ketidakjelasan).
Berdasarkan keterangan di atas, maka kegiatan di pasar modal mengacu pada hukum syariat
yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan pasar modal syariah tidak boleh disalurkan
kepada jenis industri yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diharamkan. Pembelian saham
pabrik minuman keras, pembangunan penginapan untuk prostitusi dan lainnya yang bertentangan
dengan syariah berarti diharamkan.
Semua transaksi yang terjadi di bursa efek harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur
pemaksaan, tidak ada pihak yang didzalimi atau mendzalimi. Seperti goreng-menggoreng saham.
Tidak ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan semua transaksi harus transparan,
diharamkan adanya insider trading.
1. Deposito Syariah
Kedua belah pihak yang mengadakan kontrak antara pemilik dana dan mudharib akan
menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun pemilik. Di dalam akad tercantum
pernyataan yang harus dilakukan kedua belah pihak yang mengadakan kontrak dengan
ketentuan sebagai berikut:
1. Di dalam perjanjian tersebut harus dinyatakan secara tersurat maupun tersirat mengenai
tujuan kontrak.
2. Penawaran dan penerimaan harus disepakati kedua belah pihak di dalam kontrak tersebut.
3. Maksud penawaran dan penerimaan merupakan suatu kesatuan informasi yang sama
penjelasannya.perjanjian bisa saja berlangsung melalui proposal tertulis dan langsung
ditandatangani.
Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudharib untuk
diinvestasikan dikelola) dalam kegiatan usaha mudharabah.
1. Jumlah modal harus diketahui secara pasti termasuk jenis mata uangnya.
2. Modal harus dalam bentuk tunai, seandainya berbentuk aset menurut Jumhur Ulama Fiqh
diperbolehkan, asalkan berbentuk barang niaga dan mempunyai nilai atau historinya pada
saat mengadakan kontrak. Bila aset tersebut berbentuk non-kas yang siap dimanfaatkan,
seperti pesawat dan kapal, menurut Madzab Hanbali diperbolehkan sebagai modal
mudharabah asalkan mudharib tetap menginvestasikan semua modal tersebut dan berbagi
hasil dengan pemilik dana dalam pendapatan dari investasi dan pada akhir jangka waktu.
3. Modal harus tersedia dalam bentuk tunai tidak dalam bentuk piutang.
4. Modal mudharabah langsung dibayar kepada mudharib. Beberapa Fuqaha berbeda
pendapat mengenai cara realisasi pencarian dana, yaitu dibayar langsung dengan cara lain
dilaksanakan dengan memungkinkan mudharib untuk memperoleh manfaat dari modal
tersebut bagaimanapun cara akuisisinya. Sesuai dengan pendapat kedua, pengadaan
kontrak dapat dilaksanakan untuk keseluruhan modal dan pembayarannya kepada
mudharib dapat dibuat dalam beberapa angsuran.
Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan merupakan tujuan
mudharabah dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Keuntungan ini haruslah berlaku bagi kedua belah pihak dan tidak ada satu pihakpun
yang akan memilikinya.
2. Haruslah menjadi perhatian dari kedua belah pihak dan tidak terdapat pihak ketiga yang
akan turut memperoleh bagi hasil darinya. Porsi bagi hasil keuntungan untuk masing-
masing pihak harus disepakati bersama pada saat perjanjian ditandatangani. Bagi hasil
mudharib harus secara jelas dinyatakan pada saat pengadaan kontrak dilakukan.
3. Pemilik dana akan menanggung semua kerugian sebaliknya mudharib tidak menanggung
kerugian sedikitpun. Akan tetapi, mudharib harus menanggung kerugian bila kerugian itu
timbul dari pelanggaran perjanjian atau penghilangan dana tersebut.
Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemilik dana, sehingga tidak dapat
ditarik sewaktu-waktu. Penarikan dana mudharabah hanya dapat dilakukan sesuai dengan
waktu yang disepakati (periode yang telah ditentukan). Penarikan dana yang dilakukan
setiap saat akan membawa dampak berkurangnya pembagian hasil usaha oleh nasabah
yang menginvestasikan dananya.
Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu
untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual langsung bertemu untuk melakukan
transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi atau tempat pertemuan tersebut disebut pasar.
Namun dalam arti luas pengertian pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli
dan penjual, dimana pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu
langsung, akan tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana
elektronika.
Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual
dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual (emiten)
dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal, sehingga mereka berusaha
untuk menjual efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin
membeli modal diperusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal
dengan nama bursa efek, dan di Indonesia dewasa ini ada dua buah bursa efek yaitu Bursa Fek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari
waktunya merupakan modal jangka panjang. Oleh karena itu bagi emiten sangat menguntungkan
mengingat masa pengembaliannya relatif panjang, baik yang bersifat kepemilikan maupun yang
bersifat hutang. Khusus untuk modal bersifat kepemilikan, jangka waktunya lebih panjang jika
dibandingkan dengan yang bersifat hutang.
Menurut Dewan Syariah Nasioanal (DSN), saham adalah suatu bukti kepemilikan atas suatu
perusahaan yang memenuhi kriteria syariah dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-
hak istimewa. Bagi perusahaan yang modalnya diperoleh dari saham merupakan modal
sendiri. Dalam struktur permodalan khususnya untuk perusahaan yang berbentuk perseroan
terbatas (PT), pembagian modal menurut undang-undang terdiri:
Jenis-jenis Saham
Saham Preferen
Saham Biasa
Saham Treasury
1. Saham perusahaan yang pernah beredar dan dibeli kembali oleh perusahaan untuk
disimpan dan dapat dijual kembali.
2. Beberapa alasan kenapa ada saham treasury: a. Dapat diberikan sebagai bonus kepada
karyawan, b. Meningkatkan perdagangan, sehingga nilai pasar meningkat, c. Mengurangi
jumlah saham beredar untuk menaikkan laba per lembar saham, d. Untuk mencegah
perusahaan dikuasai oleh perusahaan lain.
Pedoman Syariah
1. Uang tidak boleh menghasilkan uang. Uang hanya boleh berkembang bila diinvestasikan
dalam aktivitas ekonomi.
2. Hasil dari kegiatan ekonomi diukur dengan tingkat keuntungan investasi. Keuntungan ini
dapat diestimasikan tetapi tidak ditetapkan di depan.
3. Uang tidak boleh dijual untuk mempeoleh uang.
4. Saham dalam perusahaan, kegiatan mudharabah atau partnership/musyarakah dapat
diperjualbelikan dalam rangka kegiatan investasi dan bukan untuk spekulasi dan untuk
tujuan perdagangan kertas berharga.
5. Instrumen finansial islami, seperti saham, dalam suatu venture atau perusahaan, dapat
diperjualbelikan karena ia mewakili bagian kepemilikan atas aset dari suatu bisnis.
6. Beberapa batasan dalam perdagangan sekuritas seperti itu antara lain: a. Nilai per share
dalam suatu bisnis harus didasarkan pada hasil appraisal atas bisnis yang bersangkutan, b.
Transaksi tunai, harus segera diselesiakan sesuai dengan kontrak.
2. Obligasi Syariah
Perihal obligasi syariah sendiri, sebenarnya telah ada fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002
tentang Obligasi Syariah dan fatwa No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah
Mudharabah. Keduanya, dikeluarkan pada waktu bersamaan, 14 September lalu.
Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu
surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada
pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan pada
pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat
jatuh tempo.
Sementara pendapatan investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang obligasi syariah harus
bersih dari unsur nonhalal. Mengenai bagi hasil antara emiten dan pemegang obligasi syariah,
diatur bahwa nisbah keuntungan dalam obligasi syariah mudharabah ditentukan sesuai
kesepakatan dengan ketentuan pada saat jatuh tempo, akan diperhitungkan secara keseluruhan.
Kewajiban dalam syariah hanya timbul akibat adanya transaksi atas aset/produk /jasa yang tidak
tunai, sehingga terjadi transaksi pembiayaan. Kewajiban ini umumnya berkaitan dengan
transaksi perniagaan dimana kondisi tidak tunai tersebut dapat terjadi karena penundaan
pembayaran atau penundaan penyerahan obyek transaksi (mal atau amal). Dalam Islam
pembiayaan dapat terjadi karena ada suatu pihak yang memberikan dana untuk memungkinkan
suatu transaksi. Pihak penjual dapat memberikan pembiayaan dengan memberikan fasilitas
penundaan pembayaran, sedangkan pihak pembeli dapat memberikan pembiayaan dengan
memberikan fasilitas penundaan penyerahan obyek transaksi.
Jenis-jenis Obligasi
1. Obligasi Mudharabah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau
keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term
indicative/expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja
pendapatan yang dibagihasilkan.
2. Obligasi Ijarah. Dengan akad Ijarah sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus
basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.
Pedoman Syariah
Tetapi, sebagai catatan, tidak semua emiten dapat menerbitkan obligasi syariah. Untuk
menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan berikut yang harus dipenuhi:
Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa
No: 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang
bertentangan dengan syariah Islam di antaranya adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi
konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan
minuman haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun
jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Peringkat Investment Grade:
3. Reksadana Syariah
Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat
pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sedangkan reksadana syariah adalah reksadana yang beroperesi menurut ketentuan dalam prinsip
syariah, baik dalam bentuk akad, pengelolaan dana dan penggunaan dana. Akad antara investor
dengan lembaga hendaknya dilakukan dengan sistem mudharabah.
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola.Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan
dalam kontrak, sedangkan apabila rugi, ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut
bukan akibat kelalaian di pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau
kelalain pengusaha, maka pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
Dalam hal transaksi jual beli, saham-saham dalam reksadana syariah dapat diperjual belikan.
Saham-saham dalam reksadana syariah merupakan yang harta yang dibolehkan untuk diperjual
belikan dalam syariah.
Pedoman Syariah
Tidak adanya unsur penipuan dalam transaksi saham karena nilai saham jelas. Harga saham
terbentuk dengan adanya hukum supply and demand. Semua saham yang dikeluarkan reksa dana
tercatat dalam administrasi yang rapih dan penyebutan harga harus dilakukan dengan jelas.
Contoh perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004 sebesar Rp 1
juta sedangkan saldo rata-rata tabungan seluruh nasabah Bank Syariah pada bulan tersebut
sebesar Rp 50 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar 50:50 dan
pendapatan bank yang dibagihasilkan untuk tabungan sebesar Rp 1 juta maka bagi hasil yang
didapatkan oleh Bapa Huda adalah sebesar: (Rp 1 juta : Rp 50 juta X Rp 1 juta X 50% = Rp
10.000,00.
Sehingga Bapa Huda akan menerima bagi hasil sebesar Rp. 10 ribu rupiah dalam bulan
November 2004 atas tabungan saldo rata-rata sebesar Rp. 1 juta. Berbeda dengan bank
konvensional yang pendapatan bunganya tetap sepanjang tidak ada perubahan. Bagi hasil yang
didapatkan dari bank syariah dapat berubah setiap bulan, tergantung pendapatan bagi hasil yang
diterima bank syariah dari para peminjam.
Deposito Bagi Hasil merupakan produk investasi jangka waktu tertentu. Nasabahnya bisa
perorangan maupun badan. Produk ini menggunakan prinsip mudharabah muthlaqah. Dengan
prinsip ini bank akan mengelola dana yang diinvestasikan nasabah secara produktif,
menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip hukum Islam. Hasil keuntungannya akan
dibagikan kepada nasabah dan bank sesuai nisbah yang disepakati bersama sebelumnya.
Contoh ilustrasi perhitungan bagi hasil; Saldo rata-rata Bapa Huda bulan November 2004 sebesar
Rp 10 juta sedangkan saldo rata-rata deposito seluruh nasabah bank syariah pada bulan tersebut
sebesar Rp 500 juta. Bila perbandingan bagi hasil antara nasabah dan bank sebesar 65:35 dan
pendapatan bank syariah yang dibagihasilkan untuk deposito sebesar Rp 10 juta maka bagi hasil
yang didapatkan oleh Bapa Huda adalah: (Rp 10 juta : Rp 500 juta X Rp 10 juta X 65% = Rp
130.000,00.
1. Investasi Khusus (Mudharabah Muqayyadah)
Investasi khusus adalah suatu bentuk investasi nasabah yang disalurkan langsung kepada
pembiayaan tertentu sesuai dengan keinginan nasabah. Perbandingan atau nisbah bagi hasil yang
ditetapkan berdasarkan kesepatan antara bank, nasabah serta penasihat keuangan jika diperlukan
(dapat dinegosiasikan). Dana akan diinvestasikan kepada sektor riil yang menguntungkan sesuai
keinginan nasabah.
Contoh perhitungan bagi hasil; Bapa Huda menginvestasikan dana sebesar Rp 5 juta dengan
pilihan untuk pembiayaan kepada pedagang bahan bangunan. Bila pada bulan berikutnya
keuntungan investasi yang diterima bank dari pedagang bahan bangunan sebesar Rp 2 juta
sementara kesepakatan nisbah antara nasabah dan bank sebesar 65:35, maka bagi hasil yang
didapatkan Bapa Huda adalah sebesar: Rp 2 juta X 65% = Rp 1.300.000
Pendapatan bagi hasil yang diterima oleh deposan investasi khusus dalam hal ini akan sangat
bervariasi tergantung dari kinerja dari pedagang yang diberikan pinjaman, dimana ada
kemungkinan suatu saat apabila pedagang tersebut mengalami kerugian maka bisa saja kita tidak
mendapat bagi hasil alias 0.
Salah satu bentuk investasi yang sesuai dengan syariah adalah membeli saham perusahaan, baik
perusahaan non publik (private equity) maupun perusahaan publik/terbuka. Cara paling mudah
dalam melakukan investasi saham sesuai syariah di BEJ adalah memilih dan membeli jenis
saham-saham yang dimasukkan dalam Jakarta Islamic Index (JII).
Reksadana Syariah
Manajer investasi reksadana syariah harus memahami investasi dan mampu melakukan
kegiatan pengelolan yang sesuai dengan syariah. Untuk itu diperlukan adanya panduan mengenai
norma-norma yang harus dipenuhi Manajer Investasi agar investasi dan hasilnya tidak melanggar
ketentuan syariah, termasuk ketentuan yang berkaitan dengan praktek riba, gharar dan maysir.
Dalam praktek syariah maka Manajer Investasi bertindak sesuai dengan perjanjian atau aqad
wakalah. Manajer investasi akan menjadi wakil dari investor untuk kepentingan dan atas nama
investor. Sebagai bukti penyertaan dalam reksadana syariah maka investor akan mendapat unit
penyertaan dari reksadana syariah.
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu resiko dalam retern. Resiko
mempunyai hubungan positif dan linear dengan return yang di harapkan dari suatu investasi,
sehingga semakin besar ritern yang di harapkan semakin besar pula resiko yang harus di
tanggung oleh seorang investor. Dalam melakukan keputusan investasi, khususnya pada
sukuritas saham, return yang di peroleh berasal dari dua sumber, yaitu deviden dan capital gain,
sedangkan resiko investasi saham tercermin pada variabilitas pendapatan (return saham) yang di
peroleh.
Jorion (2007), menyetakan resiko sebagai valatility dari suatu hasil yang tidak
diekspektasi, secara jeneral, nilai dari aset atau kewajiban dari bunga. Gup (1998),
mengemukakan bahwa risiko adalah penyimpangan dari return yang di harabkan (expected
return), sedangkan menurut Jones (1996) resiko adalah kemungkinan pendapatan yang diterima
(actual return) dala suatu investasi akan berbeda dengan pendapatan yang di harabkan (expected
return). Brigham dan Gapennski (1999), berpendapat bahwa risiko merupakan kemungkinan
keuntungan yang di teriama lebih kecil dari keuntungan dari keuntungan yang di harapkan.
Menurut tandelilin (2001), dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai aset
keuntungan bersumber dari:
a. Interest Rate Risk. Resiko yang berasal dari variabilitas return akibat perubahan tingkat
suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga
sukuritas.
b. Market Risk. Risiko yang berasal variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan
pasar sehingga berpengaruh pada semua sukuritas.
c. Inflation Risk. Sustu fsktor ysng mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing
power risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders
membutuhkan tambahan premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.
d. Business Risk. Resiko yang ada karena melakukan bisnis pada industri tertentu.
e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh
perusahaan.
f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu di mana
sukuritas di perdagangkan. Suatu investasi jika dapat di beli dan di jual dengan cepat
tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan liquid,
demikian sebaliknya.
g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena
fluktuasi karena fluktuasi kurs kurrency.
h. Contry risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political
risk. Berbeda dengan analisis tradisional, analisis investasi modern membagi resiko total
menjadi dua bagian, yaitu resiko sistematis dan resiko tidak sistematis (Husnan, 1998).
Risiko yang tidak sistematis adalah resiko yang di sebabkan oleh faktor-faktor pada suatu
sukuritas,dan dapat dihilangkan dengan menghilangkan diversivikasi. Sedangkan resiko
sistematis adalah risiko yang di sebabkan oleh faktor-faktor makro yang memengaruhi
semua sukuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi, karena sebagian
resiko dapat di hilangkan dengan diversifikasi, yaitu risiko tidak sistematis ( Unique risk),
maka ukuran resiko dari suatu portovolio bukan lagi standar deviasi (resiko total), tetapi
hanya resiko sistematis saja, yaitu resiko yang tidak bisa di hilangkan dengan di
versifikasi.
Kegiatan spekulasi tidak berbeda dengan kegiatan mengambil resiko (risk taking action)
yang biasa di lakukan oleh pelaku bisnis atau investor. Ada yang membedakan spekulan dengan
pelaku bisnis (investor) dari derajat ketidak pastian yang di hadpapinya. Spekulan berani
menghadapi sesuatu yang derajat ketidak pastian tinggi tanpa perhitungan, sedangkan pelaku
bisnis (investor) senantiasa menghitung-hitung risiko dengan return yang diterimanya. Spekulan
adalah game of change sedangkan bisnis game of skill.
Ada beberapa kendala untuk mengembangkan pasar modal syariah, kendala-kendala tersebut
(sudarsono, 2003) antara lain:
1. Belum ada ketentuan yang menjadi legitimasi pasar modal syariah dari Bapepam atau
pemerintah, misalnya undang-undang. Perkembangan Keberadaan pasar modal syariah saat
ini merupakan gambaran bagaimana legalitas yang diberikan Bapepam dan pemerintah lebih
tergantung dari permintaan pelaku pasar yang menginginkan keberadaan pasar modal
syariah.
2. Selama ini pasar modal syariah lebih populer sebagai sebuah wacana di mana banyak bicara
tentang bagaimana pasar yang di syriahkan. Dimana selama ini praktik pasar modal tidak
tidak bisa di pisahkan dari riba, maysir, dan gharar, dan bagaimana memisahkan ketiganya
dari pasar modal
Kesimpulan
Tidak dipungkiri, dengan melihat perkembangan industri pasar modal syariah yang masih
baru, masih sangat dimungkinkan jika pengaruh cara pandang ekonomi konvensional masih
kental terasa. Namun, hal ini tidak seharusnya menjadikan umat dan pelaku pasar muslim
bersikap permisif serta tidak kritis untuk menilai ulang fakta yang ada. Sesungguhnya, inilah
yang merupakan tantangan bagi konsep dan sistem ekonomi Islam untuk dapat membuktikan diri
secara aplikatif mampu menjadi sistem altenatif ekonomi umat.
Hal yang sama juga dialami dalam produk perbankan syariah. Dalam produk perbankan
syariah, juga didasarkan pada konsep bagi hasil sehingga patokan tingkat penghasilan juga tidak
pasti. Kemampuan pengelola atau profesionalisme yang terlibat di dalamnya akan sangat
menentukan kinerja perbankan syariah
Terlepas apapun polemik tentang Investasi di pasar modal syariah yang terdapat di tengah
masyarakat, adalah menjadi tugas bersama untuk memperbaiki, dan bahkan menyusun kembali
baik sekuritas, Saham Syariah, di pasar saham ini sesuai dengan prinsip syariah yang sebenarnya,
sehingga dapat memberikan kemaslahatan bagi umat.
Daftar Pustaka
Huda Nurul/ Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Kencana.2007.0160.
cet.ke-1
Achsien, Iggie H., 2003, Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Cet. Kedua.
Hakim, Cecep Maskanul, 2005, Obligasi Syariah di Indonesia: Kendala dan Prospek, Makalah,
disampaikan pada kuliah informal Ekonomi Islam, Fakultas Universitas Indonesia, 16 April
2005.
Zuhaily, Wahabah, 1989, al Fiqh al Islami wa adillatuhu, Juz 3, Damaskus: Cet. Ketiga
7 Komentar - komentar »
7 Tanggapan - tanggapan
makasih ya dah post kaya gini jadi semakin terbantu dalam menyelesaikan tugas,makasih
mantap, akhirnya nemu juga, udah googling sana sini susah bener nih nyari artikel nu kos
kieu. alhamdulillah lah, tararengkiyu mas,
resiko investasi syariah ada 2.sektor rill n sektor financial?kalo bisa pembahasan nya
lebih detil ge
buat yang banyak lg ya tulisannya….sulit banget cari bahan kuliah,,apa lag tugas setiap
minggu slalu hadir,,,badan seperti robot jadinya,,nostop..
aslmkum,,,
trmksh,,,