Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA EKSPERIMEN I


STATISTIK PELURUHAN RADIOAKTIF

Disusun oleh:

Nama : Riyanto
NIM : H1C004006
Tim : Eva NS
Hari/Tanggal praktikum : Rabu, 4 Oktober 2006
Asisten : Sehah S.Si, M.Si

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PROGRAM SARJANA MIPA
JURUSAN FISIKA
PURWOKERTO
2006
Statistik Peluruhan Radioaktif
Oleh: Riyanto
Abstrak
Telah dilakukan praktikum statistik peluruhan radioaktif pada hari Rabu
tanggal 11 Oktober 2006 di Laboratorium Fisika Eksperimen, Program Sarjana
MIPA, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto untuk menyelidiki sifat acak dari
peluruhan radioaktif dan membandingkan model distribusi Poisson dan distribusi
Gauss untuk menjelaskan statistika peluruhan radioaktif. Metode yang digunakan
adalah dengan cara menghitung banyaknya cacah tiap menit(cpm) dari unsur
radioaktif Sr-90 sebanyak 150 kali. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah
nilai rata- rata cacah per menit Sr-90 = 246 deviasi standar Poisson = 10.689.

Kata kunci: Peluruhan radioaktif, distribusi Poisson, distribusi Gauss

Abstrac
Have been done eksperiment statistical radioactive decay on Wednesday the
date of 11 October 2006 in Laboratorium Fisika Eksperimen, Program Sarjana MIPA,
Universitas Jendral Soedirman Purwokerto to investigate the randomized of
radioactive decay and compare model of Poisson distribution and Gauss Distribution
to explain radioactive statistical of radioactive decay. The method by used is counting
to the number of count every minute(cpm) from radioactive element Sr-90 as much
150 times. The result obtained from this ekperiment is value averrage count per
minute Sr-90 = 246 deviasi of standard P =10.689.

Key word: Radioactive decay, Poisson’s distribution, Gauss distribution.


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atom tersusun dari inti atom yang dikelilingi oleh elektron-elektron. Inti atom
terdiri dari proton dan netron. Proton dan netron sebagai penyusun inti atom disebut
nukleon. Setiap inti atom terdiri lebih dari satu proton dan netron (kecuali hidrogen
yang terdiri dari satu proton saja). Susunan yang demikian menimbulkan berbagai
gaya interaksi pada inti atom. Gaya tersebut antara lain gaya gravitasi dan gaya
coulomb. Gaya gravitasi mempunyai nilai lebih kecil dibandingkan gaya coulomb
yang merupakan gaya tolak menolak antara berbagai proton yang ada dalam inti.
Harus ada gaya lain agar inti tidak tercerai berai. Gaya inti ini disebut gaya tarik inti
atau gaya ikat inti. Energi yang dihasilkan dari gaya ikat inti disebut energi ikat.
Atom dengan nomor atom yang besar mempunyai energi ikat per nukleon yang lebih
kecil dibandingkan atom dengan nomor atom menengah sehingga atom dengan
nomor atom besar cenderung tidak stabil dan memancarkan energi dalam bentuk sinar
radioaktif hingga tercapai inti yang stabil.
Dalam peluruhan radioaktif, jumlah partikel yang dihasilkan dari sebuah
sumber tertentu tiap satuan waktu rata-rata dapat dijelaskan dengan sebuah distribusi
yang disebut dengan distribusi Poisson. Selain distribusi Poisson terdapat distribusi
lain yang sering digunakan dalam fisika eksperimen, yaitu distribusi Gauss. Oleh
karena itu pada percobaan kali ini kami menggunakan model distribusi Gauss dan
Poisson, sebagai model pembanding dalam menyelidiki sifat acak dari peluruhan
radioaktif.

B. Tujuan
Tujuan dilaksanakan praktikum ini adalah untuk menyelidiki sifat acak dari
peluruhan radioaktif dengan menggunakan statistik dan membandingkan model
distribusi Poisson dan distribusi Gauss untuk menjelaskan statistika peluruhan
radioaktif. Dengan menggunakan sumber radiasi β (90Sr).
C. Dasar Teori

Aktivitas Radioaktif
Setiap ada unsur radioaktif, saat itu juga akan dipancarkan sinar radioaktif.
Proses peluruhan sinar radioaktif tersebut tidak terjadi serentak dengan laju yang
konstan. Aktivitas radioaktif (A) didefinisikan sebagai laju peluruhan inti radioaktif,
yang secara matematis dituliskan sebagai:
dN
A …(1)
dt
dengan A = aktivitas radioaktif, dan N = banyaknya inti radioaktif. Aktivitas
dinyatakan dalam peluruhan per sekon yang disebut juga becquerel (Bq), dimana 1
Bq = 1 peluruhan/sekon. Satuan yang lebih sering digunakan adalah curie (Ci). Satu
curie didefinisikan sebagai peluruhan yang dilakukan oleh 1 gram radium dalam
waktu 1 detik. Ternyata 1 gram radium akan meluruh sebanyak 3,7 x 10 10 peluruhan,
sehingga
1 curie = 3,7 x 1010 Bq
Satuan tersebut dirasa kurang praktis karena dalam kenyataannya, peluruhan yang
terjadi masih cukup besar. Karena itu sering kali dalam praktik digunakan imbuhan
lain yaitu milicurie (mCi) dan mikrocurie (μCi).
Jika setiap inti mempunyai peluang untuk meluruh sebesar λ, maka aktivitas
radioaktif dapat juga dinyatakan sebagai:
A = λN ...(2)
Nilai λ tidak bergantung pada besaran fisis seperti tekanan, suhu ataupun massa. Nilai
λ hanya bergantung pada jenis unsur radioaktif dan merupakan hal yang khas bagi
setiap unsur. Sering kali λ disebut sebagai konstanta peluruhan. Persamaan (1) dan
(2) dapat digabung menjadi
dN
N   …(3)
dt
Jika kedua ruas diintegralkan dan disederhanakan, akan diperoleh persamaan sebagai
berikut
N  N 0 e  t …(4)
dengan:
N0 = banyaknya inti radioaktif mula-mula,
N = banyaknya inti radioaktif setelah meluruh selama t sekon,
e = bilangan natural = 2,718…,
λ = konstanta peluruhan.
Persamaan (4) disebut hukum peluruhan radioaktivitas. Karena aktivitas
radioaktif sebanding dengan banyaknya inti radioaktif, maka berlaku
A  A0 e  t …(5)
dengan A = aktivitas setelah waktu t dan A0 = aktivitas awal.

Statistik Peluruhan Radioaktif


Jika kita mengulangi satu jenis pengamatan secara berulang, maka hasilnya
sering kali tidak sama, tetapi berkisar pada sebuah nilai rata-rata tertentu. Lebarnya
hasil distribusi tersebut ditandai dengan adanya deviasi standar. Dalam hal peluruhan
radioaktif, jumlah partikel yang dihasilkan dari sebuah sumber tiap satuan waktu rata-
rata., dapat dijelaskan dengan sebuah distribusi yang disebut Distribusi Poisson.
Distribusi ini cukup baik untuk sederetan peristiwa yang sungguh-sungguh acak.
Deviasi standar dari nilai cacah rata-rata ini dirumuskan:
  (6)
Selain distribusi Poisson, terdapat distribusi lain yaitu Distribusi Gauss.
Distribusi ini sangat baik diterapkan untuk peristiwa yang tidak acak, tetapi hanya
terganggu akibat ketidaktelitian dalam proses pengukuran. Di sini nilai cacah rata-rata
 dan deviasi standar  merupakan dua besaran lepas satu terhadap lainnya. Secara
umum, persamaan untuk distribusi Gauss dapat dituliskan:
( x )2
1 2 2
G (x) = e (7)
  2 
Di mana x adalah bilangan bulat (bisa positif atau negatif), sedangkan  dalam
persamaan di atas adalah deviasi standar. Nilai  hanya berlaku jika jumlah
peristiwa adalah tak terhingga besar. Dalam kenyataannya, ini tidak benar dan kita
hanya mendapatkan suatu pendekatan m, rata-rata sample dengan nilai n nilai. Untuk
keadaan ini, distribusi Gauss mempunyai deviasi standar  G sebagai berikut:
n n

G =  ( xi  m) 2
i 1 =  xi
i 1
2
 nm 2
(8)
(n  1) (n  1)
Menentukan nilai rata-rata sementara  (yaitu modus dari data). Kemudian,
m=  +  , di mana  adalah selisih rata-rata sementara dengan rata-rata sample.
Untuk menentukan  , menggunakan persamaan berikut:

=  fi (xi   ) (9)
n
Dapat dibuktikan bahwa persamaan (3) untuk  G dapat dibuat lebih praktis jika 
disubtitusikan kedalamnya, sehingga menjadi:

G =  fi ( xi   ) 2
n2
(10)
(n  1)

Hubungan distribusi Poisson dan distribusi Gauss dapat dilihat pada gambar 1
dan 2 du bawah, jika  besar (nilainya beberapa ratus), maka distribusi Poisson
mendekati distribusi Gauss, tetapi tetap dengan nilai   .
0.04
P(μ)

0.03 G(μ)

0.02

0.01

0.00 μ
80 90 100 110 120 130

Gambar 1. Perbandingan antara distribusi Poiison dan distribusi Gauss untuk nilai-
nilai μ yang besar. Nilai μ rata-rata adalah 100.

0.04
P(μ)
0.15
G(μ)

0.10

0.05

μ
-2 0 2 4 6 8 10

Gambar 2. Perbandingan antara distribusi Poiison dan distribusi Gauss untuk nilai-
nilai μ yang kecil. Nilai μ rata-rata adalah 6.
II. METODE

A. Waktu dan Tempat


Percobaan Radioaktif ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Oktober
2006. Percobaan dimulai dari pukul 09.00-12.15 wib. Bertempat di Laboratorium
Fisika Eksperimen 1, Jurusan Fisika, P.Sa. MIPA UNSOED, Purwokerto.

B. Alat dan Bahan.


Peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum Pencacahan Radioaktif
adalah:
1. Detektor portabel
2. Penyangga bahan radioaktif
3. Bahan sumber radiasinya adalah 90Sr (0,1  Ci T 1
2 28,6 y Beta).
4. Pinset
Sumber
radiasi (90Sr)

Penyangga
bahan radioaktif

Detektor
radioaktif

Gambar 3. Skema rangkaian statistika radioaktif


C. Cara Kerja dan Flow Chart.
 Cara kerja
1. Meletakkan penyangga pada meja.
2. Meletakkan sumber radiasi β(90Sr) pada penyangga dalam keadaan berdiri
dan diusahakan diletakan pada posisi yang tidak berubah-ubah.
3. Meletakkan detektor radiasi didepan jendela penyangga radiasi, dan
diusahakan lubang sinar pada detector berhadapan dengan sumber radiasi.
4. Memilih waktu pencacahan selama 1 menit.
5. Mengulang langkah 4 untuk pengisian nilai dari pencacahan sebanyak 150
kali.
6. Perhitungan pencacahan untuk pembuatan grafik.
MULAI

Menyusun dan Meletakan Sumber


Radiasi Pada Penyangga Radiasi

Menentukan Waktu
Pencacahan (1menit)

Melakukan Pencacahan
Dengan menghidupkan
Detektor Radioaktif
Mematikan
Detektor
Radioaktif

Apakah mencari nilai


Pencacahan Sudah
dilakukan 150 kali?
Belum

Sudah

Menganalisis dan
membuat grafik

SELESAI

Gambar 4. Flow chart percobaan statistika pencacahan radioaktif


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Pencacahan
Nilai nilai nilai nilai nilai
cacah cacah cacah cacah cacah
cacah cacah cacah cacah cacah
ke ke ke ke ke
(cpm) (cpm) (cpm) (cpm) (cpm)
1 247 31 229 61 250 91 268 121 256
2 248 32 254 62 273 92 248 122 269
3 240 33 271 63 267 93 234 123 235
4 262 34 228 64 252 94 228 124 272
5 267 35 238 65 211 95 255 125 248
6 254 36 241 66 222 96 236 126 237
7 253 37 246 67 234 97 270 127 254
8 251 38 213 68 241 98 252 128 259
9 231 39 252 69 239 99 267 129 266
10 286 40 228 70 250 100 268 130 235
11 252 41 232 71 223 101 238 131 264
12 258 42 231 72 250 102 259 132 257
13 224 43 243 73 267 103 230 133 264
14 256 44 227 74 257 104 250 134 278
15 270 45 261 75 249 105 253 135 256
16 257 46 224 76 240 106 250 136 251
17 262 47 258 77 234 107 236 137 259
18 228 48 243 78 245 108 229 138 254
19 262 49 282 79 250 109 254 139 234
20 262 50 252 80 231 110 241 140 223
21 267 51 242 81 2 111 245 141 229
22 225 52 247 82 236 112 261 142 263
23 269 53 272 83 229 113 265 143 269
24 255 54 247 84 262 114 279 144 236
25 219 55 247 85 262 115 269 145 276
26 254 56 263 86 256 116 249 146 238
27 255 57 250 87 226 117 242 147 281
28 223 58 263 88 221 118 234 148 263
29 227 59 261 89 246 119 276 149 263
30 253 60 239 90 265 120 216 150 220
Tabel 2. Pengolahan Data

Interval fi(xi-
No fi ω Xi (Xi-ω) |fi(Xi- ω)| fi*xi
kelas ω)^2
1 210 - 214 4 252 212 -40 160 848 6400
2 215 - 219 2 252 217 -35 70 434 2450
3 220 - 224 9 252 222 -30 270 1998 8100
4 225 - 229 14 252 227 -25 350 3178 8750
5 230 - 234 13 252 232 -20 260 3016 5200
6 235 - 239 12 252 237 -15 180 2844 2700
7 240 - 244 15 252 242 -10 150 3630 1500
8 245 - 249 14 252 247 -5 70 3458 350
9 250 - 254 21 252 252 0 0 5292 0
10 255 - 259 13 252 257 5 65 3341 325
11 260 - 264 11 252 262 10 110 2882 1100
12 265 - 269 10 252 267 15 150 2670 2250
13 270 - 274 6 252 272 20 120 1632 2400
14 275 - 279 3 252 277 25 75 831 1875
15 280 - 284 2 252 282 30 60 564 1800
16 285 - 289 1 252 287 35 35 287 1225
JUMLAH 150       2125 36905 46425

B. Hasil Perhitungan
n

 f *x
i 1
i i

Mean = n = 36905 / 150 = 246



i 1
fi

Selisih    f (x  ) i i
= 2125 / 150 = 14
n

m = ω + Δ = 252 + 14 = 266
Perhitungan Standar Deviasi untuk distribusi Gauss

G   f (x i i  ) 2  n2
=
46425  (150 142 )
= 10.689
(n  1) 149

Grafik Hubungan Antara Kelas Interval


dengan Frekuensi

25
F reku en si (cp m )

20
15
10
5
0
-5

Kelas Interval

Gambar 5. Grafik hubungan antara frekuansi terhadap kelas interval.

Histogram Hubungan Antara Frekuensi Terhadap Kelas


Interval
25
y = -0.2983x 2 + 5.0803x - 5.9143
R2 = 0.8649
20

15
F re k u e n si

Series2

10 Series1

Poly.
5 (Series2)

-5

Kelas Interval

Gambar 6. Histogram hubungan antara frekuansi terhadap kelas interval.


C. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu menggunakan sumber

radioaktif Sr90 yang mempunyai waktu paro T1/ 2 = 28.6 tahun dan mempunyai

aktivitas 0.1 Ci. Sr90 ini merupakan sumber radiasi beta.

Berdasarkan grafik hubungan antara frekuensi (cacah per menit) terhadap


kelas interval terlihat bahwa untuk kelas interval 250-254 memiliki frekuensi paling
tinggi yaitu 21. Grafik yang didapat berbeda dengan gambar 2, perbedaan tersebut
dikarenakan beberapa hal diantaranya sumber radiasi Sr 90 dipengaruhi oleh
lingkungan yang terbuka dan sumber radiasi Sr90 yang tidak tepat berhadapan
dengan detektor radioaktif sehingga pembacaan nilai cacahnya tidak maksimal.

Percobaan ini menggunakan detektor portable yang sudah ditentukan waktu


pencacahannya, yaitu cacah per menit (cpm), jadi secara otomatis detektor portable
akan mencacah sumber radioaktif tersebut selama satu menit. Pada mulanya radiasi
beta tidak terlalu menunjukan peningkatan nilai yang relatif tinggi. Pada nilai 225-
229 peluruhan elektron mulai mengalami kenaikan yang signifikan hingga pada
interval 250-254 kemudian turun kembali secara signifikan sampai interval 270-274
seperti pada gambar 6. Arti fisis dari gambar tersebut menunjukkan bahwa peluang
yang paling besar untuk peluruhan radioaktif Sr-90 berkisar pada interval 250-254
dengan standar deviasi untuk distribusi Gauss sebesar 10.689.
IV. KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan statistik pencacahan radioaktif kami mengerti


90
dan memahami tentang pencacahan suatu bahan radioaktivitas Sr. Dari grafik
memperlihatkan hasil yang mendekati dengan referensi. Dari hasil perhitungan dan
pembahasan diperoleh besarnya rata-rata(mean) peluruhan untuk Sr-90 adalah 254
cacah permenit dan besarnya standar deviasi Gauss σG = 10.689 cacah permenit.
Bahan yang digunakan adalah stronsium (Sr 90), yang memiliki nomor atom
dan massa atom 87,62. Dari percobaan Statistik Pencacahan Radioaktif ini dapat
disimpulkan bahwa untuk nilai μ besar (nilainya beberapa ratus) maka distribusi
Poisson mendekati distribusi Gauss, tetapi tetap dengan nilai   . Oleh karena
itu, percobaan ini kami anggap cukup berhasil karena telah menggambarkan sifat
acak dari peluruhan Radioaktif.

V. DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1990. Konsep Fisika Modern. Erlangga : Jakarta.

Depdikbud. 1996. Fisika Modern I. Depdikbud : Jakarta.

Wiryosimin, Suwarno. 1995. Mengenal Asa Proteksi Radiasi. ITB : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai