Anda di halaman 1dari 36

1

LATAR BELAKANG

Mahābhārata, merupakan kisah epik besar yang menceritakan tentang


kehidupan keluarga Dinasti Kuru sebagai kisah sentral. Salah satu bagian yang terkenal
dalam kisah tersebut adalah perang di Kurukshetra. Menurut Bhagawad Gita, Perang di
Kurukshetra terjadi 3000 tahun sebelum tahun Masehi (5000 tahun yang lalu) dan hal
tersebut menjadi referensi yang terkenal
Kisah perebutan kekuasaan terjadi antara keturunan Pandu dengan keturunan
Drestarata. Pandu dan Drestarata bersaudara tiri, lain ibu namun satu ayah. Drestarata
buta sejak lahir, maka pemerintahan diserahkan oleh ayahnya kepada adik tirinya,
Pandu. Setelah Pandu meninggal, Drestarata menggantikan posisi Pandu sebagai kepala
pemerintahan di Hastinapura. Ia sebenarnya bukan seorang Raja sejati, hanya pejabat
pemerintahan sementara waktu.
Pandu memiliki lima putera yang disebut Pandawa, sedangkan Drestarata
memiliki seratus putera yang disebut Korawa. Pandawa dan Korawa tinggal di istana
yang sama dan dididik oleh guru yang sama, Dronacharya. Korawa bersifat licik,
khususnya Duryodana, kakak sulung para Korawa. Mereka ingin mewarisi tahta Dinasti
Kuru, namun Pandawa adalah penerus kerajaan yang sebenarnya. Selama Pandawa
masih ada, Korawa tidak memiliki peluang untuk mewarisi tahta. Maka berbagai upaya
dilakukan untuk menyingkirkan para Pandawa. Namun para Pandawa selalu selamat
meskipun nyawa mereka berkali-kali terancam. Hal itu berkat perlindungan yang
seksama dari pamannya, Widura, dan Sri Kresna, sepupunya.
Setelah gagal dengan berbagai usaha, kemudian Korawa mengajak Pandawa
main adau, dengan syarat yang kalah harus meninggalkan istana selama tiga belas
tahun. Tapi permainan adau yang sudah disetel dengan licik mengakibatkan Pandawa
kalah, sehingga mereka harus meninggalkan kerajaan selama tiga belas tahun dan
terpaksa mengasingkan diri ke hutan.
Setelah masa pengasingan berakhir, sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa
berhak meminta kembali kerajaannya. Namun Duryodana menolak mentah-mentah
untuk menyerahkan kembali kerajaannya. Sebagai seorang pangeran, Pandawa merasa
wajib dan berhak turut serta dalam administrasi pemerintahan, maka mereka meminta
lima buah desa saja. Tetapi Duryodana sombong dan berkata bahwa ia tidak bersedia
memberikan tanah kepada para Pandawa, bahkan seluas ujung jarum pun. Jawaban itu
membuat para Pandawa tidak bisa bersabar lagi dan perang tak bisa dihindari.
Duryodana pun sudah mengharapkan peperangan.
Sebelum keputusan untuk berperang diumumkan, para Pandawa berusaha
mencari sekutu dengan mengirimkan surat permohonan kepada para Raja di daratan
India Kuno agar mau mengirimkan pasukannya untuk membantu para Pandawa jika
perang besar akan terjadi. Begitu juga yang dilakukan oleh para Korawa, mencari
sekutu. Hal itu membuat para Raja di daratan India Kuno terbagi menjadi dua pihak,
pihak Pandawa dan pihak Korawa.
Sementara itu, Kresna mencoba untuk melakukan perundingan damai. Kresna
pergi ke Hastinapura untuk mengusulkan perdamaian antara pihak Pandawa dan
Korawa. Namun Duryodana menolak usul Kresna dan merasa dilecehkan, maka ia
menyuruh para prajuritnya untuk menangkap Kresna sebelum meninggalkan istana.
Tetapi Kresna bukanlah manusia biasa. Ia mengeluarkan sinar menyilaukan yang
membutakan mata para prajurit Duryodana yang hendak menangkapnya. Pada saat itu
pula ia menunjukkan bentuk rohaninya yang hanya disaksikan oleh tiga orang berhati
suci: Bisma, Drona, dan Widura.
Setelah Kresna meninggalkan istana Hastinapura, ia pergi ke Uplaplawya untuk
memberitahu para Pandawa bahwa perang tak akan bisa dicegah lagi. Ia meminta agar
para Pandawa menyiapkan tentara dan memberitahu para sekutu bahwa perang besar
akan terjadi.
3

PERCAKAPAN

Kedua pasukan antara pasukan Pandawa dan


pasukan Korawa sudah saling berhadapan di medan perang
Kurusetr. Dengan keangkuhannya dan kesombongannya Duryodana
berkata:

Duryodana : Guru besar Drona tidak setuju dengan kecongkakanku dan sekarang
lihat pasukanmu yang kau hadapkan dengan para Pandawa dalam
peperangan ini, siapa yang ada dipasukanmu ini, kau sendiri, kakek
Kripa, atau Pendeta Agung, dan beberapa prajurit semacam itu,
mereka berkata orang-orang ini mahir dalam seni berperang.
Dengarlah hai... Guru sakti di bandingkan kekuatan pasukan kita,
seluruh pasukan Pandawa adalah Nol... BESAR...., Nol.... BESAR.

Dengarlah oleh kalian semua, kakek Bisma sendiri sudah cukup,


maka itu, aku sungguh-sungguh mohon pada kalian agar
memperhatikan keselamatan diri kalian dari peperangan yang akan
terjadi, tetapi sesungguhnya kakek Bisma didalam peperangan ini,
tidak ingin membunuh putra-putra kunti.

Dalam perang Bharata Yudha ( perang dharma ),


peraturan-peraturan perang di buat oleh Bhisma Putra Gangga
sebagai Panglima Tinggi pasukan Korawa dan disepakati oleh
kedua pihak Perwira Tinggi pasukan Pandawa dan Korawa. Salah
satu peraturannya adalah: selama Bhisma Putra Gangga menjadi
Panglima Tinggi perang pasukan Korawa, Karna ( Raja
Anga/Radhea ) yang merupakan sahabat Duryodana tidak diizinkan
ikut berperang dibawah Panji pasukan Korawa. Dan Karna
berkata:

Karna : Bisma Putra Gangga, kau telah berbuat tidak adil padaku. Kau telah
berlaku tidak adil, tetapi kau tetap tidak akan bisa menyelamatkan
Arjuna dari panahku, dari panahku.

Arjuna dengan perasaan yag sedih dan bimbang


tidak dapat mengangkat senjata. Dan Sri Krisna memberikan
semangat kepada Arjuna untuk berperang melaksanakan
kewajibannya.

Krishna : Apa yang kau pandang?

Arjuna : Ku pandangi Paman, Kakek, Guru, saudara, Teman, dan Putra-putra.


Kesawa.

Krishna : Apa yang kau lihat mereka, kau tidak melihat mereka yang pertama
kali bukan?
Arjuna : Ya, ini bukan pertama kali.

Krishna : Dan kau juga mengetahui bahwa kau juga akan melihat sanak
keluargamu, berdiri di beberapa sudut medan perang ini.

Arjuna : Apakah bedanya mengetahui dan melihat. Kesawa,kau bawalah


keretaku ke arah sana antara dua pasukan, agar aku dapat melihat
kedua pasukan dari jarak yang sama, jarak yang sama!

Krishna : Aku akan membawamu, akan membawamu. Tapi putra Kunti,


mengapa tak kau katakan ini sebelum trompet kerang itu berbunyi?

Arjuna : Sesudah trompet kerang, aku tidak ragu lagi perang pasti akan terjadi,
pasti terjadi.

Sri Krishna sebagai kusir kereta perang Arjuna


membawa keretanya ketengah-tengah medan pertempuran di
Kurusetra, sesuai permintaan Arjuna.

Bhima, Yudistira, Duryodana, Bhisma Putra ganga


dan Drona juga menanyakan kepergian Arjuna dan Krishna
ketengah- tengah medan pertempuran Kurusetra dan berkata :

Bhima : Apa yang dilakukannya?

Yudistira : Jangan cemas Bhima...!!! Sais Kereta Arjuna adalah Wasudeva,


kereta Arjuna tak akan tersesat.
Duryodana : Apakah karena kakek Bhisma tidak mau merenggut nyawa-nyawa
para pandawa itu, sehingga Arjuna menjadi begitu berani, sampai ia
mencoba untuk menyerang seorang diri, sepertinya tak ada prajurit
lain dalam pasukannya.

Bhisma : Oh.....! akan menuju ke mana Arjuna itu, Guru?

Drona : Aku pikir Arjuna bingung,tetapi mengapa ia bingung dengan


Wasudeva di sampingnya, Putra Gangga?

Bhisma : Aku sendiri juga bingung, Guru. Prajurit seorang diri mengalahkan
kita semua dalam perang Wirata sedang menuju ke arah dimana
pasukan kita berada, malangnya disini aku adalah panglima
tertingginya. Apakah Arjuna lupa bahwa trompet kerang yang
menandai perang belum dibunyikan?

Drona : Wasudeva telah menghentikan keretanya.

Bhisma : Kekacauan apalagi ini, Guru.

Sri Kreshna menghentikan keretanya di tengah-


5

tengah medan perang Kurusetra dan berkata :

Krishna : Nah....! Arjuna. Kita telah sampai ditengah medan perang.

Arjuna : Ini bukan dua pasukan Kesawa, ini lautan pasukan.

Ditengah-tengah medan perang Kurusetra, Arjuna


memandangi Kakek, guru, saudara, dan putra-putra sebagai
musuhnya. Hal itu menjadikan Arjuna bingung dan lemah karena
teringat dengan masa lalu atau masa kecilnya:

Bhima : Kakek-kakek.....!

Bhisma : Ada apa Bhima ?.

Bhima : Dia makan semua buburku.

Bhisma : Sekarang akan kita siapkan bubur yang banyak untuk

Makanmu, setuju?

Arjuna : Boleh aku tidur disini bersama kakek ?.

Bhisma :Boleh, tapi sudah berapa kali aku katakan kepadamu


bahwa aku bukanlah ayahmu. Aku ini adalah sahabat
ayahmu.

Arjuna juga teringat saat-saat datang dari bepergian

disambut oleh kakeknya ( Bhisma Putra Gangga ) di depan Istana


Hastinapura :

Bhisma : Kenapa kau tak memelukku?

Arjuna : Aku dari perjalanan yang kotor dan penuh debu, pakaian
kakek akan ternoda.

Bhisma : Aku sangat rindu untuk menemuimu dan ingin memelukmu


anakku.

Arjuna : Kakek, kakek...!

Arjuna juga teringat dengan gurunya Drona, yang


selalu membimbingnya dan memberikan ilmu pengetahuan termasuk
ilmu memanahnya :

Drona : Apakah kau tidak ikut bermain?

Arjuna : Ketika guru sedang mengajar, orang tidak boleh


menggunakan saat itu untuk bermain.
Drona : Arjuna......aku belum memberi latihan khusus ini.

Arjuna : Aku sudah belajar segalanya dari guru.

Arjuna baru tersadar dari hayalan masa lalunya saat


Sri Krishna bertanya:

Krishna : Sampai kapan kau akan mengawasi mereka?

Arjuna : Entahlah Kesawa, entahlah. Siapa tahu sesudah perang ini, mereka
yang kini ku lihat. Tidak akan ku lihat lagi. Kesawa, siapa yang
berperang melawanku dan untuk siapa perang ini? Nyawa siapa
yang ku permainkan? Pada kedua belah pihak berdiri orang-orang
dari keturunan yang sama. Oh....! orang yang mengenakan baju putih
dalam kereta putih itu mungkin putra Gangga bagi dunia. Tapi
bagiku dia sumber kasih sayang. Aku dulu bisa duduk
dipangkuannya dengan bajuku yang penuh dengan debu dan tubuh
yang begitu kotor. Dia adalah kakekku, dia kakekku dan itu guru
Drona yang telah membasuh jiwaku dengan banyak kebajikan dan
menuangkan dikepalaku begitu banyak pengetahuan, ia telah
memberi aku lebih dari apa yang telah diberikan oleh putranya
sendiri Aswatama. Kini aku berperang dengannya, aku harus
menghabisi nyawanya, mengingat ini saja membuat tubuhku kaku,
mulutku terasa kering tangan yang memegang busur dan panah ini
menjadi kaku, tubuhku ini menggigil Kesawa, lebih dari tempat
yang paling dingin, busur ini, busur yang paling istimewa ini
terlepas dari bahuku, bagaimana aku dapat membidikan panah ini
pada orang-orang yang selalu dengan gembira menyambutku. Aku
tidak dapat melakukan hal seperti itu, aku tak dapat membuat medan
Kurusetra menjadi kuburan, aku tidak dapat membuat Kurusetra
menjadi kuburan. Katakanlah sesuatu Kesawa!

Krishna : Aku mendengarkanmu Arjuna, Bicaralah dulu!

Arjuna : Aku harus berkata apa? Berkata apa? Aku tidak ingin membangun
istanaku di atas mayat keluargaku. Apa yang akan ku lakukan dari
kerajaan yang berbau darah keluarga, apa aku harus memenggal
kepala guru yang menyayangiku, apakah aku harus melepaskan
panah pada orang yang telah mengajarku, aku tidak ingin
kemenangan dengan pengorbanan ini, memerintah dunia memang
hal yang baik tapi aku tidak ingin memerintah sama sekali, jika diri
mereka yang menjadi korbannya.

Duryodana, Duryodana adalah saudaraku. Ia memang telah menipu


kita, dengan menghina Panjali berarti telah menghina wangsa
Bharata. Tapi ia putra tertua dari kakak ayahku, memang sungguh
7

menyedihkan untuk sepotong tanah kita merubah diri kita menjadi


penghancur keluarga.

Hai...! Kesawa, aku patut berdoa pada dewa perdamaian, jika itu
berarti aku mendapatkan kedamaian dan selamat dari penghancur
keluarga, ini amat berharga bagiku.

Krishna : Jika kau tak mau perang, mengapa bicara yang bukan-bukan? Jika
mau mati, matilah sebagai pahlawan yang sejati.

Arjuna : Kesawa…!

Krishna : Sebelum memanggil namaku katakan terlebih dahulu padaku, Arjuna.


Bahwa saat ini selagi awan pengancuran telah berkumpul diempat
penjuru dan selagi tugas yang mengandung harapan mencari
perlindunganmu, mengapa dan bagaimana disaat gawat semacam ini
kau berubah menjadi seorang pengecut. Orang-orang teladan tidak
menghanyutkan dirinya dalam duka. Dalam saat yang menentukan
antara keadilan dan ketidakadilan jangan menjadi lemah, jangan
lemah. Hai pemberani, hai penghancur musuh, hai Dananjaya, ini
bukan perasan orang arya. Mereka akan merenggutmu dari surga,dan
juga dari ketenaran dan kau sendiri akan menjadi sebab dari
kebencian pada dirimu sendiri, maka Arjuna, hilangkan kelemahan
ini dari hatimu dan bersiaplah untuk berperang.

Arjuna : Bagaimana aku dapat bangkit, bagaimana, bagaimana aku dapat


membunuh kakekku, bagaimana aku dapat bangkit menyerang
guruku, mereka patut dipuja, patut ditiru. Guru-guru itulah yang
mengajarkanku rahasia-rahasia dari suatu kemenangan. Haruskah
aku bangkit dan menaklukan mereka, akan lebih baik mengulurkan
tangan, mengemis meminta-minta dari pada menyerang dan
membunuh mereka. Kesawa, aku bahkan tidak mengerti lebih baik
menang atau kalah dalam perang ini. Putra-putra Drestarata berdiri
sebagai musuhku, aku tahu aku tak mungkin hidup tanpa membunuh
mereka. Tapi Kesawa, tidak mudah untuk hidup setelah membunuh
mereka. Apakah mereka saudaraku Kesawa? Katakanlah!

Krishna : Tentu saja.

Arjuna : Hanya itu yang kau katakan.

Krishna : Kau hanya menanyakan hal itu, Arjuna. Tapi perang ini bukan untuk
menentukan atau menyadari hubungan keluarga, putra Kunti.
Sadarilah tugasmu lalu ambilah keputusan, karena kaulah yang akan
mengambil keputusan. Namun, jika kau ingin aku harus berbuat
begitu agar kau selamat dari pertanggung jawaban perang, ini takkan
terjadi, takkan terjadi Arjuna, karena perang ini adalah perangmu
dan kau jugalah yang akan menanggung akibatnya.

Arjuna : Aku tidak dapat mengerti apa kewajibanku ini, Kesawa. Maka
Wasudeva, jadilah pengemudi jiwaku juga, aku ada diantara
keadilan dan ketidakadilan, aku tidak dapat memutuskan dipihak
mana letaknya keadilan. Bimbinglah diriku Kesawa, tunjukkan jalan
untuk menghilangkan kesedihan yang mengeringkan jiwaku ini,
dengan bathin seperti ini aku tidak mau berperang, aku tidak mau
berperang, aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, aku
tidak mau berperang.

Sanjaya yang merupakan sais kereta Drestarata yang


telah mendapat berkah dari Rsi Wyasa untuk mengetahui masa lalu,
masa kini dan masa yang akan datang, terus menceritakan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di Kurusetra kepada Drestarata
yang tinggal di Istana Hastinapura.

Sanjaya : Aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, kemudian
Arjuna lalu terdiam Baginda.

Drestarata : Tapi Sanjaya, Arjuna memang mengajukaan pertanyaan yang paling


mendasar. Bagaimana ia dapat berperang melawan paman dan guru
besarnya? Ada beberapa sifat khas kesopanan seorang prajurit.

Sanjaya : Dalam hal ini, apa yang dapat ku katakan Baginda. Aku bukan
prajurit.

Drestarata : Setidaknya kau dapat berpikir sebagai seorang prajurit. Sanjaya, apa
yang dikatakan Arjuna menurutku ia tak lagi mempersoalkan Indra
Prasta. Dan jika ini terjadi maka sikap kepala batu Duryodana itu
bisa diredam, lalu aku akan menyuruh dia siap memberikan
Pandawa kelima desa itu.

Perang…..! Seandainya tak ada perang. Jika Arjuna tak mau


berperang. Siapa yang akan berperang dipihak sana? Dan jika ia
tidak mau mengangkat panahnya, karena ia belum siap berperang
sampai mendapat jawaban, atas semua pertanyaannya itu Sanjaya.
Bahkan Basudeva pun tidak akan dapat menjawab pertanyaannya itu
Sanjaya. Sanjaya, lihat! Apa saja yang dikatakan oleh dewa
Kinandana?

Sanjaya : Baiklah.

Maharaja, Sri Kesa sedang memandang Arjuna dan tersenyum


kemudian ia berbicara.

Krishna : Hidup dan mati ditangan Yang Kuasa, yang mati takkan bergabung
9

dengan yang hidup. Jika pahlawan datang kemedan perang, dia tak
boleh menjadi pengecut. Arjuna…! Yang telah tiada telah tiada dan
yang bijaksana tidak berkabung untuk mereka yang telah tiada juga
tidak berkabung untuk yang masih hidup, mereka tidak berkabung
untuk masa lalu, juga tidak berkabung untuk masa datang. Gayamu
seperti orang bijaksana tapi kau bicara seperti orang bodoh. Sebelum
berkabung selidiki dulu, apakah mereka yang kau sayangi itu patut
untuk diperkabungkan?

Arjuna : Apakah kakek guru besar dan pendeta agung tidak patut
diperkabungkan?

Krishna : Jika mereka patut diperkabungkan buat apa aku berkata begitu, kau
mengerti kebenaran ini Arjuna, bahwa intinya bukan jasmani tapi
jiwa, dan kematian bukan akhir perjalanan ini, karena perjalanan ini
adalah kekal, kematian hanyalah sebuah tempat wadah kasar,
hanyalah wadah kasar. Berakhirnya nafas bukan akhir bertiupnya
angin. Mengertilah, makhluk hidup bermula dari seorang anak lalu
menjadi anak muda lalu ia menjadi tua kemudian mati. Perjalanan
ini adalah perjalanan jasmani tapi jiwa terus lebih jauh. Berjalan
meninggalkan sebuah tubuh dan masuk ke tubuh yang lainnya. Maka
perjalanan yang berakhir pada kematian hanyalah perjalanan tubuh,
Arjuna, hanya perjalanan tubuh. Roh kita tidak dapat dilihat dengan
mata tapi bisa berjalan ke tempat yang diikuti sinar. Hidup adalah
titipan Yang Maha Kuasa dan Dialah yang menentukan segalanya.
Perjalanan jiwa tidak ada akhirnya dan pada satu batas dalam
perjalanan tubuhnya ditinggalkan dan pengembara itu terus berjalan,
terus berjalan dan menerima tubuh yang baru, seperti kita
menanggalkan baju yang lama dan memakai yang baru. Kalau mau
hidup, hiduplah seperti pahlawan dan jangan mundur seperti
pengecut. Hidup adalah perjalanan yang panjang. Dan kau harus
berani membela kebenaran. Arjuna, kehancuran bahkan tidak dapat
menyentuh jiwa, maka mengapa berkabung dan untuk kehancuran
siapa? Apakah untuk baju-baju itu? Tapi baju-baju itu tidak kekal,
baju-baju itu untuk ditanggalkan dan jiwa tak pernah mati, jiwa tak
pernah mati.

Arjuna : Tetapi, apakah mereka yang ada didepan kita setelah perang ini
selesai akan tetap ada?

Krishna : Hehehehe....! apa yang kau maksud dengan ada dan tidak ada?
Karena tak pernah ada ketika aku tiada atau kau tiada atau semua
orang-orang itu tiada, dan tidak akan pernah ada saat aku tidak ada,
kau tidak ada, dan semua orang-orang itu tidak ada. Kemudian
pandangan hayalan yang kau alami ialah bahwa kehidupan masa kini
adalah mutlak. Kehidupan masa kini bukan keberadaan mutlak,
Arjuna. Kita telah ada, kita ada, dan kita akan ada. Dan tentang suka
dan duka, apa maksudmu? Hal itu adalah seperti musim keduanya
datang dan pergi. Hai putra Kunti, mereka yang tidak mengacuhkan
kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dan menerimanya tanpa
terpengaruh sedikit pun mereka tidak gelisah dan hanya mereka
berhak untuk selamatan. Suka duka adalah kehidupan kita, kita tidak
boleh takut menghadapinya. Wahai manusia yang sejati laksanakan
tugasmu dengan baik! Hai Bharata, bebaskan dirimu dari pengertian
pembunuhan dan dibunuh, hanya mereka yang dilahirkanlah yang
bisa mati dan hanya tubuhnya yang mati. Tapi, jiwanya tidak bisa
mati. Jiwa ada di luar batas waktu. Hanya tubuh yang dilahirkan dan
bukan jiwa. Dan jika jiwa tidak pernah dilahirkan bagaimana jiwa
itu bisa mati. Jiwa itu hanya ada, ada, ya..! jiwa itu ada di tepi dan
juga di arus. Jiwa itu tidak dilahirkan, ada selamanya, kekal, tidak
terbagi. Jiwa itu tak dapat dihancurkan. Maka dari itu tidak ada
gunanya untuk cemas tentang membunuh dan dibunuh Arjuna, tidak
ada. Karena hanya tubuhlah yang mati. Bahkan setelah kematian
jiwa tidak mati, karena senjata tidak bisa memotongnya, api tidak
bisa menjadikannya abu, air tidak dapat melarutkannya dan udara
tidak dapat mengeringkannya. Setiap manusia yang telah mati tak
dapat hidup kembali, tapi arwahnya dapat melihat siapa yang senang
dan yang susah. Kini apa yang kau cemaskan Arjuna?

Arjuna : Kesawa, apakah yang ku panggil kakek hanya suatu jiwa? Apakah
semasa kecil aku hanya duduk diatas pangkuan suatu jiwa? Dan
prajurit tua berbaju putih di sana itu yang berdiri di atas keretanya
hanyalah suatu jiwa? Bukankah tubuhnya yang kau sebut baju baju
dan jiwa itu sering kali memberkatiku dengan tangannya dan apakah
guru drona yang telah mengajarku juga hanya suatu jiwa saja? Aku
tidak menyangka bahwa jiwa kekal adanya dan jiwa tidak dapat
dihancurkan. Tetapi tubuh yang aku bicarakan masih ada
hubungannya denganku, jiwa tidak dilahirkan Kesawa, jiwa tidak
dilahirkan akan tetapi orang dilahirkan, orang dilahirkan.

Krishna : Ya, orang tentu dilahirkan Arjuna. Tapi perluaslah jalan pikiranmu
sedikit lebih jauh. Siapapun yang dilahirkan, siapapun ia,
ditakdirkan untuk mati. Lalu mengapa mengingkari takdir. Mereka
yang dilahirkan harus mati pada satu atau lain hari, dan kematian ini
bukan akhir, karena yang mati akan dilahirkan kembali. Ini
kenyataan yang tidak dapat di hindari dan tak seorang pun dapat
mengingkari hal ini. Kau, aku atau siapapun. Bhisma putra Gangga
memiliki berkat kematian atas kemauannya, tapi kematiannya juga
tak dapat dihindari Arjuna. Lalu dalam mata rantai kelahiran
11

kematian dan kelahiran kembali dimana ada saat untuk berkabung,


dimana Arjuna? Orang-orang yang kau lihat didepanmu itu Arjuna,
bahkan sudah ada sebelum kelahiran mereka yang mana kau tak
ketahui. Mereka ada bahkan setelah kelahiran ini, tapi apa yag
terjadi pada mereka kau tak tahu. Mereka tidak ada pada tiap sisi
batas kelahiran dan sisi batas kematian. Dan jika mereka ada,
mereka tak dikenal, tak berwujud. Artinya sebelum kelahiran ini
mereka tak ada untukmu Arjuna, dan sesudah kelahiran ini mereka
juga tak ada. Arjuna, mereka yang hidupnya berakhir dengan
kematian yang tak dapat dihindari, akhir hidup mereka tak bisa kau
elakkan dan kau juga tak bisa merubahnya. Lalu mengapa berkabung
dan untuk siapa? Kakek ini, guru-guru ini, sanak saudaramu, tak
seorang pun dari mereka yang kau ketahui sebelum hidup ini Arjuna,
dan juga sesudah hidup ini. Maka, apa gunanya berkabung untuk
mereka Arjuna? Apa gunanya? Setelah mati kita tak tahu tentang
kehidupan yang baru, kau pun tak bisa mengingat masa yang kau
tinggalkan.

Sri Krishna menjelaskan tentang jiwa yang tak


pernah dilahirkan, dan tubuh seperti baju-baju, bila tidak berguna
maka baju itu harus ditanggalkan. Dan jiwa mencari tubuh yang
baru. Tetapi Drestarata tidak senang mendengar penjelasan
Krishna dan bertanya kepada Sanjaya.

Drestarata : Apakah Krishna sedang mencoba menerangkan kepada Arjuna atau


memanas-manasinya? Apa Arjuna akan menerimanya? Apakah ia
tidak mempunyai tanggung jawab pada pamannya ini? Apa ia akan
meniadakan kepentingan keluarga dan saudaranya dan menyerang
putra-putraku, dengan senjata sakti itu?

Sanjaya : Bagaimana aku menjawab pertanyaan ini, Baginda? Hal ini hanya
bisa dijawab oleh Krishna atau Arjuna.

Drestarata : Tapi aku ingin jawaban pertanyaan ini, Sanjaya. Jadi dengarkanlah!
Dengarkan!

Sanjaya : Baiklah.

Sanjaya terus menceritakan percakapan Arjuna


dengan Sri Krishna kepada Drestarata

Krishna : Arjuna, jika kau menganggap mereka saudaramu apa gunanya


kemedan perang? Jika kau datang ke medan perang maka kau harus
berani melawan mereka. Mengapa kau terkejut Arjuna? Seperti
sepotong baju yang disobek-sobek, itulah pokok kebenaran yang
sama seperti kematian. Mengapa berkabung untuk kebenaran? Jiwa
dan raga manusia bukan campuran dari penghuni campuran dan
tetap, tubuh adalah merupakan alat jiwa. Maka itu tanpa
memusingkan dengan tubuh, orang harus melakukan tugasnya
Arjuna! Dan jika kau memikirkan tugasmu sebagai seorang prajurit,
maka kau harus berperang! Adalah tugas seorang prajurit untuk
mengangkat senjatanya melawan ketidakadilan, dan hari ini ketika
ketidakadilan bangkit melawan keadilan. Maka Arjuna,
laksanakanlah tugas prajuritmu itu!

Arjuna : Kesawa. Aku mengajakmu ke sini untuk bertanya padamu. Apakah


tugasku? Apa kewajibanku Kesawa?

Krishna : Dan siapakah kau Arjuna? Siapakah dirimu?

Arjuna : Murid guru Drona: Arjuna.

Krishna : Selain itu siapa lagi?

Arjuna : Arjuna putra Kunti.

Krishna : Dan...?

Arjuna : Aku seorang prajurit.

Krishna : Andaikan engkau bukan seorang prajurit Arjuna, engkau tak akan
menjadi murid Drona, dan andaikan kau bukan prajurit, maka kau
tak akan menjadi putra Kunti. Tiga hal itu adalah jati diri
keprajuritannmu. Maka tugas seorang parajurit adalah tugasmu
Arjuna, dan tugas seorang prajurit adalah untuk bangkit berperang
melawan ketidakadilan. Jadi, untuk bangkit melawan ketidakadilan
adalah tugas keprajuritanmu. Disaat yang menentukan ini, jika kau
tak mau mengangkat senjata pada pihak kebenaran dan melawan
ketidakbenaran, bukan tugas ini akan hancur tapi juga ketenaranmu
Arjuna. Dan jika ini terjadi bukan hanya musuh-musuhmu, tapi
seluruh masyarakat akan menyebutmu tidak terhormat, dan generasi
keturunan akan datang menyebutmu pengecut. Maka itu Arjuna,
jangan libatkan dirimu dengan masalah-masalah tentang
kemenangan dan kekalahan, dan bertempurlah! Jika kau menang
dalam perang ini, kau akan memerintah dunia dan menjadi terkenal.
Dan jika kau terbunuh dalam perang ini kau akan masuk surga
bersama ketenaranmu. Maka dari itu putra Kunti, kebahagiaan,
kesedihan, kemenangan, dan kekalahan anggaplah semua sama dan
bertempurlah! Karena itulah keprajuritanmu dan tugas kemanusiaan.
Perang adalah suatu tantangan berat bagi persaudaraan, jika saudara
kita tidak mau sadar mengapa kita harus diam dan dewa pun tak
akan tenang bila masalah belum selesai.
13

Tuhan (Brahman) yang meliputi segalanya dan


menjadi saksi segalanya :

“Hari ini, Aku bukanlah waktu yang tak pernah


berhenti bagi siapapun. Tetapi, hari ini Aku berdiri di pusat
medan perang Kurusetra sambil berpangku tangan, seperti
seorang siswa dan memandang pada Narayana. Narayana ada
diantara Arjuna putra Kunti dan Aku, seperti biasa Dia berbicara
dengan Arjuna putra Kunti, tetapi dia juga sedang berbicara
denganKu, karena Aku adalah hari kemarin, yang sudah berlalu,
hari ini dan juga hari esok yang akan datang. Pertanyaan-
pertanyaan Arjuna, bukan pertanyaan dari Arjuna saja,
pertanyaan-pertanyaan ini adalah benar untuk zaman-zaman
yang telah lalu, adalah benar untuk zaman kini, dan akan tetap
benar untuk zaman-zaman yang akan datang. Selama Aku ada
umat manusia harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan itu,
maka dari itu jangan biarkan seorang pun merasa, bahwa
pertanyaan-pertanyaan itu hanya diajukan oleh murid Drona,
Aku juga berbicara menyambung kata-katanya, karena tiap saat
dalam tiap abad telah ada sebuah tempat bernama Kurusetra.
Maka dari itu, jika ingin berhadapan dengan masa kini, dan masa
yang akan datang, berdirilah dengan wajah menghadap ke
Kurusetra, dan dengarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
itu yang selalu menyusahkan diri Narayana”. Inilah pertanyaan-
pertanyaan Arjuna:

Krishna : Wahai pemberani...! pikirkanlah kemenangan, jangan kau pikirkan


jiwa orang lain dan jangan merasa cemas dan bertempurlah. Jika
semua dalam perang ini merasa senang dan juga merasa bahagia,
tapi jika kau merasa bersalah, kau sendirilah yang merasakan
penderitaan. Maka bangunlah putra Kunti! Lupakan kesedihan dan
kesenangan, juga lupakan keuntungan dan kerugian dan
bertempurlah karena perang ini merupakan tugasmu dan juga
kewajibanmu. Jika manusia melaksanakan tugasnya dengan
sempurna tanpa memerlukan apa-apa itulah manusia yang
bertanggung jawab dan hidupnya akan tenang.

Arjuna : Tanganku ini belum siap mengangkat busur ini Kesawa, keuntungan
apa yang diperoleh dari peperangan ini?

Krishna : Keuntungan? Kerugian? Hehehehe.... kedua-duanya ini hanyalah


kata-kata. Aku tahu kau tak ingin kesenangan-kesenangan duniawi
bahkan juga kebahagiaan surgawi. Maka itu kaum tria, bangkitlah
dari kemenangan dan kekalahan, kebahagiaan dan ketidakbahagiaan,
dan keuntungan serta kerugian. Satu hal yang harus kau ketahui
Arjuna bahwa keuntungan kerugian bukanlah merupakan tujuan dari
hidup ini.

Arjuna : Tapi aku belum dapat bangkit Kesawa.

Krishna : Sampai sekarang aku mencoba menerangkan dari segi pengetahuan


dan akal budhi yang dapat melihat melalui kehidupan dan
memeriksa kebenaran dari kedalaman dan mengerti gema dari suara
hati. Tapi mungkin kau menjadi bingung dalam ketidak
teraturannya. Jadi timbanglah saat ini pada timbangan perbuatan-
perbuatan dalam hal-hal dunia ambillah keputusan tentang tugasmu
dari segi perbuatan duniawi lalu kau juga akan mencapai keputusan
dalam perang ini.

Arjuna : Aku tak dapat mengambil keputusan Kesawa, aku tak dapat.

Krishna : Kau tak dapat mengambil keputusan ini, Arjuna. Karena kau sedang
menimbang-nimbang saat ini pada timbangan keuntungan dan
kerugian secara pribadi dan ini adalah belenggu hayalan inilah akar
kesedihanmu dan kau pengecut yang lari dari kenyataan yang
menghanyutkanmu ke dalam aib yang membuatmu terhina dan
merasa sengsara. Kesedihan semacam itu tak baik untukmu juga
untuk masyarakat, dan kesedihan ini juga tak baik untuk kini dan
masa depan, jangan gusar dan bertindaklah, bertindaklah! Tindakan
itu sendiri berbudhi luhur, murni dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tindakan itu sendiri juga menghasilkan buahnya, tapi jika kau
mencampuradukkan untuk kebaikan pribadimu dan kepentingan
masyarakat maka tindakanmu itu, tidak murni dan tidak
menguntungkan. Maka itu Arjuna, tempuhlah jalan dengan tindakan
tanpa pambrih, karena buah tindakanmu tidak ada di bawah
penguasaanmu. Oleh sebab itu bertindaklah, dan jangan
menginginkan buah dari tindakanmu. Berbuatlah karma yang baik
agar kau mendapatkan pahala yang besar dan jangan kecewakan
karmamu karena kau tak akan mendapatkan hasilnya.

Arjuna : Bagaimana mungkin bertindak tanpa suatu keinginan? Kita


bertindak untuk mencapai sesuatu, lalu apabila tidak ada hasilnya
untuk apa kita bertindak?

Krishna : Siapapun ingin bertindak Arjuna, karena hidup ini tidak mungkin
tanpa tindakan. Kau harus berbuat sesuatu, kau akan makan atau
tidak makan, kau memberi makan yang lapar atau tidak memberi,
kau ingin berperang atau tidak. Kau hanya mempunyai satu pilihan
Arjuna, yaitu kau lakukan sesuatu atau tidak. Tapi hasilnya bukan di
bawah pengendalianmu Arjuna, bukan di bawah kekuasaanmu.
Batas tujuanmu yang benar pada pilihan ini ialah bahwa kau akan
15

berperang atau tidak. Tapi akibat dari perang ini bukan berada
ditanganmu. Bahkan jika kau inginkan kemenangan, kemenangan itu
tak perlu menjadi milikmu. Mungkin kau akan dikalahkan, tapi jika
kau tidak tergila-gila akan kemenangan kau bahkan tidak takut akan
kekalahan. Jika kau berpikir bahwa kau mungkin menang atau kalah,
kau berperang karena perang itu adalah tugasmu. Maka pertanyaan
untuk kebahagiaan dalam kemenangan dan untuk merasa sedih
dalam suatu kekalahan bahkan tidak akan timbul. Mereka yang tidak
bahagia dengan kemenangan dan tidak sedih dengan kekalahan
disebut yang tidak gentar. Dari itu Arjuna jangan kau menginginkan
buah yang baik. Lakukan saja apa yang dibawah penguasaanmu.
Artinya lakukan saja tugasmu. Inilah filsafat dari suatu tindakan,
inilah filsafat, camkan rahasia ini Arjuna, bahwa kau mempunyai
pilihan untuk berbuat dan tidak berbuat tapi pada akhir tindakan itu
batas hak kemanusiaan itu akan berakhir. Tindakan manusia berada
dibawah penguasaannya. Kau adalah pemanah terbaik tapi jika
arahmu bimbang kau pasti akan kehilangan sasaran yang kau bidik.
Kau berhak untuk membidikkan panahmu, kau berhak atas
penglihatanmu tapi kau tidak berhak atas kijang yang kau bidik
dengan anak panahmu itu. Hai... Dananjaya, janganlah kau sekali-
kali melanggar batas-batas hakmu. Artinya yakinlah atas tindakanmu
Arjuna, yakinlah! Karena ketangkasan tindakanmu adalah yoga.

Arjuna : Apa itu yoga? Jelaskanlah!

Krishna : Akan ku jelaskan padamu. Arti yoga tindakan adalah kemahiran atas
penguasaan. Penguasaan tindakan adalah penghapus hayalan,
bebas dari hayalan, untuk tetap tidak terpengaruh oleh
keberhasilan atau kegagalan itulah penguasaan tindakan. Yoga
adalah ketenangan, tapi karma adalah perbuatan. Karena itu ikutlah
kedalam yoga maka kau akan tenang dan tentram.

Sri Krishna terus memberikan pemahaman kepada


Arjuna, mengenai filsafat tindakan untuk tidak mengharapkan hasil
dari tindakannya itu, karena itu adalah kewajibannya. Maka dari
itu Sri Krishna menyarankan kepada Arjuna untuk melaksanakan
tugasnya yaitu berperang.

Drestarata : Sanjaya...Sanjaya.

Sanjaya : Iya Baginda.

Drestarata : Jika kata-katamu dapat sampai kesana berteriaklah lantang. Arjuna,


jangan dengarkan putra Wasudewa. Ia coba memanasimu! Pikir,
pikir saja Sanjaya. Krishna yang telah datang kemari sebagai utusan
perdamaian, hari ini ia tidak mengucapkan tentang perdamaian.
Bukankah itu berarti bahwa ia tidak datang kemari untuk
mengadakan perdamaian, ia hanya ingin nantinya sejarah
menyalahkanku dengan berkata: Drestarata kaulah yang menutup
pintu untuk perdamaian. Putra Devaki ini, apakah dia mencoba
membalas dendam?

Sanjaya : Ia tidak membicarakan tentang pembalasan dendam. Ia sedang


menerangkan Dharma, Rahasia Tugas dan Filsafat.

Drestarata : Kau juga berbicara seperti dia. Apakah kesetianmu terhadapku


sudah terlepas dari tempatnya? Sanjaya, kau bahkan tidak tetap setia
kepadaku.

Sanjaya : Aku hanya seorang pengamat dan tafsiranku bukan berada dalam
kesetiaanku. Aku hanya melaksanakan tanggung jawabku.

Drestarata : Laksanakan saja tanggung jawabmu sebagai seorang pengamat!


Sudikah kau tidak menerangkan padaku arti dari filsafat Krishna,
hanya arahkan pandanganmu pada kedua orang itu dan terus
ceritakan apa yang terjadi!

Arjuna dengan penuh kebingungan dan kebimbangan


terus bertanya kepada Sri Krishna.

Arjuna : Kesawa, bagaimana aku dapat mengenali seorang pertapa? Apa


tandanya? Dan bagaimana ia bergerak? Serta bagaimanakah
gayanya?

Krishna : Sama sekali tidak sukar mengenalinya Arjuna. Dimanapun dia


berada maka dia selalu dikenang, karena semua hasratnya dapat
terpenuhi dia ingin mengadu kekuatannya. Seperti dia kau juga
meninggalkan semua hasratmu. Bebaskan dirimu dari hasrat-
hasrat pribadimu, jauhkan kebahagiaan dan kesedihan dan
merasa puaslah pada dirimu sendiri. Lalu bara api kesedihan tak
mampu membakarmu juga pancuran kebahagiaan tak dapat
membasahimu. Arjuna seorang pertapa yang tidak gentar adalah ia
yang memelihara keseimbangan dalam kebahagiaan, begitupun
keseimbangan dalam kesedihan dan tak seorang pun dapat
mengganggunya. Dan jika ia berbicara kata-katanya tidak berasal
dari kebahagiaan atau kesedihan yang berada di permukaan tapi dari
kedalaman jiwanya. Ia tidak bicara bahasa hayalan, ia berbicara
dengan bahasa tindakan tanpa ikatan. Dan jika ia duduk, ia duduk
seperti seekor kura-kura, seekor kura-kura yang menarik dirinya
sendiri dan ia membuat dirinya seperti sebuah benteng. Artinya
indrianya ada dibawah penguasaannya dan hanya ia sendiri dapat
menguasainya. Arjuna, jika manusia dapat menenangkan pikirannya
17

maka dia akan mendapat ketenangan, takkan tergoda oleh nafsu


yang jahat dan tak dapat digoyahkan. Orang biasa memusatkan
pikirannya pada kesenangan-kesenangan hawa nafsu dan pemusatan
pada kesenangan ini melemahkan dirinya sendiri. Hai Arjuna, dari
kelemahan atau keinginan- keinginan ini lahirlah nafsu dan jika
nafsu tidak terpuaskan maka yang akan lahir adalah kemarahan. Dan
kini setelah kemarahan lahir dan menguasai orang itu lebih banyak
daya tarik terhadap kesenangan-kesenangan nafsu birahi. Jika daya
tarik nafsu berkembang maka kemampuan berpikir akan berantakan,
jika kemampuan pikiran berantakan orang pandai itu di hancurkan,
jika orang pandai telah hancur maka hancurlah seluruh manusia. Hai
putra kunti, daya tarik keinginan membawamu pada kehancuran dari
kepandaianmu. Pikirlah Arjuna, orang yang tidak mempunyai
kepandaian bagaimana ia mencapai kedamaian. Ia tidak dapat
membedakan antara damai dengan kekacauan. Dan bagaimana orang
yang tak dapat membedakan kedamaian dan kekacauan dapat tetap
merasa bahagia. Arjuna, bagaikan badai angin menyesatkan sebuah
perahu begitu juga nafsu dapat menyesatkan orang yang pandai. Jika
indriamu kurang sehat kau tak dapat melakukan kehendakmu dan
semua akan jadi musnah bagai batu hanyut dalam air. Maka itu hai
pemberani, simpanlah indriamu dibawah penguasaanmu dengan
demikian kau takkan terjatuh. Arjuna, dengar dan camkan
kenyataan-kenyataan ini. jika dunia tertidur pertapa terjaga dan jika
dunia terjaga para pertapa tidur.

Arjuna : Apa arti tidur dan terjaga? Serta siang dan malam?

Krishna : Aku tidak berbicara tentang siang dan malam Arjuna! Aku hanya
berbicara tentang tidur dan terjaga. Orang biasa menghabiskan
waktu terjaganya untuk mendapatkan dan menikmati sesuatu itu
sasaran upaya kesadarannya. Jika ia lapar maka ia ingin makan, jika
ia haus ia membutuhkan air, dan jika ia ingin melindungi dirinya
dari cuaca ia ingin rumah, cara berpikirnya berdasarkan pokok. Tapi
pertapa atau orang yang tak tergoyahkan berpikir seimbang, ia
memandang jauh dari batas lapar dan haus pribadinya, ia tidak
berpikir tentang buah yang jatuh dari pohon, ia berpikir tentang
pohonnya ia berpikir tentang hutannya. Manusia biasa ingin kayu
untuk api maka ia akan terus menebang pohon-pohon itu sampai
seluruh hutan hancur, tapi pertapa bahkan tidak pernah berpikir
tentang hasil dan buahnya, ia berpikir tentang pentingya hutan-hutan
itu, ia juga berpikir hubungan hutan itu dengan musim. Dan itu
Arjuna, siang hari bagi manusia biasa adalah malam bagi pertapa
karena ia telah melampui batas kemampuan orang biasa dan malam
hari bagi seorang manusia biasa adalah siang bagi pertapa, karena
hanya dengan ketenangan matahari kesadarannya timbul Arjuna.
Bagi seorang pertapa ada masalah-masalah, ada juga pemecahan
masalah-masalah itu dan inilah yang membedakannya dari manusia
biasa. Jika manusia lupa akan tugasnya ia tak akan berhasil dalam
perjalanannya, kekalahan akan selalu membayanginya dan ia tak
akan mencapai tujuannya. Arjuna, kebenaran tidak terjangkau oleh
kemampuan indria, bukan seorang pertapa tidak merasa lapar, ia
merasakan tetapi ia tidak perdulikan kelaparan itu dan berpikir apa
obat lapar itu. Maka itu siang hari bagi orang biasa malam bagi
pertapa dan orang yang menyelamatkan dirinya dari malam hari
orang biasa dialah yang tak tergoyahkan. Manusia biasa seperti
sungai-sungai yang selalu mengalir dalam kegelisahan tapi mereka
tidak menyadari akan tujuannya, mereka terus mengalir tanpa
kesadaran karena mereka berpikir bahwa mengalir adalah tindakan
mereka, mereka mengosongkan semua air dan semua tindakan
mereka kedalam samudra yang luas, namun lautan itu walaupun
demikian tidak melampui batas-batas pantainya, seperti halnya
sungai-sungai hawa nafsu selalu menghanyutkan orang biasa, tapi
ketika sampai pada seorang pertapa mereka menyerap air itu dan
tidak pernah bisa melampui batasnya. Kau juga menjadi sebuah
lautan, lautan adalah pertapa, orang yang berpengetahuan, dan kau
juga berpengetahuan karena itu adalah yang terbaik.

Arjuna : Oh Rsikesa, oh Yogiswara, oh Giana Murti. Jika pengetahuan lebih


tinggi dari suatu tindakan lalu mengapa kau melibatkanku dalam
perang ini? Mengapa aku harus terlibat dalam perang ini? Kesawa,
kau membuat aku bingung, jika pengetahuan lebih baik, mengapa
kau lakukan perbuatan ini? mengapa bertempur? Mengapa aku tidak
jadi pertapa? Aku sedang mencari jalan kesejahtraan, tunjukanlah
jalannya padaku Kesawa, tunjukanlah!

Krishna : Jika manusia tidak merasa berdosa mengapa lari dari kenyataan?
Dan jika ia bisa menghilhami yoga mengapa ia merasa dirinya
lemah? Wahai Arjuna, ada dua macam manusia didunia ini: yang
egois dan yang tidak egois. Mereka-mereka yang egois mencari
Tuhan dalam diri mereka sendiri, dalam diri mereka. Sadangkan
yang tidak egois mereka keluar dari dirinya dan mencoba mencari
Tuhan mereka itu. Tapi tak ada pelarian dari suatu tindakan karena
mencari diri mereka sendiri adalah juga merupakan suatu tindakan.
Maka Arjuna, hanya ada dua jalan ini: Filsafat Pengetahuan dan
Filsafat Tindakan.

Arjuna : Kesawa, mengapa tak ku temui filsafat pengetahuan?

Krishna : Hehehehe.....! ketehuilah filsafat pengetahuan tidak berarti


19

meniadakan tindakan, ini bukan jalan keberhasilan, karena hidup tak


mungkin tanpa tindakan. Jika engkau mempunyai mata tentu kau
dapat melihat, kelopak matamu tentu akan berkedip. Pada jalan
tindakan indria seseorang akan mencoba dengan paksa, ia menekan
indrianya tapi membebaskan nafsunya ia bukan ahli filsafat juga tak
berpengetahuan, ia adalah orang munafik. Karena ia berhasil
menguasai indrianya tetapi orang itu tidak mau menekannya,
padahal dia tidak hidup dengan mata tertutup, tubuh tak mungkin
mengarungi hidup tanpa tindakan, dengan hidungnya seseorang
tentu akan mencium jika ada bau harum atau busuk di udara, mau
tidak mau dia harus mencium bau itu. Jika sekelilingnya ada suatu
lagu, suatu suara atau suatu keributan, maka telinganya tidak akan
menunggu untuk mendengar semua suara disekelilingnya itu. Maka
orang yang mampu menguasai indrianya dan menyimpannya di
bawah penguasaan kesadarannya dan memberi pengarahan untuk
melakukan tindakan itulah yang paling mulia. Ia mengerti pilihan-
pilihan yang di depannya dan menggunakan kemampuannya untuk
membuat keputusan. Lebih baik kau melakukan tindakan yang harus
kau lakukan dari pada tidak berbuat apa-apa, harus diakui bahwa
mata adalah untuk melihat, tapi apa yang dilihat dan apa yang tidak
keputusan ini diambil oleh orang yang berpengetahuan, ia tidak
memberi kebebasan bagi mata untuk melihat, telinga untuk
mendengar, dan kaki untuk melangkah. Pada waktu pilihan ini, yang
berpengetahuan dan yang tidak terlihat berbeda. Maka itu tindakan
adalah perlu karena sebenarnya tubuh tak dapat hidup tanpa tindakan
itu. Tapi Arjuna, bertindaklah seperti orang yang berpengetahuan,
bertindaklah Arjuna. Kebaikan dan keburukan itulah yang disebut
karma, jika manusia memandang dengan baik itupun disebut karma,
jika manusia berbuat kebaikan untuk kepentingan masa depannya
dia akan mendapatkan pahala dan itupun disebut karma. Arjuna,
bertindaklah seperti korban yang disembahkan, tindakan adalah
persembahan dari yadnya atau korban dan arahnya adalah Brahman,
karena jalan itu membimbingmu langsung pada Brahman. Maka dari
itu, orang-orang yang tidak menyumbang pada kemajuan umat
manusia hidupnya menjadi tidak berarti sedikitpun. Jangan kau
mengarah pada jalan yang tidak berharga ini, memikirkan
kepentingan pribadi adalah suatu dosa, Arjuna. Maka jangan kau
lakukan, jangan Arjuna. Keluarkan dirimu dari jaring-jaring hayalan
serta sadarlah akan tugasmu dan lakukanlah. Arjuna, keinginan
akan buah dari suatu tindakan adalah rintangan jalan itu, dan
keinginan akan buah suatu tindakan adalah batu berat disekitar
leher yang membuat orang tinggi hati. Inilah yang memotong
ikatan orang itu dari masyarakat dan mendorongnya kedalam kancah
perhitungan keuntungan dan kerugian. Masyarakat bukan bagian
darimu, kaulah bagian darinya. Dari itu peliharalah kebajikan
masyarakat untuk menyadarkanmu akan kewajibanmu itu, karena
apa yang berguna bagi masyarakat adalah juga berguna bagi dirimu.
Tindakan harus ditujukan bagi masyarakat dari situlah kau akan
mencapai keberhasilan. Keuntungan pribadi menyeret orang kejalan
dosa, karena orang itu akan kehilangan arah pada jalan keberhasilan
pribadi. Dan Arjuna, jangan kau lupa bahwa kau adalah orang yang
hebat dan orang akan menganggap dirimu sebagai tauladan dan
mengikutimu pada jalan hawa nafsu dan egoisme, karena tindakan
seorang pemimpin itu akan dijadikan suri tauladan bagi yang lain.
Dengarlah, Aku adalah merupakan suatu kekuatan yang tak ingin
melihat penyiksaan, dan karena hidup adalah karma, jalankan tugas
sampai selesai. Dalam ketiga dunia Aku tidak perlu berbuat sesuatu
Arjuna, dan dalam ketiga dunia itu, tak ada yang tak dapat Ku capai
dan yang ingin Ku capai. Sekarang Aku ada di depanmu Arjuna.
Aku sedang melakukan tugasku, aku sedang melakukan dan
membuktikan bahwa adalah mungkin bagimu untuk menjalani
hidupmu dengan menempuh jalan yang tidak mementingkan diri
sendiri!

Drestarata menayakan kepada Sanjaya, apa saja


yang dikatakan oleh Sri Krishna.

Drestarata : Sanjaya. Apa yang sedang dikatakan Basudeva?

Sanjaya : Maharaja, pada titik tertentu suara Krishna kedengarannya agak lain
seperti bukan dia sendiri yang sedang bicara.

Drestarata : Siapa lagi?

Sanjaya : Maharaja, aku tidak tahu apakah Arjuna mengerti? Tetapi tidak ada
orang lain selain Bhatara Narayana yang dapat bicara seperti itu.
Tidak ada orang lain yang dapat berkata bahwa dalam ke tiga dunia
tidak ada sesuatu yang tidak ia dapat capai jika ia ingin
mencapainya. Ia berkata bahwa tidak ada perbuatannya yang tidak
bernilai, tetapi tetap saja ia lakukan tugasnya. Jika ia ingin
melakukan tugasnya, ia mengambil sendiri sebagai contoh bahwa
seluruh dunia akan berhenti melakukan tugasnya. Seluruh
masyarakat akan musnah dan ia harus bertanggung jawab atas
kehancuran dunia ini.

Drestarata : Sanjaya, ini tidak dapat dikatakan oleh orang biasa atau luar biasa.
Seandainya kata-kata ini diucapkan oleh seorang Brahma Rsi, kata-
kata itu dapat berarti pamer keakuan.

Sanjaya : Tetapi dari pembicaraan Basudeva tidak ada secuilpun tentang


21

keakuan.

Drestarata : Itu sangatlah menakutkan Sanjaya, jika ia meminta padaku untuk


mengangkat busurku, maka aku akan lupakan kebutaanku dan
mengangkat busurku. Sanjaya, apakah Arjuna akan mengangkat
busurnya?

Sanjaya : Aku dapat menjawab pertanyaan ini Maharaja. Tetapi tentang masa
depan diluar kuasaku, jika Yang Kuasa menghendaki bahwa orang
harus mengetahui masa depan, maka Ia akan beri kekuasaan itu,
karena itulah hadirkanlah masa depanmu untuk muncul dari masa
kini. Masa penantian ini adalah yang terbaik bagimu.

Drestarata : Mungkin, apa yang kau katakan adalah benar. Mungkin juga aku
mengetahui akibatnya dari peperangan yang akan terjadi ini, namun
aku tetap berharap akibat perang ini tidak akan menjadi apa yang
mereka harapkan. Sampai kemarin aku terus berpikir, aku ayah dari
seratus putra, maka aku tidak akan pernah sendiri, tidak akan. Akan
tetapi, aku akan sendiri Sanjaya. Maka itu biarkan aku memegang
jari jemarimu sebagai mata, bawa aku ke Kurusetra.

Drestarata meminta Sanjaya untuk terus


menceritakan keadaan di Kurusetra.

Krishna : Karma adalah perbuatan baik dan buruk. Jika manusia berbuat baik
dan berbakti itulah karma. Karma itu ada dimana-mana. Hai Bharata,
orang bodoh pun melakukan tugasnya, tetapi dengan cara
mementingkan dirinya sendiri. Tindakan dari orang yang pandai
tidak bersifat egois. Artinya untuk tetap mantap bagi keseimbangan
dunia ini, untuk kebajikan masyarakat. Dari itu Arjuna, jangan kau
menyalahkan dirimu sendiri. Tunjukkan padaku berperanglah untuk
keadilan. Kematian dalam tugasmu menjadi bermanfaat walaupun
kau membunuh gurumu, kakekmu, saudaramu, dan siapapun yang
menjadi musuhmu dalam perang itu dan kau tidak berbuat dosa,
sebab melakukan tugas bukanlah suatu dosa, melakukan tugas
bukanlah dosa Arjuna. Jika mereka pertaruhkan nyawa-nyawa
mereka di medan perang kematian itu bertuah, dan jika kau
pertaruhkan hidupmu kematianmu pun bertuah. Dari itu Arjuna,
berperanglah karena jalan keadilan tidak akan menjadi jalan dosa.

Arjuna : Selagi kita bicara mengenai dosa, jelaskanlah padaku mengapa


orang harus berdosa? Siapa memaksanya?

Krishna : Hawa nafsunyalah yang memaksanya Arjuna, sifat egois yang tidak
berguna itulah yang memaksanya, ikatan pada keinginan
membuatnya melakukan dosa, kenalilah musuh-musuhmu ini
Arjuna. Tepatnya seperti asap meliputi api, debu memudarkan
cermin, atau selaput meliputi janin, bagai hawa nafsu membalut
kesadaran. Kau harus dengarkan ini, nafsu akan membawa
kemenangan jika manusia berbuat baik dan tidak mundur dari
kebenaran tapi dapat juga menjatuhkan yang sombong. Bara hawa
nafsu menghancurkan pengetahuan, maka itu merupakan musuh
orang pandai. Hai Arjuna, bersihkan cermin itu, matikanlah nyala
api itu, dan kendalikanlah indriamu, bunuh penghancur pengetahuan
dan akal budhi, api itu memang berbahaya tapi api juga ada
gunanya, jika manusia tak dikejar nafsu tak akan menyurut api
peperangan. Arjuna, indria lebih tinggi daripada yang tanpa hidup,
dan pikiran lebih mulia dari indria, orang pandai lebih mulia dari
pikiran, dan jiwa lebih mulia dari kepandaian. Maka renungkanlah
tentang jiwa, cobalah renungkan untuk muncul lebih tinggi dari
tubuh, indria, pikiran dan kepandaian. Arjuna, kau adalah
penganutku dan juga kawanku. Maka dari itu aku menjelaskan
filsafat ini yang telah lama tersembunyi. Dari saat awal penciptaan
alam Aku telah memberikannya kepada matahari, matahari telah
memberikannya pada Manu, dan dari Manu sampai pada keturunan
Isvaku.

Arjuna : Pada Matahari? Kau memberi filsafat ini pada matahari? Tapi
Kesawa, kau dilahirkan pada zaman sekarang ini dan Bhatara Surya
adalah purba. Bagaimana ku terima bahwa kau telah memberi
filsafat itu kepada matahari? Jelaskanlah!

Krishna : Kita semua tak dapat menentukan, semua ada di tangan Yang Kuasa.
Sebagai pesuruh kita hanya melaksanakan apapun yang telah
diperintahkannya. Arjuna, telah ada banyak kelahiran bagiku dan
bagimu, aku ingat semua kelahiran itu, tapi kau tidak mengingatnya.
Hai pemberani, Aku adalah yang tak terlahirkan, tak terhancurkan
dan penguasa semua makhluk hidup, tapi aku telah
mengesampingkan sifat-sifat dasarku dan telah Ku tunjukan diri Ku
dengan hayalan filsafatKu. Dharma adalah kemenangan, jika
manusia hanya memikirkan segala sesuatu tentang kebaikan,
keburukan menjatuhkan segalanya. Karena itu janganlah lupa
Arjuna, akan semua yang menjadi kewajiban, kewajiban yang harus
dilaksanakan, Janganlah hal itu disepelekan. Arjuna, Aku
memutuskan, Aku datang, bila mana keadilan dipertaruhkan Aku
pasti datang, bila ketidakadilan makin meningkat Aku akan datang,
untuk melindungi yang baik Aku datang, untuk menghancurkan
yang buruk Aku datang, Aku datang untuk menentukan keadilan,
Aku dilahirkan dari zaman ke zaman.

Arjuna : Tapi Kesawa, mengapa keadilan dipertaruhkan?


23

Krishna : Keadilan dipertaruhkan Arjuna, karena manusia tak dapat


memutuskan belenggu keinginannya, tak dapat menghilangkan
egoismenya dan berhubungan dengan masyarakat. Arjuna,
seandainya tidak begitu, peristiwa istana kardus tak akan terjadi,
penelanjangan Drupadi tak akan terjadi, dan hari ini pasukan para
Pandawa dan pasukan Korawa tak akan berhadapan satu sama lain.

Arjuna : Apakah seharusnya aku tidak marah pada saat Drupadi ditelanjangi?

Krishna : Keputusan ini harus kau ambil Arjuna. Tapi peristiwa penelanjangan
Drupadi bukan hanya masalah pribadimu, masyarakat yang tetap
tinggal diam dengan ditelanjanginya Drupadi, pasti tak dapat
menyelamatkan kehormatan seorang wanita biasa. Peristiwa
penelanjangan Drupadi adalah merupakan masalah kemasyarakatan,
dan itu adalah merupakan tugasmu Arjuna, adalah tugasmu.
Tugasmu untuk berperang menghancurkan kekuatan yang dapat
melakukan penelanjangan, seperti peristiwa yang dialami Drupadi.
Kekuatan itu adalah musuh terbesar masyarakat, dan sekarang
orang-orang hebat yang memiliki kekuatan itu telah datang untuk
berperang, maka jangan kau ragu untuk menghadapi mereka.
Bebaskan dirimu dari belenggu kemarahan dan keinginan pribadi
Arjuna dan bertempurlah demi kebaikan rakyat, karena ini adalah
kewajibanmu. Lihatlah padaKu, atas dasar sifat-sifat dan tindakan-
tindakan khusus Aku telah menciptakan masyarakat, tapi Aku sama
sekali tidak pernah merindukan buah ciptaan ini. Namun, biarpun
sebagai pencipta aku bukan pencipta. Dan ia yang mengetahui
rahasia ini tak akan pernah terbelenggu oleh tindakannya. Tak ada
sesuatu yang harus didiamkan, jika tindakan musuh didiamkan
artinya kita manusia yang lemah dan karma tidak menerima hal itu.
Aku tidak inginkan buah tindakanku, maka tindakan itu tak dapat
menodaiku, kau juga harus melakukan tindakan Arjuna, tapi
tindakan yang tidak bersifat mementingkan diri sendiri yang tak
berguna. Arjuna, camkan perbedaan antara tindakan yang benar dan
yang salah.

Arjuna : Apakah perbedaan tindakan yang benar dan tindakan yang salah
Kesawa?

Krishna : Tindakan yang dilakukan tanpa keinginan untuk mendapatkan


buahnya adalah tindakan yang benar dan berguna. Tapi tindakan
yang tidak berguna bagi pribadi dan masyarakat adalah tindakan
yang salah tak berguna. Tindakan adalah lebih mulia, begitu juga
bagi yang melakukan. Dan Arjuna, ia yang bukan pelaku, ia yang
bebas dari keinginan akan buah tindakan adalah orang pandai, orang
yang berfilsafat, dan orang yang berilmu pengetahuan. Baginya
tindakan adalah juga buah tindakan, maka ia tidak menunggu buah
tindakan yang sudah dilakukan, akan tetapi bergerak untuk bertindak
terus menerus untuk melakukan tindakan-tindakan yang lain. Bara
api pengetahuannya membakar keinginan, kemarahan, iri hati,
keuntungan, kerugiaan, kesedihan dan juga kebahagiaan. Dan
sekaligus memurnikan tindakannya. Dan tindakannya menjadi
bukan tindakan, dan ia menjadi bukan pelaku, dan ia juga
orang pandai, kecuali hanya untuk mendapatkan kebutuhan
hidupnya, dia tak berbuat apa-apa untuk dirinya, kebanyakan
tindakannya adalah untuk kebaikan masyarakat, dan orang ini
sewaktu menjalankan tugasnya tidak ternodai oleh dosa.
Sehingga hidupnya menjadi sangat bermanfaat bagi masyarakat
banyak. Hai putra Kunti, hidup seseorang macam itu adalah
pengorbanan. Kau juga menjadikan hidupmu persembahan kedalam
api suci dan membakar kedalamnya keinginan akan buah tindakan
dan kemarahan, sebagai persembahan.

Arjuna : Dan apakah korban itu?

Krishna : Orang mengartikan kata korban itu dengan pengertian yang berbeda
Arjuna. Bagi beberapa orang korban adalah bentuk Sang Pencipta,
bagi mereka semuanya adalah Sang Pencipta. Beberapa orang
melakukan korban untuk menyenangkan Dewata. Bagi mereka
memuja adalah korban. Ada juga yang menyebut menunggalkan
jiwa ke dalam Yang Kuasa adalah korban. Seperti korban-korban
ini, persembahan juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda, ada
yang mempersembahkan kekayaan, adapula perbuatan, tapi dalam
kenyataannya ada 4 (empat) macam korban, pertama korban materi:
korban yang berupa bahan-bahan yang dipakai untuk kebaikan
masyarakat, artinya korban ini untuk rakyat. Kedua korban tapa
berata: jika orang membuat hidupnya menjadi tapa berata, maka
hidupnya menjadi korban tapa berata. Arjuna, untuk melakukan
sebuah tugas juga korban, tugas ini bukannya terkungkung oleh satu
aliran, tugas ini dihormati dan berguna bagi perorangan dan
masyarakat. Yang ketiga adalah Yoga: dalam korban ini upayanya
adalah perenungan. Orang menempuh jalan perenungan dan juga
bersemadi. Dia mempersembahkan seluruh nafas dan hidupnya.
Korban keempat : ilmu pengetahuan. Sesungguhnya keempat korban
ini sama pentingya. Namun, korban ilmu pengetahuan yang paling
tinggi, karena hal itulah yang membantu membedakan yang baik dan
yang buruk, dan dengan membakar segala perbuatan ke dalam bara
api membuatnya murni dan bertuah. Ilmu pengetahuan adalah
merupakan intisari untuk mengangkat perbuatan, dan hanya ilmu
pengetahuan akan membebaskanmu dari belenggu keinginan.
25

Arjuna, lautan dosa ini hanya dapat disebrangi oleh perahu ilmu
pengetahuan.

Tuhan (Brahman) yang meliputi segalanya menjadi


saksi segalanya :

“Sri Krishna berkata kepada Arjuna: Ku katakan kepadamu


bahwa didunia adalah tempat perbuatanmu, dan kau akan diatur
oleh peraturan atas tindakan dan perbuatan itu. Janganlah
mencoba menghindari perbuatanmu. Bertindaklah tanpa
mengharapkan hasilnya, karena itu adalah kewajibanmu dan
kewajiban adalah Dharmamu. Tetapi jika tindakanmu hanya
untuk kepentingan dirimu sendiri, maka tindakan itu akan
menjerumuskanmu ke dalam dosa. Karena itu bebaskanlah
dirimu dari keinginan pribadimu, tunjukkanlah tindakanmu
untuk kepentingan orang banyak, hanya inilah cara untuk
mendapatkan kebahagiaan. Semua perbuatan adalah perangkap
dari keinginan, hayalan, dan kemarahan. Dan mereka yang
terperangkap bagaimana akan dibimbing untuk mendapatkan
kebahagiaan. Jika masyarakat tidak bahagia maka setiap pribadi
pun tak bisa bahagia, jika masyarakat menangis maka ketahuilah
juga matamu pun akan menitikkan air mata. Kau adalah bagian
dari masyarakat, maka jadikanlah dirimu sebagai bagian dari
mereka, jangan menganggap dirimu pemimpin, di sanalah letak
kebajikanmu dan pengetahuanmu adalah lebih mulia dan bagi
yang memiliki pengetahuan hidup adalah pengorbanan”.

Krishna : Jika kau memandu janganlah ragu, karena hidup adalah merupakan
titipan. Melakukan tugas mulia adalah tujuan hidup, jika takut kau
bukan pahlawan. Kau juga harus mendayung perahu pengetahuan
dan menyeberangi lautan dosa dan juga mengerti bahwa ketika api
pengetahuan disulut, maka semuanya akan musnah, seperti api
pengetahuan membakar habis hasrat akan hasil perbuatan dan
kemarahan yang membara karena ketidakmampuan mendapatkan
buah dan keinginan yang terdorong oleh amarah. Arjuna, ingatlah
selalu akan petuah ini! bahwa diseluruh dunia tidak ada yang
semulia pengetahuan, tidak juga filsafat kehidupan. Pengetahuan
adalah yang termulia. Tunanetra memiliki perasaan, dapat
merasakan apa yang terjadi, manusia harus melakukan tugasnya dan
pengetahuan tidak boleh didiamkan. Orang yang bodoh tidak
memiliki kepercayaan serta selalu merasa cemas dan takut akan
kehancuran dan tidak bahagia dalam hidupnya dan mereka tidak
mendapatkan kedamaian dunia dan akhirat. Maka itu Arjuna,
tinggalkan keraguan dan bangkitkan kesadaran suci dalam dirimu.
Jadilah orang terpelajar dan berjanjilah untuk hidup dalam gelimang
ilmu pengetahuan dan juga kesucian.

Arjuna : Bagaimana caranya kau tahu tentang kesucian dan filsafat hidup?

Krishna : Hehehehe....! Mereka tidak bertentangan satu sama lain Arjuna,


bahka mereka sangat menguntungkan. Diantara kedunya filsafat
tindakanlah yang terbaik.

Arjuna : Mengapa? Bagaimana?

Krishna : Seseorang yang jauh dari kedengkian, keinginan, dan keangkuhan,


dialah yang benar-benar mulia. Dia membimbing dirinya sesuai
ajaran itu dan membebaskannya dari belenggu keduniawian. Inilah
beda antar tapa berata dan tindakan filsafat kehidupan. Adalah
bodoh bila orang padai tidak berpikir demikian. Sesungguhnya
tindakan pengorbanan adalah yang tidak menguntungkan diri
sendiri, karena itu tanpa filsafat tindakan seseorang tidak dapat
meraih tindakan tapa berata. Seorang ahli filsafat tindakan memiliki
pengetahuan dari berbagai unsur, melihat dan tidak, mendengar dan
tidak, terjaga dan tidak, untuk mengambil dan tidak mengambil
suatu tindakan untuk kebaikan umat manusia. Karena itu ia
terhindar dari dosa seperti juga bunga teratai, ia selalu terhidar dari
air meskipun ia di atas air. Bagaikan air laut yang tenang jika badai
dan topan datang menerpa tak ada yang berani melawannya, inilah
yang disebut kekuatan. Hai Dananjaya, ahli filsafat tindakan
mengorbankan hasilnya untuk mencapai kekuatan terakhir dan
untuk berada dalam suasana bahagia dengan sembilan pintu.

Drestarata bertanya kepada Sanjaya, tentang arti


filsafat yang dibicarakan oleh Sri Krishna.

Drestarata : Mungkinkah tubuh mempunyai sembilan pintu?

Sanjaya : Basudeva bicara tentang dua mata, dua telinga, dua lubang hidung,
mulut dan bagian tubuh untuk pembuangan, dan bagian tubuh untuk
melahirkan. Arti kata-katanya ialah jiwa seseorang yang
melaksanakan tindakan tanpa kepentingan dirinya dapat
mendiami jasmani dengan bahagia, karena jiwa tidak dapat
tinggal tenang dalam tubuh yang diliputi oleh hawa nafsu.

Drestarata : Aku tidak pernah berpikir kearah situ Sanjaya.

Sanjaya : Seandainya manusia tidak pernah menyerah berpikir kearah sana.


Apa gunanya Basudeva mengatakan semuanya itu.

Drestarata : Mari kita tinjau lebih jauh, rumah dengan sembilan pintu.
27

Sanjaya : Basudeva berkata.....

Krishna : Alasan kesesatan manusia adalah kebodohan menyelubungi


pengetahuannya Arjuna. Tapi ketika pengetahuan menghancurkan
kebodohannya, maka pengetahuan menyinarinya bagai mentari
menyinari dunia. Dan orang yang memiliki pengetahuan
menemukan tujuan utama hidupnya. Mereka tidak harus dilahirkan
atau lahir kembali, mereka mencapai kelepasan jiwa dalam
kehidupan ini. Arjuna, hakekat hidup manusia adalah sangat penting,
karena setelah itu jiwamu masih tetap ada, sedangkan kau tidak ada.
Maka jadikanlah kehidupan ini berarti dan berguna bagi masyarakat
Arjuna. Pengetahuan adalah cahaya, maka raihlah cahaya itu. Jika
kau dapat melakukannya, kau akan selamat dari hayalan sesat ini,
hayalan yang menjerumuskan. Dan jika kau selamat dari keadaan
ini, kau akan mencapai kedamaian. Hai Dananjaya, jalan menuju
kedamaian itu adalah Aku. Bagi mereka yang menerima Aku
sebagai arah pengorbanannya dan penolong kesejahtraan manusia,
mereka akan mencapai kedamaian. Jika kau menerima Aku sebagai
penolongmu Arjuna, dengarkanlah Aku dan bertempurlah, karena
tanpa bertempur kau tidak akan mencapai kedamaian. Melarikan diri
dari tugasmu bukanlah jalan menuju kedamaian Arjuna. Perang ini
adalah kewajibanmu, maka lakukanlah tugasmu dengan baik dan
jangan kau memikirkan akibatnya. Siapa yang akan gugur dan siapa
yang akan hidup bukan masalahmu. Hai Arjuna, apa yang dikatakan
pertapa kau terima sebagai suatu filsafat dan membebaskan dirimu
dari keraguan, cemburu, dan hasrat pribadi. Bertempurlah karena
tanpa itu kau tak akan menjadi ahli filsafat. Hidup ini penuh dengan
penderitaan, bagai bunga yang tak pernah disiram, manusia yang tak
mau berperang demi rakyat maka hatinya tak akan tenang. Ini adalah
tugas manusia yang tak ingin dirinya direndahkan, maka dia
persembahkan dirinya sendiri, manusia adalah merupakan temannya
dan juga musuhnya. Seseorang yang dapat mengendalikan
keakuannya, pikirannya, dan indrianya adalah merupakan temannya.
Dan orang yang dikendalikan oleh semua itu adalah merupakan
musuhnya. Orang yang tetap tenang selama musim dingin,
musim panas, kebahagiaan dan juga kesedihan, terhormat dan
terhina, mereka yang memiliki semua itu selalu dalam
bimbingan Yang Maha Kuasa. Arjuna, seseorang yang banyak
makan tapi tak pernah merasa kenyang, seorang yang terlalu banyak
tidur tapi tak pernah merasa tidur, tak akan meraih filsafat ini.
Kehidupan selalu seimbang Arjuna, dan seseorang yang hidup dalam
keseimbangan kehidupan, ia akan jauh dari ketidakbahagiaan,
seperti juga halnya cahaya lampu yang tidak bergoyang di
tempatnya dan selamat dari angin yang berhembus kearahnya. Juga
seperti ahli filsafat terbebas dari ikatan keinginannya. Jangan
biarkan pikiran sesuai keinginan, awasi dan kendalikanlah dengan
jiwamu. Lihatlah Aku Arjuna, lihatlah Aku, seseorang yang
melihat padaKu berbagai arah dan dalam setiap benda, dia tak
akan pernah tersesat. Dan mereka yang tidak melupakanKu,
Aku tak akan melupakannya. Walau ia hidup dimaya pada ini
dia terpisah dari dunia dan berada bersamaKu. Hai Arjuna,
pertapa yang mengambil suka duka orang lain sebagai suka dukanya
sendiri, dialah yag maha besar. Pendeta yang selalu merasa dirinya
benar, maka ia bukanlah pendeta. Pendeta yang tak puas dengan
tapanya, dia ingin mendapatkan ilmu yang lebih banyak.

Arjuna : Ketika mengikuti jalan yoga, pikiran tak menerawang?

Krishna : Mengapa tak menerawang? Pikiran pasti menerawang.

Arjuna : Kesawa, apakah perjalanan meraih Brahman akibat pikiran yang


menerawang? Seseorang yang pikirannya sedang menerawang
apakah tak akan terpecah?

Krishna : Semoga dunia ini atau lainnya yang merupakan hasil suatu karya
yang baik tidak akan pernah hacur. Hai putra Kunti, pusatkanlah
pikiranmu dan bergantunglah padaKu melakukan yoga. Kau akan
menerima ilmuKu dengan lengkap dan pasti. Hai Dananjaya, Aku
adalah merupakan kebenaran terakhir. Akulah yang mengikat
seluruh alam ini bagai seuntai kalung manik-manik. Hai putra Kunti.
Aku adalah cairan dalam air. Akulah cahaya bulan dan juga cahaya
matahari. Aku adalah nyanyian suci dalam kitab suci Veda. Aku
adalah bau alami bumi. Aku adalah nyalanya api. Aku hidup dalam
kehidupan. Aku penebus dosa tapa berata. Hai Arjuna, Aku adalah
benih awal. Aku otak cendikiawan. Akulah masyurnya yang
termasyur. Dalam kekuatan Aku kekuatan tanpa nafsu. Dan
Akulah nafsu yang menghentikan jika mereka menentang dharma.
Aku ada Arjuna dalam diri setiap orang. Namun, Aku berada diluar
setiap orang. Hai Arjuna, Aku mengetahui seluruh kehidupan, dari
kehidupan masa lalu, kehidupan masa kini hingga kehidupan masa
yang akan datang, tapi tak seorang pun yang mengetahui. Aku
adalah bapak dunia ini, ibu dan juga pengasuh. Aku adalah Reg.
Veda dan juga Sama Veda. Aku adalah tuan dan juga budak. Aku
pencipta dan juga pemusnah. Aku mendukung setiap orang Arjuna.
Aku adalah segalanya, segalanya. Aku adalah panas dan juga
hujan. Arjuna, Aku benih dunia yang tak termusnahkan. Aku adalah
sahabat semua orang, tapi Aku sejajar dengan yang lainnya. Aku tak
mencintai siapapun juga membenci. Bagi mereka yang
memujaKu, mereka ada di dalamKu, dan Aku berada dalam
29

mereka. Jangan membenci siapapun dalam hidup ini jika kau


disakiti lawanlah, karena kau membalas dengan kebenaran, dan
kebenaran selalu membawa kemenangan.

Arjuna : Krishna, Kau Dewata agung. Sang pencipta. Kau kekekalan. DiriMu
adalah perwujudan Yang Maha Tahu. Giridara, hanya Kau yang
mengetahui tentang diriMu. Oh Giamurti, mutiara kebijaksanaan,
bagaimana aku mengenalMu? Bagaimana aku mengetahuiMu?
Katakanlah padaku!

Krishna : Hai putra Kunti, tidak ada akhir sama sekali dari rincianKu. Aku
adalah jiwa semua makhluk hidup, semuanya. Bagai bunga
memerlukan air, maka manusia memerlukan penasehat yang
memberikan pengarahan yang benar agar dapat mencapai tujuannya.
Hai Arjuna, Aku adalah permulaan, pertengahan dan juga akhir dari
segalanya. Aku wisnu diantara leluhur. Mariji diantara marus.
Dalam tata surya Aku matahari, juga bulan. Aku adalah
pelindungmu Arjuna, dan Akulah sungai yang memberi air, agar
semua umat dapat menikmati, itulah yang disebut Veda dan
kewajiban. Diantara Veda Aku Sama Veda. Diantara para dewa Aku
Bhatara Indra, Akulah Bhatara Indra. Diantara Rudra Aku Sangkera.
Diantara manusia setengah dewa Aku Kubera. Diantara Pasus Aku
Api. Diantara gunung Aku Semeru. Diantara pendeta Aku
Bhrahaspati. Diantara pemimpin Aku Kartikeya. Antara air Aku
lautan. Diantara para pembicara Aku adalah Omkara. Antara yajna
Aku Jayayajna. Diantara hariga Aku Himalaya. Diantara pohon Aku
manusia. Antara Dewa Risi Aku Narada. Diantara gandarwa Aku
Citrarata. Antara Sida Aku manikapila. Hai pahlawan, diantara kuda
Aku Usassrawa yang lahir jauh dari kenikmatan. Diantara gajah Aku
Airawata. Diantara manusia Aku Narapati. Diantara senjata Aku
Wajra. Diantara sapi Aku Kamandenu. Diantara ular kobra Aku
adalah Seisanaga. Bagai matahari yang memberikan sinar dan panas,
dan rembulan memberikan ketenangan, dimalam saat dingin
menusuk tulang, itulah yang disebut kesabaran. Diantara roh jahat
Aku Prahlada. Diantara naksa Aku Kala. Diantara binatang Aku
Singa. Diantara burung Aku Garuda kendaraan Wisnu. Hai
Dananjaya, diantara pengguna senjata Akulah Rama. Diantara
sampah Aku Busa. Aku adalah waktu yang kekal Arjuna. Aku yang
dapat menentukan kematian mereka, dan Aku dapat mengetahui
kelahiran masa depan mereka. Dan ketahuilah Arjuna bahwasannya,
tak ada awal bagi mereka yang tak berawal. Segala sesuatu
memerlukan kesabaran, tapi kepedihan tak boleh ditahan, bagai
luka yang tak mudah disembuhkan, hanya memperpanjang
penderitaan. Diantara wanita Aku Kirti, Sriwarga, Semurti, Maeda
dan juga Shama. Dari musim Aku Rituraja. Diantara cendikiawan
Aku yang terpandai. Aku kematian, kemenangan, dan juga upaya.
Diantara yadaya Aku Wasudewa. Diantara pandawa Aku Arjuna.
Diantara pertapa Aku Wyasa. Dan diantara penyair Aku
Sangkaracarya. Aku bagaikan burung garuda, penolong dalam
menumpas kejahatan, punggungku adalah milik Arjuna, pahlawan
perkasa di medan perang. Aku adalah benih pencipta Arjuna, seluruh
benda hidup dan tidak hidup, tidak akan bisa ada tanpa Aku. Aku
adalah pemberi nafas dan pemberi hidup.

Arjuna : Oh Maha Tahu, penglihatanku telah terbuka, dan segala keraguan


telah lenyap, yang kau katakan adalah kebenaran, dan tak ada
kebenaran lain. Tapi oh Dewata, aku menginginkan Dharsana dalam
wujud DewaMu.

Krishna : Arjuna yang tak berdosa, dengan matamu ini belumlah cukup untuk
dapat melihat wujudKu, untuk ini kau harus punya mata kesucian.
Wahai sepasang mata yang lemah, pandanglah Aku dengan tajam,
Aku adalah segalanya untukmu, jalanilah hidup ini, kewajiban dan
karma jangan kau lupakan.

Arjuna sedang menyaksikan Krishna dalam wujud


kesejatiannya (Wisnu Satya) yang meliputi segalanya, dan merasa
heran dan bahagia dengan keajaiban yang ia saksikan dengan mata
kesucian yang dianugrahkan oleh Sri Krishna, dan juga ia merasa
takut dan memohon kepada Yang Maha Kuasa untuk kembali
kewujud semula.

Arjuna : Kau adalah dewa penyelamat yang selalu ku sayangi, dan diriku ini
adalah hambamu, hidupku adalah juga hidupMu. Kau punya
kekuatan yang sangat dahsyat. Dewata, aku merasa bahagia karena
aku dapat menyaksikan suatu keajaiban yang belum pernah aku
saksikan. Tapi oh dewata, aku merasa takut. Yang Maha Kuasa aku
mohon padaMu, kembalilah pada wujudMu semula, kembalilah!

Selain Arjuna, Sanjaya yang diberkati mata kesucian


oleh Rsi Wyasa juga dapat menyaksikan keajaiban yang sama
dengan yang disaksikan Arjuna, dan ia merasa heran dan tak bisa
menjelaskan kepada Maharaja Drestarata.

Drestarata : Apa? Bentuk Apa Sanjaya?

Sanjaya : Aku tidak dapat, menggambarkan bentuknya yang luar biasa


besarnya. Hanya kesucian hati yang bisa melihatnya. Yang Mulia,
seandainya engkau mengajak Rsi Wyasa, pastilah engkau diberkahi
untuk dapat melihat bentuknya yang luar biasa itu.
31

Drestarata : Aku kira tidak perlu menunjukkan nasibku yang buruk Sanjaya.
Katakan saja apa yang terjadi?

Sanjaya : Baiklah Maharaja...!

Sanjaya menerangkan kembali percakapan Arjuna


dan Sri Krishna kepada Maha Raja Drestarata.

Arjuna : Maafkan aku, Dewata! Maafkan aku! Oh Wisma Murti, oh Ananta,


Oh Narayana, Oh Dayasangkara, maafkan aku sebagai teman,
seorang teman! Sebagaimana seorang ayah memaafkan putranya,
dan Yang Kuasa memaafkan pemujanya. Maafkanlah aku!

Krishna : Hai putra Kunti, antara teman, ayah dan putra, Yang Kuasa dan
pemujaNya, tidak ada permohonan maaf diantara mereka,
dasar hubungan ini adalah kasih sayang, kepercayaan, dan
pengabdian. Hidup ini jangan disia-siakan, jalankan tugas sesuai
dengan yang ditakdirkan, tugas adalah tugas yang tak boleh
dilupakan, harus ingat pula tentang karma dan kewajiban. Yogi
terbaik adalah seseorang yang memusatkan pikirannya padaKu, dan
yang menempatkan pikirannya padaKu, yang lenyap dalam diriKu,
dan yang memujaKu dengan kepercayaan penuh. Maka itu Arjuna,
memujaKu adalah yang terbaik, pemujaKu tidak akan pernah merasa
bimbang. Dengarkan Aku Arjuna, dunia penuh dengan kotoran dan
dosa, jika kau berbuat karma yang baik, kau akan bangga dan rakyat
gembira, dan kau tak dikejar kerisauan. Arjuna, dunia ini ibarat
pohon Bippala, yang akarnya di atas dan rantingnya berada di
bawah, kitab Veda merupakan daunnya, bagi mereka yang
memahami tentang ayat Veda akan mengerti, bahwa cabang-cabang
pohon semua telah menyebar, menyebar keempat penjuru dunia,
yang mana telah ditempa, oleh tiga sifat alam: sato guna, raja guna
dan tapa guna. Akar-akarnya menyebar luas kedalam kehidupan
seluruh umat manusia, pemahaman akan arti hakekat pohon ini,
tidak mungkin terjadi di bumi ini, karena tidak ada satu manusia pun
yang dapat melihat awal, akhir, apa dan dimana sandarannya. Tapi
manusia dapat menebang pohon dunia ini dengan kapak
penyangkalan diri, dapat mencapai kedudukan yang tertinggi, yang
mana dia tak harus kembali lagi. Arjuna, penyangkalan diri adalah
nama lain dari pembuangan hak egoisme. Jika kau ingin berpikir,
maka pikirkanlah hanya Aku saja. Jika kau ingin memuja, pujalah
Aku. Dan percayakanlah dirimu hanya kepada diriKu saja Arjuna.
Datanglah keperlindunganKu, Aku akan membebaskanmu dari dosa.
Jika kau ingin dipuja, laksanakan tugasmu dengan baik. Tapi jika
kau ingin dihina, tinggalkan saja medan pertempuran. Jika kau
inginkan kemenangan, bertempurlah sampai selesai. Jika kau
menuruti nasehatKu, kau akan puas dan Aku pun bangga.
Pusatkanlah pikiranmu padaKu, jadilah pemujaKu, hormatilah
diriKu Arjuna. Jika kau melakukan ini maka Aku sangat yakin, kau
pasti dapat mencapai diriKu sepenuhnya. Bebaskanlah tugasmu
seluruhnya, dan datanglah keperlindunganKu, karena Aku akan
membebaskan seluruh dosa-dosamu, maka janganlah kau berduka
Arjuna, janganlah berduka. PemujaKu, penganutKu, Akulah karma,
yoga, pati, dan pengetahuan, semua adalah sasaran utamaKu. Seperti
ahli filsafat yang tak menginginkan apapun. Janganlah resah Arjuna,
janganlah resah, percayalah padaKu. Hai Satria, ambillah
gandewamu dan bertempurlah.

Arjuna mengambil gandewanya dan siap untuk


berperang melawan pasukan korawa setelah mendapatkan
wejangan (pemahaman) dari Sri Krishna tentang Dharma, rahasia
tugas, dan Filsafat. Sehingga Arjuna menjadi sadar tentang tugas
dan kewajibannya sebagai seorang kesatria, dan melupakan
kesedihan terhadap kakeknya, gurunya, sanak saudaranya, dan
teman-temannya yang menjadi musuh dari pasukan pandawa dalam
peperangan di Kurusetra.

Sanjaya : Arjuna putra Kunti telah mengambil gandewanya.

Drestarata : Berarti, kini akan terjadi perang. Oh Sanjaya, aku telah mengetahui
akibat dari peperangan ini. Karena itu, jika kau ingin pergi, maka
kau boleh pergi. Sejak aku tak mempunyai kereta, apa gunanya
seorang kusir kereta.

Sanjaya : Jika ini adalah titah Yang Mulia, sudah seharusnya aku taati. Tetapi
aku tak ingin meninggalkan Yang Mulia

Drestarata : Jika kau masih ingin melayaniku, layanilah dengan tulus! Tetaplah
menceritakan siapa yang paling dahulu terkena oleh panah Arjuna.
Ceritakan bagaimana keadaan putraku, untuk tetap mempertahankan
hidup mereka. Apakah perang sudah mulai Sanjaya? Putraku
Duryodana pasti bersemangat untuk bertempur.

Sanjaya : Dia bersemangat karena tak menyadari, akibat dari peperangan yang
terjadi.

Drestarata : Tidak Sanjaya. Meskipun ia menyadari akibat peperangan ini. Dia


tetap bersemagat untuk bertempur, dia satria tentunya tidak akan
memperdulikan.

Sanjaya : Seandainya Yang Mulia tidak buta, apakah Yang Mulia akan ikut
dalam peperangan ini?
33

Drestarata : Seharusnya kau tidak menayakan pertanyaan ini Sanjaya. Putraku


Duryodana adalah buah dari pohon hasrat diriku sendiri, tapi
mungkin aku tak akan membiarkan perang ini, dan jika peperangan
tak dapat dihindarkan, maka aku akan berusaha agar pandawa
mendahului peperangan ini, tetapi Wasudewa tidak akan
membiarkan diriku. Ia salah paham antara putra-putraku dan
keponakan-keponakanku. Tidak, tetapi ini adalah perang Wasudewa
Krishna dan aku.

Sanjaya : Jika Yang Mulia mengetahui hal ini. Mengapa Yang Mulia tak
menghentikannya.

Drestarata : Aku seorang satria Sanjaya, aku tak dapat mengembalikan


punggungku. Menurutku ini adalah keputusanku untuk peperangan
yang menentukan. Biarkan perang terjadi.

Sanjaya : Pikirkanlah Hastinapura Yang Mulia!

Drestarata : Aku harus memikirkan Hastinapura? Mengapa? Kapan Hastinapura


memikirkanku? Dia hanya terpaku kendatipun aku raja. Tapi aku
tidak dapat memerintah, aku hanya mewakili diri adikku saja.
Tahukah kau penghinaan terhadap seorang kakak? Bahkan
Hastinapura harus membayar atas ketidakadilan yang terjadi pada
diriku. Perhitungan ini akan menjadi peristiwa yang besar bagi
diriku juga Wasudewa, luka pandawa lukanya pula. Jika sekarang
Widura di sini, maka dia pasti akan membidikan panah-panah
kebijakan-kebijakan kepadaku. Tapi mengapa ada penundaan
peperangan Sanjaya?

Sanjaya : Entahlah Yang Mulia, pangeran juga menanyakan kepada Gangga


Putra.

Duryodana : Kakek, berapa lama kita menunggu terjadinya perang, aku sudah
bosan.

Bhisma : Sampai aku membunyikan sangkakala, Duryodana.

Duryodana : Kalau begitu, siapa yang kau tunggu? Mengapa belum juga kau
bunyikan sangkakala?

Bhisma : Jika kedua pasukan telah siap untuk berperang satu sama lain di
medan perang, maka perang dapat dipastikan. Jika satria gagah
berani, sampai di medan perang mereka akan meraih kemenangan
atau mengorbankan jiwa mereka. Hal ini akan terjadi dalam
peperangan ini. Tetapi kini, tanpa mengejapkan mata sedikit pun,
tanpa berkedip pandanglah ke arah pusat medan perang, ini
kesempatan untuk menyaksikan pemandangan yang luar biasa. Kusir
kereta seperti Krishna, dan satria seperti Arjuna, adalah ketidak
beruntungan kita, karena tak dapat mendengarkan apa yang mereka
bicarakan. Anakku, jika hembusan angin, bisa membawa sepatah
kata saja dari perbincangan itu, maka akan aku berikan semua akibat
terbaik, dari semua kebaikanku. Namun, aku sedih bahwa aku
Bhisma. Aku sepertinya ingin bertanya kepada Sang Pencipta,
mengapa aku Bhisma? Mengapa aku bukan Arjuna?

Duryodana : Kakek Bhisma, Sang Pengembala pasti telah memberi tahukan


kepada Arjuna, untuk menemukan jalan keluar peperangan ini, tapi
pasukan yang berada di bawah panjimu, bagaimana ia dapat
mempertahankan diri mereka. Dan Wasudewa bukanlah orang yang
bodoh, dia tahu perbedaan kematian dan bunuh diri. Kakek Bhisma,
gembala itulah yang tidak mau maka bersamaku, dan cara gembala
itu menghinaku tak akan ku lupakan. Lihatlah kakek, mereka telah
mengembalikan kereta mereka, bunyikankah sangsaka perang!

Bhisma : Aku sedang menunggu seseorang.

Duryodana : Menunggu? Menunggu siapa?

Bhisma : Aku sedang menunggu diriku sendiri. Perang ini bagiku tidak lebih
dari pertentangan bhatin, karena itu biarkan aku menunggu saat yang
tepat untuk mulai perang.

Duryodana : Bukankah waktu kita sangat berharga?

Bhisma : Dipihak mana aku berdiri, aku tak dapat melihat waktu yang begitu
berharga.

KEUTAMAAN DAMA

Keutamaan dama adalah demikian, Dama artinya ketenangan hati yang


35

menyebabkan orang sadar, sanggup menasehati diri sendiri; itu lebih utama dari Dana,
yang dinamai dana itu membawa pahala nama harum dan kedudukan tinggi mulia:
namun dana itu kalah dengan dama sebab orang yang dermawan, yaitu orang yang
melakukan pemberian sedekah (dana) dapat terjadi ia tidak mempunyai dama, sehingga
dapat dipengaruhi oleh kemarahan dan lain sabagainya. Akan tetapi, orang yang
memiliki dama, ketenangan hati niscaya ia tidak tersesat. Karena senantiasa SADAR,
oleh karena itu lebih utama Dama daripada DANA.

Dan lagi, bukan orang yang tubuhnya basah karena dibasuh dengan air, disebut
mandi, melainkan orang yang disebut sungguh-sungguh mandi , sebenarnya adalah
orang yang memiliki Dama, yang juga disebut Danta (suci), orang yang demikian
itulah benar-benar mandi menurut kata Sang Pandita. Suci bersih lahir batin adalah
karma pala namanya, yaitu pengendalian diri (hawa nafsu) yang sepuluh banyaknya
yang patut dilaksanakan, perinciannya: gerak pikiran tiga banyaknya, perilaku
perkataan empat jumlahnya, gerak tindakan tiga banyaknya. Jadi, sepuluh banyaknya
perbuatan yang timbul dari geraka badan, perkataan, dan pikiran itulah patut
diperhatikan.

Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya:
Tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada segala
makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karma pala; itulah perilaku pikiran yang
merupakan pengendalian Hawa Nafsu.

Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata empat banyaknya yaitu: perkataan
jahat, perkataan kasar, menghardik, perkataan mempitnah, perkataan bohong (tidak
dapat dipercaya) . itulah keempat yang harus disingkirkan dari perkataan, jangan
diucapkan, jangan dipikir-pikir akan diucapkan.

Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat Zina. Ketiganya
itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda
gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat, dalam khayalan
sekalipun hendaknya dihindari saja ketiganya itu.

Semua ini pikiran menjadi sumbernya


Kesimpulan:

Pengendalian diri sebelum bicara, pikir terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu,
tanya diri kita, siapa saya? bagaimana saya? kemana saya? Setelah sadar baru bertindak
dengan dasar di atas kebenaran.

Beginilah Danta (orang yang memiliki sifat dama), ia tidak bohong, tidak
bergirang hati jika mengalami kesenangan, tidak bersedih hati sekalipun tertimpa
kedukaan mendalam, pengetahuannya tentang filsafat sanggup menasehati dirinya
sendiri karena memiliki Dama disebut Danta.

Inilah lagi akan diuraikan, nafsu yang dianggap penyebab sorga ataupun neraka.
Keterangnnya, jika nafsu itu dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan SORGA
namanya. Apabila tidak dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan NERAKA.

Pengekangan dari nafsu itu pahalanya adalah Dirga Yusa (panjang umur),
tingkah laku baik, kuat pada yoga, kesaktian, kemasyuran, atau nama harum, dharma,
artha itulah yang akan diperoleh sebagai pahala dapat dikuasainya Hawa Nafsu itu.

Semoga pikiran yang baik

datang dari segala penjuru

Nama:

I Nengah Wijana, S.Pd.

Tempat tanggal lahir:

Karangasem, 05 Februari 1986

Anda mungkin juga menyukai