LATAR BELAKANG
PERCAKAPAN
Duryodana : Guru besar Drona tidak setuju dengan kecongkakanku dan sekarang
lihat pasukanmu yang kau hadapkan dengan para Pandawa dalam
peperangan ini, siapa yang ada dipasukanmu ini, kau sendiri, kakek
Kripa, atau Pendeta Agung, dan beberapa prajurit semacam itu,
mereka berkata orang-orang ini mahir dalam seni berperang.
Dengarlah hai... Guru sakti di bandingkan kekuatan pasukan kita,
seluruh pasukan Pandawa adalah Nol... BESAR...., Nol.... BESAR.
Karna : Bisma Putra Gangga, kau telah berbuat tidak adil padaku. Kau telah
berlaku tidak adil, tetapi kau tetap tidak akan bisa menyelamatkan
Arjuna dari panahku, dari panahku.
Krishna : Apa yang kau lihat mereka, kau tidak melihat mereka yang pertama
kali bukan?
Arjuna : Ya, ini bukan pertama kali.
Krishna : Dan kau juga mengetahui bahwa kau juga akan melihat sanak
keluargamu, berdiri di beberapa sudut medan perang ini.
Arjuna : Sesudah trompet kerang, aku tidak ragu lagi perang pasti akan terjadi,
pasti terjadi.
Bhisma : Aku sendiri juga bingung, Guru. Prajurit seorang diri mengalahkan
kita semua dalam perang Wirata sedang menuju ke arah dimana
pasukan kita berada, malangnya disini aku adalah panglima
tertingginya. Apakah Arjuna lupa bahwa trompet kerang yang
menandai perang belum dibunyikan?
Bhima : Kakek-kakek.....!
Makanmu, setuju?
Arjuna : Aku dari perjalanan yang kotor dan penuh debu, pakaian
kakek akan ternoda.
Arjuna : Entahlah Kesawa, entahlah. Siapa tahu sesudah perang ini, mereka
yang kini ku lihat. Tidak akan ku lihat lagi. Kesawa, siapa yang
berperang melawanku dan untuk siapa perang ini? Nyawa siapa
yang ku permainkan? Pada kedua belah pihak berdiri orang-orang
dari keturunan yang sama. Oh....! orang yang mengenakan baju putih
dalam kereta putih itu mungkin putra Gangga bagi dunia. Tapi
bagiku dia sumber kasih sayang. Aku dulu bisa duduk
dipangkuannya dengan bajuku yang penuh dengan debu dan tubuh
yang begitu kotor. Dia adalah kakekku, dia kakekku dan itu guru
Drona yang telah membasuh jiwaku dengan banyak kebajikan dan
menuangkan dikepalaku begitu banyak pengetahuan, ia telah
memberi aku lebih dari apa yang telah diberikan oleh putranya
sendiri Aswatama. Kini aku berperang dengannya, aku harus
menghabisi nyawanya, mengingat ini saja membuat tubuhku kaku,
mulutku terasa kering tangan yang memegang busur dan panah ini
menjadi kaku, tubuhku ini menggigil Kesawa, lebih dari tempat
yang paling dingin, busur ini, busur yang paling istimewa ini
terlepas dari bahuku, bagaimana aku dapat membidikan panah ini
pada orang-orang yang selalu dengan gembira menyambutku. Aku
tidak dapat melakukan hal seperti itu, aku tak dapat membuat medan
Kurusetra menjadi kuburan, aku tidak dapat membuat Kurusetra
menjadi kuburan. Katakanlah sesuatu Kesawa!
Arjuna : Aku harus berkata apa? Berkata apa? Aku tidak ingin membangun
istanaku di atas mayat keluargaku. Apa yang akan ku lakukan dari
kerajaan yang berbau darah keluarga, apa aku harus memenggal
kepala guru yang menyayangiku, apakah aku harus melepaskan
panah pada orang yang telah mengajarku, aku tidak ingin
kemenangan dengan pengorbanan ini, memerintah dunia memang
hal yang baik tapi aku tidak ingin memerintah sama sekali, jika diri
mereka yang menjadi korbannya.
Hai...! Kesawa, aku patut berdoa pada dewa perdamaian, jika itu
berarti aku mendapatkan kedamaian dan selamat dari penghancur
keluarga, ini amat berharga bagiku.
Krishna : Jika kau tak mau perang, mengapa bicara yang bukan-bukan? Jika
mau mati, matilah sebagai pahlawan yang sejati.
Arjuna : Kesawa…!
Krishna : Kau hanya menanyakan hal itu, Arjuna. Tapi perang ini bukan untuk
menentukan atau menyadari hubungan keluarga, putra Kunti.
Sadarilah tugasmu lalu ambilah keputusan, karena kaulah yang akan
mengambil keputusan. Namun, jika kau ingin aku harus berbuat
begitu agar kau selamat dari pertanggung jawaban perang, ini takkan
terjadi, takkan terjadi Arjuna, karena perang ini adalah perangmu
dan kau jugalah yang akan menanggung akibatnya.
Arjuna : Aku tidak dapat mengerti apa kewajibanku ini, Kesawa. Maka
Wasudeva, jadilah pengemudi jiwaku juga, aku ada diantara
keadilan dan ketidakadilan, aku tidak dapat memutuskan dipihak
mana letaknya keadilan. Bimbinglah diriku Kesawa, tunjukkan jalan
untuk menghilangkan kesedihan yang mengeringkan jiwaku ini,
dengan bathin seperti ini aku tidak mau berperang, aku tidak mau
berperang, aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, aku
tidak mau berperang.
Sanjaya : Aku tidak mau berperang, aku tidak mau berperang, kemudian
Arjuna lalu terdiam Baginda.
Sanjaya : Dalam hal ini, apa yang dapat ku katakan Baginda. Aku bukan
prajurit.
Drestarata : Setidaknya kau dapat berpikir sebagai seorang prajurit. Sanjaya, apa
yang dikatakan Arjuna menurutku ia tak lagi mempersoalkan Indra
Prasta. Dan jika ini terjadi maka sikap kepala batu Duryodana itu
bisa diredam, lalu aku akan menyuruh dia siap memberikan
Pandawa kelima desa itu.
Sanjaya : Baiklah.
Krishna : Hidup dan mati ditangan Yang Kuasa, yang mati takkan bergabung
9
dengan yang hidup. Jika pahlawan datang kemedan perang, dia tak
boleh menjadi pengecut. Arjuna…! Yang telah tiada telah tiada dan
yang bijaksana tidak berkabung untuk mereka yang telah tiada juga
tidak berkabung untuk yang masih hidup, mereka tidak berkabung
untuk masa lalu, juga tidak berkabung untuk masa datang. Gayamu
seperti orang bijaksana tapi kau bicara seperti orang bodoh. Sebelum
berkabung selidiki dulu, apakah mereka yang kau sayangi itu patut
untuk diperkabungkan?
Arjuna : Apakah kakek guru besar dan pendeta agung tidak patut
diperkabungkan?
Krishna : Jika mereka patut diperkabungkan buat apa aku berkata begitu, kau
mengerti kebenaran ini Arjuna, bahwa intinya bukan jasmani tapi
jiwa, dan kematian bukan akhir perjalanan ini, karena perjalanan ini
adalah kekal, kematian hanyalah sebuah tempat wadah kasar,
hanyalah wadah kasar. Berakhirnya nafas bukan akhir bertiupnya
angin. Mengertilah, makhluk hidup bermula dari seorang anak lalu
menjadi anak muda lalu ia menjadi tua kemudian mati. Perjalanan
ini adalah perjalanan jasmani tapi jiwa terus lebih jauh. Berjalan
meninggalkan sebuah tubuh dan masuk ke tubuh yang lainnya. Maka
perjalanan yang berakhir pada kematian hanyalah perjalanan tubuh,
Arjuna, hanya perjalanan tubuh. Roh kita tidak dapat dilihat dengan
mata tapi bisa berjalan ke tempat yang diikuti sinar. Hidup adalah
titipan Yang Maha Kuasa dan Dialah yang menentukan segalanya.
Perjalanan jiwa tidak ada akhirnya dan pada satu batas dalam
perjalanan tubuhnya ditinggalkan dan pengembara itu terus berjalan,
terus berjalan dan menerima tubuh yang baru, seperti kita
menanggalkan baju yang lama dan memakai yang baru. Kalau mau
hidup, hiduplah seperti pahlawan dan jangan mundur seperti
pengecut. Hidup adalah perjalanan yang panjang. Dan kau harus
berani membela kebenaran. Arjuna, kehancuran bahkan tidak dapat
menyentuh jiwa, maka mengapa berkabung dan untuk kehancuran
siapa? Apakah untuk baju-baju itu? Tapi baju-baju itu tidak kekal,
baju-baju itu untuk ditanggalkan dan jiwa tak pernah mati, jiwa tak
pernah mati.
Arjuna : Tetapi, apakah mereka yang ada didepan kita setelah perang ini
selesai akan tetap ada?
Krishna : Hehehehe....! apa yang kau maksud dengan ada dan tidak ada?
Karena tak pernah ada ketika aku tiada atau kau tiada atau semua
orang-orang itu tiada, dan tidak akan pernah ada saat aku tidak ada,
kau tidak ada, dan semua orang-orang itu tidak ada. Kemudian
pandangan hayalan yang kau alami ialah bahwa kehidupan masa kini
adalah mutlak. Kehidupan masa kini bukan keberadaan mutlak,
Arjuna. Kita telah ada, kita ada, dan kita akan ada. Dan tentang suka
dan duka, apa maksudmu? Hal itu adalah seperti musim keduanya
datang dan pergi. Hai putra Kunti, mereka yang tidak mengacuhkan
kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dan menerimanya tanpa
terpengaruh sedikit pun mereka tidak gelisah dan hanya mereka
berhak untuk selamatan. Suka duka adalah kehidupan kita, kita tidak
boleh takut menghadapinya. Wahai manusia yang sejati laksanakan
tugasmu dengan baik! Hai Bharata, bebaskan dirimu dari pengertian
pembunuhan dan dibunuh, hanya mereka yang dilahirkanlah yang
bisa mati dan hanya tubuhnya yang mati. Tapi, jiwanya tidak bisa
mati. Jiwa ada di luar batas waktu. Hanya tubuh yang dilahirkan dan
bukan jiwa. Dan jika jiwa tidak pernah dilahirkan bagaimana jiwa
itu bisa mati. Jiwa itu hanya ada, ada, ya..! jiwa itu ada di tepi dan
juga di arus. Jiwa itu tidak dilahirkan, ada selamanya, kekal, tidak
terbagi. Jiwa itu tak dapat dihancurkan. Maka dari itu tidak ada
gunanya untuk cemas tentang membunuh dan dibunuh Arjuna, tidak
ada. Karena hanya tubuhlah yang mati. Bahkan setelah kematian
jiwa tidak mati, karena senjata tidak bisa memotongnya, api tidak
bisa menjadikannya abu, air tidak dapat melarutkannya dan udara
tidak dapat mengeringkannya. Setiap manusia yang telah mati tak
dapat hidup kembali, tapi arwahnya dapat melihat siapa yang senang
dan yang susah. Kini apa yang kau cemaskan Arjuna?
Arjuna : Kesawa, apakah yang ku panggil kakek hanya suatu jiwa? Apakah
semasa kecil aku hanya duduk diatas pangkuan suatu jiwa? Dan
prajurit tua berbaju putih di sana itu yang berdiri di atas keretanya
hanyalah suatu jiwa? Bukankah tubuhnya yang kau sebut baju baju
dan jiwa itu sering kali memberkatiku dengan tangannya dan apakah
guru drona yang telah mengajarku juga hanya suatu jiwa saja? Aku
tidak menyangka bahwa jiwa kekal adanya dan jiwa tidak dapat
dihancurkan. Tetapi tubuh yang aku bicarakan masih ada
hubungannya denganku, jiwa tidak dilahirkan Kesawa, jiwa tidak
dilahirkan akan tetapi orang dilahirkan, orang dilahirkan.
Krishna : Ya, orang tentu dilahirkan Arjuna. Tapi perluaslah jalan pikiranmu
sedikit lebih jauh. Siapapun yang dilahirkan, siapapun ia,
ditakdirkan untuk mati. Lalu mengapa mengingkari takdir. Mereka
yang dilahirkan harus mati pada satu atau lain hari, dan kematian ini
bukan akhir, karena yang mati akan dilahirkan kembali. Ini
kenyataan yang tidak dapat di hindari dan tak seorang pun dapat
mengingkari hal ini. Kau, aku atau siapapun. Bhisma putra Gangga
memiliki berkat kematian atas kemauannya, tapi kematiannya juga
tak dapat dihindari Arjuna. Lalu dalam mata rantai kelahiran
11
Sanjaya : Bagaimana aku menjawab pertanyaan ini, Baginda? Hal ini hanya
bisa dijawab oleh Krishna atau Arjuna.
Drestarata : Tapi aku ingin jawaban pertanyaan ini, Sanjaya. Jadi dengarkanlah!
Dengarkan!
Sanjaya : Baiklah.
Krishna : Dan...?
Krishna : Andaikan engkau bukan seorang prajurit Arjuna, engkau tak akan
menjadi murid Drona, dan andaikan kau bukan prajurit, maka kau
tak akan menjadi putra Kunti. Tiga hal itu adalah jati diri
keprajuritannmu. Maka tugas seorang parajurit adalah tugasmu
Arjuna, dan tugas seorang prajurit adalah untuk bangkit berperang
melawan ketidakadilan. Jadi, untuk bangkit melawan ketidakadilan
adalah tugas keprajuritanmu. Disaat yang menentukan ini, jika kau
tak mau mengangkat senjata pada pihak kebenaran dan melawan
ketidakbenaran, bukan tugas ini akan hancur tapi juga ketenaranmu
Arjuna. Dan jika ini terjadi bukan hanya musuh-musuhmu, tapi
seluruh masyarakat akan menyebutmu tidak terhormat, dan generasi
keturunan akan datang menyebutmu pengecut. Maka itu Arjuna,
jangan libatkan dirimu dengan masalah-masalah tentang
kemenangan dan kekalahan, dan bertempurlah! Jika kau menang
dalam perang ini, kau akan memerintah dunia dan menjadi terkenal.
Dan jika kau terbunuh dalam perang ini kau akan masuk surga
bersama ketenaranmu. Maka dari itu putra Kunti, kebahagiaan,
kesedihan, kemenangan, dan kekalahan anggaplah semua sama dan
bertempurlah! Karena itulah keprajuritanmu dan tugas kemanusiaan.
Perang adalah suatu tantangan berat bagi persaudaraan, jika saudara
kita tidak mau sadar mengapa kita harus diam dan dewa pun tak
akan tenang bila masalah belum selesai.
13
Arjuna : Tanganku ini belum siap mengangkat busur ini Kesawa, keuntungan
apa yang diperoleh dari peperangan ini?
Arjuna : Aku tak dapat mengambil keputusan Kesawa, aku tak dapat.
Krishna : Kau tak dapat mengambil keputusan ini, Arjuna. Karena kau sedang
menimbang-nimbang saat ini pada timbangan keuntungan dan
kerugian secara pribadi dan ini adalah belenggu hayalan inilah akar
kesedihanmu dan kau pengecut yang lari dari kenyataan yang
menghanyutkanmu ke dalam aib yang membuatmu terhina dan
merasa sengsara. Kesedihan semacam itu tak baik untukmu juga
untuk masyarakat, dan kesedihan ini juga tak baik untuk kini dan
masa depan, jangan gusar dan bertindaklah, bertindaklah! Tindakan
itu sendiri berbudhi luhur, murni dan bermanfaat bagi masyarakat.
Tindakan itu sendiri juga menghasilkan buahnya, tapi jika kau
mencampuradukkan untuk kebaikan pribadimu dan kepentingan
masyarakat maka tindakanmu itu, tidak murni dan tidak
menguntungkan. Maka itu Arjuna, tempuhlah jalan dengan tindakan
tanpa pambrih, karena buah tindakanmu tidak ada di bawah
penguasaanmu. Oleh sebab itu bertindaklah, dan jangan
menginginkan buah dari tindakanmu. Berbuatlah karma yang baik
agar kau mendapatkan pahala yang besar dan jangan kecewakan
karmamu karena kau tak akan mendapatkan hasilnya.
Krishna : Siapapun ingin bertindak Arjuna, karena hidup ini tidak mungkin
tanpa tindakan. Kau harus berbuat sesuatu, kau akan makan atau
tidak makan, kau memberi makan yang lapar atau tidak memberi,
kau ingin berperang atau tidak. Kau hanya mempunyai satu pilihan
Arjuna, yaitu kau lakukan sesuatu atau tidak. Tapi hasilnya bukan di
bawah pengendalianmu Arjuna, bukan di bawah kekuasaanmu.
Batas tujuanmu yang benar pada pilihan ini ialah bahwa kau akan
15
berperang atau tidak. Tapi akibat dari perang ini bukan berada
ditanganmu. Bahkan jika kau inginkan kemenangan, kemenangan itu
tak perlu menjadi milikmu. Mungkin kau akan dikalahkan, tapi jika
kau tidak tergila-gila akan kemenangan kau bahkan tidak takut akan
kekalahan. Jika kau berpikir bahwa kau mungkin menang atau kalah,
kau berperang karena perang itu adalah tugasmu. Maka pertanyaan
untuk kebahagiaan dalam kemenangan dan untuk merasa sedih
dalam suatu kekalahan bahkan tidak akan timbul. Mereka yang tidak
bahagia dengan kemenangan dan tidak sedih dengan kekalahan
disebut yang tidak gentar. Dari itu Arjuna jangan kau menginginkan
buah yang baik. Lakukan saja apa yang dibawah penguasaanmu.
Artinya lakukan saja tugasmu. Inilah filsafat dari suatu tindakan,
inilah filsafat, camkan rahasia ini Arjuna, bahwa kau mempunyai
pilihan untuk berbuat dan tidak berbuat tapi pada akhir tindakan itu
batas hak kemanusiaan itu akan berakhir. Tindakan manusia berada
dibawah penguasaannya. Kau adalah pemanah terbaik tapi jika
arahmu bimbang kau pasti akan kehilangan sasaran yang kau bidik.
Kau berhak untuk membidikkan panahmu, kau berhak atas
penglihatanmu tapi kau tidak berhak atas kijang yang kau bidik
dengan anak panahmu itu. Hai... Dananjaya, janganlah kau sekali-
kali melanggar batas-batas hakmu. Artinya yakinlah atas tindakanmu
Arjuna, yakinlah! Karena ketangkasan tindakanmu adalah yoga.
Krishna : Akan ku jelaskan padamu. Arti yoga tindakan adalah kemahiran atas
penguasaan. Penguasaan tindakan adalah penghapus hayalan,
bebas dari hayalan, untuk tetap tidak terpengaruh oleh
keberhasilan atau kegagalan itulah penguasaan tindakan. Yoga
adalah ketenangan, tapi karma adalah perbuatan. Karena itu ikutlah
kedalam yoga maka kau akan tenang dan tentram.
Drestarata : Sanjaya...Sanjaya.
Sanjaya : Aku hanya seorang pengamat dan tafsiranku bukan berada dalam
kesetiaanku. Aku hanya melaksanakan tanggung jawabku.
Arjuna : Apa arti tidur dan terjaga? Serta siang dan malam?
Krishna : Aku tidak berbicara tentang siang dan malam Arjuna! Aku hanya
berbicara tentang tidur dan terjaga. Orang biasa menghabiskan
waktu terjaganya untuk mendapatkan dan menikmati sesuatu itu
sasaran upaya kesadarannya. Jika ia lapar maka ia ingin makan, jika
ia haus ia membutuhkan air, dan jika ia ingin melindungi dirinya
dari cuaca ia ingin rumah, cara berpikirnya berdasarkan pokok. Tapi
pertapa atau orang yang tak tergoyahkan berpikir seimbang, ia
memandang jauh dari batas lapar dan haus pribadinya, ia tidak
berpikir tentang buah yang jatuh dari pohon, ia berpikir tentang
pohonnya ia berpikir tentang hutannya. Manusia biasa ingin kayu
untuk api maka ia akan terus menebang pohon-pohon itu sampai
seluruh hutan hancur, tapi pertapa bahkan tidak pernah berpikir
tentang hasil dan buahnya, ia berpikir tentang pentingya hutan-hutan
itu, ia juga berpikir hubungan hutan itu dengan musim. Dan itu
Arjuna, siang hari bagi manusia biasa adalah malam bagi pertapa
karena ia telah melampui batas kemampuan orang biasa dan malam
hari bagi seorang manusia biasa adalah siang bagi pertapa, karena
hanya dengan ketenangan matahari kesadarannya timbul Arjuna.
Bagi seorang pertapa ada masalah-masalah, ada juga pemecahan
masalah-masalah itu dan inilah yang membedakannya dari manusia
biasa. Jika manusia lupa akan tugasnya ia tak akan berhasil dalam
perjalanannya, kekalahan akan selalu membayanginya dan ia tak
akan mencapai tujuannya. Arjuna, kebenaran tidak terjangkau oleh
kemampuan indria, bukan seorang pertapa tidak merasa lapar, ia
merasakan tetapi ia tidak perdulikan kelaparan itu dan berpikir apa
obat lapar itu. Maka itu siang hari bagi orang biasa malam bagi
pertapa dan orang yang menyelamatkan dirinya dari malam hari
orang biasa dialah yang tak tergoyahkan. Manusia biasa seperti
sungai-sungai yang selalu mengalir dalam kegelisahan tapi mereka
tidak menyadari akan tujuannya, mereka terus mengalir tanpa
kesadaran karena mereka berpikir bahwa mengalir adalah tindakan
mereka, mereka mengosongkan semua air dan semua tindakan
mereka kedalam samudra yang luas, namun lautan itu walaupun
demikian tidak melampui batas-batas pantainya, seperti halnya
sungai-sungai hawa nafsu selalu menghanyutkan orang biasa, tapi
ketika sampai pada seorang pertapa mereka menyerap air itu dan
tidak pernah bisa melampui batasnya. Kau juga menjadi sebuah
lautan, lautan adalah pertapa, orang yang berpengetahuan, dan kau
juga berpengetahuan karena itu adalah yang terbaik.
Krishna : Jika manusia tidak merasa berdosa mengapa lari dari kenyataan?
Dan jika ia bisa menghilhami yoga mengapa ia merasa dirinya
lemah? Wahai Arjuna, ada dua macam manusia didunia ini: yang
egois dan yang tidak egois. Mereka-mereka yang egois mencari
Tuhan dalam diri mereka sendiri, dalam diri mereka. Sadangkan
yang tidak egois mereka keluar dari dirinya dan mencoba mencari
Tuhan mereka itu. Tapi tak ada pelarian dari suatu tindakan karena
mencari diri mereka sendiri adalah juga merupakan suatu tindakan.
Maka Arjuna, hanya ada dua jalan ini: Filsafat Pengetahuan dan
Filsafat Tindakan.
Sanjaya : Maharaja, pada titik tertentu suara Krishna kedengarannya agak lain
seperti bukan dia sendiri yang sedang bicara.
Sanjaya : Maharaja, aku tidak tahu apakah Arjuna mengerti? Tetapi tidak ada
orang lain selain Bhatara Narayana yang dapat bicara seperti itu.
Tidak ada orang lain yang dapat berkata bahwa dalam ke tiga dunia
tidak ada sesuatu yang tidak ia dapat capai jika ia ingin
mencapainya. Ia berkata bahwa tidak ada perbuatannya yang tidak
bernilai, tetapi tetap saja ia lakukan tugasnya. Jika ia ingin
melakukan tugasnya, ia mengambil sendiri sebagai contoh bahwa
seluruh dunia akan berhenti melakukan tugasnya. Seluruh
masyarakat akan musnah dan ia harus bertanggung jawab atas
kehancuran dunia ini.
Drestarata : Sanjaya, ini tidak dapat dikatakan oleh orang biasa atau luar biasa.
Seandainya kata-kata ini diucapkan oleh seorang Brahma Rsi, kata-
kata itu dapat berarti pamer keakuan.
keakuan.
Sanjaya : Aku dapat menjawab pertanyaan ini Maharaja. Tetapi tentang masa
depan diluar kuasaku, jika Yang Kuasa menghendaki bahwa orang
harus mengetahui masa depan, maka Ia akan beri kekuasaan itu,
karena itulah hadirkanlah masa depanmu untuk muncul dari masa
kini. Masa penantian ini adalah yang terbaik bagimu.
Drestarata : Mungkin, apa yang kau katakan adalah benar. Mungkin juga aku
mengetahui akibatnya dari peperangan yang akan terjadi ini, namun
aku tetap berharap akibat perang ini tidak akan menjadi apa yang
mereka harapkan. Sampai kemarin aku terus berpikir, aku ayah dari
seratus putra, maka aku tidak akan pernah sendiri, tidak akan. Akan
tetapi, aku akan sendiri Sanjaya. Maka itu biarkan aku memegang
jari jemarimu sebagai mata, bawa aku ke Kurusetra.
Krishna : Karma adalah perbuatan baik dan buruk. Jika manusia berbuat baik
dan berbakti itulah karma. Karma itu ada dimana-mana. Hai Bharata,
orang bodoh pun melakukan tugasnya, tetapi dengan cara
mementingkan dirinya sendiri. Tindakan dari orang yang pandai
tidak bersifat egois. Artinya untuk tetap mantap bagi keseimbangan
dunia ini, untuk kebajikan masyarakat. Dari itu Arjuna, jangan kau
menyalahkan dirimu sendiri. Tunjukkan padaku berperanglah untuk
keadilan. Kematian dalam tugasmu menjadi bermanfaat walaupun
kau membunuh gurumu, kakekmu, saudaramu, dan siapapun yang
menjadi musuhmu dalam perang itu dan kau tidak berbuat dosa,
sebab melakukan tugas bukanlah suatu dosa, melakukan tugas
bukanlah dosa Arjuna. Jika mereka pertaruhkan nyawa-nyawa
mereka di medan perang kematian itu bertuah, dan jika kau
pertaruhkan hidupmu kematianmu pun bertuah. Dari itu Arjuna,
berperanglah karena jalan keadilan tidak akan menjadi jalan dosa.
Krishna : Hawa nafsunyalah yang memaksanya Arjuna, sifat egois yang tidak
berguna itulah yang memaksanya, ikatan pada keinginan
membuatnya melakukan dosa, kenalilah musuh-musuhmu ini
Arjuna. Tepatnya seperti asap meliputi api, debu memudarkan
cermin, atau selaput meliputi janin, bagai hawa nafsu membalut
kesadaran. Kau harus dengarkan ini, nafsu akan membawa
kemenangan jika manusia berbuat baik dan tidak mundur dari
kebenaran tapi dapat juga menjatuhkan yang sombong. Bara hawa
nafsu menghancurkan pengetahuan, maka itu merupakan musuh
orang pandai. Hai Arjuna, bersihkan cermin itu, matikanlah nyala
api itu, dan kendalikanlah indriamu, bunuh penghancur pengetahuan
dan akal budhi, api itu memang berbahaya tapi api juga ada
gunanya, jika manusia tak dikejar nafsu tak akan menyurut api
peperangan. Arjuna, indria lebih tinggi daripada yang tanpa hidup,
dan pikiran lebih mulia dari indria, orang pandai lebih mulia dari
pikiran, dan jiwa lebih mulia dari kepandaian. Maka renungkanlah
tentang jiwa, cobalah renungkan untuk muncul lebih tinggi dari
tubuh, indria, pikiran dan kepandaian. Arjuna, kau adalah
penganutku dan juga kawanku. Maka dari itu aku menjelaskan
filsafat ini yang telah lama tersembunyi. Dari saat awal penciptaan
alam Aku telah memberikannya kepada matahari, matahari telah
memberikannya pada Manu, dan dari Manu sampai pada keturunan
Isvaku.
Arjuna : Pada Matahari? Kau memberi filsafat ini pada matahari? Tapi
Kesawa, kau dilahirkan pada zaman sekarang ini dan Bhatara Surya
adalah purba. Bagaimana ku terima bahwa kau telah memberi
filsafat itu kepada matahari? Jelaskanlah!
Krishna : Kita semua tak dapat menentukan, semua ada di tangan Yang Kuasa.
Sebagai pesuruh kita hanya melaksanakan apapun yang telah
diperintahkannya. Arjuna, telah ada banyak kelahiran bagiku dan
bagimu, aku ingat semua kelahiran itu, tapi kau tidak mengingatnya.
Hai pemberani, Aku adalah yang tak terlahirkan, tak terhancurkan
dan penguasa semua makhluk hidup, tapi aku telah
mengesampingkan sifat-sifat dasarku dan telah Ku tunjukan diri Ku
dengan hayalan filsafatKu. Dharma adalah kemenangan, jika
manusia hanya memikirkan segala sesuatu tentang kebaikan,
keburukan menjatuhkan segalanya. Karena itu janganlah lupa
Arjuna, akan semua yang menjadi kewajiban, kewajiban yang harus
dilaksanakan, Janganlah hal itu disepelekan. Arjuna, Aku
memutuskan, Aku datang, bila mana keadilan dipertaruhkan Aku
pasti datang, bila ketidakadilan makin meningkat Aku akan datang,
untuk melindungi yang baik Aku datang, untuk menghancurkan
yang buruk Aku datang, Aku datang untuk menentukan keadilan,
Aku dilahirkan dari zaman ke zaman.
Arjuna : Apakah seharusnya aku tidak marah pada saat Drupadi ditelanjangi?
Krishna : Keputusan ini harus kau ambil Arjuna. Tapi peristiwa penelanjangan
Drupadi bukan hanya masalah pribadimu, masyarakat yang tetap
tinggal diam dengan ditelanjanginya Drupadi, pasti tak dapat
menyelamatkan kehormatan seorang wanita biasa. Peristiwa
penelanjangan Drupadi adalah merupakan masalah kemasyarakatan,
dan itu adalah merupakan tugasmu Arjuna, adalah tugasmu.
Tugasmu untuk berperang menghancurkan kekuatan yang dapat
melakukan penelanjangan, seperti peristiwa yang dialami Drupadi.
Kekuatan itu adalah musuh terbesar masyarakat, dan sekarang
orang-orang hebat yang memiliki kekuatan itu telah datang untuk
berperang, maka jangan kau ragu untuk menghadapi mereka.
Bebaskan dirimu dari belenggu kemarahan dan keinginan pribadi
Arjuna dan bertempurlah demi kebaikan rakyat, karena ini adalah
kewajibanmu. Lihatlah padaKu, atas dasar sifat-sifat dan tindakan-
tindakan khusus Aku telah menciptakan masyarakat, tapi Aku sama
sekali tidak pernah merindukan buah ciptaan ini. Namun, biarpun
sebagai pencipta aku bukan pencipta. Dan ia yang mengetahui
rahasia ini tak akan pernah terbelenggu oleh tindakannya. Tak ada
sesuatu yang harus didiamkan, jika tindakan musuh didiamkan
artinya kita manusia yang lemah dan karma tidak menerima hal itu.
Aku tidak inginkan buah tindakanku, maka tindakan itu tak dapat
menodaiku, kau juga harus melakukan tindakan Arjuna, tapi
tindakan yang tidak bersifat mementingkan diri sendiri yang tak
berguna. Arjuna, camkan perbedaan antara tindakan yang benar dan
yang salah.
Arjuna : Apakah perbedaan tindakan yang benar dan tindakan yang salah
Kesawa?
Krishna : Orang mengartikan kata korban itu dengan pengertian yang berbeda
Arjuna. Bagi beberapa orang korban adalah bentuk Sang Pencipta,
bagi mereka semuanya adalah Sang Pencipta. Beberapa orang
melakukan korban untuk menyenangkan Dewata. Bagi mereka
memuja adalah korban. Ada juga yang menyebut menunggalkan
jiwa ke dalam Yang Kuasa adalah korban. Seperti korban-korban
ini, persembahan juga mempunyai bentuk yang berbeda-beda, ada
yang mempersembahkan kekayaan, adapula perbuatan, tapi dalam
kenyataannya ada 4 (empat) macam korban, pertama korban materi:
korban yang berupa bahan-bahan yang dipakai untuk kebaikan
masyarakat, artinya korban ini untuk rakyat. Kedua korban tapa
berata: jika orang membuat hidupnya menjadi tapa berata, maka
hidupnya menjadi korban tapa berata. Arjuna, untuk melakukan
sebuah tugas juga korban, tugas ini bukannya terkungkung oleh satu
aliran, tugas ini dihormati dan berguna bagi perorangan dan
masyarakat. Yang ketiga adalah Yoga: dalam korban ini upayanya
adalah perenungan. Orang menempuh jalan perenungan dan juga
bersemadi. Dia mempersembahkan seluruh nafas dan hidupnya.
Korban keempat : ilmu pengetahuan. Sesungguhnya keempat korban
ini sama pentingya. Namun, korban ilmu pengetahuan yang paling
tinggi, karena hal itulah yang membantu membedakan yang baik dan
yang buruk, dan dengan membakar segala perbuatan ke dalam bara
api membuatnya murni dan bertuah. Ilmu pengetahuan adalah
merupakan intisari untuk mengangkat perbuatan, dan hanya ilmu
pengetahuan akan membebaskanmu dari belenggu keinginan.
25
Arjuna, lautan dosa ini hanya dapat disebrangi oleh perahu ilmu
pengetahuan.
Krishna : Jika kau memandu janganlah ragu, karena hidup adalah merupakan
titipan. Melakukan tugas mulia adalah tujuan hidup, jika takut kau
bukan pahlawan. Kau juga harus mendayung perahu pengetahuan
dan menyeberangi lautan dosa dan juga mengerti bahwa ketika api
pengetahuan disulut, maka semuanya akan musnah, seperti api
pengetahuan membakar habis hasrat akan hasil perbuatan dan
kemarahan yang membara karena ketidakmampuan mendapatkan
buah dan keinginan yang terdorong oleh amarah. Arjuna, ingatlah
selalu akan petuah ini! bahwa diseluruh dunia tidak ada yang
semulia pengetahuan, tidak juga filsafat kehidupan. Pengetahuan
adalah yang termulia. Tunanetra memiliki perasaan, dapat
merasakan apa yang terjadi, manusia harus melakukan tugasnya dan
pengetahuan tidak boleh didiamkan. Orang yang bodoh tidak
memiliki kepercayaan serta selalu merasa cemas dan takut akan
kehancuran dan tidak bahagia dalam hidupnya dan mereka tidak
mendapatkan kedamaian dunia dan akhirat. Maka itu Arjuna,
tinggalkan keraguan dan bangkitkan kesadaran suci dalam dirimu.
Jadilah orang terpelajar dan berjanjilah untuk hidup dalam gelimang
ilmu pengetahuan dan juga kesucian.
Arjuna : Bagaimana caranya kau tahu tentang kesucian dan filsafat hidup?
Sanjaya : Basudeva bicara tentang dua mata, dua telinga, dua lubang hidung,
mulut dan bagian tubuh untuk pembuangan, dan bagian tubuh untuk
melahirkan. Arti kata-katanya ialah jiwa seseorang yang
melaksanakan tindakan tanpa kepentingan dirinya dapat
mendiami jasmani dengan bahagia, karena jiwa tidak dapat
tinggal tenang dalam tubuh yang diliputi oleh hawa nafsu.
Drestarata : Mari kita tinjau lebih jauh, rumah dengan sembilan pintu.
27
Krishna : Semoga dunia ini atau lainnya yang merupakan hasil suatu karya
yang baik tidak akan pernah hacur. Hai putra Kunti, pusatkanlah
pikiranmu dan bergantunglah padaKu melakukan yoga. Kau akan
menerima ilmuKu dengan lengkap dan pasti. Hai Dananjaya, Aku
adalah merupakan kebenaran terakhir. Akulah yang mengikat
seluruh alam ini bagai seuntai kalung manik-manik. Hai putra Kunti.
Aku adalah cairan dalam air. Akulah cahaya bulan dan juga cahaya
matahari. Aku adalah nyanyian suci dalam kitab suci Veda. Aku
adalah bau alami bumi. Aku adalah nyalanya api. Aku hidup dalam
kehidupan. Aku penebus dosa tapa berata. Hai Arjuna, Aku adalah
benih awal. Aku otak cendikiawan. Akulah masyurnya yang
termasyur. Dalam kekuatan Aku kekuatan tanpa nafsu. Dan
Akulah nafsu yang menghentikan jika mereka menentang dharma.
Aku ada Arjuna dalam diri setiap orang. Namun, Aku berada diluar
setiap orang. Hai Arjuna, Aku mengetahui seluruh kehidupan, dari
kehidupan masa lalu, kehidupan masa kini hingga kehidupan masa
yang akan datang, tapi tak seorang pun yang mengetahui. Aku
adalah bapak dunia ini, ibu dan juga pengasuh. Aku adalah Reg.
Veda dan juga Sama Veda. Aku adalah tuan dan juga budak. Aku
pencipta dan juga pemusnah. Aku mendukung setiap orang Arjuna.
Aku adalah segalanya, segalanya. Aku adalah panas dan juga
hujan. Arjuna, Aku benih dunia yang tak termusnahkan. Aku adalah
sahabat semua orang, tapi Aku sejajar dengan yang lainnya. Aku tak
mencintai siapapun juga membenci. Bagi mereka yang
memujaKu, mereka ada di dalamKu, dan Aku berada dalam
29
Arjuna : Krishna, Kau Dewata agung. Sang pencipta. Kau kekekalan. DiriMu
adalah perwujudan Yang Maha Tahu. Giridara, hanya Kau yang
mengetahui tentang diriMu. Oh Giamurti, mutiara kebijaksanaan,
bagaimana aku mengenalMu? Bagaimana aku mengetahuiMu?
Katakanlah padaku!
Krishna : Hai putra Kunti, tidak ada akhir sama sekali dari rincianKu. Aku
adalah jiwa semua makhluk hidup, semuanya. Bagai bunga
memerlukan air, maka manusia memerlukan penasehat yang
memberikan pengarahan yang benar agar dapat mencapai tujuannya.
Hai Arjuna, Aku adalah permulaan, pertengahan dan juga akhir dari
segalanya. Aku wisnu diantara leluhur. Mariji diantara marus.
Dalam tata surya Aku matahari, juga bulan. Aku adalah
pelindungmu Arjuna, dan Akulah sungai yang memberi air, agar
semua umat dapat menikmati, itulah yang disebut Veda dan
kewajiban. Diantara Veda Aku Sama Veda. Diantara para dewa Aku
Bhatara Indra, Akulah Bhatara Indra. Diantara Rudra Aku Sangkera.
Diantara manusia setengah dewa Aku Kubera. Diantara Pasus Aku
Api. Diantara gunung Aku Semeru. Diantara pendeta Aku
Bhrahaspati. Diantara pemimpin Aku Kartikeya. Antara air Aku
lautan. Diantara para pembicara Aku adalah Omkara. Antara yajna
Aku Jayayajna. Diantara hariga Aku Himalaya. Diantara pohon Aku
manusia. Antara Dewa Risi Aku Narada. Diantara gandarwa Aku
Citrarata. Antara Sida Aku manikapila. Hai pahlawan, diantara kuda
Aku Usassrawa yang lahir jauh dari kenikmatan. Diantara gajah Aku
Airawata. Diantara manusia Aku Narapati. Diantara senjata Aku
Wajra. Diantara sapi Aku Kamandenu. Diantara ular kobra Aku
adalah Seisanaga. Bagai matahari yang memberikan sinar dan panas,
dan rembulan memberikan ketenangan, dimalam saat dingin
menusuk tulang, itulah yang disebut kesabaran. Diantara roh jahat
Aku Prahlada. Diantara naksa Aku Kala. Diantara binatang Aku
Singa. Diantara burung Aku Garuda kendaraan Wisnu. Hai
Dananjaya, diantara pengguna senjata Akulah Rama. Diantara
sampah Aku Busa. Aku adalah waktu yang kekal Arjuna. Aku yang
dapat menentukan kematian mereka, dan Aku dapat mengetahui
kelahiran masa depan mereka. Dan ketahuilah Arjuna bahwasannya,
tak ada awal bagi mereka yang tak berawal. Segala sesuatu
memerlukan kesabaran, tapi kepedihan tak boleh ditahan, bagai
luka yang tak mudah disembuhkan, hanya memperpanjang
penderitaan. Diantara wanita Aku Kirti, Sriwarga, Semurti, Maeda
dan juga Shama. Dari musim Aku Rituraja. Diantara cendikiawan
Aku yang terpandai. Aku kematian, kemenangan, dan juga upaya.
Diantara yadaya Aku Wasudewa. Diantara pandawa Aku Arjuna.
Diantara pertapa Aku Wyasa. Dan diantara penyair Aku
Sangkaracarya. Aku bagaikan burung garuda, penolong dalam
menumpas kejahatan, punggungku adalah milik Arjuna, pahlawan
perkasa di medan perang. Aku adalah benih pencipta Arjuna, seluruh
benda hidup dan tidak hidup, tidak akan bisa ada tanpa Aku. Aku
adalah pemberi nafas dan pemberi hidup.
Krishna : Arjuna yang tak berdosa, dengan matamu ini belumlah cukup untuk
dapat melihat wujudKu, untuk ini kau harus punya mata kesucian.
Wahai sepasang mata yang lemah, pandanglah Aku dengan tajam,
Aku adalah segalanya untukmu, jalanilah hidup ini, kewajiban dan
karma jangan kau lupakan.
Arjuna : Kau adalah dewa penyelamat yang selalu ku sayangi, dan diriku ini
adalah hambamu, hidupku adalah juga hidupMu. Kau punya
kekuatan yang sangat dahsyat. Dewata, aku merasa bahagia karena
aku dapat menyaksikan suatu keajaiban yang belum pernah aku
saksikan. Tapi oh dewata, aku merasa takut. Yang Maha Kuasa aku
mohon padaMu, kembalilah pada wujudMu semula, kembalilah!
Drestarata : Aku kira tidak perlu menunjukkan nasibku yang buruk Sanjaya.
Katakan saja apa yang terjadi?
Krishna : Hai putra Kunti, antara teman, ayah dan putra, Yang Kuasa dan
pemujaNya, tidak ada permohonan maaf diantara mereka,
dasar hubungan ini adalah kasih sayang, kepercayaan, dan
pengabdian. Hidup ini jangan disia-siakan, jalankan tugas sesuai
dengan yang ditakdirkan, tugas adalah tugas yang tak boleh
dilupakan, harus ingat pula tentang karma dan kewajiban. Yogi
terbaik adalah seseorang yang memusatkan pikirannya padaKu, dan
yang menempatkan pikirannya padaKu, yang lenyap dalam diriKu,
dan yang memujaKu dengan kepercayaan penuh. Maka itu Arjuna,
memujaKu adalah yang terbaik, pemujaKu tidak akan pernah merasa
bimbang. Dengarkan Aku Arjuna, dunia penuh dengan kotoran dan
dosa, jika kau berbuat karma yang baik, kau akan bangga dan rakyat
gembira, dan kau tak dikejar kerisauan. Arjuna, dunia ini ibarat
pohon Bippala, yang akarnya di atas dan rantingnya berada di
bawah, kitab Veda merupakan daunnya, bagi mereka yang
memahami tentang ayat Veda akan mengerti, bahwa cabang-cabang
pohon semua telah menyebar, menyebar keempat penjuru dunia,
yang mana telah ditempa, oleh tiga sifat alam: sato guna, raja guna
dan tapa guna. Akar-akarnya menyebar luas kedalam kehidupan
seluruh umat manusia, pemahaman akan arti hakekat pohon ini,
tidak mungkin terjadi di bumi ini, karena tidak ada satu manusia pun
yang dapat melihat awal, akhir, apa dan dimana sandarannya. Tapi
manusia dapat menebang pohon dunia ini dengan kapak
penyangkalan diri, dapat mencapai kedudukan yang tertinggi, yang
mana dia tak harus kembali lagi. Arjuna, penyangkalan diri adalah
nama lain dari pembuangan hak egoisme. Jika kau ingin berpikir,
maka pikirkanlah hanya Aku saja. Jika kau ingin memuja, pujalah
Aku. Dan percayakanlah dirimu hanya kepada diriKu saja Arjuna.
Datanglah keperlindunganKu, Aku akan membebaskanmu dari dosa.
Jika kau ingin dipuja, laksanakan tugasmu dengan baik. Tapi jika
kau ingin dihina, tinggalkan saja medan pertempuran. Jika kau
inginkan kemenangan, bertempurlah sampai selesai. Jika kau
menuruti nasehatKu, kau akan puas dan Aku pun bangga.
Pusatkanlah pikiranmu padaKu, jadilah pemujaKu, hormatilah
diriKu Arjuna. Jika kau melakukan ini maka Aku sangat yakin, kau
pasti dapat mencapai diriKu sepenuhnya. Bebaskanlah tugasmu
seluruhnya, dan datanglah keperlindunganKu, karena Aku akan
membebaskan seluruh dosa-dosamu, maka janganlah kau berduka
Arjuna, janganlah berduka. PemujaKu, penganutKu, Akulah karma,
yoga, pati, dan pengetahuan, semua adalah sasaran utamaKu. Seperti
ahli filsafat yang tak menginginkan apapun. Janganlah resah Arjuna,
janganlah resah, percayalah padaKu. Hai Satria, ambillah
gandewamu dan bertempurlah.
Drestarata : Berarti, kini akan terjadi perang. Oh Sanjaya, aku telah mengetahui
akibat dari peperangan ini. Karena itu, jika kau ingin pergi, maka
kau boleh pergi. Sejak aku tak mempunyai kereta, apa gunanya
seorang kusir kereta.
Sanjaya : Jika ini adalah titah Yang Mulia, sudah seharusnya aku taati. Tetapi
aku tak ingin meninggalkan Yang Mulia
Drestarata : Jika kau masih ingin melayaniku, layanilah dengan tulus! Tetaplah
menceritakan siapa yang paling dahulu terkena oleh panah Arjuna.
Ceritakan bagaimana keadaan putraku, untuk tetap mempertahankan
hidup mereka. Apakah perang sudah mulai Sanjaya? Putraku
Duryodana pasti bersemangat untuk bertempur.
Sanjaya : Dia bersemangat karena tak menyadari, akibat dari peperangan yang
terjadi.
Sanjaya : Seandainya Yang Mulia tidak buta, apakah Yang Mulia akan ikut
dalam peperangan ini?
33
Sanjaya : Jika Yang Mulia mengetahui hal ini. Mengapa Yang Mulia tak
menghentikannya.
Duryodana : Kakek, berapa lama kita menunggu terjadinya perang, aku sudah
bosan.
Duryodana : Kalau begitu, siapa yang kau tunggu? Mengapa belum juga kau
bunyikan sangkakala?
Bhisma : Jika kedua pasukan telah siap untuk berperang satu sama lain di
medan perang, maka perang dapat dipastikan. Jika satria gagah
berani, sampai di medan perang mereka akan meraih kemenangan
atau mengorbankan jiwa mereka. Hal ini akan terjadi dalam
peperangan ini. Tetapi kini, tanpa mengejapkan mata sedikit pun,
tanpa berkedip pandanglah ke arah pusat medan perang, ini
kesempatan untuk menyaksikan pemandangan yang luar biasa. Kusir
kereta seperti Krishna, dan satria seperti Arjuna, adalah ketidak
beruntungan kita, karena tak dapat mendengarkan apa yang mereka
bicarakan. Anakku, jika hembusan angin, bisa membawa sepatah
kata saja dari perbincangan itu, maka akan aku berikan semua akibat
terbaik, dari semua kebaikanku. Namun, aku sedih bahwa aku
Bhisma. Aku sepertinya ingin bertanya kepada Sang Pencipta,
mengapa aku Bhisma? Mengapa aku bukan Arjuna?
Bhisma : Aku sedang menunggu diriku sendiri. Perang ini bagiku tidak lebih
dari pertentangan bhatin, karena itu biarkan aku menunggu saat yang
tepat untuk mulai perang.
Bhisma : Dipihak mana aku berdiri, aku tak dapat melihat waktu yang begitu
berharga.
KEUTAMAAN DAMA
menyebabkan orang sadar, sanggup menasehati diri sendiri; itu lebih utama dari Dana,
yang dinamai dana itu membawa pahala nama harum dan kedudukan tinggi mulia:
namun dana itu kalah dengan dama sebab orang yang dermawan, yaitu orang yang
melakukan pemberian sedekah (dana) dapat terjadi ia tidak mempunyai dama, sehingga
dapat dipengaruhi oleh kemarahan dan lain sabagainya. Akan tetapi, orang yang
memiliki dama, ketenangan hati niscaya ia tidak tersesat. Karena senantiasa SADAR,
oleh karena itu lebih utama Dama daripada DANA.
Dan lagi, bukan orang yang tubuhnya basah karena dibasuh dengan air, disebut
mandi, melainkan orang yang disebut sungguh-sungguh mandi , sebenarnya adalah
orang yang memiliki Dama, yang juga disebut Danta (suci), orang yang demikian
itulah benar-benar mandi menurut kata Sang Pandita. Suci bersih lahir batin adalah
karma pala namanya, yaitu pengendalian diri (hawa nafsu) yang sepuluh banyaknya
yang patut dilaksanakan, perinciannya: gerak pikiran tiga banyaknya, perilaku
perkataan empat jumlahnya, gerak tindakan tiga banyaknya. Jadi, sepuluh banyaknya
perbuatan yang timbul dari geraka badan, perkataan, dan pikiran itulah patut
diperhatikan.
Tindakan dari gerak pikiran terlebih dahulu akan dibicarakan, tiga banyaknya:
Tidak ingin dan dengki pada kepunyaan orang lain, tidak bersikap gemas kepada segala
makhluk, percaya akan kebenaran ajaran karma pala; itulah perilaku pikiran yang
merupakan pengendalian Hawa Nafsu.
Inilah yang tidak patut timbul dari kata-kata empat banyaknya yaitu: perkataan
jahat, perkataan kasar, menghardik, perkataan mempitnah, perkataan bohong (tidak
dapat dipercaya) . itulah keempat yang harus disingkirkan dari perkataan, jangan
diucapkan, jangan dipikir-pikir akan diucapkan.
Inilah yang tidak patut dilakukan: membunuh, mencuri, berbuat Zina. Ketiganya
itu jangan hendaknya dilakukan terhadap siapapun, baik secara berolok-olok, bersenda
gurau, baik dalam keadaan dirundung malang, keadaan darurat, dalam khayalan
sekalipun hendaknya dihindari saja ketiganya itu.
Pengendalian diri sebelum bicara, pikir terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu,
tanya diri kita, siapa saya? bagaimana saya? kemana saya? Setelah sadar baru bertindak
dengan dasar di atas kebenaran.
Beginilah Danta (orang yang memiliki sifat dama), ia tidak bohong, tidak
bergirang hati jika mengalami kesenangan, tidak bersedih hati sekalipun tertimpa
kedukaan mendalam, pengetahuannya tentang filsafat sanggup menasehati dirinya
sendiri karena memiliki Dama disebut Danta.
Inilah lagi akan diuraikan, nafsu yang dianggap penyebab sorga ataupun neraka.
Keterangnnya, jika nafsu itu dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan SORGA
namanya. Apabila tidak dapat dikuasai pengekangannya itulah merupakan NERAKA.
Pengekangan dari nafsu itu pahalanya adalah Dirga Yusa (panjang umur),
tingkah laku baik, kuat pada yoga, kesaktian, kemasyuran, atau nama harum, dharma,
artha itulah yang akan diperoleh sebagai pahala dapat dikuasainya Hawa Nafsu itu.
Nama: