Anda di halaman 1dari 33

LAMPIRAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN


NOMOR 759/KM.1/2010 TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA
STRATEGIS UNIT-UNIT ORGANISASI
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KEUANGAN

-1-
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 Tentang Rencana Strategis


Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, mengamanatkan penyusunan rencana strategis
kepada unit-unit organisasi (Eselon I, Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana
Teknis/UPT) di lingkungan Kementerian Keuangan yang selanjutnya disebut Renstra Unit.

Renstra unit adalah dokumen perencanaan Unit-Unit Organisasi di Lingkungan


Kementerian Keuangan untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai Tahun 2010 sampai
dengan Tahun 2014. Unit-Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian Keuangan
berkewajiban untuk menyusun dokumen ini sebagai platform Unit-Unit Organisasi di
Lingkungan Kementerian Keuangan atas pelaksanaan visi dan misi Kementerian Keuangan
dan akan dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan program dan kegiatannya.

Dalam rangka mempermudah proses penyusunan Renstra dibutuhkan suatu


pedoman yang memuat koridor dan standar format Renstra Unit-Unit Organisasi di
Lingkungan Kementerian Keuangan.

1.2 TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai dengan adanya Pedoman Penyusunan Rencana Strategis
Unit-Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian Keuangan adalah:

a. Memberikan panduan bagi Unit-Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian Keuangan


dalam menyusun Renstra Unit, dan
b. Menstandarkan format baik dari segi cakupan substansi maupun tingkat kedetailan.

1.3 LANDASAN HUKUM

Pedoman Penyusunan Renstra Unit dilandasi berbagai peratuan perundangan antara


lain:

a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional
Pasal 6 ayat (1) “Renstra-KL memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang
disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional dan bersifat indikatif.”;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana Strategis
Kementerian Keuangan 2010-2014.
-2-
1.4 DEFINISI DAN PENGERTIAN

Beberapa definisi dan pengertian yang ada dalam Pedoman Penyusunan Renstra-KL
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disebut RPJM adalah


dokumen perencanaan nasional untuk periode 5 (lima) tahun;
b. Renstra Kementerian Keuangan adalah dokumen perencanaan Kementerian Keuangan
untuk periode 5 (lima) tahun;
c. Renstra Unit adalah dokumen perencanaan Unit-Unit Organisasi di Lingkungan
Kementerian Keuangan untuk periode 5 (lima) tahun;
d. Unit-Unit Organisasi di Lingkungan Kementerian Keuangan adalah Eselon I, Eselon II,
Instansi Vertikal, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT);
e. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan;
f. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi;
g. Strategi adalah cara yang digunakan atau diambil untuk mencapai visi dan misi sesuai
dengan hasil identifikasi kondisi dan permasalahan;
h. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
untuk mencapai Visi dan Misi dan memperoleh alokasi anggaran;
i. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh Unit-unit Organisasi di
Lingkungan Kementerian Keuangan yang meliputi Eselon II, Instansi Vertikal, dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) serta terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan
teknologi, dana, dan/atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumberdaya
tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa;
j. Rencana Aksi adalah langkah atau tindakan strategis yang akan diambil untuk mencapai
target kinerja kegiatan yang telah ditetapkan, yang meliputi rencana aksi yang bersifat
rutin maupun inisiatif baru.
-3-
BAB II
SISTEMATIKA PENULISAN
RENSTRA

2.1 Sistematika Renstra

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Umum
1.2 Potensi dan Permasalahan

BAB II VISI, MISI, dan STRATEGI


2.1 Visi
2.2 Misi
2.3 Strategi

BAB III MATRIK KINERJA


Matrik Kinerja Program, Kegiatan, Dan Rencana Aksi

BAB IV PENUTUP

2.2 Tahap Penyusunan

Berdasarkan sistematika penulisan Renstra tersebut di atas, secara garis besar


penyusunan Renstra dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah I : Persiapan
Langkah II : Penyusunan Visi dan Misi
Langkah III : Identifikasi Kondisi Umum serta Permasalahan
Langkah IV : Penyusunan Strategi
Langkah V : Penyusunan Matrik Kinerja Program, Kegiatan, dan Rencana Aksi
-4-
Diagram Tahap Penyusunan Renstra

IDENTIFIKASI Penyusunan Matrik Kinerja


PENYUSUNAN KONDISI UMUM, PENYUSUNAN Program, Kegiatan, dan
PERSIAPAN VISI DAN MISI POTENSI, DAN STRATEGI Rencana Aksi
PERMASALAHAN

PENYUSUNAN
INDIKATOR KINERJA

Langkah I : Persiapan

Beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh Unit-Unit Organisasi di lingkungan


Kementerian Keuangan dalam proses penyusunan Renstra adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi isu-isu strategis atau pilihan-pilihan strategis yang akan dihadapi dalam
jangka waktu pelaksanaan Renstra,
2. Identifikasi struktur organisasi berserta tugas pokok dan fungsinya sebagai dasar
untuk melihat dan menentukan lingkup kewenangan organisasi, dan
3. Identifikasi data-data dan informasi yang diperlukan sebagai bahan pengambilan
keputusan selama proses penyusunan Renstra.
Contoh:
1. Isu strategis mengenai perubahan struktur organisasi/reorganisasi dan
modernisasi kantor pelayanan.
2. Peraturan mengenai organisasi dan tata kerja.
3. Dokumen Renstra periode sebelumnya.
4. Dokumen Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah.
5. Laporan Keuangan Unit/Satker.

Langkah II : Penyusunan Visi dan Misi

A. Visi

Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai oleh Unit
pada akhir periode perencanaan.

Visi memberikan gambaran konsistensi kinerja Unit selama 5 (lima) tahun


mendatang serta gambaran menyeluruh mengenai peranan dan fungsi suatu
organisasi.

Adapun dalam penentuan Visi perlu untuk mempertimbangkan beberapa


kriteria sebagai berikut:

1. Visi harus dapat memberikan arah pandangan kedepan terkait dengan kinerja
dan peranan organisasi,
-5-
2. Visi harus dapat memberikan gambaran tentang kondisi masa depan yang ingin
diwujudkan oleh organisasi,
3. Visi harus ditetapkan secara rasional, realistis dan mudah dipahami,
4. Visi harus dirumuskan secara singkat, padat dan mudah diingat, dan
5. Visi harus dapat dilaksanakan secara konsisten dalam pencapaian.

B. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan


untuk mewujudkan visi.

Adapun dalam penentuan Misi perlu untuk mempertimbangkan beberapa


kriteria sebagai berikut:
1. Misi harus sejalan dengan upaya pencapaian visi organisasi dan berlaku pada
periode tertentu,
2. Misi harus dapat menggambarkan penjabaran Renstra Unit di atasnya serta
tugas-tugas yang dibebankan oleh Peraturan Perundang-undangan terkait, dan
3. Misi harus dapat menggambarkan tindakan disesuaikan dengan tugas pokok
dan fungsi organisasi.

Visi Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014:

“Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara yang Dipercaya dan Akuntabel
untuk Mewujudkan Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan”

Misi Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014:


a. Misi Fiskal adalah Mengembangkan Kebijakan Fiskal yang Sehat,
Berkelanjutan, Hati-hati (Prudent), dan Bertanggungjawab.
b. Misi Kekayaan Negara adalah Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang
optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien,
dan bertanggungjawab.
c. Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan adalah Mewujudkan industri pasar
modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat
perekonomian nasional yang tangguh dan berdaya saing global.

d. Misi Penguatan Kelembagaan adalah :


i. Membangun dan Mengembangkan Organisasi Berlandaskan Administrasi
Publik Sesuai dengan Tuntutan Masyarakat.
ii. Membangun dan Mengembangkan SDM yang Amanah, Profesional,
Berintegritas Tinggi dan bertanggung jawab.
iii. Membangun dan Mengembangkan Teknologi Informasi Keuangan yang
Modern dan Terintegrasi serta Sarana dan Prasarana Strategis Lainnya.
-6-
Contoh:
UNIT ESELON I
Visi Misi
Ditjen Bea dan Cukai
Menjadi Administrasi Kepabeanan
a. Memungut penerimaan Negara dari sektor perdagangan internasional
dan Cukai dengan Standar
dan cukai.
Internasional
b. Memberikan pelayanan terbaik di bidang kepabeanan dan cukai yang
sederhana dengan berbasis teknologi informasi.
c. Mengembangkan pengawasan yang efektif dalam rangka penegakan
hukum di bidang kepabeanan dan cukai serta perlindungan masyarakat.
d. Mengembangkan institusi kepabeanan dan cukai yang berdaya guna dan
berhasil guna.
e. Mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif bagi pertumbuhan
industri dan investasi.
f. Mengembangkan kerjasama internasional di bidang kepabeanan dan
cukai.
Ditjen Kekayaan Negara
Menjadi Pengelola Kekayaan Negara,
a. Mewujudkan optimalisasi penerimaan, efisiensi pengeluaran dan
Piutang Negara dan Lelang yang
efektivitas pengelolaan kekayaan Negara.
Profesional dan Bertanggung Jawab
untuk sebesar-besar Kemakmuran b. Mengamankan penerimaan Negara secara fisik, administrasi dan hukum.
Rakyat c. Mewujudkan nilai kekayaan Negara yang wajar dan dapat dijadikan acuan
dalam berbagai keperluan.
d. Melaksanakan pengurusan piutang Negara yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
e. Mewujudkan lelang yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, adil dan
kompetitif sebagai instrumen jual beli yang mampu mengakomodasi
kepentingan masyarakat.
Sekretariat Jenderal
Menunjang Tercapainya Pengelola
a. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi
Keuangan dan Kekayaan Negara yang
publik sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Dipercaya dan Akuntabel
b. Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, professional,
berintegritas tinggi dan bertanggung jawab.
c. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang
modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya.
d. Membangun dan mengembangkan tata kelola yang tertib dan handal.
e. Menjamin pelayanan teknis lainnya yang optimal.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan


Menjadi Otoritas Pasar Modal dan
a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi perusahaan dalam memperoleh
Lembaga Keuangan yang Amanah
pembiayaan dan bagi pemodal dalam memilih alternative investasi Pasar
dan Profesional, yang Mampu
Modal dan Jasa Keuangan Non Bank.
Mewujudkan Industri Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan Non Bank b. Mewujudkan Bapepam-LK menjadi lembaga yang melaksanakan tugas
sebagai Penggerak Perekonomian dan fungsinya memegang teguh pada prinsip-prinsip transparansi,
Nasional yang Tangguh dan Berdaya akuntabilitas, independensi, integritas, dan senantiasa mengembangkan
-7-
Saing Global diri menjadi lembaga berstandar internasional.
c. Mewujudkan masyarakat Indonesia yang memahami dan berorientasi
pasar modal dan jasa keuangan non bank dalam membuat keputusan
investasi dan pembiayaan.

Ditjen Pengelolaan Utang


Menjadi Pengelola Utang yang
a. Mewujudkan pengelolaan portofolio utang pemerintah yang efektif,
Mampu Menyediakan Sumber
transparan, dan akuntabel dengan strategi yang mengedepankan
Pembiayaan APBN yang Paling Efisien
peningkatan daya dukung terhadap ketahanan dan kesinambungan fiskal.
dan Aman Melalui Kegiatan
Pengelolaan yang Mengedepankan b. Mewujudkan kemandirian pembiayaan pembangunan nasional melalui
Standar Tata kelola Internasional, pengembangan pasar domestik yang efisien dan stabil.
dengan Mengutamakan Pemanfaatan c. Mewujudkan kerjasama internasional dalam rangka memperoleh sumber
Potensi Pendanaan dari Pasar pembiayaan alternative, sekaligus mendukung stabilitas pasar keuangan
Keuangan Domestik regional.

Ditjen Perimbangan Keuangan


Menjadi Unit Organisasi yang
a. Mewujudkan optimalisasi pendapatan asli daerah melalui pengkajian,
Profesional, Kredibel, Transparan,
supervisi, dan evaluasi kebijakan pajak daerah dan retribusi daerah yang
dan Akuntabel dalam Perumusan dan
konstruktuif, adil, dan selaras dengan kebijakan perpajakan nasional.
Pengelolaan Kebijakan di Bidang
Hubungan Keuangan antara b. Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan transfer
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan ke daerah yang transparan, adil, proporsional, akuntabel, dan demokratis.
Daerah

c. Mewujudkan kebijakan dana dekonsentrasi, dan tugas pembantuan


berdasarkan prinsip keseimbangan, transparansi, dan akuntabilitas.
d. Mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan
pembiayaan daerah.
e. Mewujudkan informasi keuangan daerah yang terpercaya (TRUST:
comleTe, Reliable, Up to date, Secure, and accuraTe)

UNIT ESELON II
Visi Misi
Biro Perencanaan dan Keuangan
Mendukung Tercapainya Perencana
a. Melaksanakan pembinaan dan penyusunan perencanaan dan
dan Pengelola Keuangan yang
penganggaran yang efektif.
Dipercaya dan Akuntabel
b. Melaksanakan pembinaan perbendaharaan secara aktif dan
berkesinambungan.
c. Melaksanakan pembinaan Sistem Akuntansi Instansi dan penyusunan
Laporan Keuangan yang akuntabel dan transparan.

Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan


Terwujudnya Organisasi dan
a. Melakukan analisis organisasi dan tatalaksana berdasarkan kebutuhan
Tatalaksana yang Efisien dan Efektif
dan perkembangan administrasi publik sesuai dengan tuntutan
pada Kementerian Keuangan
masyarakat.
-8-

b. Memberikan saran penyempurnaan organisasi dan tatalaksana kepada


pimpinan di semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan.
c. Memberikan pelayanan dan konsultasi di bidang organisasi dan
tatalaksana kepada semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan.

Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan


Menjadi Penyelenggara Layanan
a. Mewujudkan tata kelola dan layanan TIK yang handal dalam pengelolaan
Terpadu dan Handal di Bidang
sistem informasi keuangan yang dipercaya dan akuntabel.
Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam Rangka Menunjang b. Mewujudkan pemanfaatan layanan TIK yang terpadu dalam pengelolaan
Tercapainya Pengelola Keuangan dan keuangan dan kekayaan Negara yang efisien dan efektif.
Kekayaan Negara yang Dipercaya dan c. Mengembangkan kompetensi SDM di bidang TIK.
Akuntabel
d. Menunjang pengembangan teknologi informasi keuangan yang modern
dan terintegrasi.

Langkah III : Identifikasi Kondisi Umum dan Permasalahan

Setelah Visi dan Misi ditentukan, diperlukan langkah untuk mengidentifikasi kondisi
saat ini serta prakiraan jangka menengah terkait dengan potensi dan permasalahan yang
akan dihadapi dalam mewujudkan visi dan melaksanakan misi.

A. Identifikasi Kondisi Umum

Identifikasi kondisi umum merupakan langkah bagi organisasi untuk


menggambarkan pencapaian-pencapaian yang telah dilaksanakan dalam Renstra
periode sebelumnya serta aspirasi-aspirasi masyarakat terkait dengan pemenuhan
kebutuhan barang publik, layanan publik, dan regulasi dalam lingkup kewenangan
Organisasi.

Bagian kondisi umum yang akan dituangkan dalam dokumen Renstra terdiri
dari:

a. Hasil evaluasi terhadap pencapaian program dan kegiatan.


Evaluasi pencapaian program dan kegiatan didasarkan pada sasaran dan/atau
standar kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra pada periode
sebelumnya.
b. Hasil aspirasi masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan barang publik, layanan
publik, dan regulasi dalam lingkup kewenangan organisasi.
-9-
c. Kondisi umum dapat berisi mengenai:
a. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi.
Contoh:
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tanggal 11 Juli 2008 tentang
Organisasi Tata Kerja Departemen Keuangan jo Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009
tanggal 08 April 2009, DJBC mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi
teknis di bidang kepabeanan dan cukai sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas DJBC menyelanggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang Kepabeanan dan cukai
b. dan seterusnya.

Struktur Organisasi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Direktorat Jenderal
Bea Cukai

Sekretariat Direktorat
Jenderal

Bagian Organisasi Bagian


dan Tata Laksana Keuangan

Direktorat Teknis Direktorat Fasilitas Direktorat Cukai


Kepabeanan Kepabeanan

Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat


Impor dan Ekspor Pembebasan Cukai Hasil Tembakau

Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat


Kualifikasi Barang Fasilitas Pertambangan Aneka Cukai

Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat


Nilai Pabean Kemudahan Impor Pita Cukai dan Tanda
Tujuan Ekspor dan Pelunasan Cukai Lainnya
Tempat Penimbunan
Berikat

Kelompok Jabatan Kelompok Jabatan Kelompok Jabatan


Fungsional Fungsional Fungsional
- 10 -
b. Profil SDM.

Saat ini, DJBC memiliki 10.349 pegawai yang tersebar di seluruh Indonesia, bekerja
di Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Pengawasan dan Pelayanan, Balai Pengujian dan
Identifikasi Barang, Pangkalan Sarana Operasi, Kantor Bantu Layanan dan Pos Pengawasan.
Komposisi pegawai DJBC terdiri atas pegawai laki-laki sejumlah 8.914 orang (86%) dan
pegawai perempuan sejumlah 1.435 (14%).
Secara garis besar komposisi pegawai DJBC per Desember 2009 dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

Tabel
Komposisi Pegawai Berdasarkan Golongan

No. Golongan Total Pegawai


1. Golongan I 4
2. Golongan II 5.190
3. Golongan III 4.937
4. Golongan IV 218
Total 10.349

Tabel
Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan

No. Jabatan Laki-laki Perempuan Total Pegawai


1. Eselon I 1 0 1
2. Eselon II 32 0 32
3. Eselon III 195 7 202
4. Eselon IV 1.943 114 1.057
5. Eselon V 478 60 538
6. PFPD (Fungsional) 160 12 172
7. Penata Komputer 7 3 10
8. Pelaksana 7.098 1.239 8.337
Total 8.914 1.435 10.349

Tabel
Komposisi Pegawai Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Total Pegawai


1. SD 138
2. SLTP 511
3. SLTA 3.634
4. Diploma I dan II 1.507
5. Diploma III 1.206
6. S1/D4 2.568
7. S2 778
8. S3 7
Total 10.349
- 11 -
c. Pencapaian Kinerja/Sasaran dokumen Renstra periode sebelumnya.

Realisasi dan pencapaian target penerimaan bea masuk, PE/bea keluar, dan cukai selama periode Tahun
2005-2009 adalah sebagaimana pada tabel berikut.
Pencapaian Target Penerimaan
Bea Masuk dan PE/Bea Keluar
(dalam miliaran rupiah)
T.A. Bea Masuk PE / Bea Keluar
Target Realisasi Pencapaian Target Realisasi Pencapaian
APBN-P APBN-P
2005 14.646,50 14.920,90 101,87 % 344,80 318,20 92,29 %
2006 13.583,30 12.141,65 89,39 % 418,90 1.091,08 260,46 %
2007 14.417,60 16.699,44 115,83 % 3.042,34 4.238,15 139,31 %
2008 15.820,90 22.761,31 143,87 % 11.158,30 13.546,47 121,40 %
2009* 16.123,50 17.861,13 110,78 % 1.399,60 560,73 40,06 %
)
* Sumber Data Ditjen Perbendaharaan sampai dengan 28 Desember 2009 &
Target Bea Masuk Tidak termasuk Nilai BM DTP Sebesar Rp2 Triliun
Pencapaian Target Penerimaan Cukai
(dalam miliaran rupiah)
T.A. Cukai
Target APBN-P Realisasi Pencapaian
2005 32.244,80 33.256,28 103,14 %
2006 38.522,60 37.772,13 98,05 %
2007 42.034,70 44.627,88 106,17 %
2008 45.717,50 51.251,67 112,11 %
2009* 54.545,00 46.670,31 85,56 %
*) Sumber Data Ditjen Perbendaharaan sampai dengan 28 Desember 2009

Adapun peraturan perundangan di bidang kepabeanan dan cukai yang telah diselesaikan adalah--UU
Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan UU Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan; dan, UU Nomor 39
Tahun 2007 tentang Perubahan UU Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai.

d. Aspirasi masyarakat dari hasil survei.

Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai sarana evaluasi dan monitoring kemajuan
layanan yang telah diberikan oleh DJKN. Hasil aspirasi masyarakat dapat digunakan untuk
meningkatkan kebutuhan barang publik, layanan publik, dan regulasi DJKN. Untuk menjaring aspirasi
masyarakat dilakukan survei kepuasan pengguna jasa.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan di lingkungan Kementerian Keuangan, pada
tahun 2007, Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Universitas Indonesia melakukan survei
opini kepuasan pelanggan. Hasil survei menujukkan bahwa untuk Unit Eselon I DJKN, sebagian besar
responden (67, 90%) menyatakan puas; 22,22% responden menyatakan cukup puas dan 9,88%
menyatakan tidak puas terhadap layanan yang diberikan yang diberikan oleh DJKN.
- 12 -
B. Identifikasi Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permasalahan merupakan langkah bagi organisasi


untuk menganalisis permasalahan, potensi, kelemahan, peluang serta tantangan
jangka menengah dalam lingkup organisasi yang akan dihadapi untuk mewujudkan
visi dan melaksanakan misi organisasi serta penugasan yang diamanatkan oleh
Renstra Kementerian Keuangan yang menjadi lingkup kewenangan organisasi.

Organisasi dapat menganalisis potensi, permasalahan dan tantangan yang akan


dihadapi dengan menganalisis perubahan-perubahan yang akan terjadi pada
lingkungan organisasi baik secara internal maupun eksternal. Hasil evaluasi
pencapaian program, kegiatan, dan rencana aksi organisasi, penjaringan aspirasi
masyarakat, identifikasi potensi, permasalahan dan penyebabnya, serta tantangan
yang akan dihadapi sangat penting untuk menjadi dasar penyusunan strategi.

Contoh:
Potensi dan Permasalahan di bidang Penerimaan Pajak
Dari hasil pelaksanaan program mapping, profiling, dan benchmarking menunjukkan masih
terdapat potensi meningkatkan penerimaan pajak secara signifikan, berupa belum optimalnya tax
coverage ratio, dimana masih banyaknya potensi Wajib Pajak yang belum terdaftar, serta
rendahnya tax compliance Wajib Pajak yang sudah terdaftar. Meningkatnya kepercayaan
masyarakat kepada DJP, antara lain terlihat dari antusias masyarakat dalam mengikuti program
sunset policy, juga merupakan potensi penerimaan pajak.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan perpajakan adalah adanya potential loss
penerimaan perpajakan dalam jangka pendek. Masalah lainnya adalah adanya pembatasan oleh
Undang-Undang Perpajakan dalam pemberian insentif/fasilitas perpajakan. Apabila Undang-
Undang APBN dijadikan dasar pemberian fasilitas perpajakan, permasalahan yang timbul adalah
umur Undang-Undang APBN tersebut yang hanya satu tahun dan sering menimbulkan kontroversi.
Selain itu permasalahan lain adalah perlunya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM, sarana
dan sistem TI yang belum memadai, database pajak masih terbatas karena sumber data eksternal
belum dapat dioptimalkan, penegakan hukum yang masih lemah, serta koordinasi dan harmonisasi
pelaksanaan tugas yang menyangkut administrasi dan peraturan.
- 13 -

Potensi dan Permasalahan di bidang Penerimaan Kepabeanan dan Cukai


Potensi untuk pencapaian Renstra Tahun 2010 – 2014 di bidang penerimaan kepabeanan dan
cukai meliputi:
 Tersedianya peraturan perundang-undangan di bidang Kepabeanan dan Cukai;
 Keberadaan institusi DJBC berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan penataan
organisasi yang dinamis;
 Adanya praktik-praktik terbaik dalam kepabeanan internasional yang dapat dijadikan acuan;
 Adanya dukungan SDM DJBC dan komitmen yang kuat untuk melakukan reformasi;
 Adanya dukungan anggaran berbasis kinerja dan dukungan sarana-prasarana;
 Berkembangnya partisipasi dan sikap kritis masyarakat usaha dalam rangka meningkatkan
produktivitas, efektivitas dan efisiensi kinerja pelayanan dan pengawasan DJBC
Permasalahan utama yang dihadapi di bidang penerimaan kepabeanan dan cukai adalah
peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan ekspektasi masyarakat dan pengawasan yang efektif,
meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Perlunya pengembangan sistem pelayanan dan pengawasan dengan penerapan manajemen
risiko;
 Perlunya harmonisasi kebijakan instansi lain (government agencies) dan lingkungan dunia usaha
(stakeholders) dengan peraturan-peraturan kepabeanan dan cukai;
 Perlunya integrasi teknologi informasi untuk pemenuhan kebutuhan organisasi;
 Perlunya optimalisasi pemanfaatan sarana dan prasarana.
Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Kekayaan Negara
Potensi dalam pengelolaan kekayaan negara adalah adanya aset negara sebagai indikator
penting dalam pelaksanaan penganggaran yang efektif, efisien dan optimal. Kondisi yang dapat
dimanfaatkan dalam pengelolaan kekayaan negara ke depan adalah sebagai berikut : (i) hasil
penyelesaian inventarisasi dan penilaian BMN (ii) pengelolaan BMN berupa asset idle yang perlu
dioptimalkan; (iii) peningkatan jumlah dan nilai aset K/L yang berasal dari alokasi belanja barang dan
belanja modal; (iv) kebijakan terkait program pendirian, restrukturisasi/revitalisasi, privatisasi,
penambahan/pengurangan PMN, pembubaran atau penggabungan BUMN dalam rangka kepentingan
Menteri Keuangan selaku pemegang saham; (v) penanganan aset yang berasal dari eks BPPN, eks BDL,
dan aset Negara eks kelolaan PT PPA baik yang dikelola sendiri oleh Menteri Keuangan maupun
diserahkelolakan kembali kepada PT PPA; dan (vi) potensi Kekayaan Negara Lain-Lain yang berasal dari
aset rampasan, sitaan kepabeanan, gratifikasi, Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT), aset bekas
milik asing/cina (ABMAC), dan KKKS.
Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengelolaan kekayaan negara adalah: (i) peraturan
perundang-undangan yang ada, saat ini belum mampu mendukung pengelolaan kekayaan yang
optimal; (ii) belum optimalnya pengamanan Barang Milik Negara (BMN) baik secara administratif,
hukum dan fisik; (iii) pelayanan pengelolaan kekayaan negara yang belum seluruhnya sesuai dengan
standar waktu yang ditentukan; (iv) belum optimalnya pemanfaatan BMN sesuai prinsip The Highest
and Best Use; (v) belum optimalnya koordinasi antara kementerian negara dan lembaga terkait
penertiban barang milik negara ; (vi) penerapan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi (SIMAK)
BMN belum merata diseluruh K/L; (vii) adanya potensi gugatan/tuntutan dari pihak ketiga atas aset
yang berada di dalam penguasaan Kementerian Keuangan; (viii) kualitas dan kuantitas SDM belum
memadai; dan (ix) kurangnya sarana dan prasarana.
- 14 -
Langkah IV : Penyusunan Strategi

Strategi disusun sebagai pendekatan dalam memecahkan permasalahan yang penting


dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu (jangka
menengah) serta memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian Visi dan Misi.

Perumusan strategi dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dan/atau


pendekatan Balanced Scorecard.

Contoh :

Pendekatan Balanced Scorecard

PETA STRATEGI
BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN

VISI :
MENDUKUNG TERCAPAINYA PERENCANA DAN PENGELOLA KEUANGAN YANG DIPERCAYA DAN AKUNTABEL
Stakeholder/Customers

•MENTERI KEUANGAN SJ1-1


Pengelolaan
•UNIT ESELON I Anggaran
Perspective

kementerian
•BAPPENAS
Keuangan yang
•BPK Optimal STRATEGI UNIT
• DPR ORGANISASI

SJ1-4
Peningkatan Kualitas
Pertanggungjawaban
Pelaksanaan
Anggaran
Internal Process

SJ1-2 SJ1-3
Peningkatan Peningkatan
Perspective

Kualitas Kualitas
Perencanaan dan Pelaksanaan
Penganggaran Anggaran

SDM ORGANISASI TEKNOLOGI INFORMASI ANGGARAN


and Growth
Perspective

SJ1-5 SJ1-8
Learning

Pengembangan SDM SJ1-6 SJ1-7 Pengelolaan


Yang Berintegritas Pengembangan Pengelolaan TIK yang Anggaran yang
dan Berkompetensi Organisasi yang Handal optimal
Tinggi Handal dan Modern

Strategi Biro Perencanaan dan Keuangan :

a. Peningkatan Kualitas Perencanaan dan Penganggaran


Indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu:
i. Jumlah hari keterlambatan penyampaian Rencana Kerja Kementerian Keuangan;
ii. Ketepatan waktu penyampaian revisi POK/DIPA lingkup Kementerian Keuangan;
- 15 -
b. Peningkatan Kualitas Pelaksanaan Anggaran
Indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu:
i. Persentase Penanganan penyelesaian kasus kerugian negara yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku;
ii. Persentase ketidaktepatan jumlah penyaluran TKPKN Kementerian Keuangan;
iii. Persentase Ketidaktepatan SK Pejabat Pengelola Keuangan.
c. Peningkatan Kualitas Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
Indikator kinerja yang ingin dicapai yaitu:
i. Persentase jumlah temuan hasil pemeriksaan BPK yang telah ditindaklanjuti;
ii. Jumlah hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan kementerian kepada
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan.

Langkah V : Penyusunan Program, Kegiatan, dan Rencana Aksi

Program, Kegiatan, Rencana Aksi, Indikator, Target Kinerja dituangkan dalam


formulir berikut.
- 16 -
MATRIKS KINERJA UNTUK TAHUN 2010-2014
UNIT ORGANISASI: ..............................

PROGRAM/KEGIATAN/ TUJUAN INDIKATOR TARGET UNIT ORGANISASI


RENCANA AKSI PROGRAM/KEGIATAN PROGRAM/KEGIATAN 2010 2014 PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PROGRAM
Kegiatan 1
Rencana Aksi 1.1
Rencana Aksi 1.2
Kegiatan 2
Rencana Aksi 2.1
Rencana Aksi 2.2
Dst...
- 17 -

PENJELASAN

A. Penyusunan Program dan Kegiatan

Program dan Kegiatan menggunakan nomenklatur masing-masing Program


dan Kegiatan sesuai unit organisasi pelaksana sebagaimana dituangkan dalam
Renstra Kementerian Keuangan tahun 2010-2014 yang ditetapkan dengan KMK
Nomor 40/KMK.01/2010 tanggal 29 Januari 2010.

B. Penyusunan Indikator Program dan Kegiatan

Indikator Program dan Kegiatan disusun berdasarkan indikator Program dan


Kegiatan sebagaimana dituangkan dalam Renstra Kementerian Keuangan tahun
2010-2014 yang ditetapkan dengan KMK Nomor 40/KMK.01/2010 tanggal 29 Januari
2010.

1. Unit eselon I
Untuk indikator program dan kegiatan sekurang-kurangnya sama dengan
indikator program dan kegiatan sebagaimana dituangkan dalam Renstra
Kementerian Keuangan tahun 2010-2014.

2. Unit eselon II (termasuk instansi vertikal setingkat eselon II)


Untuk indikator program menggunakan indikator program sebagaimana
dituangkan dalam renstra unit eselon I yang bersangkutan.

Untuk Indikator Kegiatan sekurang-kurangnya sama dengan indikator kegiatan


sebagaimana dituangkan dalam renstra unit eselon I bersangkutan.

3. Unit instansi vertikal (selain instansi vertikal setingkat eselon II)


Untuk indikator program menggunakan indikator program sebagaimana
dituangkan dalam renstra unit eselon I yang bersangkutan.

Untuk Indikator Kegiatan sekurang-kurangnya sama dengan indikator kegiatan


sebagaimana dituangkan dalam renstra unit eselon I bersangkutan.

4. Unit Pelaksana Teknis


Untuk indikator program menggunakan indikator program sebagaimana
dituangkan dalam renstra unit eselon I yang bersangkutan.

Untuk Indikator Kegiatan sekurang-kurangnya sama dengan indikator kegiatan


sebagaimana dituangkan dalam renstra unit eselon I bersangkutan.

Indikator ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja


berkaitan dengan informasi kinerja (outputs, outcomes dan impacts). Penetapan
indikator kinerja, perlu mempertimbangkan beberapa hal sebabagi berikut:

1. Relevant, indikator terkait secara logis dan langsung dengan tugas institusi,
serta realisasi strategi institusi.
- 18 -

2. Well-Defined, definisi indikator jelas dan tidak bermakna ganda sehingga


mudah untuk dimengerti dan digunakan.
3. Measurable, indikator yang digunakan diukur dengan skala penilaian tertentu
yang disepakati, dapat berupa pengukuran secara kuantitas dan/atau kualitas.
4. Indikator Kinerja Kuantitas diukur dengan satuan angka dan unit,
5. Indikator Kinerja Kualitas menggambarkan kondisi atau keadaan tertentu yang
ingin dicapai (melalui penambahan informasi tentang skala/tingkat pelayanan
yang dihasilkan),
6. Cost-effective, penentuan indikator harus memperhatikan prinsip cost vs benefit
(biaya vs manfaat), kegunaan indikator sebanding dengan biaya pengumpulan
data.

C. Target Kinerja

Target kinerja ditetapkan setelah penyusunan indikator kinerja. Target kinerja


menunjukkan tingkat sasaran kinerja spesifik yang akan dicapai dalam periode
waktu yang telah ditetapkan.

Kriteria dalam menentukan Target Kinerja menggunakan pendekatan


“SMART”, yaitu:

1. Specific: Sifat dan tingkat kinerja dapat diidentifikasi dengan jelas,


2. Measurable: Target kinerja dinyatakan dengan jelas dan terukur baik bagi
indikator yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan biaya,
3. Achievable: Target kinerja dapat dicapai terkait dengan kapasitas dan sumber daya
yang ada,
4. Relevant: Mencerminkan keterkaitan (relevansi) antara target output dalam rangka
mencapai target outcome yang ditetapkan; serta antara target outcome dalam
rangka mencapai target Impact yang ditetapkan, dan
5. Time Bond: Waktu/periode pencapaian kinerja ditetapkan.

D. Penyusunan Rencana Aksi

1. Unit eselon I
Untuk rencana aksi kegiatan eselon II, disusun mengacu pada peta strategi
(strategy map) unit eselon II (Depkeu-Two) di perspektif internal business process.

Untuk rencana aksi kegiatan eselon III, disusun mengacu pada business process
unit eselon III yang bersangkutan.

2. Unit eselon II (termasuk unit instansi vertikal setingkat eselon II)


Rencana aksi disusun mengacu pada business process unit eselon III dibawahnya.

3. Unit instansi vertikal (tidak termasuk unit instansi vertikal setingkat eselon II)
Rencana aksi disusun mengacu pada business process unit eselon dibawahnya.
- 19 -

4. Unit Pelaksana Teknis


Rencana aksi disusun mengacu pada business process unit eselon dibawahnya.

E. Tujuan Program dan Kegiatan

Tujuan Program dan Kegiatan menggunakan Tujuan Program dan Kegiatan sesuai
unit organisasi pelaksana sebagaimana dituangkan dalam Renstra Kementerian
Keuangan tahun 2010-2014 yang ditetapkan dengan KMK Nomor 40/KMK.01/2010
tanggal 29 Januari 2010.
- 20 - CONTOH:
Direktorat Jenderal
MATRIKS KINERJA UNTUK TAHUN 2010-2014 Kekayaan Negara
UNIT ORGANISASI: DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA
TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PROGRAM Terselenggaranya pengelolaan 1. Jumlah Penerimaan Negara dan Penerimaan Kembali DIREKTORAT
PENGELOLAAN KEKAYAAN kekayaan negara, penyelesaian (recovery) yang berasal dari Pengeluaran Pembiayaan JENDERAL
pengurusan Piutang Negara dan APBN KEKAYAAN
NEGARA, PENYELESAIAN
NEGARA
PENGURUSAN PIUTANG NEGARA pelayanan Lelang yang - Biaya Administras Pengurusan Piutang Negara 67,70M 40,29M
DAN PELAYANAN LELANG profesiona, tertib, tepat guna, - Bea Lelang 44,04M 61,04M
dan optimal serta mampu - Pembiayaan APBN 350M 135M
membangun citra baik bagi 2. Jumlah penyelesaian piutang negara dan pelayanan
stakeholder. lelang
- Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) 770M 627,17M
- Pokok Lelang 3,15M 4,35M
3. Persentase penyelesaian permohonan pengelolaan 68% 87,8M
kekayaan Negara,termasuk pemanfaatan asset idle
4. Persentase BMN yang disertifikasi - 90% Terkait K/L dan BPN
surat dari DJKN
kepada K/L Bulan
Oktober 2008
mengenai penyediaan
anggaran untuk
sertifikasi BMN belum
mendapat respon K/L
5. Persentase penyelesaian pengelolaan dan 60% 100%
penatausahaan Kekayaan Negara Dipisahkan
6. Jumlah penyelesaian berkas Kekayaan Negara Lain- 1.770 400
lain.
7. Indeks Kepuasan pengguna jasa 80 85
8. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 934M 79
- 21 -

TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kegiatan Terselenggaranya pelayanan 1. Jumlah formulasi / pembaruan peraturan 4 3 DIREKTORAT
Perumusan kebijakan, lelang yang professional, tertib, perundangan di bidang lelang LELANG
standardisasi,bimbingan teknis, tepat guna dan optimal serta 2. Jumlah Penerimaan Negara dari Bea Lelang 44,04M 61,04M
evaluasi dan pengawasan mampu membangun citra baik 3. Jumlah Frekuensi Lelang 15.437 18,763
pelaksanaan lelang bagi stakeholder 4. Jumlah Pokok Lelang 3,15T 4,35T
5. Rata-rata persentase realisasi janji pelayanan Quick 80% 85%
Win
Rencana Aksi
6. Indeks kepuasan pengguna jasa 80 85
a. Melakukan penyusunan,
7. Persentase penyelesaian izin operasional Balai Lelang 100% 100%
penyempurnaan, dan pengkajian
8. Persentase pengangkatan Pejabat Lelang Kelas II 100% 100%
kebijakan yang berkualitas serta
9. Persentase pertumbuhan pelaksanaan lelang 5% 5%
menjamin kepastian hukum di
bidang lelang
b. Meningkatkan pemahaman
masyarakat dan lembaga/instansi
pemohon lelang di bidang lelang
c. Pengembangan balai lelang dan
profesi pejabat lelang
d. Meningkatkan monitoring laporan
dan bimbingan teknis
- 22 -
CONTOH:
MATRIKS KINERJA UNTUK TAHUN 2010-2014 KANWIL DJKN
UNIT ORGANISASI: KANWIL DJKN XIV DJKN DENPASAR
TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PROGRAM Terselenggaranya pengelolaan 1. Jumlah Penerimaan Negara dan Penerimaan Kembali Direktorat Jenderal
Pengelolaan Kekayaan Negara, kekayaan negara, (recovery) yang berasal dari Pengeluaran Pembiayaan Kekayaan Negara
Penyelesaian Pengurusan Piutang penyelesaian pengurusan APBN
Negara dan Pelayanan Lelang piutang negara dan pelayanan - Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 67,70 M 40,29 M
lelang yang profesional, tertib, - Bea Lelang 44,04 M 61,04 M
tepat guna, dan optimal serta - Pembiayaan APBN 350 M 135 M
mampu membangun citra 2. Jumlah penyelesaian piutang negara dan pelayanan
baik bagi stakeholder. lelang
- Piutang Negara yang dapat Diselesaikan (PNDS) 770 M 627,17 M
- Pokok Lelang 3,15 T 4,35 T
3. Persentase penyelesaian permohonan pengelolaan 68% 87,8%
Kekayaan Negara, termasuk pemanfaatan asset idle
4. Persentase Barang Milik Negara yang disertifikasi - 90% Terkait K/L dan BPN
surat dari DJKN kepada
K/L bulan Oktober
2008 mengenai
penyediaan anggaran
untuk sertifikasi BMN
belum mendapat respon
K/L
5. Persentase penyelesaian pengelolaan dan 60% 100%
penatausahaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
6. Jumlah penyelesaian berkas Kekayaan Negara Lain-lain 1770 400
7. Indeks kepuasan pengguna jasa 80 85
8. Nilai kekayaan negara yang diutilisasi 934 M 793 M
- 23 -

TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Terselenggaranya pengelolaan 1. Jumlah Penerimaan Negara Kantor Wilayah XIV
Kegiatan Kekayaan Negara, penyelesaian - Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 1,849 M 1,427 M DJKN Denpasar
1. Pengelolaan Kekayaan Negara, pengurusan Piutang Negara, dan - Bea Lelang 2,235 M 3,097 M (diisi nama Kanwil)
penyelesaian Pengurusan Piutang pelayanan lelang yang 2. Jumlah Penyelesaian Piutang Negara dan pelayanan
Negara dan pelayanan lelang di profesional, tertib, tepat guna, lelang
wilayah kerja Kanwil XIV DJKN dan optimal serta mampu - Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) 21,014 M 30,725 M
Denpasar (diisi nama Kanwil) membangun citra baik bagi - Pokok Lelang 164,075 M 223,272 M
stakeholder di wilayah kerja 3. Persentase pemberian bimbingan teknis dan penelaahan 100% 100%
Kanwil XIV DJKN Denpasar (diisi permasalahan di bidang Kekayaan Negara, penilaian,
nama Kanwil) Piutang Negara, lelang, dan hukum
4. Persentase penyelesaian permohonan pengelolaan 70% 87,80%
Rencana Aksi Kekayaan Negara
a. Mengelola kekayaan negara 5. Persentase laporan hasil penilaian yang dapat 100% 100%
dengan efektif dan efisien diselesaikan sesuai dengan standar penilaian
Terkait K/L dan BPN
b. Melaksanakan penilaian dengan 6. Persentase BMN yang disertifikasi - 90%
Kontrak Kinerja
tepat waktu dan berkualitas Menkeu dengan
c. Melaksanakan pengurusan Presiden (selesai
piutang negara dengan optimal November 2011)
d. Meningkatkan lelang sebagai
sarana jual beli 7. Penyelesaian inventarisasi dan penilaian terhadap 70% -
e. Melakukan monitoring dan Barang Milik Negara serta koreksi neraca
evaluasi kepatuhan dan layanan 8. Rata-rata persentase realisasi janji pelayanan Quick Win 80% 85%
hukum yang efektif 9. Persentase penyelesaian permohonan penilaian aset 100% 100%
f. Meningkatkan edukasi 10. Nilai Kekayaan Negara yang diutilisasi 21,5 M 21,5 M
masyarakat dan pelaku ekonomi 11. Indeks kepuasan pengguna jasa 80 80
di bidang pengelolaan pelaku 12. Jumlah sistem aplikasi yang digunakan 14 15
ekonomi di bidang pengelolaan 13. Jumlah pegawai yang mengikuti diklat 70 76
Kekayaan Negara, Piutang 14. Persentase penyerapan DIPA 85% 90%
- 24 -

TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Negara, dan Lelang
g. Memanfaatkan sistem informasi
yang terintegrasi di lingkungan
kantor wilayah
h. Memberikan masukan untuk
penyempurnaan dan pembuatan
rumusan peraturan yang
berkualitas
i. Memberikan dukungan
pembentukan SDM yang
berintegritas dan berkompetensi
tinggi
j. Memberikan dukungan
pembangunan sistem TIK yang
terintegrasi
k. Mengelola anggaran dengan
optimal
- 25 -
CONTOH:
MATRIKS KINERJA UNTUK TAHUN 2010-2014 BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
UNIT ORGANISASI: BIRO PERENCANAAN DAN KEUANGAN
TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PROGRAM 1. Terwujudnya tata kelola yang 1. Rasio realisasi dari janji layanan quick win ke pihak 100% 100% SEKRETRAIAT
DUKUNGAN MANAJEMEN DAN baik dan kualitas layanan dan eksternal JENDERAL
PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS dukungan yang tinggi pada - Penyelesaian PMK/KMK
LAINNYA DEPARTEMEN semua Eselon I di - Tercapainya implementasi pengadaan barang/jasa
KEUANGAN Departemen Keuangan secara elektronik (e-Procurement) di lingkungan
2. Tingkat kepercayaan Departemen Keuangan dan lembaga pemerintah non
stakesholders (internal dan kementerian/sekretariat lembaga tinggi
eksternal) yang tinggi negara/komisi negara/komisi pemerintah
- Penyelesaian ijin akuntan publik dan penilai publik 82.5% 85%
2. Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik (JPM 70%) (JPM 75%)
3. Persentase penyelesaian SOP 100% 100%
4. Service Level Agreement (SLA) Index 93% 94%

Kegiatan 1. Efektifitas penyusunan 1. Kualitas Laporan Keuangan Departemen Keuangan Wajar Dengan Wajar Tanpa BIRO
Koordinasi penyusunan rencana rencana program yang tepat (Opini dari BPK) Pengecualian/ Pengecualian/ PERENCANAAN
sasaran WDP (LKKL 2009) WTP (LKKL 2013) DAN KEUANGAN
kerja, pembinaan dan pengelolaan
anggaran 2. Tingkat kepercayaan 2. Persentase realisasi belanja terhadap pagu 85% >90%
stakeholder yang tinggi (Realisasi Th. 2009) (Realisasi Th. 2013)
dalam pembinaan
pengelolaan keuangan negara 3. Menyusun Rencana Kerja (Renja) Tahunan berdasarkan Tahunan Tahunan
Rencana Aksi target yang ditetapkan pada Renstra dengan
a. Menyusun Renstra Kementerian melaksanakan monev melalui LAKIP
b. Menyusun Rencana Kerja 4. Meningkatkan kompetensi SDM Akuntansi melalui Terlaksana Terlaksana
Kementerian pelatihan Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan November 2011 November 2011
c. Menyusun Anggaran Pendapatan Pemerintah (PPAKP) dan menempatkannya sesuai
dan Belanja Kementerian kebutuhan
- 26 -

TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
d. Melaksanakan bimbingan
Perbendaharaan
e. Menyusun Laporan Keuangan
Tingkat Kementerian/Lembaga
- 27 - CONTOH:
KPKNL
MATRIKS KINERJA UNTUK TAHUN 2010-2014
UNIT ORGANISASI: KPKNL ... (diisi nama KPKNL)
TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
PROGRAM Terselenggaranya pengelolaan 1. Jumlah Penerimaan Negara dan Penerimaan Kembali DIREKTORAT
PENGELOLAAN KEKAYAAN kekayaan negara, penyelesaian (recovery) yang berasal dari Pengeluaran Pembiayaan JENDERAL
pengurusan Piutang Negara dan APBN KEKAYAAN
NEGARA, PENYELESAIAN
NEGARA
PENGURUSAN PIUTANG NEGARA pelayanan Lelang yang - Biaya Administras Pengurusan Piutang Negara 67,70M 40,29M
DAN PELAYANAN LELANG profesiona, tertib, tepat guna, dan - Bea Lelang 44,04M 61,04M
optimal serta mampu - Pembiayaan APBN 350M 135M
membangun citra baik bagi 2. Jumlah penyelesaian piutang negara dan pelayanan
stakeholder. lelang
- Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) 770M 627,17M
- Pokok Lelang 3,15M 4,35M
3. Persentase penyelesaian permohonan pengelolaan 68% 87,8M
kekayaan Negara,termasuk pemanfaatan asset idle Terkait K/L dan BPN
4. Persentase BMN yang disertifikasi - 90% surat dari DJKN kepada
K/L Bulan Oktober
2008 mengenai
penyediaan anggaran
untuk sertifikasi BMN
belum mendapat respon
K/L
5. Persentase penyelesaian pengelolaan dan 60% 100%
penatausahaan Kekayaan Negara Dipisahkan
- 28 -

TARGET UNIT
PROGRAM/ TUJUAN PROGRAM/
INDIKATOR PROGRAM/KEGIATAN ORGANISASI
KEGIATAN/ RENCANA AKSI KEGIATAN 2010 2014
PELAKSANA
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Kegiatan Terselenggaranya pelayanan 1. Jumlah Penerimaan Negara KPKNL ....
Pengelolaan Kekayaan Negara, lelang yang professional, tertib, - Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara 112 juta 73,48 juta (diisi nama KPKNL)
penyelesaian pengurusan Piutang tepat guna dan optimal serta - Bea Lelang 190 juta 272,64 juta
Negara, dan pelayanan lelang mampu membangun citra baik 2. Jumlah Penyelesaian Piutang Negara dan pelayanan
KPKNL .... (diisi nama KPKNL) bagi stakeholder di wilayah kerja lelang
KPKNL ... (diisi nama KPKNL) - Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) 1.14 M 775,93 juta
- Pokok Lelang 9,5 M 13,44 M
Rencana Aksi
3. Persentase pemberian bimbingan teknis dan penelaahan 100% 100%
a. Melakukan pelayanan prima
permasalahan di bidang Kekayaan Negara, penilaian,
b. Meningkatkan pemahaman
Piutang Negara, lelang, dan hukum
masyarakat dan pelaku bidang
4. Persentase laporan hasil penilaian yang dapat 100% 100%
ekonomi di bidang pengelolaan
diselesaikan sesuai dengan standar penilaian
kekayaan negara, piutang negara dan Terkait K/L dan BPN
5. Persentase BMN yang disertifikasi - 90%
lelang Kontrak Kinerja (selesai
c. Meningkatkan efisiensi dan november 2011)
efektivitas pengelolaan kekayaan
6. Penyelesaian inventarisasi dan penilaian terhadap 70% -
negara, piutang negara dan lelang
Barang Milik Negara serta koreksi neraca
d. Melakukan pengawasan dan
7. Rata-rata persentase realisasi janji pelayanan Quick Win 85% 85%
pengendalian kegiatan
e. Mewujudkan good governance di
lingkungan KPKNL
f. Pemanfaatan sistem informasi yang
terintegrasi di lingkungan KPKNL
- 29 -

BAB III
PENETAPAN RENSTRA

Sesuai dengan KMK 40 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan,
Renstra Unit ditetapkan dengan keputusan pimpinan Unit Organisasi tersebut dan
disampaikan kepada pimpinan di atasnya. Berikut ini, beberapa contoh keputusan pimpinan
Unit Organisasi tentang Rencana Strategis.
- 30 -
CONTOH 1

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


SEKRETARIAT JENDERAL

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL


NOMOR KEP- /SJ/2010

TENTANG

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT JENDERAL


KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2010-2014

SEKRETARIS JENDERAL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pada Diktum KETIGA dan Diktum
KETUJUH Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, perlu
menetapkan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
2010-2014

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);
2. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009;
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
143.1/PMK.01/2009;
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL TENTANG RENCANA STRATEGIS


SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN 2010-2014.

PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal yang selanjutnya disebut


Renstra Sekretariat Jenderal sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
tidak terpisahkan dari Keputusan Sekretaris Jenderal ini sebagai dokumen
perencanaan Sekretariat Jenderal untuk periode 5 (lima) tahun terhitung mulai
Tahun 2010 sampai dengan 2014.

Renstra Sekretariat Jenderal Tahun 2010-2014 berisi visi, misi, strategi,


KEDUA : program, kegiatan, indikator kinerja, dan rencana aksi yang disusun
berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Keuangan 2010-2014 dan bersifat
indikatif.
- 31 -

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


SEKRETARIAT JENDERAL

- 2-

KETIGA : Keputusan Sekretaris Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Maret 2010

SEKRETARIS JENDERAL,

ttd

MULIA P. NASUTION
NIP 195108271976031001
- 32 - CONTOH 2

KEMENTERIAN KEUANGANP REPUBLIK INDONESIA


SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN

KEPUTUSAN KEPALA BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN


NOMOR : KEP – 543 /SJ.2/2010

TENTANG

RENCANA STRATEGIS BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN


SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2010-2014

KEPALA BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan pada Diktum KETIGA dan Diktum
KETUJUH Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, dan Keputusan
Sekretaris Jenderal Nomor 38/SJ/2010 tentang Rencana Strategis Sekretariat
Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014, perlu menetapkan Keputusan
Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan Tahun 2010-2014.;

Mengingat : 1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
143.1/PMK.01/2009;
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 40/KMK.01/2010 tentang Rencana
Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014;
3. Keputusan Sekretaris Jenderal Nomor 38/SJ/2010 tentang Rencana Strategis
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2010-2014.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN


TENTANG RENCANA STRATEGIS BIRO ORGANISASI DAN
KETATALAKSANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KEUANGAN
TAHUN 2010-2014.

PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, yang


selanjutnya disebut Renstra Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala
Organisasi dan Ketatalaksanaan ini.

KEDUA : Renstra Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berlaku untuk periode 5 (lima)
tahun terhitung mulai tahun 2010 sampai dengan 2014.
- 33 -

a
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN

-2-

KETIGA : Salinan Keputusan Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan ini disampaikan
kepada:

1. Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan;


2. Para Kepala Bagian di lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal

Plt. KEPALA BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN

ttd

SAMSUAR SAID
NIP 060034705

Anda mungkin juga menyukai