Disusun oleh:
Ernestine Oktaviana 110911110
Grace S.M. 110911120
Anandita Kumala A. 110911123
Rizky Meidiansyah 110911158
Kelas C
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011
0
1
1. PERAN GURU
Guru dapat berperan dengan mengidentifikasikan murid-murid yang
berkebutuhan khusus lebih awal, jadi intervensi seperti konseling dan manajemen
perilaku bisa disediakan. Murid-murid dengan kebutuhan khusus membutuhkan
sistem pembelajaran yang dibentuk khusus untuk mereka. Dalam beberapa kasus,
mereka bahkan membutuhkan bantuan dari orang yang berkualifikasi. Guru juga
mungkin akan menemui beberapa pengecualian seperti murid yang memiliki
kelainan aneh dalam menulis dan membaca, contohnya; tidak bisa mengikuti
pembelajaran normal.
Misalkan, pada anak penderita diseleksia. Guru yang tidak mengerti
tentang diseleksia, akan menganggap anak itu adalah anak yang malas dan tidak
menuruti aturan, sehingga menimbulkan hukuman yang tidak seharusnya kepada
anak tersebut. Minimnya pengetahuan seperti itu, akan menyebabkan guru dan
orangtua merampas kesempatan belajar anak untuk menggali potensinya.
Padalah dalam kenyataannya, banyak orang jenius yang di masa kecilnya
mengalami diseleksia. Contoh; Alexander Graham Bell, Albert Einstein, Thomas
Edison, Leonardo Da Vinci, Walt Disney, dan Hans Christian Anderson
Bahkan orang dengan retardasi mental dan down syndrome sudah
membuktikan bahwa pertolongan di masa muda mampu membuat mereka aktif,
mandiri dan menikmati hidup yang menyenangkan layaknya orang normal.
2
i. Standford-Binet dan IQ
Tes ini disusun oleh Alferd Binet pada awal atahun
1900. Pada awalnya, tes ini digunakan untuk
mengelompokkan anak-anak dalam tiap-tiap tingkatan.
Contohnya; misalnya ada seorang anak yang mampu
mengerjakan tugas yang ditujukan pada anak berusia 9
tahun, maka dia akan dikelompokkan ke dalam kelompok
yang memiliki mental age 9 tahun.
Namun setelah tes ini diterjemahkan oleh Lewis
Terman, IQ menjadi salah satu hasil revisinya. Dengan
rumus yang cukup mudah, dengan membagi mental age
dengan chronological age yang kemudian dikalikan 100,
maka akan didapatkanlah skor IQ.
ii. Skala Wechsler
Skala Wechsler bisa dikatakan sebagai skala yang
paling populer sekarang. Tes ini memiliki 3 versi, yaitu;
untuk preschool, sekolah dasar dan dewasa.
Tes ini terdiri atas 2 bagian, verbal dan
performance. Tes verbal terdiri atas tes yang dilakukan
dengan cara Tanya jawab secara langsung. Sedangkan
performance terdiri atas serangkaian tes yang dinilai dari
respon motoriknya.
iii. Menginterpretasikan Skor Tes IQ
Di dalam Wechsler tes, skor rata-rata adalah 100.
Biasanya 50 persen mendapat nilai diatas 100, dan 50
persen sisanya ada di bawah 100. Sekitar 68 persen
populasi biasanya terletak di skor 85 dan 115. Hanya 16
persen yang ada di bawah 85 dan 16 persen sisanya
memiliki skor di atas 115.
Korelasi antara skor dari tes Wechsler dan
pencapaian di sekolah telah dilaporkan memiliki korelasi
9
3. RETARDASI MENTAL
a. Pengertian Retardasi Mental
Terdapat beberapa pengertian retardasi Mental
i. Menurut AAMR (American Association on Mental
Retardation)
Kelemahan/ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai
dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70 – 75
atau kurang ), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya
dua area berikut:
– berbicara dan berbahasa
– ketrampilan merawat diri
– ketrampilan sosial
– penggunaan sarana masyarakat
– kesehatan dan keamanan
– akademik fungsional
– bekerja dan rileks
ii. Menurut WHO
Kemampuan mental yang tidak mencukupi
iii. Menurut DSM
Suatu keadaan yang di tandai dengan fungsi intelektual
berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial.
10
Neuroblastoma
Neuroblastoma berada di urutan kedua sebagai
pembunuh anak nomor dua setelah leukemia.
Kanker ini menyerang ginjal.
Osteogenic sarcoma
Kanker tulang menyerang lengan atau siku kaki,
menyebabkan pembengkakan sehingga sulit
menggunakannya.
Tumor otak
Tumor otak memiliki gejala awal berupa
pengelihatan ganda, pusing, sulit berjalan atau
memegang objek, dan mual.
Lymphoma
Lymphoma adalah kanker yang menyerang limpa
yang biasanya disetai lesu dan demam.
iv. AIDS
Siswa yang terinfeksi HIV akan mengalami penuruan
sistem imun sehingga mengakibatkan penyakit-penyakit
kronis dan infeksi yang mematikan.
Guru diharapkan waspada jika melihat keterlambatan
perkembangan, penurunan prestasi siswa, gangguan
kognitif, abnormalitas fungsi psikomotor, kejang-kejang,
kerusakan sensori dan radang otak.
Guru yang memiliki siswa dengan HIV harus
memperhatikan pendidikan apa yang akan diberikan pada
siswa-siswanya karena pendidikan menganai HIV juga
menyangkut pendidiak seks. Sosialisasi mengenai
HIV/AIDS harus bisa digalakkan agar ketakutan yang
berlebih karena ketidaktahuan tidak menekan siswa
penderita HIV hingga terpaksa keluar dari sekolah.
26
1) Pendekatan Oral
Pendekatan untuk membantu penderita tunarungu
dengan alat-alat pendengaran dan speech reading.
2) Pendekatan Manual
Pendekatan melalui finger spelling digunakan untuk
membantu penderita tunarungu atau menyajikan
huruf dengan gerakan tangan.
b. Gangguan Pengelihatan (Visual Impairment)
Visual impairment didefinisikan sebagai kesulitan dalam
membedakan bentuk atau membedakan detail melalui penglihatan
dalam jarak tertentu. Hasilnya dia membutuhkan metode dan
peralatan khusus utnuk membantunya. Di dalam pendidikan orang
yang mengalami visual impairment membutuhkan Braille untuk
membantunya dalam membaca atau dengan metode audio seperti
mendengarkan rekaman melalui tape. Ada beberapa karakteristik
perilaku dan tipe psikologis pada siswa yang mengalami visual
impairments.
i. Pola Psikologis dan Pola Perilaku Siswa dengan
Gangguan Pengelihatan
Ada beberapa usaha psikologis yang bisa dilakukan
untuk membantu anak – anak yang mengalami visual
impairments mengembangkan dirinya dalam pendidikan
1) Menggunakan Braille, sampai sekarang Braille tidak
ada yang menggantikan. Sekalipun sudah ada
computer, tapi Braille masih sangat dibutuhkan
untuk membantunya.
2) Kaca pembesar dan tulisan print dalam huruf besar
sangat membantu untuk mengalami visual abilitinya
yang terbatas.
28
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku: Keperawatan Pediatrik. Ed.5; Cet.1.
Jakarta: EGC.
Schwartz, M. William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Cet.1. Jakarta:
EGC.
Tan, Oon Seng. 2001. Educational Psychology: A Practioner-Reasercher
Approach (An Asian Edition). Singapura: Seng Lee Press
http://en.wikipedia.org/wiki/Cleft_lip_and_palate#Speech_and_hearing
http://en.wikipedia.org/wiki/Stuttering