Anda di halaman 1dari 4

Bismillahirrahmanirrahim

Kajian Masjid Al-Ihsan (Kerinci) Majelis Ta’lim Al-Hujjah

Tema : Obat Penyakit Hati

Keynote speaker : Ust. Abu Haidar

Obat penyakit hati yang dua perkara lagi adalah:

1. Memakan makanan yang halal dan menjaga diri dari yang syubhat

• Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang
haram itu juga jelas, namun ada diantaranya yang samar (syubhat) yang
tidak diketahui oleh orang banyak, maka barang siapa yang memelihara diri
dari yang syubhat berarti ia telah memelihara agama dan kehormatannya.
Dan barang siapa yang menceburkan diri ke dalam hal yang syubhat, maka
sesungguhnya ia menceburkan diri kepada yang haram. Setiap raja memiliki
Hima (daerah terlarang), dan Allah memiliki Hima yaitu apa-apa yang
diharamkan oleh Allah”. Kemudian Rasulullah melanjutkan: “Ingatlah bahwa
di dalam tubuh manusia ada segumpal daging yang apabila segumpal daging
ini baik, maka baiklah seluruhnya dan apabila segumpal daging ini buruk
maka buruklah seluruhnya”. (HR.Imam Bukhori)

• Berkata Mu’allif setelah mendengar hadits ini: “Hadits ini menunjukkan


bahwa memakan sesuatu yang halal dapat memperbaiki hati dan sebaliknya.
Orang yang memakan sesuatu yang haram atau syubhat akan berdampak
kepada dirinya yaitu kerasnya hati, semangat bermaksiat dan malas
beribadah, serta doanya tidak diterima oleh Allah SWT”. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Bukhori bahwa Rasulullah SAW menceritakan “Ada
seseorang yang memiliki beberapa perkara yang menyebabkan doanya
dikabulkan, diantaranya yaitu orang yang sedang safar (bepergian) tentunya
untuk perkara kebaikan, ia lusuh dan berdebu karena seringnya ia safar.
Kemudian ia mengangkat kedua tangannya kemudian berdoa Ya Rabb... Ya
Rabb..., namun doanya tidak didengar oleh Allah SWT dikarenakan
pakaiannya yang haram dan makanannya yang haram”. Di dalam QS.Al-
Mu’minun ayat 51 disebutkan “Wahai para Rasul! Makanlah dari makanan
yang baik-baik dan beramal sholehlah”. Maka jelaslah bahwa makanan yang
halal akan mendorong kita untuk semangat mengerjakan amal sholeh.

• Ada suatu kisah tentang Imam Syafi’i saat bertamu ke rumah muridnya yaitu
Imam Ahmad. Imam Ahmad sangat senang bukan main ketika mendengar
gurunya yang sangat ia kagumi itu hendak berkunjung ke rumahnya. Ia
menyampaikan berita itu juga kepada murid-muridnya. Dan hal ini membuat
murid-murid Imam Ahmad merasa sangat penasaran dengan sosok Imam
Syafi’i yang sangat dibangga-banggakan oleh gurunya tersebut. Kemudian
murid-murid Imam Ahmad berniat hendak memperhatikan seluruh gerak-
gerik Imam Syafi’i. Setibanya Imam Syafi’i di rumah Imam Ahmad, Beliau
disuguhkan hidangan yang lezat oleh Imam Ahmad. Ketika itu murid-murid
Imam Ahmad menyangka bahwa Imam Syafi’i hanya akan sedikit makan saja
layaknya orang yang berilmu menyedikitkan makan. Namun, yang terjadi
justru sebaliknya, Imam Syafi’i menyantap habis hidangan yang disuguhkan
oleh Imam Ahmad tanpa tersisa. Hal ini tentu saja mengagetkan murid-murid
Imam Ahmad yang menyaksikan. Kemudian pada malam harinya mereka
masih memperhatikan Imam Syafi’i. Mereka menyangka Imam Syafi’i tidak
tidur dan akan shalat tahajud semalam suntuk. Yang terjadi adalah Imam
Syafi’i memang tidak tidur namun Beliau juga tidak shalat satu rokaat pun.
Beliau terjaga hingga adzan Subuh berkumandang, dan kemudian Beliau
pergi ke masjid untuk sholat Subuh berjamaah. Dan ketika itu Beliau tidak
berwudhlu. Hal ini disaksikan juga oleh murid-murid Imam Ahmad. Dan
mereka mengatakan kekecewaan mereka terhadap Imam Syafi’i kepada guru
mereka, Imam Ahmad. Kemudian Imam Ahmad menyuruh mereka
menanyakan sendiri kepada Imam Syafi’i tentang apa yang mereka saksikan.
Adapun jawaban Imam Syafi’i adalah sebagai berikut:

a) Mengapa aku makan dengan lahap? Karena aku ingin memenuhi perut ku
dengan makanan yang berkah, sebagaimana aku ketahui bahwa Imam
Ahmad adalah seorang yang alim, wara’ dan zuhud, maka tidaklah
mungkin menyuguhkan makanan ataupun minuman yang syubhat terlebih
haram, makanan yang Beliau sajikan hanyalah makanan yang halal dan
thoyyib. Karena makanan yang halal akan mendorong aku untuk semangat
beramal sholeh.

b) Adapun aku tidak sholat satu rokaat pun malam tadi adalah karena aku
bertafakur akan satu hadits singkat yang kami bicarakan tadi siang dengan
Imam Ahmad. Bertafakur semalaman akan satu ilmu itu lebih baik
daripada sholat sunnah seribu rokaat.

c) Yang terakhir, mengapa aku tidak berwudhlu ketika hendak sholat Subuh
adalah karena aku belum batal sejak ba’da Isya. Aku tidak tidur dan tidak
hal yang membatalkan wudhluku sehingga aku tidak wajib mengulanginya
lagi.

2. Menelaah Asmaul Husna dan sifat-sifat Allah yang tinggi

• Ibnul Qoyyim Al-Jauziah berkata: “Ketahuilah wahai Saudaraku yang semoga


Allah memberimu petunjuk, bahwa sehat dan istiqomahnya hati kepada Allah
adalah karena fokusnya hati kepada Allah ‘Azza Wajalla. Adapun penyebab
terbesar istiqomahnya hati adalah menelaah asmaul husna dan sifat-sifat
Allah yang tinggi. Karena bisa melahirkan mahabbah (cinta), khouf (khawatir
terhadap sesuatu yang pasti), khosyyah (takut kepada sesuatu yang belum
pasti), roja’ (berharap), dan tawakkal.

• Apabila kita benar-benar mengamalkan sifat Allah bahwa Allah itu ‘Alim
(Maha Mengetahui), Sami’ (Maha Mendengar), Bashir (Maha Melihat), Syahid
(Maha Menyaksikan), dan Roqib (Maha Mengawasi), maka akan timbul
Muroqobah (perasaan selalu diawasi oleh Allah). Rasa ini akan membuat kita
jujur dalam amal perbuatan dan lisan kita. Baik saat ramai maupun saat sepi
sendiri. Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: “Aku akan
beritahukan kepada kalian beberapa kaum dari umatku, yang pada hari
kiamat mereka membawa pahala sebesar gunung namun Allah
menganggapnya seperti debu”. Kemudian sahabat bertanya: “Bagaimana
sifat-sifat mereka ya Rasulullah?”. Rasulullah SAW menjawab: “Mereka
adalah saudara kalian, mereka sholat malam seperti kalian namun apabila
mereka berada dalam keadaan sepi, mereka berani melanggar apa yang
diharamkan oleh Allah”.

• Allah itu Rahman (Maha Pengasih), Rahim (Maha Penyayang), Wahhab (Maha
Pemberi), Rozzaq (Maha Pemberi Rizki) sebagaimana yang Allah katakan di
dalam QS.Al-Arof ayat 156 yaitu Rahmatku meliputi segala sesuatu.
Penderitaan yang Allah timpakan kepada orang mu’min akan dibayar oleh
Allah dengan pengampunan dosa, pahala yang berlipat, derajat yang
ditinggikan dan didengarnya doa. Oleh karena itu, janganlah takut ketika kita
mengalami penderitaan, karena Allah akan membalasnya dengan kebaikan
yang berlipat. Sebagaimana disebutkan dalam QS.Al-Insyirah ayat 5 dan 6,
Allah akan menggantikan satu kesulitan dengan dua kemudahan. Fainna
ma’al ‘usri yusron, inna ma’al ‘usri yusron. Al-Usri (isim ma’rifat yaitu
menunjukkan benda yang sudah jelas maksudnya) dan Yusron (isim nakiroh
yaitu menunjukkan benda yang belum jelas maksudnya atau masih umum).
Secara kaidah bahasa Arab apabila isim Ma’rifat diulang dua kali dalam satu
kalimat atau dua kalimat yang masih saling terkait, maka menunjukkan
bahwa bendanya tetap satu. Apabila isim Nakiroh diulang dua kali dalam satu
kalimat atau dua kalimat yang masih saling terkait, maka menunjukkan
bahwa bendanya berbeda.

Bukti lain bahwa Maha Pengasih terutama kepada umat Nabi Muhammad
SAW adalah dengan dihalalkannya ghonimah (harta rampasan perang), lihat
QS.Al-Anfal ayat 41. Padahal ketika jaman Nabi Musa AS, ghonimah
diharamkan. Begitu juga ketika Rasullullah SAW mengisahkan tentang empat
pemuda Bani Israil yang selama 80 tahun istiqomah menjalankan sholat
malam dan siang harinya berjihad lagi berpuasa. Sahabat yang mendengar
kisah tersebut merasa takjub sehingga turunlah Jibril AS membawa wahyu
QS.Al-Qodr. Yang menerangkan bahwa Allah akan memberikan suatu malam
yang lebih baik dari 1000 bulan bagi umat Muhammad SAW yang beribadah
dengan ikhlas kepa Allah SWT di malam bulan Ramadhan.

Sesi tanya jawab


• Apakah itu wara? Wara adalah sifat menjaga diri dari apa yang diharamkan
Allah SWT

• Apakah itu zuhud? Zuhud adalah menganggap bahwa apa yang ada di sisi
Allah lebih berharga daripada apa yang dimilikinya

• Bagaimana sikap kita apabila menerima makanan dari acara yang bid’ah?
Tidak haram, karena hukum asal makanan adalah halal kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Tidak ada dalil yang mengharamkan makanan dari acara
yang bid’ah misalnya tahlilan. Yang diharamkan adalah kumpul-kumpul dan
makan-makan di tempat orang yang meninggal dunia.

• Bukankan mengangkat tangan pada saat berdoa adalah sesuatu yang bid’ah?
Dan jika tidak, bagaimana cara mengangkat tangan ketika berdoa sesuai
sunnah?

Kita diperbolehkan mengangkat tangan ketika berdoa dengan doa mutlaq.


Yaitu doa yang lafadznya tidak ada dalilnya atau contoh khusus dari Nabi
SAW. Misalkan kita berdoa antara waktu adzan dan iqomah. Kita memohon
apa saja yang kita inginkan. Tidak ada lafadz khusus dari Nabi SAW. Namun
ketika berdoa dengan doa muqoyyat kita tidak diperbolehkan mengangkat
kedua tangan. Doa muqoyyat yaitu doa yang lafadznya ada dalil atau contoh
khusus dari Nabi SAW. Seperti doa ketika hendak makan, hendak ke toilet,
masuk masjid, keluar masjid, naik kendaraan, becermin, doa sesudah shalat
fardhu dsb. Cara mengangkat kedua tangan adalah dengan merapatkan
kedua tangan, telapak tangan menghadap ke langit, ditempelkan ke dada
dan sejajar dengan wajah.

Alhamdulillahirabbil’alamin

Anda mungkin juga menyukai