Anda di halaman 1dari 3

BAB II

Kependudukan dan Angkatan Kerja

Sumber daya manusia (SDM) sebagai bagian dari ilmu ekonomi mengandung dua
pengertian. Pertama, SDM mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat
diberikan dalam proses produksi. Kedua, pengertian SDM menyangkut manusia yang
mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut.

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, ekonomi sumber daya manusia membicarakan :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyediaan tenaga kerja.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan akan tenaga
kerja.
3. Pasar kerja tempat pertemuan lowongan kerja dan pencari
kerja.
4. Masalah-masalah yang timbul pada ketiga aspek tersebut di
atas.
5. Alternatif kebijakan yang perlu diambil untuk memecahkan
masalah yang timbul.

Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja terdiri dari golongan/penduduk yang sudah atau sedang bekerja dan
golongan yang menganggur dan sedang mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja terdiri
dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan
lain atau penerima pendapatan. Walaupun sebagian dari mereka tidak bekerja, tetapi
secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja (potensial labor force).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,


pekerja dirumuskan sebagai setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas
umur. Faktor yang dijadikan dasar dalam penentuan usia tenaga kerja pada umumnya
adalah usia produktif seseorang. Pada pelaksanaannya, penentuan batas umur minimum
dan maksimum bergantung pada situasi tenaga kerja di negara masing-masing, yang
dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain jumlah penduduk suatu negara, tingkat
pendidikan, tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertumbuhan
investasi suatu negara. Di Indonesia, dipilih batas umur minimum 10 tahun tanpa batas
umur maksimum. Artinya, tenaga kerja di Indonesia adalah penduduk yang berumur 10
tahun atau lebih.

Pekerja adalah orang yang melakukan kegiatan untuk mendapatkan penghasilan


minimum untuk dua hari dalam seminggu. Undang-undang nomor 13 tahun 2003
membagi dua waktu kerja, yaitu:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Faktor yang mempengaruhi usia tenaga kerja di negara berkembang jauh lebih
rendah daripada Negara maju :
 Jumlah penduduk Negara berkembang umumnya besar sehingga angka angkatan
kerja juga tinggi
 Negara berkembang umumya penghasil barang primer, sehingga kualifikasi
pelamar pekerja yang dibutuhkan rendah sehingga usia muda tanpa pendidikan yang
tinggi sudah dapat mencari pekerjaan

Angkatan kerja merupakan jumlah supply tenaga kerja yang ada dalam
masyarakat, baik mereka yang sudah bekerja (employed persons) dan mereka yang siap
bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan (pencari kerja/penganggur).

Sedangkan pasar kerja merupakan proses terjadinya penempatan atau hubungan


kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja. Besarnya penempatan jumlah
orang yang bekerja dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan.
Selanjutnya besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat
upah.

Tingkat pengangguran dapat dirumuskan sebagai berikut:


Angka pengangguran
Tingkat pengangguran = x 100 %
Angkatan kerja

Tingkat pengangguran berdasarkan angkatan kerja menimbulkan beberapa


masalah:
1. Landasan konsep yang mendukung pernyataan minimal dua hari dalam seminggu
tidak jelas.
2. Membedakan bekerja dengan tidak bekerja berdasarkan batas waktu dua hari
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
3. Dari sisi tingkat pendapatan dan produktivitas. MIsalnya, pekerja A bekerja lebih
dari dua hari dalam seminggu dengan penghasilan seratus ribu rupiah dikatakan
bekerja. Tetapi pekerja B yang bekerja kurang dari dua hari dalam seminggu dengan
penghasilan satu juta rupiah dikatakan pengangguran.

Tiap negara dapat memberikan pengertian yang berbeda mengenai definisi


bekerja dan menganggur, dan definisi tersebut dapat berubah menurut waktu. Dalam
sensus penduduk tahun 1971, orang yang bekerja dengan maksud memperoleh
penghasilan paling sedikit dua hari dalam seminggu sebelum hari pencacahan dinyatakan
sebagai bekerja. Juga tergolong sebagai bekerja, mereka yang selama seminggu sebelum
pencacahan tidak bekerja atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah:
 Pekerja tetap pada kantor pemerintah atau swasta yang sedang tidak masuk kerja
karena cuti, sakit atau mogok.
 Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu
panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawahnya.
 Orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, dll.

Sebaliknya penganggur adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja
kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh
pekerjaan.
Menurut sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan kepada tiga jenis,
yaitu:
1. Pengangguran Friksional
Adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan
pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk
sekadar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau terjadi
karena faktor jarak atau kurangnya informasi.
Pengangguran Friksional dapat pula terjadi karena kurangnya mobilitas pencari kerja
dimana lowongan kerja justru terdapat bukan di sekitar tempat tinggal si pencari kerja.
Bentuk lainnya dapat terjadi karena pencari kerja tidak mengetahui dimana adanya
lowongan kerja dan demikian juga pengusaha tidak mengetahui dimana tersedianya
tenaga kerja yang sesuai.

2. Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi karena adanya perubahan dalam struktur atau komposisi
perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam
keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu
menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. Misalnya perubahan ekonomi
agraris ke ekonomi industri mengakibatkan banyak petani yang menganggur karena tidak
bisa bekerja di sector industri.
Bentuk pengangguran structural yang lain adalah terjadinya pengurangan pekerja akibat
penggunaan alat-alat dan teknologi maju. Penggunaan traktor mislanya dapat
menimbulkan pengangguran di kalangan buruh tani.

3. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman terjadi karena pergantian musim. Di luar musim panen banyak
petani yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekadar menunggu
musim yang baru. Selama masa menganggur ini mereka digolongkan sebagai
penganggur musiman.

Siti, ini bab 2 dah gw kerjain ya..


Makasih ya sebelumnya dah mau nyelesain tugasnya..
Ni nama dan npk gw..

Erich F.C.
NPK. 21077210

Anda mungkin juga menyukai