Anda di halaman 1dari 14

Modul 9 & 10/Pertemuan 9 & 10

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR


ANALITIS

I. PERENCANAAN AUDIT
Standar Auditing (2) dalam Standar Pekerjaan Lapangan, pertama
berbunyi:
" Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya".

Tujuan Perencanaan Audit :


1. Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
2. Menekan biaya audit
3. Menghindari salah pengerian dengan klien

Tahapan dari Perencanaan Audit :


1. Perencanaan audit awal
2. Mendapatkan informasi dasar
3. Mendapatkan Informasi mengenai kewajiban hukum klien
4. Menilai materialitas, risiko audit, risiko bisnis, dan risiko inheren
5. Memahami struktur pengendalian internal dan menetapkan risiko
pengendalian
6. Mengembangkan keseluruhan rencana dan program audit

Perencanaan Audit Awal


Perencanaan audit awal melibatkan beberapa hal, yang semuanya harus
dilakukan lebih dahulu dalam audit
1. Auditor harus memutuskan apakah akan menerima seorang klien baru
atau melanjutkan pelayanan untuk klien yang telah ada sekarang

-1-
2. Auditor harus mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau
membutuhkan audit
3. Auditor memperoleh pemahaman klien tentang cara-cara penugasan
untuk menghindari kesalahpahaman

Tujuan Perencanaan awal


1. Untuk membuat keputusan apakah akan menerima atau melanjutkan
pelaksanaan audit bagi klien.
2. Menilai alasan-alasan klien u/ dilakukannya audit
3. Memilih staf untuk melaksanakan audit
4. Mendapatkan surat penugasan.

Menerima klien dan


melakukan perencanaan
Audit awal

Memahami bisnis dan


industri klien

Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur
Analitis awal

Menetapkan materialitas, dan


Menilai risiko akseptabilitas
Audit serta risiko inheren

Merencanakan audit dan merancang pendekatan


Memahami pengendalian audit
intern dan menilai risiko
pengendalian

-2-
Menyusun seluruh rencana
Serta program audit
Penerimaan klien dan kelanjutan kerja
 Menyelidiki klien baru ; prospektif klien dalam lingkungan usaha
stabilitas keuangan, hubungan dengan kantor akuntan sebelumnya.
 Meneruskan hubungan dengan klien yang ada ; adakan evaluasi untuk
memutuskan apakah ada alasan untuk tidak meneruskan pekerjaan
auditnya.

Mengidentifikasi alasan klien untuk melaksanakan audit.


Siapa yang akan menggunakan laporan dan untuk apa laporan dibuat.

-3-
Staf penugasan
Standar pemeriksaan akuntan yang pertama " Pemeriksaan harus dilakukan
oleh seseorang atau orang-orang yang cukup terlatih secara teknis dan memiliki
keahlian sebagai auditor".
Pertimbangan utama :
Perlunya kesinambungan (kontinuitas ) dari tahun ke tahun.

Mendapatkan surat penugasan


Penugasan harus jelas
Dibuat secara tertulis untuk mencegah adanya salah pengertian.

Tujuan Memperoleh Informasi Dasar


1. Memahami bidang usaha dan industri klien
2. Meninjau pabrik dan kantor
3. Mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
4. Mengevaluasi apakah dibutuhkan ahli dari luar.

Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien


1. Meminta akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan
2. Notulen rapat
3. Kontrak

II. PROSEDUR ANALITIS


Standar Profesional Akuntan publik pada SA seksi 329 PSA No. 22 :
 Penelahaan prosedur analitis merupakan bagian penting dalam proses
audit.
 Dalam proses tersebut terdiri-dari :
1. Evaluasi informasi laoran kueangan yang dibuat dengan
mempelajari bubungan masuk akal antara data keuangan satu
dengan lainnya.
2. Evaluasi antara data keuagnan dengan data non keuangan.

-4-
Prosedur analitis meliputi perbandingan / rasio yang dihitung dari jumlah-
jumlah yang tercatat dibandingkan dengan harapan yang akan dikembangkan
auditor.
Contoh sumber informasi yang digunakan dalam mengembangkan harapan
adalah :
1. Informasi keuangan periode sebelumnya yang dapat diperbandingkan
dengan memperhatikan perubahan ang diketahui .
Misal : Penjualan tahun 2000 (yang diperiksa) di perbandingkan dengan
penjualan tahun 2001.

2. Hasil yang diantisipasikan misalnya dari data intern atau tahunan.


Misal : anggaran perolehan laba tahun 2000 dibandingkan dengan perolehan
laba yang sesungguhnya tahun 2000.

3. Hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan dalam 1 periode


Misal : menghitung perputaran persediaan untuk mengetahui adanya
persediaan yang rusak.

4. Informasi industri tempat usaha Klien.


Misal : informasi laba bruto

5. Hubungan informasi keuangan dengan informasi non keuangan yang


relevan.
Misal : jumlah karyawan, luar ruang penjualan, jumlah barang yang
diproduksi, dll

Tujuan menggunakan prosedur analitis adalah :


1. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat dan luas prosedur
audit lainnya.
2. Sebagai penjualan subtantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu
yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.

Manfaat auditor melakukan penelaahan prosedur analitis adalah :


1. Memahami bidang usaha klien

-5-
Dengan mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang klien
yang diperoleh ditahun sebelumnya dapat digunakan sebagai titik tolak
perencanaan audit tahun berjalan.
Contoh : menurunnya % margin kotor selama beberapa waktu dapat
mengidentifikasikan peningkatan persaingan dalam bidang pemasaran
produk perusahaan.

2. Menilai kemampuan perusahaan untuk menjaga kesinambungan


perusahaan.
Dengan prosedur analitis keuangan yang kritis di perusahaan klien.
Contoh : apabila ratio utang jangka panjang terhadap modal lebih tinggi dari
normal dan ratio laba per total aktiva rendah dari rata-rata maka indikasinya
terjadi risiko kegagalan.dapat digunakan sebagai petunjuk adanya masalah

3. Mengidentifikasikan adanya kemungkinan kekeliruan dalam laporan


keuangan.
Perbedaan yang cukup besar antara data keuangan tahun berjalan yang
belum diaudit dengan data lain yang digunakan dalam perbandingan
merupakan fluktuasi yang tidak biasa, sehingga apabila terdapat fluktuasi
yang tidak biasa dengan jumlah besar dari hasil pembandingan maka audit
harus menemukan alasan apakah hal itu terjadi kekeliruan / kelainan atau
hanya karena faktor ekonomis.
Contoh : dalam perbandingan rasio penyisihan untuk piutang tak tertagih
terhadap piutang usaha bruto dengan rasio yang sama dengan tahun lalu,
menghasilkan rasio menurun.

4. Mengurangi pengujian audit yang terinci


Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka
implikasinya adalah adanya kemungkinan kekeliruan dan ketidak beresan
yang material yang telah minimisasikan.

2.1. Pengaturan waktu :

-6-
Prosedur analitis dapat dilakukan kapan saja dalam tiga kesempatan
selama penugasan berlangsung, tergantung pada situasi :

1. Tahap perencanaan
Membantu auditor mengidentifikasi hal-hal penting yang membuktikan
perimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan.
Misal : perhitungan perputaran persediaan sebelum dilakukan pengujian teradap
haraga persediaan.

2. Tahap pengujian bersama-sama dengan prosedur audit lainnya.


Misal : Pada saat melakukan pengujian pada biaya yang dibayar dimuka dari
setiap polis asuransi yang belum jatuh tempo dapat dibandingkan dengan polis
yang sama untuk tahun lalu.

3. Tahap penyelesaian audit.


Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap penyelesaian audit dapat
berguna sebagai penelaahan akhir dalam menentukan salah saji material dan
membantu auditor untuk mengambil penilaian subyektif terakhir atas laporan
keuangan yang telah diaudit.

2.2. Jenis prosedur analitis :


1. Membandingkan data klien dengan data industri lain

Klien Industri
2000 1999 2000 1999
Perputaran 3,4 3,5 3,9 3,4
persediaan

% margin 26,3 % 26,4 % 27,3 % 26,2 %


kotor

2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa padanya periode


sebelumnya.

-7-
Klien
2000 1999 1998 1997
% Margin 26,3 % 26,4 % 27,3 26,9 %
Bruto

3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien

Data Tahun 2000


Anggaran Aktual
Penjualan 300.000.000 225.000.000
Laba 3% 1,5 %

4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor :


Cara ini auditor membuat estimasi berapa seharusnya saldo perkiraan
dan mengaitkan dengan beberapa perkiraan lain di neraca atau laporan
laba rugi dengan data historis.
Misal : Auditor ingin menentukan berapa beban bunga atas wesel bayar,
maka perhitungannya dengan mengalikan saldo akhir bulanan wesel
bayar dengan rata-rata suku bunga bulanan.
5. Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan
data non keuangan.
Misalnya dalam menentukan harga pokok yang terjual maka auditor
tinggal menghitung unit yang terjual dikalikan dengan harga pokok
barang per unit.

3. TUJUH LANGKAH MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS


1. Membuat tujuan :
Membantu dalam perancangan prosedur analitis yang efektif
Misal : tujuan auditor akan mengevaluasi apakah perkiraan beban bunga
PT'X' disajikan secara wajar diketahui : saldo Buku Besar : Rp. 2.000.000

2. Prosedur analitis yang tepat


Tergantung pada tujuan

-8-
Misal : Estimasikan beban bunga dengan menggunakan perkirakaan
hasil yang ditentukan auditor.

3. Menggunakan data yang tepat


 Data harus relevan
 Dapat diandalkan
 Diambil dari banyak tahun

4. Menerapkan aturan keputusan


Misal : bila perhitungan selisih lebih dari 2 % dianggap material

5. Melaksanakan pengujian
Dengan membuat kertas kerja perhitungan

6. Analisis hasil
Misal : selisih 1 % tidak perlu pengujian lebih lanjut (tidak material)

7. Menarik kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil

4. RENCANA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT YANG MENYELURUH


Terdapat Lima Dasar Pengujian audit :
1. Pengujian SPI, yaitu pengujian untuk mendapatkan pemahaman atas
struktur pengendalian intern klien apakah cukup efektif , yang dilakukan
dengan :
 Pengalaman auditor sebelumnnya dengan klien.
 Tanya jawab dengan personal klien
 Petunjuk kebijakan dan prosedur klien
 Pemeriksaan dokumen dan catatan
 Absensi atas aktifitas dan operasi perusahaan

2. Pengujian Pengujian ketaatan atas pengendalian.

-9-
Ditujukan untuk menilai kembali keefektifan pengendalian, dilakukan dengan
melakukan:
 Tanya jawab dengan personal klien
 Pemeriksaan dokumen dan catatan
 Observasi atas penerapan kebijakan dan prosedur tertentu.
 Pelaksanaan ulang atas kebijakan dan prosedur tertentu oleh auditor.

3. Pengujian subtantif atas transaksi


 Prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau kelainan dalam
jumlah/nilai uang yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo-
saldo laporan keuangan.
 Tujuan menentukan apakah setiap transaksi akuntansi klien sudah
diotorisasi dengan tepat, dicatat serta diikhtisarkan di dalam jurnal
dengan benar , dan dibukukan di dalam buku besar tambahan dan buku
besar umum dengan benar pula.

4. Prosedur Analitis
 Perbandingan jumlah yang dicatat dan pengharapan yang dikembangkan
oleh auditor.
 Menekankan pada kelayakan menyeluruh dari setiap transaksi dan saldo
dalam Buku Besar.

Empat tujuan prosedur analitis :


a. Pemahaman atas perusahaan klien
b. Penilaian kemampuan perusahaan
c. Petunjuk mengenai adanya kemungkinan kesalahan dalam
laporan keuangan.
d. Pengurangan pengujian audit terinci

5. Pengujian atas Rincian Saldo


Memusatkan pada saldo akhir buku besar untuk Neraca maupun Laba Rugi
(umumnya menekankan Neraca)

Misal : untuk penjulan :

- 10 -
 Pengujian dilakukan terhadap piutang usaha dan penjualan.
 Prosedur audit : - konfirmasi piutang usaha , pengujian pisah batas (cut
off).

5. HUBUNGAN JENIS PENGUJIAN DENGAN JENIS BUKTI

JENIS PENGUJIAN 1 2 3 4 5 6 7
Prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas SPI v v v v
Pengujian Ketaatan
pengendalian intern v v v v
Pengujian subtantif atas
transaksi v v v v
Prosedur analitis
v v
Pengujian atas rincian saldo
v v v v v

Keterangan :
1= Bukti fisik
2 = Konfirmasi
3 = Dokumentasi
4 = Observasi
5 = Wawancara atau Lisan
6 = Ketepatan mekanis
7 = Prosedur analitis

6. MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT


Definisi Materialitas :

- 11 -
Jumlah kesalahan atau salah menyajikan informasi akuntansi yang dalam
keadaan demikian dapat membuat keputusan seseorang berubah akibat
informasi tersebut.

Materialitas dan Risiko diungkapkan dalam :


 Standar Auditing pada Standar pekerjaan lapangan SA 300 Seksi 312
PSA no. 25 (SPAP ; IAI)
 Laporan Audit Bentuk Baku : " Menurut pendapat kami, laporan keuangan
terlampir menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang meterial, posisi
keuangan PT "X" tahun 200X ……….
 Dalam segala hal yang material : maka auditor memberitahu bahwa
pendapatnya terhadap LK terbatas pada informasi keuangan yang
material saja.

Tanggung Jawab Auditor :


 Menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan yang
material.
 Bila terdapat kesalahan material dalam LK, maka auditor meminta klien
untuk memperbaiki / koreksi.
 Klien tidak mau melakukan perbaikan , maka pendapat tidak wajar atau
wajar dengan kualifikasi akan diberikan.

I. Jenis – Jenis Pengujian

Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat dipakai dalam penentuaan apakah
laporan keuangan telah di sajian secara wajar:

A. Prosedur untuk memperolehan pemahaman atas struktur pengendalian


intern
Selama tahap audit tersebut, auditor harus memusatkan perhatiannya kepada
rancangan dan operasi dari aspek-aspek struktur pengendalian intern sampai
seluas yang diperlukan untuk dapat merancangkan audit dengan efektif. Tujuan
pelaksaan prosedur adalah untuk memberikan pemahaman dan bahan bukti,

- 12 -
dimana terdapat lima jenis prosedur yang berhubungan dengan pemahaman
auditor atas stuktur pengendalian intern yaitu :

 Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha


tersebut
 Tanya jawab dengan pegawai perusahaan
 Pemeriksaan pedoman kebijakan dan system
 Pemeriksaan atas dokumen dan catatan
 Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tersebut

B. Pengujian atas pengendalian


Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian
intern adalah untuk menetapkan resiko pengendalian relative terhadap berbagai
tujuan audit berkaitan transaksi. Tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan
harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh.
Prosedur yang digunakan untuk memperoleh bahan bukti semacam ini disebut
pengujian atas pengendalian dan diarahkan kepada efektifitas pengadalian
( Rancangan dan operasinya ).
Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut :
 Tanya jawab dengan pegawai klien
 Pemeriksaan dokumen dan catatan
 Pengamatan aktifitas-aktifitas berhubungan dengan pengadalian
 Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur-prosedur klien

Dua prosedur yang pertama sama dengan jenis bahan bukti yang diperoleh
dalam memahami struktur pengendalian intern. Sehingga, penetapan resiko
pengadalian dan pengujian atas pengendalian dapat dikatakan sebagai
kelanjutan dari prosedut audit yang digunakan untuk memperoleh pemahaman
stuktur pengendalian intern. Perbedaan utama adalah bahwa dengan pengujian
atas pengendalian tersebut, tujuan menjadi lebih spesifik dan pengujian menjadi
ekstensif.

- 13 -
C. Pengujian subtantif atas transaksi
Pengujian subtantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung
mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan atau
ketidakberesan tersebut ( sering disebut sakah saji atau ketidakberesan moneter
) merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam akun-akun laporan
keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian substantive yaitu pengujian atas
transaksi, prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.

Tujuan pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah


transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diiktisarkan
dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku tambahan
dengan benar.

1. Pengujian atas transaksi


Biasanya meliputi suatu bagian deskriptif yang mendokumentasikan
pemahaman memperoleh sekitar pengendalian internal. Juga
menyertakan uraian tentang prosedur dan risiko pengendalian yang
dinilai

Daftar Pustaka:
1. www.library.gunadarma.ac.id
2. Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasly, Mark S. 2001.
Auditing and Assurance Services – An Integrated Approach 9th edt. New
Jersey: Prentice Hall International, Inc.
3. IKATAN AKUNTAN INDONESIA, 2004, STANDAR PROFESIONAL
AKUNTAN PUBLIK,
4. MESSIER/GLOVER/PRAWITT, AUDITING & ASSURANCE
SERVICE A SYSTEMATIC APPROACH.
5. SYAHRIL DJADDANG, 2008, MODUL PERKULIAHAAN BUKU
MATERI POKOK AUDITING 1.

- 14 -

Anda mungkin juga menyukai