ALTERNATIF PEMBELAJARAN
Posted on Juni 8, 2010 by mgmp ipa rayon ampibabo
KONSEP PENGEMBANGAN
Secara teoritik dalam dunia pendidikan ada dua standar yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik
sehingga tujuan dari pendidikan itu tercapai, yaitu :
Standar ini merefleksikan pengetahuan dan ketrampilan esensial setiap disiplin ilmu yang
harus dipelajari ole peserta didik
Standar ini ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil yang didemonstrasikan peserta didik
sebagai penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dipelajari.
Dari sini dapat dilihat bahwa setiap peserta didik minimal dua komponen standar yang harus dimiliki
berupa wawasan tentang pengetahuan sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuninya maupun
kompetensi yang harus dikuasanya.
Menurut Andi Ansarullah kompetensi merupakan gabungan dari hard skill dan soft skill yang harus
dimiliki oleh peserta secara terintegrasi. Kemampuan Hard skill disini meliputi 1 :
Merupakan kemampuan peserta didik untuk melakukan komunikasi dengan orang lain
menggunakan bahasa lisan. Bahasa lisan disini meliputi kemampuan retorika, ekspresi
maupun body language.
Merupakan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi yang dituangkan dengan bahasa
tulis. Untuk seorang calon ahli hukum kemampuan menuangkan dalam bahasa tulisan sangat
dibutuhkan berkaitan dengan bahasa hukum yang mempunyai ke “khas” an tersendiri.
Logical Skill
Merupakan kemampuan peserta didik untuk menggunakan logika berpikir yang benar
sehingga diharapkan tidak terjadi sesat piker karena penggunaan logika yang keliru.
Analitycal skill
Merupakan kemampuan untuk menganalisa fakta-fakta sesuai dengan pemikiran yang logis
dan kritis.
Merupakan kemampuan untuk melakukan kerjasama dengan orang lain dalam membangun
sebuah tim.
Sedang Prof Mukhadis memberikan pengertian kompetensi sebagai demontrasi terintegrasi dari
kelompok ketrampilan dan sikap yang dapat diamati dan diukur dari pekerjaan tertentu dan tingkatan
tertentu2. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi merupakan kecakapan teknikal dan
kognitif yang harus dimiliki oleh peserta didik yang dipandu oleh kecakapan afektif berupa nilai-nilai
yang memandu peserta didik dalam bersikap dan berperilaku. Kompetensi yang berupa sikap batinia,
mentalistik dan sosiopsikologik terwujud dalam keberdayaan dan kesanggupan dalam memecahkan
masalah. Hal ini dapat diukur dan diamati melalui kinerja dan ketrampilan dari peserta didik.
Berkaitan dengan pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh peserta didik maka dirasa perlu
pendekatan metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) sehingga pernyataan
tujuan (goal statement) yang di ingin capai peserta didik dengan menggambarkan hasil belajar pada
aspek kognitif, teknikal dan sikap secara terintegrasi dapat terwujud.
Pembelajaran menurut Prof Mukhadis merupakan upaya memfasilitasi individu, kelompok secara
sistematik dan bertujuan dengan strategi yang cocok dengan mengacu pada kondisi dan hasil agar
muncul prakarsa tindak belajar 4. Arif Rachman mengatakan bawa pembelajaran yang selama ini
terjadi mempunyai cirri-ciri sebagai berikut5 :
Behavior approach;
Set criteria of success/failure;
Fixed obyectives;
Structured
Kognitif, measureable
Rigid
1. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai tidak hanya sebatas penguasaan keilmuan
melainkan menemukan ilmu;
2. Proses pembelajaran yang dikedepankan bukan teacher centered melainkan pupil centered
(berorientasi pada peserta didik)
3. Proses berpikir yang diterapkan menekankan kretif, inovatif dan imaginatif
4. Tempat yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak hanya dalam ruang kelas juga
dengan observasi dilapangan;
5. Pertanyaan yang dimunculkan dalam proses pembelajaran “bagaimana Kalau”
Problem Based learning (Pembelajaran berbasis masalah) merupakan pembelajaran terpusat melalui
masalah-masalah yang relevan. Terpusat karena berisi scenario, tema, unit yang menempatkan
kembali pada pembelajaran yang di inginkan. Tujuan dalam proses pembelajaran ini kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah, menguraikan masalah dan merevisinya ketika melakukan
presentasi akan menambah informasi sesuai kompetensinya.
Menurut A. Mukhadis7
Problem Based Learning atau Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran
dalam konteks kehidupan nyata ysng berorientasi pemecahan masalah dengan memanfaatkan
berpikir kritis, sintetik, dan praktikal melalui pemanfaatan nultiple intelligences dengan membiasakan
belajar ‘bagaimana belajar” .Dari paparan ini dapat dilihat bahwa PBL merupakan sebuah strategi
pembelajaran yang memanfaatkan masalah-masalah yang actual sesuai dengan bidang keilmuannya
secara terintegrasi melalui pemanfaatan kecerdasan-kecerdasan manusia meliputi IQ,EQ maupun
SQ untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kreatif dari peserta didik.
Dari sini dapat diketahui bahwa tujuan Pembelajaran berbasis masalah adalah 8 :
1. Menggunaan masalah sebagai fakta das sollen serta alternative solusi yang dapat dilakukan;
2. memfokuskan pada interdisiplin keilmuan;
3. menggunakan penyelidikan secara otentik
4. Self and Peer Assesment
5. Hasil solusi akhir dapat dipertanggung jawabkan.
Dalam proses pembelajaran berbasis masalah peran pembelajaran harus saling menunjang antara
mahasiswa/peserta didik dengan dosen. Peran yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran ini
antara lain9 :
1. memunculkan problem statement dalam bentuk ill-structured, open ended dan ambiguous.
2. memfasilitasi identifikasi What we know
3. memfasilitasi problem statement (ruang problem yang lebih spesifik)
4. memfasilitasi identifikasi what we need to problem solving
5. memfasilitasi dalam menetapkan alternative tindakan dan alternative menyajikan laporan
Andi ansharullah mempunyai pendapat peran dosen dalam proses pembelajaran ini, yaitu 10 :
Sedangkan mahasiswa dalam proses pembelajaran ini mempunyai peran antara lain :
Metode belajar yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam proses belajar PBL ini adalah
dengan metode inquiry yang secara harfiah mempunyai arti penyelidikan.Carin dan sund memberi
pengertian inquiry adalah the process of investigating a problem 11. Sedangkan Piaget memberikan
pengertian bahwa metode inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasiuntuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin
melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta
menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang
ditemukannya dengan temuan mahasiswa/peserta didik yang lain.
Dalam proses pengajaran mengenai PBL ini metode inquiry yang digunakan adalah metode inquiry
bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry), pada metode ini dosen memberikan permasalahan
atau problem yang ill-structured, open-ended dan ambiguous, kemudian mahasiswa diminta untuk
memecahkan masalah melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian.
Daftar Pustaka
Arief Rachman, Profesionalisme Guru dan Dosen, Makalah disajikan dalam seminar
di Poltekkes Malang, 26 januari 2006
http://musyawarahipa.wordpress.com/2010/06/08/problem-based-learning-dan-alternatif-
pembelajaran/