Hendro menjelaskan pasangan suami istri FM alias Kikuk dan RAR alias Dea
dibekuk di daerah Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, setelah sempat buron
selama tiga hari. Mereka mengaku kesal dengan ulah korban yang berani
menggunakan kamar pribadi tersangka untuk melakukan hubungan intim
dengan temannya. Korban dibunuh dengan sebilah pisau di rumahnya di
Jalan Dahlia Kompleks Rancaekek Kencana, Rancaekek, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Jenazah korban lalu dibuang di daerah Citembong,
Rajamandala, dengan sebuah mobil sewaan.
Polisi juga masih mengejar seorang pelaku lainnya yang diduga turut serta
dalam aksi pembunuhan tersebut. (ADI/Vin)
Bentrokan juga mengakibatkan kaca kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi pecah berantakan. Fasilitas di dalam kantor juga rusak. Batu-
batu berserakan di lantai dan meja.
Gedung olahraga yang bersebelahan dengan kantor dinas juga tak luput dari
amuk massa. Hampir seluruh kaca jendela pecah berantakan. Ini terlihat dari
pecahan kaca yang masih berserakan di lantai.
Pelemparan kedua bangunan itu terjadi saat dua kelompok pemuda itu
terlibat bentrokan. Pemicunya adalah perkelahian dua remaja. Sebelumnya,
seorang di antara mereka tersinggung karena teman wanitanya diganggu.
Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Dewa Parsana bersama bupati dan ketua
DPRD Sigi langsung melakukan pertemuan di Mapolsek Dolo. Polisi juga
bergerak cepat dengan mengamankan remaja pemicu bentrokan. Saat ini
mereka tengah diperiksa di Polsek Dolo.
Untuk menjaga situasi, satu kompi Brimob dan dua kompi Samapta Polres
disiagakan. Mereka mengantisipasi agar bentrokan tak terulang.(ULF)
Liputan6.com, Medan:
Seorang wanita bernama Sri Rantau baru-baru ini ditemukan tewas di areal
pembuangan sampah dekat rumahnya di Kelurahan Sari Rejo, Medan,
Sumatra Utara. Wanita berusia 50 tahun itu diduga kuat tewas dibunuh,
karena ditemukan bekas jeratan tali melingkar di lehernya.
Suasana duka pun menyelimuti keluarga Sri. Tiga anak korban yang tidak
menyangka ditinggal ibunya secepat ini, tak henti-hentinya menangis.
Bahkan seorang anak perempuannya jatuh pingsan karena tak kuat
menahan kesedihan.
Polisi yang terjun ke lapangan pun langsung melakukan olah tempat kejadian
perkara. Dari keterangan warga didapat, sebelum tewas Sri sempat
bertengkar dengan suaminya. Usai olah TKP, jenazah korban langsung
dibawa ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk diotopsi.
"Ia sama sekali tak melawan saat nyawanya dihabisi," kata tersangka Usai
membunuh, Rohim sempat menangis dan mencium jasad korban. Pria yang
pernah berprofesi sebagai penarik becak itu sempat buron ke Aceh.
Akhirnya, ia kembali ke Medan.(WIL/SHA)
Jakarta, Kompas - Liauw Tjhon Kin (73), seorang pemilik toko emas,
ditemukan tewas bersimbah darah di ruang keluarga rumahnya di Jalan
Penegak No 2, Kelurahan Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, Selasa
(21/9) malam. Menurut anak bungsunya, Hardi Mulyawan (37), ayahnya
dibunuh dan dirampok.
Hardi melihat ayahnya tergeletak di lantai ruang tengah saat pulang kerja,
Selasa pukul 23.30. Di tubuh Tjhon Kin terdapat 10 tusukan, sementara di
lehernya tampak bekas jeratan.
”Dia diduga tewas dijerat. Itu tampak dari kotoran yang keluar dari tubuh
korban. Untuk memastikan korbannya sudah tewas, si pelaku kemudian
menikam korban bertubi-tubi,” tutur Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek
Metro Matraman, Jaktim, Inspektur Dua Bara Libra Sagita, Rabu (22/9).
Pria Tionghoa
”Samsuri tidak curiga karena pria itu sudah beberapa kali ke rumah korban.
Kepada Samsuri, korban pun pernah menjelaskan bahwa pria itu adalah
kawan kecilnya. Namun, malamnya saat Hardi pulang kerja, ayahnya
ditemukan sudah meninggal,” tutur Farhan.
Samsuri yang ditemui di kolong jembatan layang tak jauh dari rumah korban
membenarkan kesaksiannya.
“Kalau dibilang galak sih nggak, tapi setiap omongan yang keluar nyakitin
orang. Contohnya kalau salah makan disinggung. Kami tahu kalau kami
orang gak punya, orang miskin. Tapi dia juga sering keluar kata-kasar seperti
tolol dan lainnya,” ucapnya di Mapolres Jakarta Selatan, Rabu (15/12/2010).
“Dia juga sering marah-marah, padahal kami tidak salah. Dia itu sudah tua,
kadang sering lupa, pikun kalau menaruh barang suka lupa dan kami sering
dituduh mencuri.”
Jaya mengaku baru dua bulan bekerja menjadi pembantu di rumah Jeane
yang terletak di Jalan Kakao Raya, Cilandak No 57 RT 8 RW 5 Kelurahan
Ragunan, Jakarta Selatan.
“Ini sudah direncanakan sebelumnya dan barang bukti yang kami sita yaitu
mini compo, enam unit telepon genggam, tujuh kartu ATM, perhiasan kalung
dan gelang. Uang tunai Rp1.200 ribu, serta satu kantong plastik uang logam,”
ucapnya. (kyw)
Djusmin Dawi Diancam Penjara 20 Tahun
Laporan: Rudi
Jumat, 28 Januari 2011 | 20:14 WITA
Djusmin yang menjadi tersangka dalam kasus kredit fiktif senilai Rp 44 miliar
di BTN Syariah Cabang Makassar pada rentang tahun 2006-2008 lalu,
hingga kini masih buron. Polisi dan kejaksaan sulit mengidentifikasi jejak
Djusmin.
Selain Djusmin, Syarifuddin Ashari tersangka lainnya juga turut dijerat hal
serupa dengan Bos PT ARA tersebut.
Awaluddin yang akan bertindak selaku jaksa penuntut umum (JPU) dalam
persidangan tersebut, saat dikonfirmasi di Kejari Makassar, Jumat (28/1),
mengatakan, belum mengetahui kepastian jadwal persidangan dua aktor
koruptor tersebut.
Makanya, proses sidang yang dijadwalkan pekan depan akan digelar secara
in absentia (tanpa dihadiri terdakwa). Dalam kasus dugaan korupsi kredit fiktif
BTN Syariah ini, kedua tersangka dijerat pasal 2
ayat (1) dan pasal 3, juncto pasal 18 undang-undang No 31, tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, juncto Undang-undang No 20 tahun
2001, tentang pngubahan Undang-undang No 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP,
juncto pasal 64 ayat (1) KUHP.
Selain itu, jumlah nasabah yang ikut bermasalah dalam kasus tersebut
sebanyak 493 orang. Rincinya, nasabah yang dinyatakan fiktif sebanyak 484
orang dan sembilan nasabah rekayasa.
Dalam kasus itu, tersangka yang menjabat selaku bos utama di PT ARA
sengaja merekayasa daftar nasabah yang akan mengambil pembiayaan
mobil di BTN Syariah.
Satpam toko tersebut, Dudung, adalah orang pertama yang mengetahui toko
dibobol maling, sekitar pukul 09.00 Wita Senin (11/10) pagi tadi. Ia melihat
pintu besi dua gembok bagian luar dan dua gembok bagian dalam tak bisa
dibuka dari luar.
Dua buah gembok yang dapat terdapat di dalam tak dapat dibuka karena
telah dipasangi lem pencuri. Untuk membuka pintu, pemilik toko dan
bebebrapa securitynya membuka dengan cara mengelas engsel pintu.
"Saya melihat korban terbujur kaku dan saya tidak sempat lagi menanyakan
siapa pelakunya. Saya langsung bawa dia ke Rumah Sakit Bhayangkara,"
kata Hendra sambil menitikkan air mata. Ia mengaku sangat sedih karena
ditinggal pergi sahabatnya.
Dodo tewas akibat pascabentrokan serta aksi tawuran awal Juni 2010 lalu
antara Fakultas Teknik dan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Makassar (UNM) Parangtambung yang dipicu karena sebuah baliho milik
Jurusan Seni dan Desain yang terpajang di pintu gerbang kampus diduga
disobek oleh mahasiswa teknik.(*)
Sementara itu kedelapan napi yang menganiaya korban hingga tewas adalah
Prayitno (21) yang dihukum karena kasus pencurian dengan kekerasan (365
KUHP). Ahmad Habibi (19) yang terkena kasus pembunuhan, Dedi alias
Bangau (21) karena pencurian kendaraan bermotor, Heru (20) kasus curas
(365 KUHP), Aji (19) karena kasus narkoba, Fikri (21) karena kasus
penganiayaan, Andre (23) karena kasus ranmor dan Iskandar (21) karena
kasus penggelapan kendaraan bermotor.
Di hadapan petugas Polsek IB I, kedelapan napi mengakui mereka memang
menganiaya korban. Alasannya karena korban bermaksud melarikan diri
dengan cara melubangi plafon ruang tahanan dengan paku. Sedangkan
kedelapan napi ini menurut pengakuan mereka tidak ingin melarikan diri.
Karena tidak terima ajakan itulah maka mereka sepakat memukuli korban.
Menggunakan sendok yang dipipihkan dengan batu mereka sepakat
menganiaya korban.
Adapun barang bukti yang diamankan dari lokasi adalah kepala sendok yang
dipipihkan, batu dan paku. Bantal untuk membekap mulut korban, kain
sarung dua helai untuk menjerat leher korban.(*)