Anda di halaman 1dari 10

Liputan6.

com, Bandung: Polisi berhasil menangkap dua pelaku pembunuhan


terhadap anggota TNI, Pratu Yuda Wastu Prahari Kusumah. Pelaku mengaku
tega membunuh karena korban menggunakan kamar mereka tanpa izin.
Demikian dikatakan Kapolres Bandung, Jawa Barat Ajun Komisaris Besar
Polisi Hendro Pandowo, Rabu (26/1).

Hendro menjelaskan pasangan suami istri FM alias Kikuk dan RAR alias Dea
dibekuk di daerah Cibadak, Sukabumi, Jawa Barat, setelah sempat buron
selama tiga hari. Mereka mengaku kesal dengan ulah korban yang berani
menggunakan kamar pribadi tersangka untuk melakukan hubungan intim
dengan temannya. Korban dibunuh dengan sebilah pisau di rumahnya di
Jalan Dahlia Kompleks Rancaekek Kencana, Rancaekek, Kabupaten
Bandung, Jawa Barat. Jenazah korban lalu dibuang di daerah Citembong,
Rajamandala, dengan sebuah mobil sewaan.

Beberapa kerabat korban yang kesal mencoba menganiaya pelaku yang


akan dimasukkan ke dalam sel tahanan. Beberapa barang bukti berupa dua
bilah pisau, satu unit mobil, satu terpal dan satu unit sepeda motor milik
korban disita petugas. Akibat perbuatannya, tersangka terancam hukuman
mati.

Polisi juga masih mengejar seorang pelaku lainnya yang diduga turut serta
dalam aksi pembunuhan tersebut. (ADI/Vin)

Liputan6.com, Palu: Pemuda Desa Tulo dan Desa Desa Kotarindau di


Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, terlibat bentrokan, baru-baru ini.
Akibatnya, seorang terluka terkena senapan angin saat bentrokan terjadi.

Bentrokan juga mengakibatkan kaca kantor Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan
Transmigrasi pecah berantakan. Fasilitas di dalam kantor juga rusak. Batu-
batu berserakan di lantai dan meja.

Gedung olahraga yang bersebelahan dengan kantor dinas juga tak luput dari
amuk massa. Hampir seluruh kaca jendela pecah berantakan. Ini terlihat dari
pecahan kaca yang masih berserakan di lantai.

Pelemparan kedua bangunan itu terjadi saat dua kelompok pemuda itu
terlibat bentrokan. Pemicunya adalah perkelahian dua remaja. Sebelumnya,
seorang di antara mereka tersinggung karena teman wanitanya diganggu.

Kapolda Sulteng Brigadir Jenderal Dewa Parsana bersama bupati dan ketua
DPRD Sigi langsung melakukan pertemuan di Mapolsek Dolo. Polisi juga
bergerak cepat dengan mengamankan remaja pemicu bentrokan. Saat ini
mereka tengah diperiksa di Polsek Dolo.

Untuk menjaga situasi, satu kompi Brimob dan dua kompi Samapta Polres
disiagakan. Mereka mengantisipasi agar bentrokan tak terulang.(ULF)

Liputan6.com, Medan:
Seorang wanita bernama Sri Rantau baru-baru ini ditemukan tewas di areal
pembuangan sampah dekat rumahnya di Kelurahan Sari Rejo, Medan,
Sumatra Utara. Wanita berusia 50 tahun itu diduga kuat tewas dibunuh,
karena ditemukan bekas jeratan tali melingkar di lehernya.

Suasana duka pun menyelimuti keluarga Sri. Tiga anak korban yang tidak
menyangka ditinggal ibunya secepat ini, tak henti-hentinya menangis.
Bahkan seorang anak perempuannya jatuh pingsan karena tak kuat
menahan kesedihan.

Polisi yang terjun ke lapangan pun langsung melakukan olah tempat kejadian
perkara. Dari keterangan warga didapat, sebelum tewas Sri sempat
bertengkar dengan suaminya. Usai olah TKP, jenazah korban langsung
dibawa ke Rumah Sakit Pirngadi Medan untuk diotopsi.

Setelah melakukan penyelidikan selama empat bulan, polisi berhasil


mengungkap kasus pembunuhan wanita paruh baya di Kelurahan Sari Rejo,
Medan, Sumatra Utara. Korban, Sri Rantau Rangkuti, ternyata dibunuh oleh
Rohim, sang kekasih gelap. Pelaku ditangkap Kepolisian Sektor Kota Medan
dan Satreskrim Poltabes Medan di Langkat, Sumut, Selasa (6/4) dini hari.

Usai penangkapan, polisi menggiring tersangka untuk reka ulang kasus.


Dengan seutas tali jemuran, Rohim menjerat leher Sri. Tersangka mengaku
gelap mata karena pernah melihat sang kekasih jalan dengan pria tak
dikenal.

"Ia sama sekali tak melawan saat nyawanya dihabisi," kata tersangka Usai
membunuh, Rohim sempat menangis dan mencium jasad korban. Pria yang
pernah berprofesi sebagai penarik becak itu sempat buron ke Aceh.
Akhirnya, ia kembali ke Medan.(WIL/SHA)

Jakarta, Kompas - Liauw Tjhon Kin (73), seorang pemilik toko emas,
ditemukan tewas bersimbah darah di ruang keluarga rumahnya di Jalan
Penegak No 2, Kelurahan Palmeriam, Matraman, Jakarta Timur, Selasa
(21/9) malam. Menurut anak bungsunya, Hardi Mulyawan (37), ayahnya
dibunuh dan dirampok.

Hardi melihat ayahnya tergeletak di lantai ruang tengah saat pulang kerja,
Selasa pukul 23.30. Di tubuh Tjhon Kin terdapat 10 tusukan, sementara di
lehernya tampak bekas jeratan.

”Dia diduga tewas dijerat. Itu tampak dari kotoran yang keluar dari tubuh
korban. Untuk memastikan korbannya sudah tewas, si pelaku kemudian
menikam korban bertubi-tubi,” tutur Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek
Metro Matraman, Jaktim, Inspektur Dua Bara Libra Sagita, Rabu (22/9).

Ketua RT 3 RW 1 Farhan Hamzah (59), yang ditemui di rumahnya Rabu


siang, menjelaskan, saat tidur ia dibangunkan dering telepon Hardi, yang
mengatakan bahwa ayahnya tewas dirampok.

”Saya ditelepon pukul 24.00. Saya langsung ke rumah korban. Di rumah


tersebut sudah banyak berkumpul warga dan polisi. Saya melihat tubuh
korban tergeletak berlumuran darah dengan 10 tusukan. Kondisi di tiga
kamar tampak acak-acakan, terutama kamar utama korban Tjhon Kin. Rabu
(22/9) pukul 01.00, tempat kejadian perkara sudah dipasangi garis polisi,”
paparnya.

Pria Tionghoa

Farhan mengatakan, Selasa sekitar pukul 10.30 seorang pemulung, Samsuri


(55), melihat rumah korban didatangi seorang pria Tionghoa. Tak lama
kemudian, pria tersebut keluar rumah membawa tas warna hitam.

”Samsuri tidak curiga karena pria itu sudah beberapa kali ke rumah korban.
Kepada Samsuri, korban pun pernah menjelaskan bahwa pria itu adalah
kawan kecilnya. Namun, malamnya saat Hardi pulang kerja, ayahnya
ditemukan sudah meninggal,” tutur Farhan.

Samsuri yang ditemui di kolong jembatan layang tak jauh dari rumah korban
membenarkan kesaksiannya.

Bara Libra mengatakan, menurut keterangan Aceng, seorang sopir tetangga,


Selasa siang Aceng menyerahkan undangan kepada si pria Tionghoa itu. Si
pria mengatakan, Tjhon Kin tidak muncul menemui Aceng karena sedang
tidur.
Kini jenazah Tjhon Kin diotopsi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,
Jakarta Pusat. Dari sana, jenazah akan dibawa ke rumah duka di RSPAD
Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jaktim Komisaris Nicolaus


Lilypali yang dihubungi kemarin mengatakan, polisi masih mencari seorang
pria yang diduga menjadi pelaku pembunuhan. (WIN)

JAKARTA – Jaya, tersangka pembunuh Jeane Manurung (67), nenek yang


jasadnya dikuburkan di tempat pembakaran sampah di Cilandak, mengaku
melakukan hal tersebut karena faktor sakit hati kepada korban.

“Kalau dibilang galak sih nggak, tapi setiap omongan yang keluar nyakitin
orang. Contohnya kalau salah makan disinggung. Kami tahu kalau kami
orang gak punya, orang miskin. Tapi dia juga sering keluar kata-kasar seperti
tolol dan lainnya,” ucapnya di Mapolres Jakarta Selatan, Rabu (15/12/2010).

“Dia juga sering marah-marah, padahal kami tidak salah. Dia itu sudah tua,
kadang sering lupa, pikun kalau menaruh barang suka lupa dan kami sering
dituduh mencuri.”
Jaya mengaku baru dua bulan bekerja menjadi pembantu di rumah Jeane
yang terletak di Jalan Kakao Raya, Cilandak No 57 RT 8 RW 5 Kelurahan
Ragunan, Jakarta Selatan.

Sementara Endang, tersangka lain, mengaku mengkuburkan jenazah Jeane


di bawah tempat pembakaran sampah untuk menghilangkan jejak. “Tadinya
kami bingung mau ngapain, barangnya kami bawa aja, terus kami kubur
supaya menghilangkan jejak,” imbuhnya.

Wakasat Reskrim Polres Jakarta Selatan Kompol Suhandana mengatakan


kejahatan ini masuk dalam kategori pembunuhan terencana. Sebab sehari
sebelumnya kedua pelaku telah menggali tanah untuk mengubur jenazah
Jeane.

“Ini sudah direncanakan sebelumnya dan barang bukti yang kami sita yaitu
mini compo, enam unit telepon genggam, tujuh kartu ATM, perhiasan kalung
dan gelang. Uang tunai Rp1.200 ribu, serta satu kantong plastik uang logam,”
ucapnya. (kyw)
Djusmin Dawi Diancam Penjara 20 Tahun
Laporan: Rudi
Jumat, 28 Januari 2011 | 20:14 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Bos PT Aditya Reski Abadi (ARA) yang


juga mantan Ketua DPD Partai Persatuan Daerah (PPD) Sulawesi Selatan,
Djusmin Dawi, diancam dengan pidana penjara 20 tahun.

Djusmin yang menjadi tersangka dalam kasus kredit fiktif senilai Rp 44 miliar
di BTN Syariah Cabang Makassar pada rentang tahun 2006-2008 lalu,
hingga kini masih buron. Polisi dan kejaksaan sulit mengidentifikasi jejak
Djusmin.

Selain Djusmin, Syarifuddin Ashari tersangka lainnya juga turut dijerat hal
serupa dengan Bos PT ARA tersebut.

Kedua terpidana akan menjalani persidangan perdana pada hari Senin


(31/1/2011), di Pengadilan Negeri Makassar. Persidangan akan berlangsung
secara in absensia atau tanpa kehadiran terdakwa.

Awaluddin yang akan bertindak selaku jaksa penuntut umum (JPU) dalam
persidangan tersebut, saat dikonfirmasi di Kejari Makassar, Jumat (28/1),
mengatakan, belum mengetahui kepastian jadwal persidangan dua aktor
koruptor tersebut.

"Sejauh ini kami belum mendapatkan kabar kepastian sidangnya," ujarnya.

Juru bicara PN Makassar, Parlas Nababan yang dimintai keterangannya


secara terpisah mengaku persidangan perdana dua tersangka itu digelar
Senin mendatang. Dirinya juga menyebutkan tiga hakim tipikor yang akan
bertindak sebagai hakim untuk mengadili tersangka. Mereka adalah, ketua
majelis hakim Wayan Karya, Tardi dan Mas'ud.

"Tiga hakim inilah yang nantinya akan mengadili tersangka


dipersidangan,"paparnya.

Kedua tersangka yang sempat menghebohkan kejaksaan beberapa waktu


lalu karena diduga sempat diperas sejumlah penyidik Kejati Sulsel, sudah
menjadi buron kejaksaan dan kepolisian selama satu tahun. Namun hingga
sekarang keduanya belum diketahui keberadaannya oleh pihak kejaksaan.

Makanya, proses sidang yang dijadwalkan pekan depan akan digelar secara
in absentia (tanpa dihadiri terdakwa). Dalam kasus dugaan korupsi kredit fiktif
BTN Syariah ini, kedua tersangka dijerat pasal 2
ayat (1) dan pasal 3, juncto pasal 18 undang-undang No 31, tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi, juncto Undang-undang No 20 tahun
2001, tentang pngubahan Undang-undang No 31 tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat (1) ke (1) KUHP,
juncto pasal 64 ayat (1) KUHP.

Keduanya diduga terbukti melakukan kredit fiktif senilai Rp 43.365,462,000


dan merekayasa kredit senilai Rp 834 juta. Sehingga menimbulkan kerugian
negara dalam kasus tersebut senilai Rp
44.199,462,000.

Selain itu, jumlah nasabah yang ikut bermasalah dalam kasus tersebut
sebanyak 493 orang. Rincinya, nasabah yang dinyatakan fiktif sebanyak 484
orang dan sembilan nasabah rekayasa.

Dalam kasus itu, tersangka yang menjabat selaku bos utama di PT ARA
sengaja merekayasa daftar nasabah yang akan mengambil pembiayaan
mobil di BTN Syariah.

Rekayasa itu dilakukan tersangka dengan cara memalsukan identitas


pemohon kredit, terkhusus menyangkut soal pekerjaan dan pendapatan
setiap bulannya.

Dalam memuluskan aksinya itu, tersangka mendata sejumlah orang yang


tidak mampu alias miskin sebagai target untuk digunakan identitasnya.
Warga yang sudah memberikan identitasnya itu kemudian diberikan sejumlah
uang mulai Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta.

Namun sebagai pembuktian kepada pihak termohon yakni BTN Syariah,


warga tersebut kemudian difoto didekat mobil agar supaya pihak BTN
Syariah percaya jika mereka membeli mobil dengan cara kredit.(*)

Tamu Hotel Diduga Pelaku Pencurian di Toko Harapan Baru


Laporan: Rudi
tribun timur

Senin, 11 Oktober 2010 | 14:56 WITA

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Toko Harapan Baru yang terletak di Jl


Sunga Saddang, Makassar dibobol maling, Senin (11/10/2010) ratusan
lembar pakaian mahal bermerek terkenal raib dibawa kabur pencuri.

Satpam toko tersebut, Dudung, adalah orang pertama yang mengetahui toko
dibobol maling, sekitar pukul 09.00 Wita Senin (11/10) pagi tadi. Ia melihat
pintu besi dua gembok bagian luar dan dua gembok bagian dalam tak bisa
dibuka dari luar.

Dua buah gembok yang dapat terdapat di dalam tak dapat dibuka karena
telah dipasangi lem pencuri. Untuk membuka pintu, pemilik toko dan
bebebrapa securitynya membuka dengan cara mengelas engsel pintu.

Setelah berhasil masuk, barulah ketahuan kalau pencuri masuk ke toko


melalui lantai tiga yang merupakan kantor toko. Pencuri membobol tembok
pembatas toko yang berbatasan dengan hotel Maricaya. Dari hasil
penelusuran kepolisian yang ada di TKP diketahui pembobol ternyata tamu
hotel.

Kapolsekta Makassar, AKP Syaiful Alam yang ditemui di lokasi kejadian


menuturkan pencuri masuk ke toko dengan cara membobol dinding tembok
kamar 315 Hotel Maricaya di lantai tiga. Orang yang diketahui berlogat Sunda
oleh resepsionis hotel menggunakan linggis dan dongkrak untuk mendobrak
tembok.

"Dia berhasil mebobol lubang pas-pas untuk menyusup ke sebelah. Di kamar


itu juga ditemukan tumpukan balok dan linggis tiga batang," jelas Syaiful.

Atas kejadian ini, polisi belum berhasil mengidentifikasi barang-barang yang


hilang serta jumlah kerugian. Namun, di toko tersebut terlihat satu etalase
pakaian bermerk Crocodile dan Levis yang diperkirakan berjumlah ratusan
lembar, raib dibawa pelaku yang diperkirakan berjumlah lebih dari dua orang.
(*)

Dua Pembunuh Mahasiswa UNM Diancam Hukuman 15 Tahun Penjara


Laporan: Rudi
Selasa, 5 Oktober 2010 | 20:30 WITA

MAKASSAR, TRIBUN - Dua orang mahasiswa Universitas Negeri Makassar


(UNM) masing-masing Nurul Hamsah (20) dan Ahmad Kurniawan alias
Wawan (20) mahasiswa jurusan seni diancam hukuman penjara selama 15
tahun.

Keduanya diduga terbukti melakukan pembunuhan terhadap Dodo, rekannya


sendiri. Sadisnya, pelaku melakukan hal itu dengan cara memarangi korban
dengan sebilah parang panjang. Korban menderita luka robek di kepala
sebelah kanan dan menembus tulang tengkorak di atas telinga. Korban pun
tewas.

Dengan perbuatan terdakwa, keduanya diancam pidana 15 tahun penjara


sesuai diatur dalam pasal 338 KUHP juncto pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP
tentang pembunuhan biasa yang mengakibatkan. orang lain meninggal.

Proses persidangan diketuai Parlas Nababan di Pengadilan Negeri (PN)


Makassar, Selasa (5/10) dengan agenda menghadirkan para saksi.

Menurut keterangan manta Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)


Fakultas Teknik UNM, Yastin, korban sama sekali tidak mempunyai
permasalahan dengan para terdakwa.

"Saya mengetahui Dodo diparangai oleh terdakwa melalui teman-teman


lainnya dan saya tidak menyangka kalau Dodo meninggal karena diparangi,"
katanya di hadapan hakim.

Selain Yustin, Hendra teman sekost korban juga turut memberikan


keterangannya.

Dirinya mengaku saat kejadian di Jl Muhajirin dia berada di kosannya. Ia baru


mengetahui kejadian tersebut setelah mendengar teriakan seorang ibu yang
meminta pertolongan. Dirinya langsung bergegas mendekati suara teriakan
itu. Hendra melihat Dodo sudah terkapar dengan berlumuran dara di sekujur
tubuhnya.

"Saya melihat korban terbujur kaku dan saya tidak sempat lagi menanyakan
siapa pelakunya. Saya langsung bawa dia ke Rumah Sakit Bhayangkara,"
kata Hendra sambil menitikkan air mata. Ia mengaku sangat sedih karena
ditinggal pergi sahabatnya.

Dodo tewas akibat pascabentrokan serta aksi tawuran awal Juni 2010 lalu
antara Fakultas Teknik dan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Makassar (UNM) Parangtambung yang dipicu karena sebuah baliho milik
Jurusan Seni dan Desain yang terpajang di pintu gerbang kampus diduga
disobek oleh mahasiswa teknik.(*)

Remaja Ini Dimutilasi Napi di Rutan


Laporan: Kompas.com
Selasa, 23 November 2010 | 00:23 WITA

PALEMBANG, TRIBUN-TIMUR.COM - Eko Adisaputra (18), tahanan


kejaksaan yang dititipkan di Lapas Anak Pakjo, Palembang tewas dibunuh
dan dimutilasi oleh delapan napi penghuni lapas anak, Senin (22/11/2010)
dini hari sekitar pukul 01.00.

Informasi yang dihimpun Sriwijaya Post (grup Tribunnews.com) di lapangan,


Eko baru dua minggu dititipkan di Lapas Anak Pakjo. Eko yang dihukum atas
kasus pencurian (363 KUHP) menempati sel isolasi dipindahkan dari sel 2A.
Korban beralamat di Perumahan Jaya Bersama, Talangkeramat, Kenten
Laut, Banyuasin, Sumsel.

Sementara itu kedelapan napi yang menganiaya korban hingga tewas adalah
Prayitno (21) yang dihukum karena kasus pencurian dengan kekerasan (365
KUHP). Ahmad Habibi (19) yang terkena kasus pembunuhan, Dedi alias
Bangau (21) karena pencurian kendaraan bermotor, Heru (20) kasus curas
(365 KUHP), Aji (19) karena kasus narkoba, Fikri (21) karena kasus
penganiayaan, Andre (23) karena kasus ranmor dan Iskandar (21) karena
kasus penggelapan kendaraan bermotor.
Di hadapan petugas Polsek IB I, kedelapan napi mengakui mereka memang
menganiaya korban. Alasannya karena korban bermaksud melarikan diri
dengan cara melubangi plafon ruang tahanan dengan paku. Sedangkan
kedelapan napi ini menurut pengakuan mereka tidak ingin melarikan diri.
Karena tidak terima ajakan itulah maka mereka sepakat memukuli korban.
Menggunakan sendok yang dipipihkan dengan batu mereka sepakat
menganiaya korban.

Masing-masing pelaku mengambil peranan memukul dan melukai korban.


Pantauan Sripo, korban yang sudah tak bernyawa itu dipenuhi luka sekujur
tubuhnya. Luka sayat di dada, paha kanan dan bahu kanan. Luka tusuk di
mata kaki sebelah kiri. Dua daun telinga kiri dan kanan dipotong pun alat
kelamin dipotong. Usus korban pun terburai.

Kalapas Anak Pakjo, Djunaedi SH MH dikonfirmasi wartawan mengatakan


kasus penganiayaan ini sepenuhnya diserahkan ke pihsak kepolisian untuk
ditindaklanjuti. "Namun, atas perintah Kakanwil kita juga akan memproses
petugas yang jaga semalam, mengapa sampai terjadi kejadian ini," kata
Djunaedi, Senin (22/11/2010).

Kapolsek IB I, AKP Tulus Sinaga mengatakan kasus ini akan dikembangkan


lebih lanjut. "Kita akan meneliti kemungkinan ada motif lain," katanya.

Adapun barang bukti yang diamankan dari lokasi adalah kepala sendok yang
dipipihkan, batu dan paku. Bantal untuk membekap mulut korban, kain
sarung dua helai untuk menjerat leher korban.(*)

Anda mungkin juga menyukai