)
TERHADAP ANTRAKNOS (Colletotrichum spp.) PADA
PERTANAMAN TUMPANGSARI DENGAN SINGKONG
(RESISTANCY OF 20 RED PEPPER (Capsicum annuum L.) GENOTYPES TO
ANTRACHNOSE (Colletotrichum spp.) IN INTERCROPPED WITH CASSAVA)
1) 2) 3)
Intan Pratiwi Y.B.S. , Winny Dewi W. , Meddy Rachmadi ,
3)
Neni Rostini , 3)
dan R. Setiamihardja
Ketahanan 20 Genotip Cabe Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknos 147
dapat menurunkan hasil 10%–75%. Se- terjadinya pengkelasan terhadap harga
rangan antraknos juga menyebabkan buah cabai yang diperoleh petani.
Ketahanan 20 Genotip Cabe Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknos 149
an juga memiliki ketahanan pada tumbuhan dan perkembangan cabai me-
suasana penyimpanan. Mengisolasi dan rah yang optimal memerlukan tempera-
membuat biakan murni Colletotrhichum tur 18 oC–27 oC (Sumarni, 1996).
spp. untuk diinokulasikan pada 20
Secara umum cahaya matahari pada
genotip cabai merah sehat, agar terlihat
pertanaman dengan defoliasi singkong
penampilan yang lebih unggul diban-
pada 8 MST–10 MST lebih besar diban-
ding dengan kontrolnya. Metode pene-
dingkan pertanaman tumpangsari tanpa
litian yang digunakan dalam percobaan
defolasi singkong. Persentase cahaya
laboratorium adalah rancangan acak
matahari menurun seiring dengan per-
lengkap (RAL) menurut Gaspersz
tumbuhan tanaman singkong, hal ini di-
(1995) dengan 20 genotip cabai merah
karenakan tajuk singkong menghalangi
sebagai perlakuan.
penerimaan cahaya matahari oleh kano-
Untuk mengetahui genotip-genotip ca- pi cabai merah.
bai merah yang tingkat penampilannya
Kelembaban udara relatif harian selama
lebih unggul dibandingkan dengan
percobaan berlangsung mendukung per-
kontrolnya yaitu Tit Super dan Taro
kembangan jamur Colletotrhichum spp.
dilakukan uji-LSI menurut Peterson
dengan rata-rata 79.83%; 80.16%;
(1994).
80.66% per hari. Menurut Christiansen
Pengamatan di lapangan yang dilakukan dan Lewis (1982) faktor yang mem-
adalah menghitung persentase dan in- pengaruhi ketahanan suatu tanaman
tensitas serangan antraknos berdasarkan terhadap penyakit adalah kondisi ling-
rumus dari Natawigena (1985), meng- kungan, salah satunya adalah kelembab-
amati jumlah bunga yang terbentuk pa- an udara relatif. Jamur membutuhkan
da tanaman cabai merah, jumlah buah kondisi lingkungan dengan kelembaban
per tanaman, dan bobot buah per ta- udara relatif tertentu dalam pertumbuh-
naman. Pengamatan di laboratorium di- annya. Menurut Rudarmono (2000),
lakukan dengan melihat tingkat keru- untuk pertumbuhan jamur Colletotrhi-
sakan seluruh buah cabai yang terjadi chum spp. adalah 28 oC dan kelembaban
pada masing-masing genotip. Tingkat relatif 92%.
kerusakan diukur dengan memban-
Hasil analisis uji-F-hitung menunjukkan
dingkan antara luas bagian buah cabai
persentase serangan antraknos dan in-
merah yang terserang dengan luas buah
tensitas serangan antraknos pada per-
cabai merah keseluruhan.
tanaman tumpangsari dengan defoliasi
singkong tidak berbeda nyata dengan
Hasil dan Pembahasan persentase serangan antraknos dan in-
Selama percobaan, rata-rata temperatur tensitas serangan antraknos pada perta-
udara harian pada pertanaman tunggal, naman tumpangsari tanpa defolasi sing-
pertanaman tumpangsari defolasi sing- kong. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kong dan pertanaman tumpangsari tan- kondisi lingkungan pertanaman tum-
pa defolasi singkong berkisar antara 18 pangsari dengan defoliasi singkong ti-
o
C–30.2 oC dengan rata-rata keseluruh- dak berbeda nyata dengan pertanaman
an, yaitu 23.15 oC–24.08 oC. Untuk per- tumpangsari tanpa defoliasi singkong.
Keterangan: KK= Koefisien keragaman , * = Berbeda nyata dengan Ftabel pada taraf 5%
Tabel 3. Hasil analisi uji-lsi cabai merah pada pertanaman tumpangsari defoliasi
singkong dan pertanaman tumpangsari tanpa defoliasi singkong
Karakter
No. Genotip
1 2 3 4 5 6 7
Cabai Merah Keriting
1 RMCK II 53.08 67.67 SR 78.37 399.25 24.60 85.638
2 RM08 X KRTRM 41.21 64.16 SR 79.72 415.75 34.00 90.116
3 MuKRT 49.46 55.66 SR 69.95 397.75 37.10 80.666
4 KRTSHATOL 42.74 55.59 SR 77.49 592.25 28.75 80.035
5 MuRS 07 37.68 55.79 SR 78.67 505.00 43.75 111.753
6 KRT II 50.72 57.81 SR 78.84 495.00 25.10 61.385
7 RMO4 54.89 63.11 SR 83.49a 400.50 21.90 58.627
8 CHOI 49.57 47.17 R 82.62a 397.25 22.35 68.909
9 RM08 IIA 46.78 55.33 SR 76.96 343.00 33.50 77.769
10 Laris 55.22 53.31 SR 76.39 572.50 33.15 84.890
11 Lado 47.45 52.98 SR 76.21 584.25 37.75 140.916
12 Taro (kontrol) 57.59 61.74 SR 68.81 590.50 39.45 125.726
Rata-rata 48.864 67.67 77.29 474.41 31.78 88.869
Cabai Merah Besar
1 CRMGT 58.79 63.11 SR 87.75 311.25 4.70 32.879
2 KRTRM 59.84 70.78 SR 81.69 304.75 8.50 29.455
3 UPG IIB 63.46 68.52 SR 80.48 385.50b 15.00b 60.447b
4 Prabu 50.33 70.52 SR 81.15 307.75 4.05 19.828
Ketahanan 20 Genotip Cabe Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknos 151
5 Maraton 61.61 75.05 b SR 86.92 361.75b 5.85 33.379
6 Kresna 67.27 70.78 SR 91.17 300.75 3.75 17.949
7 Gada 59.89 66.20 SR 83.75 318.25 6.60 30.366
8 Tit Super (kontrol) 59.04 62.10 SR 81.95 320.25 7.15 36.657
Rata-rata 67.39 68.38 83.11 326.28 6.95 32.620
LSI 13.67 10.82 13.04 4.14 4.56 16.418
an, serta bobot buah per tanaman pada perubahan yang nyata terhadap keta-
pertanaman tumpangsari dengan de- hanan antraknos, penampilan komponen
foliasi dan tanpa defoliasi singkong hasil, serta karakter 20 genotip cabai
mengalami penurunan penampilan di- merah dibanding dengan pertanaman
bandingkan pertanaman tunggalnya. tunggalnya.
Berdasarkan uji-LSInya genotip UPG
Kesimpulan IIB menunjukkan penampilan kom-
Genotip RMCK II, RM08 X KRTRM, ponen hasil dan karakter hasil yang baik
MuKRT, KRTSHATOL, MuRS 07, pada pertanaman tumpangsari dengan
KRT II, RMO4, RM08 IIA, Laris, defoliasi dan tanpa defoliasi singkong.
Lado, CRMGT, KRTRM, UPG IIB, Berdasarkan analisis perubahan penam-
Prabu, Kresna, dan Gada lebih tahan pilan genotip KRT II memiliki toleransi
terhadap antraknos baik pada percobaan yang lebih baik pada lingkungan perta-
di lapangan maupun di laboratorium. naman tumpangsari dengan dan tanpa
defoliasi singkong.
Pertanaman tumpangsari dengan dan
tanpa defoliasi singkong memberikan
Ketahanan 20 Genotip Cabe Merah (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknos 153
Daftar Pustaka Poepodarsono, S. 1992. Pemuliaan Tanaman
Untuk Sifat Toleransi Terhadap Tum-
Aldo, R. 2002. Ketahanan 21 Genotip Cabai pangsari Prosiding Simposium Pemulia-
Merah Terhadap Penyakit Antraknos di an Tanaman I. Perhimpunan Pemuliaan
Jatinangor. Skripsi Fakultas Pertanian Tanaman Indonesia. Komisariat Daerah
Universitas Padjadjaran. Tidak dipublika- Jawa Timur.
sikan
Prajnata, F. 1997. Kiat Sukses Bertanam Ca-
Christiansen, U.N., dan C.F. Lewis (Eds.). bai Merah Dimusim Hujan. Swadaya Ja-
1982. Plant Pest Interaction With Envi- karta.
ronment Stress and Breeding For Pest
Rudarmono. 2000. Penampilan Beberapa
Resistance. In Breeding Plants For Less
Genotip Cabai Merah Pada Pertanaman
Favorable Environments. John Wiley and
Tunggal dan Tumpangsari dengan Sing-
Sons Inc. New York. Lhichester. Bris-
kong. Tesis Universitas Padjadjaran. Ti-
bane. Toronto. Singapore.
dak dipublikasikan.
Duriat, A.S. 1994. Hasil Penelitian Cabai
Suganda, T., E. Yulia, dan Y. Hidayat. 2001.
Selama Pelita V. Prosiding RATEK Pus-
Viabilitas Sensitivitas Jamur Colletotri-
litbanghor. Segunung.
chum spp. Asal Sentra Pertanaman Cabai
Gaspersz, V. 1995. Metode Perancangan Merah di Jawa Barat Terhadap Beberapa
Percobaan. Armico. Bandung Bahan Aktif Fungisida. Jurnal Agrikul-
Marwoto, B., dan D. Rohana. 1988. Penga- tura Vol. 12, No. 3.
ruh Berbagai Tanaman Sayuran Terha- Sumarni, N. 1996. Budidaya Tanaman Cabai
dap Produksi Cabai dan Serangan Meloi- Merah. p. 36–46. Dalam: Ati Sri Duriat
dogyne spp. Dalam Sistem Tumpangsari. (ed.) Teknologi Produksi Cabai Merah.
Bul. Penel. Hort. XVI (1); 54–59. Balitsa, Lembang.
Natawigena, H. 1985. Dasar-dasar Perlin- Sutater, T. 1986. Pengaruh Naungan dan Zat
dungan Tanaman. Trigenda Karya Ban- Pengatur Tumbuh Terhadap Produksi Ta-
dung. naman Cabai Merah. Bul. Penel. Hort.
Petersen, R.G. 1994. Agricultural Field Ex- Vol. 14, No. 2: 143–149.
periment: Design and Analysis. Marchel
Dekker, NY.