Secangkir kopi hangat Asri sajikan dengan rasa cinta dan penuh harapan,
berharap cemas menanti kedatangan pemuda tampan bertato
hitam,dengan keinginan akan bisa merebahkan segala rasa di pundaknya.
Asri letakan kopi itu di tempat biasa pemuda itu duduk, menunuggu itu
memang terasa sangat membosankan, namun ternyata semua itu lebur
dengan rasa tulus dan kesetiaan. Begitulah pengorbanan, itulah kata yang
menjadi obat penetlarisir baginya.
Serba salah, iya, tak ada tempat yang nyaman tuk merebah, iya. Berkali-
kali mata terpaku pada jam dinding, sedihnya Asri,jam dinding itu seakan-
akan memutuskan benang harapan, jendela kamar pun seakan terlihat
pucat mencerminkan raut wajah Asri yang lusuh, keringat dingin pun turut
hadir dalm penantianya.
Aroma kopi itu sedikit demi sedikit meninggalkan Asri yang kian
termenung di sudut kamar, yang hanya bertemankan lutut yang di
peluknya, yang ada dalam benak Asri, dia ingin menjadi angin yang akan
membawa aroma kopi itu pada pemuda harapanya, dan menuntunya
datang dengan senyuman manis di hadapan Asri.
Matanya kian menatap dengan tatapan kosong yang tertuju pada kopi,
yang ditinggalkan aroma-aromanya.
Tak usah kau ucapkan maaf, semua itu akan ku titipkan pada anggin yang
membawa aroma-aroma cinta dan tawa-tawa mereka. Meskipun terasa
dingin namun kesetiaan ku bagaikan secangkir kopi untuk mu.
Mari kita nikmati kopi diingin itu, aromanya memang hilang, namun
manisnya akan mengindahkan malam kita, iya kan pemuda tampan?