PENDAHULUAN
1
di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang menemukan empat juta bayi
dan balita di negara-negara berkembang meninggal tiap tahun akibat
ISPA. Pada akhir tahun 2000 diperkirakan kematian akibat penumonia
sebagai penyebab utama ISPA di Indonesia mencapai lima kasus di antara
1,000 bayi atau balita. Artinya, pneumonia mengakibatkan 150 ribu bayi
atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12,500 penderita per bulan, atau
416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima
menit.1,2
2
tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah
disebutkan di atas.
I.4 Manfaat
3
1. Bagi Dinas kesehatan: Sebagai sarana informasi sehingga dapat
memberikan saran dan dukungan terhadap upaya pencegahan dan
penanggulangan ISPA di Puskesmas Sekip Palembang
2. Bagi Puskesmas: Menjadi acuan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA di
Puskesmas Sekip Palembang
3. Bagi Mahasiswa: Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
bekal bekerja di Puskesmas pada masa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis, otitis atau penyakit non-
pneumonia lainnya. 3
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan
ricketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus,
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofillus, Bordetella dan Corynobacterium.
Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikosovirus,
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus. 2
5
hari atau lebih, dan diperlukan waktu 6 hingga 8 minggu untuk terjadinya
pemulihan total dari perubahan yang terjadi pada saluran pernapasan.3
II.4 Komplikasi
II.5 Terapi
6
Obat kumur tenggorokan dan simptomatik sangat membantu
pasien. Bagi rinitis simpleks tidak ada terapi spesifik. Istirahat dan obat-
obat simptomatis sseperti penurun panas, penghilang rasa nyeri dan
dekongestan. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder atau komplikasi. Terapi yang diberikan pada penyakit ini
biasanya pemberian antibiotik walaupun ISPA disebabkan oleh virus yang
dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat-obatan, pemberian
antibiotik dapat mempercepatkan penyembuhan penyakit ini
dibandingkan hanya pemberian obat-obatan simptomatik. Selain itu,
pemberian antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari
bakteri. Pemberian dan pemilihan antibiotik pada penyakit ini harus
diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman atau bakteri di
kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan
gejala dahak dan ingus yang sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah
ada bakteri yang terlibat.3
II.6 Pencegahan
7
influenza A untuk melindungi orang-orang yang kontak dengan pasien dan
orang yang memiliki resiko tinggi yang belum menerima vaksinasi.
Pemakaian obat bisa dihentikan dalam waktu 2 hingga 3 minggu setelah
menjalani vaksinasi. Jika tidak dapat dilakukan vaksinasi, maka obat
diberikan selama terjadi wabah, biasanya selama 6 hingga 8 minggu. Obat
ini bisa menyebabkan gelisah, sulit tidur dan efek samping lainnya,
terutama pada usia lanjut dan pada pasien kelainan otak atau ginjal.2,3
8
keberhasilan pembangunan daerah khususnya bidang kesehatan yang
menjadi aliran utama pembangunan.5
9
II.8 Pemberatasan Penyakit ISPA Ditinjau dari Teori Fishbone Diagram
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
4. Pengkoordinasian (Coordinating)
6. Pelaksanaan (Actuating)
10
Sistem kesehatan adalah kumpulan dari berbagai faktor yang
komplek dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan
perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat pada setiap saat
yang dibutuhkan.6
1. Masukan
Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya
sistem.
2. Proses
Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan
menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran
Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan Balik
Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen
yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sabagai masukan
bagi sistem tersebut.
5. Dampak
Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran
suatu sistem.
6. Lingkungan
11
Lingkungan (environment) adalah dunia diluar sistem yang tidak
dikelola oleh sistem tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap
sistem.6
12
Bagi kegiatan pelayanan kesehatan disarankan menggunakan
sistem yang terdiri dari 3 tahap yaitu masukan (sumber-sumber yang
dibutuhkan untuk menjalankan suatu program), proses (meliputi aktivitas,
tugas-tugas yang perlu dijalankan), hasil (semua perubahan yang terjadi
akibat program yang berjalan).
mesin anggaran
lingkungan
ISPA
13
Gambar 1. Fishbone diagram
14
Pelatihan dalam menunjang program P2 ISPA ditujukan kepada petugas
kesehatan di berbagai tingkat. Ada dua jenis pelatihan, yaitu pelatihan
aspek; tatalaksana pasien (aspek klinik) dan pelatihan manajemen.4,5,7
Dokter puskesmas
15
memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA
kepada perawat atau paramedis.
2. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan kasus-kasus berat atau
penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat atau
paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.
3. Memberikan pengobatan kasus berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah
sakit.
4. Bersama dengan staf puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-
ibu yang mempunyai anak balita perihal pengenalan tanda-tanda
penyakit serta tindakan penunjang di rumah.
5. Melatih kader untuk bisa mengenal kasus serta dapat menyuluh ibu-
ibu perihal penyakit ini
6. Memantau aktivitas pemberantasan dan melakukan evaluasi
keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA, mendeteksi hambatan
yang ada serta menanggulanyinya termasuk aktivitas pencatatan dan
pelaporan serta pencapaian target.
Paramedis puskesmas/ pustu
16
2. Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek
biasa (bukan pneumoni) pada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu
dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit ini (untuk hal ini
disediakan kartu kader dan kartu klinik).
3. Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus pilek (bukan
pneumoni) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional.
4. Atas pertimbangan dokter puskesmas, maka bagi kader-kader yang
terlatih dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus dengan
antibiotika kotrimoksazol.
1. Barang cetakan: poster, buku atau buku kecil, kartu kader, lembar
balik, flip chart, atau media cetak lainnya.
2. Alat peraga
3. Alat serta media elektronik : radio, televisi, tayangan video, film,
media eletronik lainnya tentang ISPA.8
Metoda tatap muka dengan penyampaian pesan secara lisan dengan
tatap muka dianggap efektif, misalnya pada saat ibu berkonsultasi pada
tenaga kesehatan, pada saat ibu berkonsultasi pada kader posyandu,
melalui penyuluhan kelompok, ceramah, pelatihan atau seminar.
17
P2 ISPA. Untuk Penanggulangan Pnemonia Pada Balita dari sumber
Pemerintah Pusat (APBN). Pemerintah Daerah (APBD I dan APBD II),
dana masyarakat termasuk dunia usaha, dana kerjasama Pemerintah RI
dengan organisasi internsional dan dana bantuan luar negeri.7
18
BAB III
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS SEKIP
19
7. dr. Hj. Mahyunis Mahmoeddin (2009-sekarang)
III.1.4 Kependudukan
20
3 RW 11 11 11
4 Penduduk laki-laki 8287 7183 6816
5 Penduduk perempuan 8096 7240 6560
6 Bayi 277 383 162
7 Balita 1277 1787 973
8 Bumil 363 336 280
9 Bulin 364 382 297
10 PUS 2696 2191 1923
11 WUS 4165 4570 3536
III.2 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. KIA / KB
4. Gizi
6. Pengobatan
21
1. Klinik Pelayanan Kesehatan Ibu (KIA/KB)
a. Konsultasi Gizi
22
Dilaksanakan oleh seorang petugas gizi (SPAG), setiap
hari.
b. Imunisasi
5. Laboratorium
23
Ruang Tata Usaha merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
setiap bagian atau setiap poli dalam Puskesmas Sekip. Semua
perencanaan dan pembuatan anggaran dilaksanakan di ruang Tata
Usaha. Semua arsip baik surat masuk maupun surat keluar dan data-
data dari setiap bagian disimpan di ruang tata usaha. Selain melayani
setiap bagian dari Puskesmas Sekip, ruangan ini juga digunakan
sebagai tempat untuk mengambil surat rujukan baik rujukan Askes,
Jamkesmas maupun Jamsoskes.
8. Pelayanan Kesehatan
9. Lain-lain
24
VISI
”Tercapainya Kecamatan Kemuning Sehat yang optimal tahun 2010 dengan
bertumpu pada pelayanan prima dan pemberdayaan masyarakat.”
MISI
Mewujudkan pelayanan prima yang sesuai dengan standar profesi kesehatan
dan berwawasan lingkungan.
Mewujudkan profesionalisme dan SDM.
Memanfaatkan profesi yang ada dengan kemitraan.
Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu prima untuk menuju
puskesmas swakelola.
MOTTO
Smile (senyum)
Look (lihat)
Listen (dengar)
Feel (rasakan)
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Lokasi
Penelitian dilakukan di Puskesmas Sekip.
2. Waktu
Penelitian dilakukan dari tanggal 10 Januari- 30 Januari 2011.
26
Data penelitian didapatkan dari data sekunder berupa data
kunjungan pasien ISPA yang datang berobat di Puskesmas Sekip pada
periode Januari - Desember 2010.
27
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
28
Tabel 2. Data kunjungan penderita ISPA menurut umur di Puskesmas
Sekip periode Januari – Oktober 2010
Dari tabel di atas didapatkan hasil bahwa pada periode Januari – Desember
2010, jumlah penderita ISPA yang mencari pengobatan di Puskesmas Sekip
sebanyak 11.224 orang. Dari 11.224 jumlah kasus, 990 (8,82%) kasus terjadi
pada usia kurang dari satu tahun, 2183 (19,45%) pada usia 1-4 tahun serta 8051
(71,73%) pada usia lebih ≥ lima tahun.
29
80,00% 71,73%
70,00%
60,00%
50,00% 1Bulan - 1Tahun
40,00% 1-4Tahun
30,00% >5Tahun
19,45%
20,00%
8,82%
10,00%
0,00%
30
Balita Sakit (MTBS) pada penyakit ISPA yang meliputi pemeriksaan, klasifikasi
usia anak, petunjuk pengobatan dan tatalaksana.
31
kartu kader dan kartu balik), memberikan pengobatan sederhana utuk kasus-kasus
batuk pilek (bukan pnemonia) dengan tablet Parasetamol dan obat batuk
tradisional.
32
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
VI.1 Kesimpulan
Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa terjadi
kecendrungan penurunan jumlah penderita ISPA yang mencari pengobatan
di Puskesmas Sekip dari bulan Januari hingga Agustus 2010, namun
kembali mengalami peningkatan pada bulan September hingga Desember
2010. Frekuensi terbanyak didapatkan pada usia lebih dari lima tahun.
VI.2 Saran
1. Dokter bersama dengan staf puskesmasnya diharapkan memberikan
penyuluhan di puskesmas kepada penderita dan ibu-ibu yang memiliki
anak balita mengenai penyebab penyakit ISPA, pengenalan tanda-
tanda penyakit serta tindakan penunjang dirumah.
2. Memberikan pelatihan kepada kader untuk bisa mengenali kasus ISPA
dan melatih mereka agar dapat memberikan peyuluhan kepada
penderita dan ibu-ibu perihal penyakit ISPA.
3. Memantau aktivitas pemberantasan dan melakukan evaluasi
keberhasilan pemberantasan penyakit ISPA, mendeteksi hambatan
yang ada serta menanggulanginya termasuk aktivitas pencatatan dan
pelaporan serta pencapaian target.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
11. Silalahi, Levi. ISPA dan Pneumoni. 26 Maret 2004.
http://www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs,20040326-
07,id.html
12. Wijono Djoko. Manajemen Kepemimpinan dan Organisasi Kesehatan.
Airlangga University Press. Surabaya: 1997.
13. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman Depkes RI. Pedoman Promosi Penanggulangan
Pneumonia Balita. Jakarta: 2001.
35