Anda di halaman 1dari 7

Mekanisme Hemostasis

A. Hemostasis

Mekanisme Hemostasis
Terdiri dari : - respon vaskular
- perlekatan platelet
- pembentukan bekuan
- stabilisasi bekuan
- pembatasan bekuan hanya pada tempat jejas oleh regulator
antikoagulan
- pengembalian lumen pembuluh darah oleh fibriolisis
- penyembuhan

Trombosit merupakan sel kecil yang berinti, berbentuk diskoid dengan diameter rata-
rata 1,5-3 µ m. Trombosit dihasilkan dan dilepas dari megakariosit yang ada
disumsum tulang dengan waktu maturasi 4-5 hari, dan masa hidup didalam sirkulasi
kira-kira 9-10 hari. Jumlah trombosit dalam darah vena orang dewasa normal rata-rata
250.000/µ L ( 140-440.000/µ L ).

B. Mekanisme Koagulasi
Dalam proses koagulasi, beberapa faktor pembekuan tergantung pada vitamin K.
Mekanisme koagulasi ini terdiri dari dua jalur, yaitu jalur Ekstrinsik dan jalur
Intrinsik seperti pada gambar 1.1.

1 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


Gambar 1.1. Jalur Hemostasis ( jalur ekstrinsik dan ekstrinsik )

Jalur Ekstrinsik
Jalur ini teraktivasi dimulai pada saat jaringan mengalami cidera, sehingga
menyebabkan terpaparnya faktor jaringan ( tissue factor/ TF ) yang terdapat pada

2 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


membran sel. Jalur ini adalah jalur utama yang mengawali proses homeostasis in vivo.
TF kemudian diekspresikan secara terus-menerus oleh sel-sel endotelia. TF ini akan
diekspresikan oleh sel endotelia dan makrofag setelah diaktivasi oleh jejas langsung,
oleh sitokin, kompleks imun atau produk bakteri. TF kemudian akan berinteraksi
dengan faktor VII yang kemudian teraktivasi menjadi faktor VIIa ( lihat gambar 1.1 ).

Jalur Intrinsik
Dimulai dengan teraktivasinya faktor XII akibat kontak dengan permukaan
bermuatan negatif. Kemudian dengan adanya prekallikrein dan HMWK ( high
molecular weight kininogen ), faktor XIIa kemudian mengaktivasi faktor XI menjadi
XIa yang kemudian mengaktivasi faktor IX dan seterusnya ( lihat gambar 1.1 ).
Secara in vivo, faktor-faktor ini berkumpul dan teraktivasi pada membran fosfolipid.
Walaupun aktivasi pembekuan melalui jalur intrinsik tidak sering terjadi in vivo, jalur
intrinsik penting untuk menjaga konsentrasi faktor Xa oleh karena ikatan TF/ VIIa
akan dihambat oleh TFPI ( tissue factor pathway inhibitor ).

Pada pasien dengan Hemofilia A dan Hemofilia B, proses pembekuan menjadi tidak
efektif karena tidak tersedianya cukup faktor IX atau VIII untuk mempertahankan
konsentrasi faktor Xa.

C. Inhibitor Dan Promotor Koagulasi


Bertujuan untuk : membatasi aktivitas koagulasi hanya pada tempat cidera.
Terdiri dari :
• Inhibitor Fisiologis
o TFPI
Target : kompleks faktor VIIa/ TF dan faktor Xa
Inhibitor ini dilepaskan dari sel endotelia dan dari trombosit
dengan stimulasi trombin.
o Antitrombin III ( AT III )
Target : trombin dan faktor Xa

3 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


Berfungsi menghambat IXa, XIa, XIIa, kompleks VIIa/ TF
Kecepatan inhibisi meningkat bila berikatan dengan heparin.
o Trombomodulin, Protein C dan Protein S
Trombin sisa dari daerah cidera mengikuti aliran darah
kemudian berikatan dengan trombomodulin pada membran
endotel. Trombomodulin kemudian mengikat dan
mengaktivasi protein C yang membentuk kompleks dengan
kofaktor protein S. Kemudian fungsi prokoagulan trombin
serta kemampuan mengaktivasi trombosit akan terhambat.
• Fibrinolisis
Bertugas melarutkan fibrin pada pembuluh darah untuk mempertahankan
patensi lumen dan membantu penyembuhan luka. Fibrin dilarutkan oleh
plasmin menjadi FDP ( fibrin degradation products ), fragmen E dan D-
dimer.
Plasminogen diaktifkan menjadi plasmin oleh tissue type plasminogen
activator ( t-PA ) atau urokinase type plasminogen activator ( u-PA ) atau
disebut juga urokinase. t-PA yang tidak terikat membentuk kompleks
dengan plasminogen activator inhibitor 1 ( PAI-1 ) dan dibersikan di
dalam sirkulasi darah.
• Inhibitor Patologis
Disebut juga inhibitor yang didapat, bertindak sebagai antibodi terhadap
faktor koagulasi tertentu. Inhibitor ini dapat terbentuk pada penderita
defisiensi faktor koagulasi yang mendapat tranfusi faktor koagulasi.
Kelainan ini didapatkan pada 20% penderita Hemofilia A dan 5 % pada
pasien Hemofilia B.
Autoantibodi terhadap faktor VIII dapat terbentuk pada penderita penyakit
kolagen-vaskular, wanita postpartum, orang tua yang sehat.
• Inhibitor Farmakologis
o Antitrombin ( Heparin )
o Defibrinogenating agent ( Sejumlah bisa ular )
o Antagonis Vitamin K ( Dikumarol dan wafarin )

4 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


Pemeriksaan Laboratorium

A. Protombin Time ( PT )
Untuk mengukur jalur ekstrinsik ( faktor VII, X, V, II, I ). Nilai normal pada
Hemofilia.

B. Activated Partial Thromboplastin Time ( APTT )


APTT memanjang jika terjadi defisiensi faktor pembekuan, adanya heparin,
fibrinogen yang rendah atau abnormal, dan adanya inhibitor faktor pembekuan.
PTT ( tromboplastin parsial ) yang diaktifkan dalam keadaan normal bervariasi dari
28-40 detik. Kadar faktor di bawah 30% normal akan memperpanjang PTT.

C. Thrombin Time ( TT )
Menilai kecepatan konversi fibrinogen menjadi fibrin. TT memanjang bila kadar
fibrinogen rendah.

D. Bleeding Time ( BT )
BT adalah uji laboratorium untuk menentukan lamanya tubuh menghentikan
perdarahan akibat trauma yang dibuat secara laboratoris.
Prinsip pemeriksaan ini adalah menghitung lamanya perdarahan sejak terjadi luka
kecil pada permukaan kulit dan dilakukan dalam kondisi yang standard.
Ada 2 teknik yang dapat digunakan, yaitu teknik Ivy dan Duke. Kepekaan teknik
Ivy lebih baik dengan nilai normal 1-6 menit. Teknik Duke nilai normal 1-8
menit. Teknik Ivy menggunakan lengan bawah untuk insisi merupakan teknik yang
paling terkenal. Aspirin dan antiinflamasi dapat memperlama waktu perdarahan.
1. Metode Ivy
o Pasang manset tensimeter pada lengan atas pasien kemudian atur tekanan
pada 40 mmHg. Tekanan ini dipertahankan hingga pemeriksaan selesai.
o Pilih lokasi penusukan pada satu tempat kira-kira 3 cm di bawah lipat
siku. Bersihkan lokasi tersebut dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga kering.

5 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


o Tusuk kulit dengan lancet sedalam 3 mm. Hindari menusuk vena.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang
keluar dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang
ada pada kertas saring. Jika telah lewat 10 menit perdarahan masih berlangsung, maka
hentikan pemeriksaan ini.

2. Metode Duke
o Bersihkan anak daun telinga dengan kapas alkohol 70 %, tunggu hingga
kering.
o Tusuk pinggir anak daun telinga dengan lancet sedalam 2 mm.
o Hidupkan stopwatch saat darah mulai keluar kemudian isap darah yang
keluar dengan kertas saring setiap 30 detik.
o Matikan stopwatch pada saat darah berhenti mengalir.
o Kurangi tekanan hingga 0 mmHg lalu lepas manset tensimeter.
o Hitung masa perdarahan dengan menghitung jumlah noktah darah yang
ada pada kertas saring.

E. Clotting Time ( CT )
Digunakan thrombin eksogen untuk memeriksa integritas substrat fibrinogen. Uji
TCT mengukur waktu yang diperlukan oleh spesimen darah yang diberi sitrat untuk
membeku setelah ditambahkan kalsium dan sejumlah tertentu trombin. Uji ini
mengevaluasi interaksi trombin-fibrinogen. Waktu trombin mungkin memanjang
apabila terjadi defisiensi fibrinogen atau apabila terdapat antikoagulan dalam darah
yang aktif dan mengintervensi kerja trombin, seperi heparin. Fibrinogen yang
abnormal atau kelainan molekul fibrinogen juga dapat dievaluasi dengan uji ini.

6 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )


Pemeriksaan langsung menilai konversi fibrinogen menjadi fibrin. Diperlukan
jumlah minimal α thrombin (3000U/mg) yang dapat mereproduksi bekuan
fibrinogen 4-6 U/mL, dalam ± 20 detik.

F. Assay Factor Coaguation


Pengukuran kadar fibrinogen dan aktivasi masing-masing faktor pembekuan darah.

7 Mardiyan Aprianto, dr ( 2011 )

Anda mungkin juga menyukai