Cerita Sufi
Cerita Sufi
Berikut ini kisah karomah Sulthonul Auliya Asy-Syekh Abdul Qodir al-
Jilany RA. Coba kita cari seuatu yang bisa kita ambil sebagai bahan
diskusi kita. Anda bisa bertanya dan juga menjawab, sang moderator bila
perlu duduk manis aja…
Lelaki itu pun pergi ke tempat tersebut dan melaksanakan arahan asy-
Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani itu. Beberapa saat kemudian datanglah jin-jin
yang mencoba menakut-nakuti, tetapi jin-jin itu tidak kuasa melintasi garis
bulatan itu. Jin-jin itu datang bergantian, kelompok demi kelompok. Dan
akhirnya, datanglah raja jin yang sedang menunggang seekor kuda
beserta satu angkatan yang besar dan hebat.
Raja jin itu memberhentikan kudanya di luar garis bulatan itu dan
bertanya: “Wahai manusia, apakah hajatmu?” Lelaki itu menjawab, “Aku
telah disuruh oleh asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani untuk bertemu
denganmu.”
Raja jin itu telah bertanya, “Kenapakah engkau sambar anak dara
manusia ini? Tidakkah engkau tahu, dia ini berada di bawah naungan al-
Quthb ?”
Jin lelaki dari negara Cina itu telah mengatakan yang dia telah jatuh
berahi dengan anak dara manusia itu. Raja jin itu memerintahkan agar
dipulangkan perawan itu kepada bapanya, dan jin dari negara Cina itu
dikenakan hukuman pancung kepala.
Lelaki itu pun mengatakan rasa takjubnya dengan segala perbuatan raja
jin itu, yang sangat patuh kepada asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.
Raja jin itu berkata pula, “Sudah tentu, karena asy-Syaikh Abdul Qodir Al-
Jilani bisa melihat dari rumahnya semua kelakuan jin-jin yang jahat. Dan
mereka semua sedang berada di sejauh-jauh tempat di atas bumi, karena
telah lari dari sebab kehebatannya. Allah Ta’ala telah menjadikan asy-
Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani bukan saja al-Qutb bagi umat manusia,
bahkan juga ke atas seluruh bangsa jin.”
Di kala itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani baru saja mulai untuk khutbah
Jumaat. Ada beberapa perkara yang disentuh oleh asy-Syaikh Abdul
Qodir Al-Jilani yang telah menyinggung perasaanku. Tiba-tiba, aku terasa
hendak buang air besar. Untuk keluar dari masjid itu memang sukar dan
agak mustahil. Dan aku dihantui perasaan gelisah dan malu, takut-takut
aku buang air besar di sana di depan orang banyak. Dan kemarahanku
terhadap asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun bertambah dan memuncak.
Pada saat itu, asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah turun dari atas
mimbar itu dan telah berdiri di hadapanku. Sambil beliau terus
memberikan khutbah, beliau telah menutup tubuhku dengan jubahnya.
Tiba-tiba aku sedang berada di satu tempat yang lain, yakni di satu
lembah hijau yang sangat indah. Aku lihat sebuah anak sungai sedang
mengalir perlahan di situ dan keadaan sekelilingnya sunyi sepi, tanpa
kehadiran seorang manusia.
Aku pergi membuang air besar. Setelah selesai, aku mengambil wudlu.
Apabila aku sedang berniat untuk pergi bersolat, dan tiba-tiba diriku telah
berada ditempat semula di bawah jubah asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani.
Dia telah mengangkat jubahnya dan menaiki kembali tangga mimbar itu.
Aku sungguh-sungguh merasa terkejut. Bukan karena perutku sudah
merasa lega, tetapi juga keadaan hatiku. Segala perasaan marah,
ketidakpuasan hati, dan perasaan-perasaan jahat yang lain, semuanya
telah hilang.
Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani pun melihat ke arah cahaya itu dan
berkata, “Aku berlindung dengan Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
Tiba-tiba, cahaya, pohon kurma dan kolam itu semuanya hilang dari
pandangan mata. Maka kelihatanlah Iblis di hadapan mereka dengan
bentuk rupanya yang asli.
Iblis bertanya, “Bagaimanakah engkau dapat mengetahui itu sebenarnya
adalah aku?”
Asy-Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani telah menjawab, “Syariat itu sudah
sempurna, dan tidak akan berubah sampai Hari Kiamat. Allah tidak akan
mengubah yang haram kepada yang halal, walaupun untuk orang-orang
yang menjadi pilihanNya (waliNya).”
Maka Iblis pun berkata lagi untuk menguji asy-Sayikh Abdul Qodir al-Jilani
“Aku telah mampu menipu 70 kaum daripada golongan as-salikin (yakni
orang-orang yang menempuh jalan kerohanian) dengan cara ini. Ilmu
yang engkau miliki lebih luas daripada ilmu mereka. Apakah hanya ini
jumlah pengikutmu? Sudah sepatutnya semua penduduk bumi ini menjadi
pengikutmu, karena ilmumu menyamai ilmu para nabi.”