BAB I
PENGANTAR
Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang
lain. Menurut Walgito (2001) dorongan atau motif sosial pada manusia,
manusia yang lain, Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu
lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan norma yang
berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri
Penyesuaian diri yang baik ialah kemampuan seseorang untuk hidup dan
terhadap diri sendiri dan lingkungan (Willis, 2005). Penyesuaian diri yang baik
akan menjadi salah satu bekal penting karena akan membantu remaja pada saat
dewasa. Pada masa remaja akhir, keadaan pribadi, sosial dan moral berada dalam
kondisi kritis atau critical period. Dalam periode akhir masa remaja ini individu
kedewasaan. Perkembangan pribadi, sosial, dan moral yang dimiliki remaja dalam
masa remaja awal dan yang dimantapkannya pada masa remaja akhir, banyak
masalah sosial, misalnya karena remaja tersebut berbadan lebih besar dari teman-
dengan aktivitas sosial. Tetapi oleh karena remaja tersebut belum berpengalaman
untuk kegiatan tersebut sekalipun berbadan besar, maka remaja tersebut mungkin
penyesuaian diri dengan kelompok ini merupakan sumber yang paling penting
kehidupan bersama dalam masyarakat banyak dipengaruhi oleh kuat atau tidaknya
pribadi, citra diri dan rasa percaya diri. Hal ini terlihat pada banyaknya kasus yang
diri, baik dalam diri sendiri maupun lingkungan masyarakat. Percaya diri
3
secara bertahap dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Masa remaja
merupakan suatu proses yang terus berkembang, proses penyesuaian diri pun
dapat dikatakan berhasil bila seseorang dapat memenuhi tuntutan lingkungan, dan
diterima oleh orang-orang di sekitar sebagai bagian dari masyarakat. Bila seorang
remaja merasa gagal menyesuaikan diri dan merasa ditolak oleh lingkungan, maka
akan menjadi regresif atau mengalami kemunduran. Lalu secara tidak sadar akan
wawancara berikut yang dilakukan oleh peneliti pada dua orang responden,
senang menyendiri di kamar. S merasa tidak percaya diri dengan keadaan dirinya
canggung dan E merasa dirinya adalah seorang yang pendiam dan pemalu, E
merasa tidak mempunyai banyak teman karena sifat pendiamnya tersebut. E lebih
kampusnya.
Kasus tidak adanya penyesuaian diri sosial pada remaja juga dialami oleh
seorang mahasiswa baru bernama Lita yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan
Bandung. Lita merasa kehilangan teman – teman SMA, merasa tidak betah, tidak
punya teman. Sampai – sampai dia ingin keluar kuliah karena dia kuliah di
Universitas tersebut juga atas keinginan orang tuanya bukan keinginan sendiri.
(http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05).
diri sosial. Maslow (Partosuwido, 1993) berpendapat bahwa salah satu ciri dari
berikut: fisiologis, rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan akan rasa harga
diri. Kegagalan dalam penyesuaian diri dapat menimbulkan sikap yang apatis.
Menurut Freud yang diungkapkan oleh Prawiro Harjo (Muntaha, 2003) kegagalan
penyesuaian diri dapat dilihat dari tanda-tanda kecemasan tinggi, rasa rendah diri,
inteligensi, pola asuh dan konsep diri. Konsep diri terbagi menjadi beberapa
5
bagian. Pembagian konsep diri tersebut dikemukakan oleh Stuart and Sundeen
(1991), yang terdiri dari body mage (gambaran diri), ideal diri, harga diri, peran
dan identitas diri. Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
and Sundeen, 1991 dalam Kelliat, 1992). Tingkat body image pada individu
digambarkan oleh seberapa jauh individu merasa puas terhadap bagian – bagian
kondisi fisiknya, jika dia merasa bahwa keadaan fisiknya tidak sesuai dengan
konsep idealnya, maka dia akan merasa dirinya memiliki kekurangan pada fisik
atau penampilannya, meskipun mungkin bagi orang lain dia sudah dianggap
menarik secara fisik. Seringkali keadaan yang demikian membuat seseorang tidak
dapat menerima fisiknya seperti apa adanya sehingga dirinya menjadi rendah diri.
ukuran, keadaan atau kondisi dan bentuk tubuh. Perubahan fisik yang dialami
remaja bisa mempengaruhi hubungan dengan orang lain. Sebagian remaja ingin
menghindari situasi atau orang tertentu karena merasa begitu rendah diri atau
malu. Semua perubahan ini ada saatnya remaja tidak merasa yakin terhadap diri
sendiri (kurang percaya diri) merasa gemuk, besar, kurus yang membuatnya
Setitik jerawat bisa tampak sebesar bola dan membuat remaja ingin menggali
6
lubang dan bersembunyi didalamnya. Hal ini mungkin menyebabkan sulit bergaul
Remaja sangat peka terhadap keadaan tubuh yang tidak sesuai dengan gambaran
masyarakat tentang tubuh ideal (Centi, 1993). Remaja mempunyai perhatian yang
sangat besar terhadap penampilan diri (Monks dkk, 1991) apabila ada bagian
tubuh atau seluruh tubuh dinilai tidak baik (tidak sesuai dengan gambaran ideal)
bahwa tubuhnya memenuhi persyaratan maka hal ini berakibat positif terhadap
timbullah masalah – masalah yang berhubungan dengan perilaku diri dan sikap
sosial remaja. Remaja percaya bahwa kondisi fisik akan membuat diterima atau
gambaran diri mempengaruhi penyesuaian diri sosial pada remaja. Oleh karena itu
pertanyaan penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan positif antara body
B. Tujuan Penelitian
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian tentang body image dan penyesuaian diri sosial
pada remaja ini akan memperkaya khasanah ilmu psikologi terutama psikologi
2. Manfaat Praktis
dapat digunakan sebagai pertimbangan dan acuan ataupun masukan baik bagi
remaja untuk dapat memiliki body image yang baik sehingga remaja akan
memiliki kepercayaan diri dan penerimaan diri yang akan mempengaruhi proses
penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya dan bagi orang tua, tenaga pendidik
dan tokoh masyarakat untuk dapat mengarahkan dan membimbing remaja dalam
D. Keaslian Penelitian
penyesuaian diri sosial dan body image telah banyak dilakukan sebelumnya,
antara lain:
sosial pada mahasiswa baru ditinjau dari jenis kelamin. Menggunakan jenis
bebas. Pada penelitian ini menggunakan teori penyesuaian diri sosial dari
8
tahun, penelitian ini menggunakan alat ukur skala penyesuaian sosial berdasarkan
teori Scneiders (1967). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan tingkat penyesuaian sosial antara mahasiswa putra dan putri, dimana
putra.
Penelitian lain yaitu Tejo (1996) meneliti persepsi kegemukan diri dengan
tergantung dan persepsi kegemukan diri sebagai variabel bebas. penelitian ini
menggunakan teori penyesuaian diri sosial dari Cole (1963). Subyek yang
dgunakan yaitu remaja berusia 15 sampai 18 tahun yang diambil dari siswa siswi
penyesuaian sosial yang didasari atas konsep dari Cole (1963), alat ukur skala
persepsi kegemukan diri didasari atas konsep dari Solso (dalam Christiani, 1987).
judul hubungan antara penyesuaian diri dengan kesepian pada mahasiswa baru.
mahasiswa baru Fakultas Psikologi UGM khususnya angkatan 2004 yang berusia
17 – 20 tahun jenis kelamin laki – laki dan perempuan, tinggal di kost atau asrama
diri sebagai variabel tergantung dan kesepian sebagai variabel bebas. Penelitian
ini menggunakan teori penyesuaian diri dari Schneider (1964). Subyek yang
sampai 22 tahun berjumlah 132 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur skala
hambatan penyesuaian diri yang disusun oleh Partosuwido (1992), alat ukur skala
Penelitian lain oleh McCabs and Ricciardelli (2003) yang meneliti body
image and strategies to lose weight and increase muscle among boys and girls.
Subyek yang digunakan yaitu siswa sekolah dasar kelas 3-5 berusia 8-11 tahun,
siswa laki- laki berjumlah 237 dan siswa perempuan berjumlah 270 yang diambil
dari 10 sekolah yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 3 skala yaitu the body
image and body change questionnaire for children dibuat sendiri yang diambil
dari sintesa berbagai teori, kemudian The positive and negative affect schedule for
children (PANAS-C) yang diadaptasi dari teori joiner, Catanzaro and Laurent
(1996) dan the self description questionnaire-I (SDQ-I) diadaptasi dari teori marsh
(1990).
an intergroup perspective oleh Terry, Carey and Callan (2001). Subyek yang
digunakan yaitu 465 karyawan staff armada. Penelitian ini menggunakan multi
dilakukan penelitian mengenai penyesuaian diri sosial dan body image tetapi
penulis tidak menemukan penelitian yang memiliki kesamaan dengan judul yang
diajukan oleh penulis. Hal ini dapat dilihat dari variabel-variabel yang digunakan
teori Hurlock (1973, 1978, 1980) dan body image sebagai variabel bebas dengan
menggunakan teori Kelliat (1994). Tidak ada penelitian di atas yang meneliti
Pada penelitian ini penyesuaian diri sosial dilihat dari body image
seseorang yang mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh, bentuk
tubuh dan fungsi penampilan yang dimiliki oleh remaja. Penelitian ini ingin
melihat apakah body image memberikan pengaruh pada penyesuaian diri sosial
pada remaja. Jika hipotesis diterbukti maka dapat disimpulkan bahwa body image
Kemapanan tersebut merupakan warna hidup atau falsafah dalam masa dewasa.
Skala yang digunakan pada variabel penyesuaian diri sosial ini di dibuat sendiri
yang mengacu berdasarkan aspek-aspek penyesuaian diri sosial dari teori Hurlock
1
(1978), sedangkan variabel body image menggunakan skala yang diadaptasi dan
dimodifikasi dari penelitian Tresnasari (2001) berdasarkan teori Keaton, Cash dan
Brown.
dengan penelitian yang disebutkan diatas tidak mengurangi keaslian penelitian ini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Banyak individu yang menderita
dan dalam masyarakat pada umumnya. Tidak jarang pula ditemui bahwa orang-
orang mengalami stress dan depresi disebabkan oleh kegagalan untuk melakukan
penyesuaian diri dengan kondisi yang penuh tekanan (Mu’tadin, http ://www.e-
psikologi.com, 04/09/02)
inner harmony” yaitu seseorang merasa damai dengan keadaan dirinya dan
hubungan dengan orang lain, menerima diri apa adanya, tidak ada pertahanan diri
psikis individu untuk mengatasi tuntutan baik yang berasal dari dalam diri
memecahkan masalah secara sehat dan efisien. Penyesuaian diri yang berhasil
didasari oleh adanya kematangan dari dalam diri individu terhadap tuntutan–
tuntutan dan norma–norma sosial yang akan membawa individu pada kematangan
menyebutkan bahwa istilah penyesuaian diri sosial berarti sejauh mana individu
mampu bereaksi secara efektif terhadap hubungan, situasi, dan kenyataan sosial
yang ada.
proses untuk mencapai suatu keseimbangan sosial dengan lingkungan dan sebagai
proses belajar, yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk melakukan
apa yang harus dilakukan dan yang diinginkan oleh individu maupun lingkungan
sosialnya.
penyesuaian diri sosial adalah kemauan untuk mematuhi norma – norma dan
bereaksi secara efektif, sehat dan penuh tanggung jawab dalam menghadapi
segala situsi sosial dan kenyataan yang ada agar tercapai keseimbangan,
diperlukan oleh setiap orang, terutama dalam usia remaja. Pada usia ini remaja
sosial yang baik pada remaja adalah ketika orang lain mau menerimanya,
penyesuaian diri sosial yang baik akan terbina dengan menciptakan hubungan
yang harmonis, mau menyesuaiakan nilai-nilai yang ada, tidak saling cemburu
terhadap orang lain, tidak merugikan orang lain, tidak agresif, bersikap baik, tidak
suka mengkritik orang lain, tidak mudah depresi jika sesuatu tidak berjalan sesuai
bahwa penyesuaian diri sosial yang baik pada remaja adalah ketika remaja tidak
penyesuaian diri sosial pada remaja akan mengakibatkan individu tidak puas pada
diri sendiri dan mempunyai sikap-sikap menolak diri. Remaja yang mengalami
1
perasaan ini merasa dirinya memainkan peran orang yang dikucilkan. Akibatnya
Status remaja pada masa peralihan berada dalam posisi tanggung karena
dalam masa transisi ini remaja tidak diakui sebagai anak–anak lagi tetapi juga
orang dewasa seutuhnya. Dalam masa tersebut banyak perubahan yang terjadi
(Hurlock, 1980).
ketergantungan terhadap orang tua dan menjadi lebih tergantung kepada teman-
teman sebaya, interaksi dengan teman sebaya membuat remaja sadar akan tekanan
sosial dan pentingnya hubungan sosial, sehingga remaja harus lebih banyak
ingin tenggelam dalam berbagai kegiatan dan berusaha sekuat tenaga untuk
terhadap orang lain, merupakan persoalan sosial terpenting yang harus dihadapi
lain adalah merupakan makhluk monodualis yaitu disamping sebagai pribadi atau
individu sekaligus sebagai makhluk, tidak ada satupun orang yang dapat hidup
tanpa bergantung kepada masyarakat. Manusia hidup mulai dari alam kandungan,
maka dari itu kemampuan penyesuaian diri sosial sangat dibutuhkan oleh remaja
a. Penampilan nyata
Penampilan nyata ini dapat dilihat contohnya yang diungkapkan oleh Hurlock
(1980), bahwa sebagian besar remaja mengetahui bila mereka memakai model
pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan
baginya untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila
anggota kelompok mencoba minum alkohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka
akibatnya.
Individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok,
baik teman sebaya maupun dengan orang dewasa dianggap mampu menyesuaikan
diri dengan baik. Salah satu perilaku yang dapat mewakili yaitu tidak mudah
merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal. (Hurlock,
1980)
c. Sikap sosial
Individu menunjukkan sikap yang baik dan menyenangkan terhadap orang lain,
kehidupan sosial. Sikap sosial ini dapat juga ditandai dengan adanya perilaku
bertanggung jawab, tidak mudah menyerah dan tidak menunjukkan sikap yang
d. Kepuasan pribadi
Penyesuaian diri secara sosial dapat dikatakan baik jika individu merasa puas
terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam situasi
sosial. Kepuasan pribadi ini dapat juga ditunjukkan dengan adanya perilaku tidak
tergantung pada guru, tidak sering minta bantuan, tidak sering meminta
perhatian khusus dan minta tolong, tidak berusaha meminat perhatian guru,
b. Tanda–tanda kecakapan sosial, antara lain berupa tidak ada perasaan malu
yang berlebihan, memiliki rasa percaya diri, suka berkumpul dengan teman-
teman, diterima oleh murid lain, mampu bergaul dan tidak menghindari teman
sekolah atau kampus, tidak secara terus menerus merasa cemas atau tidak
sopan santun dan rasa hormat, tidak selalu menyetujui semua yang dikatakan
lamunan, mau berpartisipasi di kelas, tidak selalu sedih, lesu atau murung,
tidak peka berlebihan terhadap gangguan, tidak mudah sakit hati, tidak terlalu
khawatir.
emosi.
sosial yaitu penerimaan diri. Penerimaan diri adalah sikap yang melihat dirinya
mendapatkan kepuasan dari perannya tersebut dan melihat dirinya secara akurat
dan realistis.
a. Kondisi fisik. dipengaruhi hereditas, system saraf, system otot dan konstitusi
fisik individu yang sehat lebih siap menghadapi permasalahan sehari –hari
moral, sosial dan kematangan emosional. Penyesuaian diri sosial yang kuat
2
situasi emosional, hubungan dengan orang lain prasangka dan hal – hal lain
disimpulkan oleh Tejo (1996) berdasarkan teori Bernard dan Huckins (1989) dan
intelligensi, pola asuh dan konsep diri. Salah satu komponen penting dalam
konsep diri adalah body image atau persepsi individu terhadap penampilan
fisiknya (Burns, 1979). Faktor kepribadian akan diuraikan di bawah ini berkaitan
terhadap kemampuan penyesuaian diri sosial, pola asuh yang berbeda akan
kepribadian terdiri dari sifat-sifat psikologis stabil dan khas. Sifat-sifat ini ikut
individu yang lain dalam berhubungan dengan lingkungan sosial. Karena itu
dalam situasi yang sama dua orang sering menunjukkan proses penyesuaian yang
pengaruh hereditas dan lingkungan. Ada 3 faktor bawaan yaitu pengalaman awal,
berbeda antara laki-laki dan perempuan, hal ini disebabkan karena adanya
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan ini juga terlihat dari ciri-ciri
struktur jenis kelamin laki-laki lebih suka mengganggu dan agresif, perempuan
dipengaruhi oleh konsep diri yang salah satu komponen pentingnya adalah body
sehingga mendorong untuk dapat melakukan aktivitas luar yang lain sebaliknya
Serta faktor–faktor lain yaitu kepribadian, jenis kelamin, inteligensi, pola asuh
B. Body Image
Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,
fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
diri mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya. Pandangan yang
realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh akan memberi rasa
aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat,
1992).
keadaan fisiknya. Body image ini juga diwarnai oleh sikap dan perasaan seseorang
tahap.
dipikirkan dan dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas
bagaimana kira – kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya apa yang
2
yang aktual namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif.
betapa penampilan badannya dihadapan orang lain. Kadang kala dimasukkan pula
konsep mengenai fungsi tubuhnya. Body image adalah bagaimana cara pandang
seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body image positif
mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya
yaitu ketika seseorang menilai dirinya secara positif, percaya diri dan self caring,
gambaran ini sangat perlu untuk menjaga keadaan tubuh, pengungkapan diri,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan pengertian dari body image yaitu
bagaimana seseorang memandang dirinya terutama ukuran tubuh, bentuk fisik dan
penampilannya, penilaian ini merupakan penilaian subyektif dan hal ini berkaitan
dengan kepribadian.
ukuran tubuh seperti tinggi atau pendek, cantik atau jelek, putih atau hitam,
hidung, mata, rambut dan keseluruhan tubuh yang meliputi proporsi tubuh,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua komponen body
image yaitu komponen persepsi dan komponen sikap yang terdiri dari bagian-
1994) yang dialami sebelumnya akan mempengaruhi masa yang akan datang. Bila
bersifat kekanak–kanakan dan mengubah pola perilaku dan sikap baru untuk
menggantikan pola perilaku dan sikap lama. Beralihnya masa maka terjadi pula
banyak perubahan seperti perubahan fisik, pola emosi, sosial, minat, moral, dan
kepribadian. Pada masa ini terjadi pula penyesuaian diri terhadap lingkungan
penyesuaian ini remaja akan mencari identitas diri tentang siapakah dirinya dan
Penyesuaian diri sosial menurut Eysenck dkk (1972) adalah sebagai suatu
sebagai proses belajar, yaitu belajar memahami, mengerti dan berusaha untuk
melakukan apa yang harus dilakukan dan yang diinginkan oleh individu maupun
lingkungan sosialnya.
mencapai suatu kesinambungan sosial dengan lingkungan. Salah satu aspek dalam
penyesuaian diri sosial adalah kepuasan pribadi, kepuasan pribadi yaitu merasa
puas terhadap kontak sosialnya dan terhadap peran yang dimainkannya dalam
situasi sosial. Untuk merasa puas terhadap kontak sosialnya tersebut individu
harus merasa puas terhadap dirinya sendiri, salah satunya yaitu kepuasan terhadap
dari aspek body image yaitu komponen sikap. Setelah individu merasa puas
kontak sosial dan peran yang dimainkannya dalam situasi sosial. Kepuasan
pribadi tersebut maka individu akan dapat melakukan penyesuaian diri sosial yang
baik seperti yang diungkapkan dalam penelitian Putriana (2004) orang-orang yang
menunjukkan body image tinggi maka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi
sedangkan orang-orang yang menunjukkan body image yang rendah maka akan
memiliki kepercayaan diri yang rendah pula. Demikian dapat diduga bahwa
orang-orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih bisa
positif, body image yang realistis dan hubungan sosial yang sehat yang dapat
menyimpulkan bahwa konsep diri tinggi yang salah satu komponen pentingnya
adalah body image mempunyai penyesuaian diri yang baik begitu juga sebaliknya
orang yang mempunyai konsep diri rendah maka akan rendah pula penyesuaian
dirinya. Hasil penelitian diatas dipertegas lagi oleh Risveni (2006) bahwa adanya
perbedaan penyesuaian diri antara perempuan dan laki-laki. Penyesuaian diri pada
perempuan lebih baik daripada laki-laki. Perbedaan jenis kelamin ini dipengaruhi
faktor biologi terutama perbedaan fisik. Fisik dikatakan sangat penting karena
baik bila menolak dan tidak menyukai diri sendiri. Sebaliknya penerimaan diri
akan membawa seseorang pada perilaku well adjusted (Hurlock, 1973). Menurut
Mappiare (1982) bahwa pribadi yang sehat, citra diri yang positif dan rasa percaya
diri yang mantap bagi remaja menimbulkan pandangan atau persepsi yang positif
mereka. mereka takut akan bentuk badan yang terlalu gemuk, pendek, tinggi,
wajah tidak cantik atau tidak tampan, ada jerawat, dan sebagainya (Mappiare,
2
1982) hal ini karena remaja menyadari bahwa daya tarik fisik berperan dalam
hubungan sosialnya
identifikasi dari tubuh orang lain. Disamping itu bagaimana penilaian seseorang
kerena remaja adalah harapan masyarakat dan remaja akan menyesuaikan diri
mempunyai penyesuaian diri sosial yang baik akan merasa puas dengan dirinya,
meskipun pada suatu saat mengalami kegagalan akan tetap berusaha terus
sosial yang baik mempunyai hubungan yang hamonis dengan orang disekitar
mereka.
Berdasakan uraian di atas cukup jelas bahwa ada hubungan antara body
image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Remaja yang mempunyai body
image yang baik akan mampu melakukan penyesuaian diri sosial dengan baik,
begitu juga sebaliknya jika remaja mempunyai body image yang buruk maka
penyesuaian diri sosial akan berlangsung tidak baik. Uraian diatas dapat dijadikan
2
D. Hipotesis
Ada hubungan positif antara body image dengan penyesuaian diri sosial
pada remaja. Semakin tinggi body imagenya maka akan semakin tinggi
BAB III
METODE PENELITIAN
lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah atau kampus, dan masyarakat luas
secara umum. Penyesuaian diri sosial akan diukur dengan skala penyesuaian diri
berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi. Penyesuaian diri sosial
diketahui dengan skor yang diperoleh subyek setelah mengisi skala penyesuaian
diri sosial. Semakin tinggi skor yang diperoleh semakin tinggi penyesuaian diri
2. Body Image
fisik atau tubuhnya dan mencakup persepsi tentang ukuran tubuh, bentuk tubuh,
fungsi tubuh serta penampilan dari fisik atau tubuh itu sendiri. Orang yang
memiliki body image yang baik mencerminkan tingginya penerimaan jati diri,
rasa percaya diri dan kepeduliannya terhadap kondisi badan dan kesehatannya
sendiri. Body image akan diukur dengan menggunakan skala body image
berdasarkan teori Keaton, Cash dan Brown (Tresnasari, 2001) yang diadaptasi dan
komponen sikap, komponen sikap ini terdiri dari bagian-bagian tubuh dan
keseluruhan tubuh. Body image positif dan negatif diketahui dengan skor yang
diperoleh subyek setelah mengisi skala body image. Semakin tinggi skor yang
diperoleh semakin tinggi body imagenya sebaliknya semakin rendah skor yang
C. Subjek Penelitian
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Dalam
skala ini subyek diminta untuk merespon sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan
diteliti. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Skala penyesuaian diri sosial yang digunakan dalam penelitian ini disusun
penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi.
penyesuaian diri sosial ini menggunakan skala Likert dengan 4 pilihan jawaban
untuk setiap pernyataan. Skor skala penyesuaian diri sosial ini bergerak dari 1
hingga 4 dengan rincian : 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak sesuai), 3 (sesuai), dan 4
(sangat sesuai). Pengumpulan data penyesuaian diri sosial ini dilakukan dengan
mengambil subyek remaja akhir berusia 17–22 tahun. Penyesuaian diri sosial
yang dimiliki subjek dapat dilihat dari jumlah skor yang didapat subjek dari skala
tersebut. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi
penyesuaian diri sosialnya sebaliknya semakin rendah skor yang didapat semakin
Tabel 1
Data skala body image diungkap dengan mengambil langsung skala body
image yang telah dibuat oleh Tresnasari (2001) yang mengukur variabel yang
sama yaitu body image dengan subyek remaja. Skala body image yang telah
diusun oleh Tresnasari (2001) untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat body
image individu. Skala body image yang disusun oleh Tresnasari (2001) juga telah
melalui uji validitas dan reliabilitas. Diperoleh 48 butir peryataan yang sahih
alpha r= 0,9405 sehingga skala body image Tresnasari (2001) bisa digunakan
sebagai alat ukur body image pada penelitian ini. Skala body image yang dibuat
Tresnasari (2001) disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Keaton, Cash
dan Brown (Tresnasari, 2001) mengenai komponen body image yaitu komponen
sikap yang terdiri dari bagian-bagian tubuh dan keseluruhan tubuh dan penulis
menambahkan satu komponen lagi yaitu komponen persepsi. Skala body image
3
ini mengunakan skala likert. Skala ini terdiri dari 25 aitem favourable dan 25
sangat sesuai , sesuai, tidak sesuai, sangat tidak sesuai terhadap pernyataan yang
jawaban subjek. Pilihan jawaban aitem terdiri dari rentang angka 4 sampai dengan
1. untuk penilaian aitem yang favourable dari 1 (sangat tidak sesuai), 2 (tidak
sesuai), 3 (sesuai), dan 4 (sangat sesuai). Tingkat body image yang dimiliki subjek
dapat dilihat dari jumlah skor yang didapat subjek dari skala tersebut. Semakin
tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin tinggi body imagenya
sebaliknya semakin rendah skor yang didapat semaki rendah body imagenya.
Hasil analisis skala body image ini menunjukkan bahwa dari 50 aitem yang
Distribusi penyebaran nomor pernyataan skala body image dapat dilihat pada tabel
Tabel 2
38, 44
37 33
3. Uji validitas
ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Alat tersebut dapat menjalankan fungsi
ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai dengan maksud yang dilakukannya.
(Azwar, 1997)
Suatu alat ukur yang mempunyai validitas yang tinggi akan memiliki
kesalahan pengukuran yang kecil. Validitas skala penyesuaian diri sosial dan body
image diuji dengan tehnik validitas isi. Teknik validitas isi yaitu pengujian
validitas skala dengan analisis rasional atau dengan persetujuan para ahli di
dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara skor subjek pada aitem yang
bersangkutan dengan total skor tes. Dasar kerja yang digunakan dalam seleksi ini
adalah memilih aitem–aitem yang fungsi ukurannya selaras atau sesuai dengan
diskriminasi aitem yaitu konsistensi fungsi aitem dengan fungsi skala secara
4. Uji Reliabilitas
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih
3
terhadap gejala yang sama dan dengan alat pengukur yang sama. Hasil
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan kecil diantara hasil
beberapa kali pengukuran. Bila perbedaan itu sangat besar dari waktu ke waktu,
maka hasil pengukuran tersebut tidak dapat dipercaya dan dikatakan tidak reliabel
(Azwar, 1997).
Alat pengumpulan data pada skala penyesuaian diri sosial dan body image
Data untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu
bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden
(single-trial administration) dengan menyajikan satu skala hanya satu kali, maka
problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang dapat
dihindari.
korelasi atau hubungan maka data yang diperoleh dilakukan uji syarat yaitu uji
BAB IV
1. Orientasi Kancah
km.13,8 Gg. Kamboja No. 5, Wisma Condong Asri yang beralamatkan di Jalan
Km.13,5 dan kost Joker yang beralamatkan di jalan Kaliurang Km.14 Gg. Gudel
2. Persiapan
persiapan administrasi dan persiapan alat ukur. Berikut adalah rincian masing-
a. Persiapan Administrasi
Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya yang ditujukan kepada
pemilik wisma Zahra, wisma Condong Asri dan wisma BS dengan nomor surat
Alat ukur yang disusun untuk penelitian terdiri dari dua buah skala, yaitu
skala penyesuaian diri sosial dan skala body image. Alat ukur yang digunakan
untuk mengukur penyesuaian diri sosial adalah skala penyesuaian diri sosial.
Skala penyesuaian diri sosial ini disusun sendiri berdasarkan teori Hurlock (1978)
yang terdiri dari empat aspek yaitu penampilan nyata, penyesuaian diri terhadap
berbagai kelompok, sikap sosial dan kepuasan pribadi. Skala penyesuaian diri
sosial berjumlah 40 aitem yang terdiri dari 20 aitem favourable dan 20 aitem
unfavourable.
Skala body image merupakan skala yang diadaptasi dan dimodifikasi dari
alat ukur yang sudah ada yaitu skala yang dibuat oleh Tresnasari (2001). Aspek-
aspek yang tercakup pada penelitian ini meliputi: (1) komponen sikap yang terdiri
dari keseluruhan tubuh dan bagian-bagian tubuh. (2) komponen persepsi. Pada
alat ukurnya. Skala body image ini terdiri dari 70 aitem yaitu 37 aitem favourable
untuk skala penyesuaian diri sosial dan skala body image dengan tujuan untuk
3
mengukur validitas isi dari aitem-aitem yang ada diperkirakan dapat dimengerti
bahasanya oleh subyek penelitian dan untuk mengukur waktu yang diperlukan
memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. Hasil dari pre-
dalam pernyataan-pernyataan yang ada dalam kedua skala tersebut. Ketiga subjek
Setelah pre-eliminary maka dilakukan uji coba alat ukur untuk skala
penyesuaian diri sosial dan skala body image pada 30 subyek yang termasuk
dalam kategori remaja akhir yang berusia 17-22 tahun. Uji coba alat ukur ini
dilakukan pada tanggal 26 Mei 2007 sampai 31 Mei 2007. Pengujian terhadap alat
ukur ini bertujuan untuk melakukan seleksi dan memilih aitem-aitem yang
berkualitas sehingga dapat dipakai sebagai alat ukur yang valid dan reliabel pada
penelitian sesungguhnya.
Skala yang diperoleh dari hasil uji coba yaitu sebanyak 30 eksemplar,
komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12. Hasil
analisis aitem pada skala penyesuaian diri sosial terdiri dari 40 aitem yang
diujicobakan, 23 aitem sahih dan 17 aitem gugur. Azwar (1997) menyatakan ada
dua alternatif untuk menentukan kriteria pemilihan aitem berdasar korelasi aitem
total, yaitu dengan menggunakan batas 0,30 dan dengan menggunakan batas 0,25.
menggunakan batasan 0,30. Kriteria ini diambil karena semua aitem yang
3
memuaskan.aitem yang sahih adalah aitem nomor 3, 4, 5, 6, 8, 12, 13, 14, 15, 18,
20, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 37, 38. Aitem-aitem yang sahih tersebut
memiliki indeks korelasi aitem total yang bergerak antara r i t= 0,306 hingga r it=
0,645. Besarnya koefisien reliabilitas dari skala penyesuaian diri sosial adalah r tt
= 0,881.
Skala body image terdiri dari 70 aitem yang diujicobakan, 56 aitem yang
sahih dan 14 aitem gugur. Aitem-aitem yang sahih adalah nomor 1,2,3,6,8, 9, 10,
11, 13, 14, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 34, 36, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 63,64,
65, 66, 67, 69, 70 . Aitem-aitem yang sahih tersebut memiliki indeks korelasi
aitem total yang bergerak antara r it = 0,310 hingga r it = 0.827. Besarnya koefisien
Berikut ini sebaran butir-butir skala penyesuaian diri sosial dan skala body
Tabel 3
Distribusi Skala penyesuaian diri sosial Setelah Uji Coba
Butir Favourable Butir Unfavourable Jumlah butir
Aspek No Butir Nomor Butir Sahih
Penampilan nyata 5 (3),6 (4),9,13 21,25 (14),29 7
(7),17 (18),33 (20),37 (22)
Penyesuaian diri 1,2,10,14 (8),18 22(12),26(15),30,34 6
terhadap berbagai (10) (21),38 (23)
kelompok
Sikap sosial 3 (1),7,11,15 23,27 (16),31 4
(9),19 (19),35,39
Kepuasan pribadi 4 (2),8 (5),12 24 (13),28 6
(6),16,20(11) (17),32,36,40
23
Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah ujicoba
4
Tabel 4
Distribusi Skala body image Setelah Uji Coba
Butir Favourable Butir Unfavourable Jumlah
butir
Aspek No Butir Nomor Butir Sahih
Komponen sikap
• Keseluruhan 1(1), 10(7), 21(14), 4, 7, 13(9), 15(11), 18, 19
tubuh 27(2), 33(25), 36(27), 24(17), 30(22), 39(29),
42(32), 47, 49(38), 45(35), 51(40), 53(42),
55(43), 57(45) 59(47)
• bagian-bagian 2(2), 8(5), 11(8), 5, 14(10), 19(13), 29
tubuh 16(12), 22(15), 26(19), 25(18), 35, 37, 40(30),
28(21), 31(23), 34(26), 43(33), 50(39), 52(41),
46(36), 48(37), 54, 58(46), 63(50), 64(51),
56(44), 60(48), 61, 65(52), 67(54), 68
62(49), 66(53), 69(55),
70(56)
Komponen persepsi 3(3), 9(6), 20, 23(16) 6(4), 12, 17, 29, 41(31) 8
32(24), 38(28), 44(34)
56
Catatan: angka dalam kurung ( ) adalah nomor urut butir baru setelah ujicoba
subyek 100 yaitu remaja yang berusia 17-22 tahun. Pengambilan data dilakukan
dikerjakan jangan sampai ada pernyataan yang terlewatkan oleh subjek kemudian
C. Hasil Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah remaja berjenis kelamin perempuan dan
karakteristik tertentu.
Tabel 5
Deskripsi subjek penelitian
Data responden Jumlah
1. jenis kelamin Laki-laki : 32
Perempuan : 68
2. usia 18 tahun : 12
19 tahun : 17
20 tahun : 30
21 tahun : 28
22 tahun : 13
Total 100
berjumlah 68 subjek. Subjek berusia 17 tahun tidak ada, subjek berusia 18 tahun
berjumlah 12, subjek berusia 19 tahun berjumlah 17, subjek berusia 20 tahun
berjumlah 30, subjek berusia 21 tahun berjumlah 28 dan subjek berusia 22 tahun
berjumlah 13.
Tabel 6
Deskripsi Data Penelitian
Variabel Hipotetik Empirik
Xmax Xmin Mean SD Xmax Xmin Mean SD
Penyesuaian 92 23 57,5 11,5 87 52 69,93 7,429
Diri Sosial
Body Image 224 56 140 28 212 105 162,85 17,144
bahwa mean empirik pada variabel penyesuaian diri sosial sebesar 69,93 dan
mean hipotetik sebesar 57,5. Mean empirik variabel penyesuaian diri sosial lebih
besar daripada mean hipotetiknya. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam
Begitu juga mean empirik untuk variabel body image lebih besar daripada
mean hipotetiknya yaitu sebesar 162,85 dan mean hipotetik sebesar 140. Hal ini
membuat kategorisasi ini adalah asumsi bahwa skor subjek terdistribusi normal.
Kategori dari variabel penyesuaian diri sosial berdasar pada skor total
yang telah diperoleh subjek pada skala penyesuaian diri sosial. Skala ini terdiri
dari 23 aitem, setiap aitem diberi skor minimal 1 dan skor maksimal 4. Rentang
standarnya (σ) bernilai sebesar 11,5, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 57,5.
Tabel 7
Kriteria Kategori penyesuaian diri sosial
Kategori Nilai
Sangat Tinggi X> µ +1,8 δ
Tinggi µ +0,6 δ <X≤ µ +1,8 δ
Sedang µ -0,6 δ < X ≤ µ + 0,6 δ
Rendah µ -1,8 δ ≤ X ≤ µ −0,6 δ
Sangat Rendah X< µ − 1,8 δ
Keterangan: µ= mean hipotetik, δ = setiap satuan standar deviasi
Tabel 8
Kategorisasi penyesuaian diri sosial
Kategori Skor Jumlah Prosentase
Sangat Tinggi X > 78,2 13 13 %
Tinggi 64,4 < X ≤ 78,2 67 67 %
Sedang 50,6 < X ≤ 64,4 20 20%
Rendah 36,8 ≤ X ≤ 50,6 - -
Sangat rendah X< 36,8 - -
TOTAL 100 100 %
kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13 %), kategori tinggi sebanyak 61
subjek (61%), kategori sedang sebanyak 20 subjek (20 %) dan tidak ada
seorangpun yang masuk dalam kategori rendah maupun sangat rendah (0%).
Kategori dari variabel body image berdasar pada skor total yang telah
diperoleh subjek pada skala body image. Skala ini terdiri dari 56 aitem, setiap
4
adalah 56 (56x1) sampai dengan 224 (56x4), sehingga luas jarak sebarannya
bernilai sebesar 28, serta rata-rata hipotetik (µ) sebesar 140. Berdasarkan pada
pembagian kategori menjadi 5 bagian, maka rumus kategori dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 9
Kriteria Kategori Body Image
Kategori Nilai
Sangat Tinggi X> µ +1,8 δ
Tinggi µ +0,6 δ <X≤ µ +1,8 δ
Sedang µ -0,6 δ < X ≤ µ + 0,6 δ
Rendah µ -1,8 δ ≤ X ≤ µ −0,6 δ
Sangat Rendah X< µ − 1,8 δ
Keterangan: µ= mean hipotetik, δ = setiap satuan standar deviasi
Tabel 10
Kategorisasi penyesuaian diri sosial
Kategori Skor Jumlah Prosentase
Sangat Tinggi X > 190,4 5 5%
Tinggi 156,8 <X≤ 190,4 63 63%
Sedang 123,2 < X ≤ 156,8 31 31%
Rendah 89,6 ≤ X ≤ 123,2 1 1%
Sangat rendah X < 89,6 - -
TOTAL 100 100%
subjek (63%), kategori sedang sebanyak 31 subjek (31 %), kategori rendah
sebanyak 1 subjek (1%) dan sangat rendah 0 subyek (0%). Berdasarkan tabel
dapat disimpulkan bahwa subjek mempunyai body image yang berada pada
3. Uji Asumsi
dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji
normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar
a. Uji Normalitas
Distribusi dikatakan normal apabila p>0.05. Teknik yang digunakan untuk uji
komputer SPSS for windows 12. Uji normalitas variabel penyesuaian diri sosial
dan body image menunjukkan distribusi normal dengan koefisien K-S-Z pada
variabel penyesuaian diri sosial sebesar 0,662 dengan p = 0,773 (p>0,05) dan
koefisien K-S-Z pada variabel body image 0,944 dengan p = 0,335 (p>0,05)
b. Uji Linieritas
hubungan antara variabel body image dengan penyesuaian diri sosial mengikuti
garis linier atau tidak, dengan menggunakan program komputer SPSS for
windows 12,0. Hasil uji linearitas hubungan variabel penyesuaian diri sosial
dengan body image diperoleh hasil F = 30,538 dengan p= 0,000 (p< 0,05) dan
4. Uji Hipotesis
diri sosial dan body image. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik
sosial dengan body image r = 0,496 dengan p = 0,000 (p<0,01), berarti ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara variabel Body Image dan variabel
D. Pembahasan
signifikan antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Adanya
hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar =
menunjukkan bahwa semakin tinggi body image seseorang maka akan semakin
tinggi pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semaki rendah body image
seseorang maka akan semakin rendah pula penyesuaian diri sosialnya. Jadi
subjek yang berada dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 subjek (5 %),
tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar subjek mempunyai body image
bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 13 subjek (13 %),
(20 %). Berdasarkan kategorisasi tersebut dapat dikatakan bahwa sebagian besar
subjek mempunyai penyesuaian diri sosial yang berada pada kategori tinggi
67%, karena jumlah subjek yang berada pada rentang skor 64,4-78,2 paling
banyak, jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain.
Penyesuaian diri sosial yang baik akan menjadi salah satu bekal penting karena
akan membantu remaja pada saat terjun dalam masyarakat luas. Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa remaja yang menilai dirinya baik maka akan dapat
menyesuaikan diri dengan baik tanpa mengalami hambatan. Hal ini didukung oleh
pendapat Partosuwido (1993) bahwa remaja yang memiliki konsep diri yang
tinggi maka penyesuaian dirinya akan tinggi pula begitu juga sebaliknya, remaja
yang memiliki konsep diri rendah maka penyesuaian dirinya juga akan rendah.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahu
4
individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, dalam Kelliat
1992). Hal ini termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi
dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman
dan objek, tujuan serta keinginan. Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan
dirinya. Konsep diri itu sendiri terdiri dari beberapa bagian salah satunya yaitu
body image (Kelliat, 1992). Hal ini juga diungkapkan Fuhrmann (1990) yang
menyatakan salah satu komponen pentingnya dalam konsep diri yaitu body image
penampilan fisik yang menarik dapat meningkatkan penerimaan sosial baik dari
menimbulkan kesan pertama yang baik. Pengertian ini dapat membantu remaja
satunya adalah upaya untuk menyesuaikan diri secara sosial. Penerimaan sosial
menyenangkan memiliki fisik yang menarik dan tubuh yang ideal. Hal ini dapat
yang dialami remaja menyebabkan remaja memiliki citra terhadap fisiknya atau
yang disebut dengan body image. Body image ini sifatnya subjektif, tiap remaja
4
memiliki ukuran ideal yang berbeda mengenai keadaan fisik yang bisa
Pandangan yang realistik terhadap diri, menerima dan mengukur bagian tubuh
akan memberi rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan
harga diri (Keliat, 1992). Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor dari penyesuaian
diri sosial yang telah disimpulkan oleh Tejo (1996) faktor-faktor tersebut yaitu
kepribadian, jenis kelamin, intelligensi, pola asuh dan konsep diri. Kepribadian
terdiri dari sifat-sifat psikologis stabil dan khas. Sifat-sifat ini ikut menentukan
dan membedakan bagaimana perilaku individu yang satu dengan individu yang
Seorang remaja dikatakan mempunyai body image yang tinggi bila remaja
tersebut merasa puas dan dapat menerima keadaan fisiknya, sedangkan seorang
remaja dikatakan memiliki body image yang rendah bila remaja tersebut merasa
tidak puas dengan kondisi fisiknya. Remaja yang melihat keadaan fisiknya positif
maka hal ini akan memberikan kepuasan pada dirinya dan dia akan
evaluasi dan persepsi diri terhadap keadaan fisik. Jika seorang remaja mempunyai
body image yang tinggi maka akan merasa percaya diri dan dapat melakukan
penyesuaian diri yang baik karena tidak ada hambatan dalam diri remaja tersebut.
lingkungannya. Remaja yang memiliki body image yang rendah yaitu remaja yang
5
merasa kurang puas dengan keadaan fisiknya dan tidak bisa menerima keadaan
lain, maka remaja tersebut akan merasa ragu-ragu dalam melakukan penyesuaian
body image positif maka akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi sedangkan
kepercayaan diri yang rendah pula. Demikian dapat dikatakan bahwa orang-orang
yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi cenderung lebih bisa menerima diri
tidak menampilkan dirinya sebagai pribadi yang lemah dan pribadi yang tidak
lingkungannya yang baru dengan mengembangkan sikap diri yang yakin akan
dirinya dan akan mampu melakukan penyesuaian diri sosial dengan baik
Pada penelitian tentang hubungan body image dan penyesuaian diri sosial
kepribadian, jenis kelamin, inteligensi dan pola asuh sehingga kurang bisa
diri sosial selain body image. Selain itu aitem pada masing – masing aspek
penyesuaian diri sosial dan aspek body image tidak sama jumlahnya sehingga
body image.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
signifikan antara body image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Hubungan
antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa semakin baik body image seseorang
maka akan semakin baik pula penyesuaian diri sosialnya dan sebaliknya semakin
buruk body image seseorang maka akan semakin buruk pula penyesuaian diri
sosialnya.
B. Saran
image dan penyesuaian diri sosial pada remaja. Subjek mempunyai body image
yang berada pada kategori tinggi yaitu 63% dan untuk penyesuaian diri sosial
yaitu subjek termasuk dalam kategori tinggi 67%. Subjek yang memiliki body
image dan penyesuaian diri sosial yang tinggi hendaknya tetap mempertahankan
a) Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama,
sosial.
b) Peneliti selanjutnya bila ingin meneliti tema yang sama, disarankan untuk
meneliti pada subjek yang lain, sehingga dapat diketahui bila ada
c) Perbaikan alat ukur penyesuaian diri sosial dan body image. Peneliti
d) Peneliti selanjutnya bila ingin meneliti tema yang sama disarankan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Muntaha, M. 2003. Tingkat Depresi Narapidana Ditinjau dari Harga Diri dan
Dukungan Sosial. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.
Mu’tadin, Z. Spsi.,MSi. Penyesuaian Diri Remaja. http ://www.e-psikologi.com,
04/09/02.
Monks, dkk. 1984. Psikologi Perkembangan (Pengantar Dalam Berbagai
Bagiannya). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Putriana, Y.A. 2004. Hubungan Citra Diri Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja
Putri SMU 3 Jambi. Naskah Publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Partosuwido, Sr. 1993. Penyesuaian Diri Mahasiswa Dalam Kaitannya Dengan
Persepsi Diri, Pusat Kendali dan Status Perguruan Tinggi. Jurnal
Psikologi. No.1, Hal. 32-34.
Rini, J. 2004. Mencemaskan Penampilan. http ://www.e-psikologi.com, 11/06/04
Risveni, N. 2006. Perbedaan Penyesuaian Sosial Pada Mahasiswa Baru Ditinjau
Dari Jenis Kelamin. Naskah Publikasi (tidak di terbitkan). Yogyakarta :
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Schneiders. 1964. Personal Adjustment And Mental Hygiene. New York: Holt
Rinehart dan Winston.
Suryanto, W.Dr.. 2003. Memupuk Rasa Pede Sejak Kecil. http
://www.IntisariOnThe Net.com, 21/03/03.
Suryaningrum, M. 2004. Hubungan antara Penyesuaian diri dengan Kesepian
pada Mahasiswa Baru. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Tresnasari, T. 2001. Hubungan Citra Raga dan Minat Membeli Kosmetik Pemutih
Pada Remaja Putri. Skripsi (tidak di terbitkan). Yogyakarta : Fakultas
Psikologi UGM.
Thornberg, D. Hersel. 1982. Development In Adolescene. California: Brooks/cole
Publishing Company.
Tejo, Rosalia. 1996. Persepsi Kegemukan Diri dengan Penyesuaian Sosial
Remaja.Sripsi ( tidak diterbitkan ). Fakultas Psikologi UGM.
Terry, J. Deborah & Carey, J.Craig dkk. 2001. Employee Adjustment to An
Organizational Merger : An Intergroup Perspective. Journal of
personality and social psychology, 27, 267-280
Tyas,R.A.2005. Sekolahku Sekolah Baru.
http://www.PikiranRakyatCyberMedia.com 20/09/05.
5
Umami, Ida dan Panuju, Panut. 1999. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana.
Walgito. 2001. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar (Edisi ke-2, Cetakan ke-3)
Jogjakarta : Andi.
Willis, S. Sofyan, DR,M.Pd. 2005. Remaja dan Masalahnya. Bandung: CV.
Alfabeta.