Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

“INSPEKSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA”

DISUSUN OLEH KELOMPOK


INSPEKSI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian dan Klasifikasi Inspeksi

Inspeksi merupakan Suatu aktivitas untuk menemukan masalah-masalah atau potensi


bahaya dan menilai resikonya sebelum kerugian atau kecelakaan dan penyakit akibat
kerja benar-benar terjadi. Sehingga Inspeksi adalah salah satu alat kontrol manajemen
yang bersifat klasik, tetapi masih sangat relevan dan secara luas sudah banyak diterapkan
dalam upaya menemukan masalah yang dihadapi di lapangan, termasuk untuk
memperkirakan besarnya resiko.
Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Inspeksi Informal
Inspeksi Informal merupakan inspeksi yang tidak direncanakan sebelumnya dan
sifatnya cukup sederhana yang dilakukan atas kesadaran orang-orang yang menemukan
atau melihat masalah K3 di dalam pekerjaannya sehari-hari. Inspeksi ini cukup efektif
karena masalah-masalah yang muncul langsung dapat dideteksi, dilaporkan dan segera
dapat dilakukan tindakan korektif.
Inspeksi informal juga inspeksi rutin yang dilakukan oleh karyawan lapangan itu
sendiri, sebagaimana seseorang melakukan kegiatann – kegiatan tetap dan teratur. Suatu
contoh adalah seorang pengemudi yang selalu memeriksa air didalam radiator,
memeriksa minyak pelumas, dsb sebelum menjalankan mobilnya. Inisiatif ini cukup
efektif, karena pada dasarnya petugas lapangan adalah satu-satunya orang yang paling
sering melihat untuk pertama kalinya operasi sehari-hari berlangsung. Inspeksi semacam
ini sangat sederhana dan alami, oleh karena itu keberhasilan program semacam ini sangat
tegantung pada kesadaran dan pemahaman individu terhadap adanya bahaya bagaimana
mereka mengenali potensi kecelakaan yang mungkin timbul. Infeksi informal dapat
meliputi kondisi-kondisi peralatan atau lingkungan kerja dibawah standar. Pegawai
lapangan dapat melapor langsung secara lisan kepada pengawasnya, kemudian pengawas
dapat menegaskan kembali dalam bentuk tertulis. Dalam beberapa hal, pengawas dapat
langsung mengevaluasi serta mengambil tindakan-tindakan koreksi yang diperlukan.
Inspeksi ini didukung oleh suatu sistim dokumentasi yang baik tentang hasil temuan dan
koreksi yang dilakukan oleh pengawas. Dokumen semacam ini akan mencerminkan
tingkat kepedulian perusahaan terhadap aspek keselamatan, dan sekaligus mendorong
inisiatif, kreativitas serta untuk menampung umpan balik yang datang dari karyawan
lapangan. Selain itu, inspeksi informal juga sering dianggap sebagai metode yang tidak
sistematis, sebab tindak lanjutnya sering dan mudah dilupakan orang walaupun
informasinya sering bersifat spesifik tetapi biasanya tidak mampu memberi gambaran
menyeluruh mengenai kondisi lapangan, dan karenanya sering kategorikan tidak
memenuhi kriteria sebagai suatu metode inspeksi yang baik. Form inspeksi ini dapat
menggunakan Kartu Catatan Temuan Keselamataan dan Kesehatan Kerja (KCTK3).
b. Inspeksi Terencana
yang terdiri atas kategori berikut;
 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Umum (General safety & Health

Inspection)

Adalah suatu pemeriksaan keselamatan dan kesehatan sacara umum dengan

melakukan perjalanan keliling yang terencana pada seluruh area kerja. Inspektur atau

pemeriksa memperhatikan segala sesuatu untuk menentukan kondisi-kondisi tidak

aman ditempat kerja.

 Housekeeping Inspection

Adalah bagian yang penting dari inspeksi umum terencana, inspeksi jenis ini

berhubungan dengan kebersihan dan kerapihan yang meliputi : mesin dan peralatan,

material, alat-alat, lantai gedung dan lain-lain.

 Inspeksi Bagian Kritis (Critical Parts Inspections)

Sasaran utama dari inspeksi ini adalah untuk melihat apakah bagian bagian kritis

dari suatu peralatan, mesin-mesin, bahan-bahan atau struktur, mengalami kerusakan,

aus, dipasang secara tidak benar, atau disalah gunakan.

Bagian-bagian kritis meliputi komponen suatu mesin yang selama ini

dipergunakan sebagai suku cadang. Barang atau perlengkapan semacam ini apabila

masih dalam penyimpanan atau gudang, sering disebut “Critical Items”. Walau
demikian,kedua jenis barang-barang tadi perlu dikenali, dievaluasi, dan dijaga agar

selalu dalam kondisi yang baik dan aman dipakai

 Inspeksi Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance Inspections)

Adalah jenis inspeksi yang dilakukan untuk memelihara dan menjaga agar mesin

atau peralatan tetap beroperasi sebagaimana mestinya terutama untuk mesin-mesin

vital seperti turbin, alat angkat Crane dan lain-lain. Inspeksi ini dilakukan secara

periodik diman sifatnya adalah pencegahan. Sehingga tidak mengganggu jalannya

proses, atau menghindari adanya potensi kecelakaan.

 Inspeksi Peralatan Sebelum Digunakan (Pre-use Equipment Inspection)

Pemeriksaan peralatan sebelum digunakan merupakan suatu sistim untuk

memastikan bahwa sistim kontrol dan sistim emergency yang utama atelah dipasang

dengan baik serta dapat berfungsi sebagai manamestinya, dengan demikian kita

memiliki keyakinan bahwa peralatan dapat beroperasi secara aman.

c. Inspeksi Rutin/umum
Inspeksi Rutin/Umum biasanya dilakukan dengan cara walk-trough survey ke
seluruh area kerja dan bersifat komprehensif. Inspeksi rutin dapat dilakukan dengan
membuat Standard Prosedur Inspeksi (SPI), dan Standard Laporan Inspeksi (SLI).

d. Inspeksi Khusus
Inspeksi khusus merupakan inspeksi yang direncanakan hanya untuk
diarahkan kepada kondisi-kondisi tertentu, seperti; mesin-mesin, alat kerja, dan
tempat-tempat khusus yang telah diketahui mempunyai resiko tinggi.

B. Langkah-langkah Inspeksi

1. Persiapan. Menentukan apa yang akan di inspeksi dengan berpedoman kepada ITP
(Inspection and Test Plan), mengetahui lokasi yang akan diinspeksi termasuk proses
kerjanya, persiapkan checklist/daftar periksa yang memadai dan melihat rekomendasi
laporan inspeksi sebelumnya.
2. Pelaksanaan. Melaksanakan inspeksi secara sistematis, didampingi oleh pengawas
setempat (PIC), melakukan tindakan sementara jika ditemui minor fault,
mengklasifikasikan bahaya, kondisi dan perilaku yang berpotensi cacat permanent,
luka serius dan first aid, Berpedoman pada peta pabrik (Workplace Mapping) dan
checklist, mengidentifikasi dan menemukan masalah, mengklsifikasikan hazard
menurut tingkat kekerapan dan keparahannya, menentukan faktor penyebab utama
adanya tindakan dan kondisi yang tidak aman.
3. Pencatatan. Pencatatan dengan membuat format yang terdiri dari identifikasi,
kondisi specifik dari peralatan, frekuensi inspeksi dan petugas pelaksananya. Dengan
proses pencatatan, monitoring terhadap item kritis meyakinkan bahwa upaya
pencegahan telah dilakukan.
4. Laporan. HES Inpeksi melaporkan identifikasi daerah yang telah di inspeksi,
observasi keadaan non standart, klasifikasi bahaya dan resiko, tindakan perbaikan dan
rekomendasi dan penangung jawab tindakan koreksi.
5.Pengembangan Upaya perbaikan dan tindakan korektif. Pada saat inspeksi dapat
langsung melakukan tindakan seperti membersihkan ceceran atau tumpahan cairan di
lantai, memasang mesin yang dilepas, memindahkan bahan yang tidak dipakai atau
sampah dari lokasi kerja,dll. Tindakan ini merupakan pengembangan pada saat
inspeksi sekaligus merupakan contoh kepada tenaga kerja. Cara yang dapat dilakukan
dengan tindakan korektif ini adalah membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan
yang harus dikerjakan, monitoring terhadap program perbaikan dan anggaran biaya
sampai implementasi perbaikan selesai, verifikasi atau pembuktian bahwa tindakan
perbaikan dimulai sesuai jadwal yang telah direncanakan , dan dikerjakan oleh orang-
orang yang tepat, monitoring selama pengembangan, konstruksi dan atau modifikasi
untuk menjamin bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang dimaksud.

C. Objek yang diinspeksi dan Sasaran Inspeksi

Objek yang harus diinspeksi di dalam suatu perusahaan adalah:

- segala bahan atau bentuk berupa hazard yang berpotensi menyebabkan cedera atau

kesakitan serta masalah K3 yang ada di tempat kerja.


- PERPU bidang K3 dan standar yang berkaitan dengan hazard, tugas-tugas, proses

produksi tertentu yang diterapkan di masing-masing perusahaan.

- Masalah-masalah K3 yang sebelumnya terjadi, walaupun kemungkinan resikonya

kecil.

Sasaran Inspeksi

1. Pemeriksaan langsung thd pelaksanaan K3 pada setiap obyek kerja.


2. Identifikasi problem atas kondisi dan tindakan bahaya.
3. Memperoleh data dan fakta sebenarnya.
4. Mengukur kinerja K3.
5. Melakukan tindakan koreksi/perbaikan.
6. Tingkatkan komitmen &kinerja K3

D. Tujuan Inspeksi

Pada perusahaan Inspeksi merupakan hal yang sangat penting dan wajib

dilakukan karena dengan adanya inspeksi kita dapat menemukan atau mengenali

tindakan tidak aman atau kondisi yang tidak aman bagi pekerja serta kita dapat

menentukan penyebab dari suatu penyakit. Secara umum tujuan inspeksi di tempat

kerja adalah:

 Mengidentifikasi problem – problem yang mungkin terjadi dan juga masalah-


masalah yang mungkin tidak dapat diantisipasi selama proses.
 Mengidentifikasi kualitas dan defisiensi suatu peralatan adn mesin.
 Mengidentifikasi tindakan tidak sesuai standar psosedur oleh pekerja
 Mengidentifikasi dampak dari perubahan / pergantian suatu proses / material
 Mengidentifikasi kekurangan – kekurangan dalam suatu perbaikan
 Melokalisasi dan menetralisir bahaya-bahaya yang ada

Secara khusus tujuan inspeksi adalah sebagai berikut:


 Pengawasan dan pengendalian sumbersumber hazard di tempat kerja
 Pendeteksian permasalahan k3 dan solusinya sejak dini
 Sebagai alat untuk menjamin terciptanya kondisi kerja yang sesuai dengan
standard an peraturan yang ada.
Pada prinsipnya maksud dan tujuan inspeksi adalah untuk menemukan atau
mengidentifikasi unsafe action dan unsafe condition dan menentukan penyebab dasar
agar dapat Melakukan tindakan perbaikan, sehingga kondisi dan tindakan tidak aman
tidak sempat menyebabkan suatau kecelakaan.

E. Manfaat inspeksi

Disamping maksud dan tujuan diatas, suatu inspeksi Keselamatan Kerja juga
mempunyai manfaat yaitu :
1. Dapat melakukan pembetulan segera terhadap tindakan atau kondisi tidak standar
(tidak aman) yang ditemukan selama inspeksi.
2. Inpeksi secara teratur dan berkelanjutan mendorong para pekerja untuk lebih tanggap
terhadap tindakan tidak aman yang dilakukan oleh sesama pekerja serta akan lebih
giat memeriksa kondisi tidak aman suatu alat / tempat kerja.
3. Menetapkan secara tepat alat-alat pelindung keselamatan yang diperlukan untuk
setiap jenis dan kondisi kerja.
4. Inspeksi dapat memberikan semangat serta meningkatkan kesadaran setiap pekerja
terhadap pentingnya K-3
5. Inspeksi membantu apresiasi serta sekaligus merealisasikan program K-3 dikalangan
para karyawan.

Dalam melakukan inspeksi seseorang seharusnya tidak hanya mendeteksi atau


mencari tindakan tidak standar / aman atau kondisi tidak standar / aman secara phisik, tetapi
harus pula dapat mengevaluasi dan menentukan penyebab dasar, mengapa tindakan dan
kondisi tidak standar / aman dapat terjadi. Selanjutnya menentukan tindakan perbaikan yang
harus dilakukan.
Sebelum melakukan inspeksi harus terlebih dahulu mengevaluasi atau menganalisa
semua temuan, kerusakan atau insiden yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga nantinya
dapat memberikan pehatian khusus terhadap kondisi dan tindakan tidak aman yang
berpotensi menimbulkan permasalahan K-3.
F. Pelaksana inspeksi

1. Top Manajemen.
2. Midle Manajemen.
3. Lower Manajemen.
4. Karyawan.
5. Manajer K3.
6. Tim Safety Patrol
[dalam buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja- K3, Oleh: TARWAKA, PGDip.Sc.M.Erg.]].

Anda mungkin juga menyukai