Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN IV B
PENDARAHAN POST PARTUM PRIMER DAN
SEKUNDER

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5

Chindy Shintiya Ananda 09340095


Dian Maya Sari 09340105
Devita Sari 09340070
Elly Oktavia 09340111
Anesty Dwi Wuri Lestariani 09340011

KELAS : 2A

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDY DIV KEBIDANAN


UNIVERSITAS MALAHAYATIBANDAR LAMPUNG
2011-2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas


berkah dan rahmat-NYA kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini dbuat dalam rangka untuk menunjang proses belajar dan
mengajar mata kuliah Konsep Kebidanan IV B.

Dalam makalah ini juga kami ucapkan terimakasih kepada semua


pihak yang turut berpartisipasi dalam pembuatan tugas makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak begitu pun makalah ini. Kami
menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa,
pengolahan, maupun penyusunan nya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar pada
makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.

Dan kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2011

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II ISI

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara dramati


dengan adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan
dan persalinan di rumah sakit dan adanya fasilitas transfusi darah,
namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan faktor
utama dalam kematian maternal. perdarahan dalam bidang obstetri
hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin, terutama jika
tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya
tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan
perawatan sarana yang memungkinkan penggunaan darah dengan
segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang
layak. Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama
kehamilan, persalinan, maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap
perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas
harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat
membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas yang
mengalami perdarahan, harus segera dirawat dan ditentukan
penyebabnya, Diperkirakan ada 14 juta kasus pendarahan dalam
kehamilan setiap tahunnya; paling sedikit 128.000 perempuan
mengalami pendarahan sampai meninggal.
Pendarahan pasca persalinan merupakan pendarahan yang paling
banyak menyebabkan kematian ibu. Lebih dari separuh jumlah seluruh
kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian
besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Walaupun seorang
perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami pendarahan
pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah
yang berat (anemia berat) dan mengalami mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan. Oleh sebab itu, diperlukan tndakan
yang tepat dan cepat dalam mengatasi pendarahan pasca persalinan.
untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan dengan tepat.

B. Tujuan instruksi umum

Dapat memahami, menjelaskan, mendiskusikan dan


mempresentasikan apa saja yang terjadi, cara membedakan dan
apa saja yang harus dilakukan pada ibu yang mengalami
pendarahan post partum primer dan pendarahan post partum
sekunder

C. Tujuan instruksi khusus

Mahasiswa mampu menanggapi secara cepat, tepat, dan aman


apabila terdapat ibu yang mengalami pendarahan post partum

D. Metode

1. Diskusi / presentasi
2. Alat yang dipakai ( laptop, Lcd, )
3. Evaluasi
4. Tinjauan kasus
BAB II

ISI

A. PERDARAHAN POST PARTUM


I. Definisi

Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah lebih dari


500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelah
persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak
sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari
yang sebenarnya. Darah tersebut tercampur dengan cairan amnion
atau dengan urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan
kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga
bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu.
Seseorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat
menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat
fatal pada yang anemia.

Perdarahan pascapersalinan adalah sebab penting kematian ibu;


¼ kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan (perdarahan
pascapersalinan, placenta previa, solutio plasenta, kehamilan
ektopik, abortus, dan ruptura uteri) disebabkan oleh perdarahan
pascapersalinan. Selain itu, pada keadaan dimana perdarahan
pascapersalinan tidak mengakibatkan kematian, kejadian ini sangat
mempengaruhi morbiditas nifas karena anemia dapat menurunkan
daya tahan tubuh.

Perdarahan post partum dibagi menjadi 2:

1. Perdarahan post partum Dini / Perdarahan post partum primer


(early postpartum hemorrhage). Perdarahan post partum dini
adalah Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama setelah
kala III.
2. Perdarahan pada Masa Nifas / Perdarahan post partum Sekunder
(late postpartum hemorrhage). Perdarahan pada masa nifas
adalah Perdarahan yang terjadi pada masa nifas (puerperium)
tidak termasuk 24 jam pertama setelah kala III.

II. Etiologi

Penyebab terjadinya Perdarahan post partum antara lain:

- Atonia uteri

- Luka jalan lahir

- Retensio plasenta

- Gangguan pembekuan darah

III. Insidensi

Insidensi yang dilaporkan Mochtar, R. dkk. (1965-1969) di R.S.


Pirngadi Medan adalah 5,1% dari seluruh persalinan. Dari laporan-
laporan baik di negara maju maupun di negara berkembang angka
kejadian berkisar antara 5% sampai 15%.

Berdasarkan penyebabnya diperoleh sebaran sebagai berikut:

- Atonia uteri 50 – 60 %

- Sisa plasenta 23 – 24 %

- Retensio plasenta 16 – 17 %

- Laserasi jalan lahir 4 – 5 %

- Kelainan darah 0,5 – 0,8 %

B. Penyebab perdarahan pascapersalinan

Perdarahan pascapersalinan antara lain dapat disebabkan oleh:

• Atonia uteri

Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya


Perdarahan pascapersalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal
berkontraksi dengan baik setelah persalinan.

Copyright © 2005 Nucleus Communications, Inc. All rights


reserved
Predisposisi atonia uteri :

• Grandemultipara
• Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar
(BB > 4000 gr)
• Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi)
• Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan anteparturn)
• Partus lama (exhausted mother)
• Partus precipitatus
• Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)
• Infeksi uterus
• Anemi berat
• Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi
partus)
• Riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat
plasenta manual
• Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan
mendorong-dorong uterus sebelum plasenta terlepas
• IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban
(koagulopati)
• Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam.

• Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari


Perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi bersamaan
dengan atonia uteri. Perdarahan
pascapersalinan dengan uterus yang
berkontraksi baik biasanya disebabkan oleh
robekan serviks atau vagina.

a. Robekan serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan


serviks, sehingga serviks seorang multipara
berbeda dari yang belum pernah melahirkan
pervaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan
dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir
lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik, perlu dipikirkan
perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

a. Perlukaan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka


perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah
persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat
ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat
pada pemeriksaan spekulum.

b. Kolpaporeksis

Kolpaporeksis adalah robekan melintang atau miring pada


bagian atas vagina. Hal ini terjadi apabila pada persalinan yang
disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen bawah uterus
dengan servik uteri tidak terjepit antara kepala janin dengan
tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung
oleh vagina, jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan, terjadi
robekan vagina pada batas antara bagian teratas dengan bagian
yang lebih bawah dan yang terfiksasi pada jaringan sekitarnya.
Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada tindakan
pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam
uterus terjadi kesalahan, dimana fundus uteri tidak ditahan oleh
tangan luar untuk mencegah uterus naik ke atas.

c. Fistula

Fistula akibat pembedahan vaginal makin lama makin


jarang karena tindakan vaginal yang sulit untuk melahirkan anak
banyak diganti dengan seksio sesarea. Fistula dapat terjadi
mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus
kandung kemih atau rektum, misalnya oleh perforator atau alat
untuk dekapitasi, atau karena robekan serviks menjalar ke
tempat-tempat tersebut. Jika kandung kemih luka, urin segera
keluar melalui vagina. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis
atau rektovaginalis.

d. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengan dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus
pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika.

• Retensio plasenta

Rentensio plasenta adalah belum lahirnya plasenta ½ jam


setelah anak lahir. Tidak semua retensio plasenta menyebabkan
terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka plasenta
dilepaskan secara manual lebih dulu.

• Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)

Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)


tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja
pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta

• Inversio uterus

Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam


menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
dilakukan. Dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar
uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

C. Keadaan yang menambah resiko terjadinya pendarahan


post partum

Keadaan umum yang menambah risiko terjadinya perdarahan


postpartum menurut buku Sinopsis Obstetri Fisiologi & Patologi,
Prof.Dr. Rustam Mochtar ialah :
1) Regangan uterus yang berlebihan
Misalnya pada hydramnion dan kehamilan ganda.
2) Keadaan umum yang lemah, misalnya anemia.
3) Partus lama atau persalinan sulit (distosia)
4) Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum.
D. Gejala klinis

• Atonia uteri

Gejala dan tanda yang selalu ada:


a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan
pascapersalinan primer)

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:


a. Syok (tekanan darah rendah,denyut nadi cepat dan kecil,
ekstremitas dingin, gelisah, mual,dan lain-lain).

• Robekan jalan lahir

Gejala dan tanda yang selalu ada:


a. Perdarahan segera
b. Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
c. Uterus kontraksi baik
d. Plasenta baik

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:


a. Pucat
b. Lemah
c. Menggigil

• Retensio plasenta

Gejala dan tanda yang selalu ada:


a. Plasenta belum lahir setelah 30 menit
b. Perdarahan segera
c. Uterus kontraksi baik

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:


a. Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
b. Inversio uteri akibat tarikan
c. Perdarahan lanjutan

• Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta)


Gejala dan tanda yang selalu ada:
a. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap
b. Perdarahan segera

Gejala dan tanda kadang-kadang ada:


a. Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang

• Inversio uterus

Gejala dan tanda yang selalu ada:


a. Uterus tidak teraba
b. Lumen vagina terisi massa
c. Tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
d. Perdarahan segera
e. Nyeri sedikit atau berat

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada:


a. Syok neurogenik
b. Pucat dan limbung

E. Diagnosis perdarahan pascapersalinan

Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul


perdarahan banyak dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan
sedikit dalam jangka waktu lama, tanpa disadari pasien telah
kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat. Nadi serta
pernafasan menjadi lebih cepat dan tekanan darah menurun.

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah


sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala
klinik. Gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah 20%. Jika
perdarahan berlangsung terus, dapat timbul syok. Diagnosis
perdarahan pascapersalinan dipermudah apabila pada tiap-tiap
persalinan setelah anak lahir secara rutin diukur pengeluaran darah
dalam kala III dan satu jam sesudahnya. Apabila terjadi perdarahan
pascapersalinan dan plasenta belum lahir, perlu diusahakan untuk
melahirkan plasenta segera. Jika plasenta sudah lahir, perlu
dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan
karena perlukaan jalan lahir.
Pada perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan
lembek pada palpasi; sedangkan pada perdarahan karena
perlukaan jalan lahir, uterus berkontraksi dengan baik. Dalam hal
uterus berkontaraksi dengan baik, perlu diperiksa lebih lanjut
tentang adanya dan dimana letaknya perlukaan jalan lahir. Pada
persalinan di rumah sakit, dengan fasilitas yang baik untuk
melakukan transfusi darah, seharusnya kematian akibat perdarahan
pascapersalinan dapat dicegah.

Tetapi kematian tidak data terlalu dihindarkan, terutama apabila


penderita masuk rumah sakit dalam keadaan syok karena sudah
kehilangan banyak darah. Karena persalinan di Indonesia sebagian
besar terjadi di luar rumah sakit, perdarahan post partum
merupakan sebab utama kematian dalam persalinan.

F. Kriteria Diagnosis

- Pemeriksaan fisik:

Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah,


denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah
keluar melalui vagina terus menerus

- Pemeriksaan obstetri:

Mungkin kontraksi usus lembek, uterus membesar bila ada


atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik, Perdarahan mungkin karena
luka jalan lahir

- Pemeriksaan ginekologi:

Dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki, dapat


diketahui kontraksi uterus, luka jalan lahir dan retensi sisa plasenta

G. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium
− Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan
sejak periode antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL
berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk.
− Pemeriksaan golongan darah dan tes
antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal.
− Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi
seperti waktu Perdarahan dan waktu pembekuan.

b. Pemeriksaan radiologi

− Onset Perdarahan post partum biasanya


sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat,
resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau
radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman,
pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya
jendalan darah dan retensi sisa plasenta.
− USG pada periode antenatal dapat dilakukan
untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki
faktor predisposisi terjadinya Perdarahan post partum seperti
plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan
sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta
dan variannya.

H. Prinsip-prinsip penatalaksanaan pendarahan post partum

Prinsip-prisnip penatalaksanaan PPH menurut WHO dalam Modul


Hemoragi Postpartum yakni :
1). Kecepatan
2). Keterampilan
3). Prioritas.

I. Penatalaksanaan

• Pasien dengan perdarahan post partum harus ditangani dalam 2


komponen, yaitu:

1) Resusitasi dan penanganan perdarahan obstetri serta


kemungkinan syok hipovolemik
2) Identifikasi dan penanganan penyebab terjadinya
perdarahan post partum
• Tentukan diagnosa
• Agar perdarahan berhenti, uterus harus dibuat berkontraksi
dengan masase uterus dan keluarkan bekuan darah.
• Kosongkan kandung kemih ibu jika kandung kemih ibu penuuh,
karena kandung kemih yang penuh dapat mengurangi kontraksi
uterus.
• Kaji kondisi pasien(denyut nadi, tekanan darah, warna kulit,
kesadaran, tonus, uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang
keluar.
• Perbaiki keadaan umum dengan memasang infus menggunakan
cairan normal salin atau natrium laktat karena cairan tersebut
dapat diberikan dengan cepat, maka volume, tekanan dan
sirkulasi darah dapat pertahankan.
• Ambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin, golongand arah
dan pencocokan silang.
• Pada kasus syok parah, gunakan plasma ekspander atau
transfusi darah yang tersedia.
Keuntungan menggunakan plasma ekspander dibandingkan
cairan IV lainnya adalah :
• Plasma ekspander tetap berada dalam pembuluh darah
(cairan lain dapat meresap ke jaringan)
• Cairan ini menarik cairan lain dari jaringan ke pembuluh
darah.
• Kuretase oleh Dokter
• Pemberian uterotonik.
• Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti
dengan demam, menggigil, rabas vagina berbau busuk, segera
berikan antibiotika spectrum luas
• Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai
• Perdarahan telah terkendali
• Kondisi umum lainnya bagus.
J. Penatalaksanaan sebagai bidan :
• Menelusuri uterus dengan lembut
• Mengeluarkan sisa plasenta pada uterus.
• Pantau kondisi pasien secara seksama selama 24-48 jam,
meliputi :
1. Memeriksa bahwa uterus kenyal & berkontraksi dengan baik
2. Darah yang hilang, suhu, denyut nadi & tekanan darah
3. Kondisi umum (misalnya; kepucatan, tingkat kesadaran)
4. Asupan cairan & haluaran urine
5. Melakukan pencatatan yang akurat.
• Sediakan asuhan keperawatan yangbaik, antara lain :
1. Kenyamanan fisik & hygiene
2. Dukungan emosional
3. Melakukan instruksi medis
4. Melaporkan tiap perubahan pada dokter.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

Perdarahan pasca persalinan adalah suatu kejadian mendadak


dan tidak dapat diramalkan yang merupakan penyebab kematian ibu
di seluruh dunia. Sebab yang palig umum dari pendarahan pasca
persalinan dini yang berat (yang terjadi dalam 24 jam setelah
melahirkan) adalah atonia uteri (kegagalan rahim untuk berkontraksi
sebagaimana mestinya setelah melahirkan. Plasenta yang tertinggal,
vagina atau mulut rahim yang terkoyak dan uterus yang turun atau
inversi, juga merupakan sebab dari pendarahan pasca persalinan.
Pendarahan pasca persalinan lanjut (terjadi lebih dari 24 jam setelah
kelahiran bayi) sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang
tidak baik, atau sisa plasenta yang tertinggal. Saat-saat setelah
kelahiran bayi dan jam-jam pertama pasca persalinan adalah saat
penting untuk pencegahan, diagnosa, dan penanganan pendarahan.
Dibandingkan dengan resiko-resiko lain pada ibu seperti infeksi, maka
kasus pendarahan dengan cepat dapat mengancam jiwa. Seorang ibu
dengan pendarahan hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberian obat-obatan,
prosedur klinis sederhana, transfusi darah dan atau operasi. Di daerah
atau wilayah dengan akses terbatas memperoleh perawatan petugas
medis, transportasi dan pelayanan gawat darurat, maka keterlambatan
untuk memperoleh pelayanan kesehatan menjadi hal yang biasa,
sehingga resiko kematian karena pendarahan pasca persalinan
menjadi tinggi. Semua ibu hamil harus didorong untuk mempersiapkan
kehamilan dan kesiagaan terhadap komplikasi, dan agar melahirkan
dengan bantuan seorang dokter atau bidan, yang dapat memberikan
perawatan pencegahan pendarahan pasca persalinan. Keluarga dan
masyarakat harus mengetahui tanda-tanda bahaya utama, termasuk
pendarahan masa kehamilan. Semua ibu harus dipanatau secara dekat
setelah melahirkan terhadap tanda-tanda pendarahan tidak normal,
dan para pemberi perawatan harus dapat dan mampu menjamin akses
ke tindakan penyelamatan hidup bilamana diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Komite Medik RSUP dr. Sardjito, 2000, Perdarahan post partum dalam
Standar Pelayanan Medis RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta: Penerbit
Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri William Edisi 18.
Jakarta: EGC, 1995. Supono. Ilmu Kebidanan Bab Fisiologi. Palembang:
Bagian Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya, 2004.

Prawirohardjo,Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo (YBPSP).
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGIS
DENGAN
PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER KARENA SISA
PLASENTA
TERHADAP Ny. X DI PUSKESMAS METRO

Data subjektif
A. IDENTITAS
Nama Ibu : Ny. Hanifa Nama Suami : Tn. Hasan
Umur : 28 tahun Umur : 30 tahun
Agama : Islam Agama :
Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Raya Timur 27, Alamat :
Jl.Raya Timur 27,
Karang Rejo 26 Karang
Rejo 26
Metro selatan. Metro
Selatan.

B. ANAMNESA
Tanggal 13 maret 2011 Pukul 15.00 WIB.
• Keluhan Utama
ibu mengatakan mengeluarkan darah segar pervaginam yang
banyak sampai berkali-kali ganti doek setelah 1 hari psotaprtum.
• Riwayat Persalinan
Anak lahir tanggal : 12 November 2006 Pkl. 20.00 WIB
Jenis kelamin : Laki-laki
BB/PB : 3100gram/50cm
Jenis persalinan : Spontan
Penyulit saat melahirkan: tidak ada

• Plasenta : lahir spontan Pkl.20.15 WIB


Berat plasenta 500 gram
Keadaan plasenta tidak lengkap.
Jumlah perdarahan :
Kala I : 50cc blood slym
Kala II : 150cc
Kala III : 150cc
Kala IV : 150cc +
Jumlah : 500cc
Lama persalinan :
Kala I : 11 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 20 menit
Kala IV : 2 jam +
Jumlah : 13 jam 50 menit

• Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular atau penyakit keturunan. Kebiasaan keluarga
berobat ke Psukesmas daan tenaga kesehatan.
• Keadaan Psikososial
Ibu mengatakan senang dan bahagia dengan kelahiran bayi
pertamanya, begitupula dengan suami dan keluarganya.
• Pola Kehidupan Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum melahirkan :
Makan 2 kali sehari dengan porsi sedang, minum 6-8 gelas
perhari.
2. Sesudah melahirkan :
Makan 2 kali sehari porsi sedikit, minum 4-6 gelas perhari.
b. Eliminasi
BAB:
1. Sebelum
Ibu mengatakan bahwa sebelum hamil ia BAB 1 kali sehari.
2. Sesudah
Ibu mengatakan sesudah melahirkan ia baru 1 kali BAB.
BAK:
1. Sebelum
Ibu mengatakan sebelum hamil ia biasa BAK 5-6 kali sehari.
2. Sesudah
Ibu mengatakan setelah melahirkan ia hanya BAK 4 kali sehari.
c. Istirahat tidur
1. Sebelum
Ibu mengatakan sebelum hamil tidur malam antara 7-8 jam
sehari.
2. Sesudah
Ibu mengatakan sesudah melahirkan ia agak susah tidur,
hanya 6 jam sehari.

d. Personal hygiene
1. Sebelum
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, dan menggosok gigi.
2. Sesudah
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari dan membersihkan
perineum.
e. Aktifitas
1. Sebelum
Sebelum hamil ibu biasa melakukan aktifitas/kegiatan rumah
tangga sendiri tanpa bantuan orang lain.
2. Sesudah
Sesudah melahirkan ibu hanya bisa berjalan pelan-pelandan
dibantu.

DATA Objektif
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : 90/70 mmHg
b. Pernafasan : 20x/menit
c. Nadi : 80x/menit
d. temperatur : 37,5oC
3. Pemeriksaan fisik
• Rambut : kusam, kotor dan sedikit ada ketombe
• Wajah/muka : Inspeksi;wajah pucat, tidak ada cloasma
gravidarum.
• Mata : Conjungtiva agak pucat, fungsi penglihatan
baik, simetris kanan-kiri, tidak ada oedema pada kelopak
mata.
• Telinga : Bersih, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik
• Hidung : Tidak ada polip, simetris, fungsi
penciuman baik.
• Mulut : Bibir pecah-pecah dan kering, lidah sedikit kotor,
gigi tidak ada karies, fungsi pengecapan baik.
• Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
vena jugularis.
• Dada : simetris kanan-kiri, puting susu menonjol,
terdapat hyperpigmentasi pada aerola, colostrum sudah
keluar sedikit, tidak ada benjolan.
• Abdomen : TFU 1 jari atas pusat, kontraksi uterus lemah,
konsistensi lembek, keadaan bersih dan tidak ada strie

• Ekstremitas :
o Atas : sedikit tremor, ujung jari-jari tangan agak
dingin dan pucat.
o Bawah: Terasa dingin, simetris kanan-kiri, fungsi
pergerakan baik, tidak ada cacat, tidak ada oedema,
refleks patela positif.
• Genitalia : Tampak adanya hecting perineum, vulva
merah muda, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,
pegeluaran pervaginam darah encer, anus tidak hemoroid.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 9,5 gr%.
ASSASEMENT
Ibu P1A0 postpartum akibat perdarahan karena sisa plasenta.
Dasar :
DS:
1. Ibu mengatakan banyak mengeluarkan darah encer dari vagina
2. Ibu mengatakan ini adalah persalinan yang pertama
3. Ibu mengatakan ganti doek 2 jam sekali.
DO:
1. Keadaan umum ibu lemah
2. Konjungtiva pucat
3. TFU 1 jari di atas pusat
4. Plasenta lahir tidak lengkap
5. Hb 9,5gr %
6. Pengeluaran darah encer lebih dari 500 cc
7. TTV; TD 90/70mmHg, RR 20x/mnt, Nadi 80x/mnt, suhu 37,5oC
8. Konsistensi uterus lemah, konsistensi lembek.

i. MASALAH
• Gangguan rasa nyaman
Dasar :
DS:
1. Ibu mengatakan keluar darah terus dari vaginanya
2. Ibu mengatakan ganti doek tiap 2 jam sekali.
DO:
1. Ibu terlihat merasa tidak nyaman dengan kondisinya saat ini.
2. Gangguan pola aktifitas
• Gangguan pemenuhan cairan & nutrisi
Dasar
DS:
Ibu mengatakan setelah emlahirkan makan hanya 2 kali sehari
dengan porsi yang sedikit dan minum hanya 4-6 gelas sehari.
DO:
Keadaan umum ibu lemah, ibu pucat dan bibir pecah-pecah.

ii. KEBUTUHAN
• Pemenuhan cairan dan nutrisi
Dasar
DS:
1. Ibu mengatakan badannya lemas
2. Ibu mengatakan makan 2 kali sehari dengan porsi sedikit
3. Ibu mengatakan hanya minum 4-6 gelas sehari.
DO:
1. TD 90/70mmHg
2. Keadaan umum ibu lemah
3. Konjungtiva pucat
4. Pengeluaran darah pervaginam lebih dari 500cc.
• Pengeluaran sisa plasenta dan kuretase
Dasar
DS:
1. Ibu mengatakan mengeluarkan darah encer dari vagina
2. Ibu mengatakan ganti pembalut tiap 2 jam sekali.
DO:
1. Plasenta lahir tidak lengkap
2. Pengeluaran berupa loche rubra sebanyak 500cc.

iii. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadinya syok hemoragi dan anemia berat
Dasar
DS:
1. Ibu mengatakan mengeluarkan darah encer dari vagina
2. Ibu mengatakan badannya lemas.
DO:
1. Keadaan umum ibu lemah
2. TD 90/70mmHg
3. Hb 9,5gr%
4. Perdarahan lebih dari 500cc.

iv. TINDAKAN SEGERA DAN KOLABORASI


1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi cairan infus
dan transfusi darah.
2. Tindakan kuretase oleh tenaga profesional/dokter.

PLANNING
• Jelaskan kondisi ibu saat ini
• Jelaskan bahwa ibu sedang mengalami perdarahan setelah bersalin.
• Berikan dukungan emosional agar ibu dan keluarga tidak cemas.
• Kolaborasi dengan dokter untuk :
o Pemberian infus dan transfusi
o Terapi obat-obatan
o Tindakan kuretase.
• Lakukan persiapan kuretase :
o Persiapan pasien
o Persiapan alat.
• Anjurkan ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya
• Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi
• Jelaskan pada ibu pentingnya nutrisi bagi ibu yang baru melahirkan.
• Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene
• Jelaskan pada ibu pentingnya personal hygiene
• Anjurkan ibu teknik vulva hygiene.
• Anjurkan ibu untuk melakukan postnatal breastcare
• Anjurkan ibu postnatal breastcare
• Jelaskan manfaat postnatal breastcare.

IMPLEMENTASI
• Menjelaskan pada ibu bahwa plasenta yang lahir tidak lengkap dan
bila dibiarkan akan menimbulkan perdarahan yang tersu-menerus
dan berbahaya bagi ibu, sehingga diharapkan ibu mau bekerjasama
dalams etiap tindakan yang akan dilakukan.
• Melakukan kolaborasi dengan dokter
o Memasang infus pada pasien Ringer Laktat 30tetes/menit dan
rencana transfusi II Kolf.
o Terapi obat dari dokter
o Tindakan kuretase
• Persiapan alat
o Tenakulum
o klem ovum (Forster/Fenster Clamp) lurus & lengkung
o 1 set sendok kuret
o 1 penala kavum uteri(sonde uterus)
o spekulum Sim’s atau L
o 1 kateter karet.
• Persiapan pasien
o Beritahu pasien akan dilakukan tindakan kuret
o Langkah kerja
o Pasien dalam posisi litotomi
o Suntikkan valium 10mg dan atropin sulfat 0,25mg IV
o Tindakan antisepsis genitalia eksterna, vagina dan serviks.
o Kosongkan kandung kemih
o Pasang spekulum vagina, selanjutnya serviks dipresentasikan
dengan tenakulum menjepit dindoing depan portio pada jam 12.
angkat spekulum depan dan spekulum belakang dipegang oleh
seseorang asisten.
o Memasukkan sonde tumpul secara sistemis menurut putaran
jarum jam. Usahakan seluruh kavum uteri dikerok.
o Setelah diyakini tidak ada perdarahan, tindakan dihentikan.
Awasi tanda vital 15-30 menit pasca tindakan.
• Menjelaskan pada ibu pentingnya nutrisi makanan sehat terutama
sayu-sayuran yang berwarna hijau, protein (daging dan ikan), untuk
pemulihan kondisi ibu dan bayi dengan produksi ASI yang dihasilkan
maka nurisi bayi akan terpenuhi.
• Menjelaskan pada ibu pentingnya personal hygiene untuk
mencegah terjadinya infeksi dan penyakit.
• Mengajarkan pada ibu melakukan vulva hygiene dengan cara :
o Menggunakan 5 kapas sublimat
o 2 kapas untuk membersihkan bibir kemaluan besar masing-
masing kanan-kiri.
o 2 kapas untuk membersihkan bibir kemaluan kecil masing-
masing kanan-kiri.
o 1 kapas untuk membersihkan keseluruhan daria ats sampai
bawah.
• Mengajarkan ibu post natal breastcare dengan massase pada
payduara dan kompres panas dingin pada daerah payudara,
diharapkan ASI akan keluar dengan lancar.

EVALUASI
• Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini dan mau melakukan
kerjasama dalam setiap tindakan yang dilakukan, pemasangan
infus dan tindakan kuretase.
• Keluarga mendukung tindakan yang dilakukan dan mau membantu
serta bekerjasama dalam merawat dan mengawasi keadaan ibu.
• Infus RL sudah terpasang dengan jumlah tetesan 30 tetes/menit.
• Bidan sudah melakukan kolaborasi dengan dokter.
• keadaan umum ibu masih lemah.
• Ibu dan keluarga mengerti tentang kebutuhan gizi untuk pemulihan
kesehatan dan berjanji akan mengatur pola makan dengan menu
yang seimbang agar ibu lekas sembuh.
• TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi baik.
• Ibu psot curetase, sisa plassenta sudah lahir lengkap.
• Ibu masih takut untuk bergerak.
CATATAN PERKEMBANGAN

1. Tanggal 14 maret 2011 Pkl. 08.00 WIB. Ibu post curetase hari
pertama setelah persalinan.
S:
a. Ibu mengatakan mulas pada perutnya
b. Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya seperti
menstruasi biasa
c. Ibu mengatakan badannya masih lemas
d. Ibu mengatakan takut turun dari tempat tidur karena takut
jahitannya lepas.
e. Ibu mengatakan air susunya sudah mulai keluar dan mau
menyusui bayi.
O :
a. Keadaan umum ibu agak lemah
b. TTV: TD 100/90mmHg, nadi : 80x/menit, RR : 24x/menit, suhu :
36,7oC.
c. TFU 1 jari bawah pusat
d. Luka jahitan perineum basah
e. ASI sudah keluar
f. BAB 1 kali sehari, BAK 3-4 kali sehari
g. Perdarahan normal, lochea rubra.
A :
a. assasement
Ibu P1A0, pendarahan postpartum primer akibat sisa plasenta.
Dasar
DS:
a. Ibu mengatakan telah melahirkan bayi tanggal 13 maret 2011,
Pukul 20.00 WIB.
b. Ibu mengatakan badannya masih lemas
c. Ibu mengatakan mulas pada perutnya.
DO:
a. Keadaan umum ibu agak pucat
b. Ibu post curetase
c. TD 100/70mmHg
d. TFU 1 jari bawah pusat
e. Kontraksi uterus baik dan konsistensi keras
f. Terdapat luka jahitan pada perineum
g. Terdapat pengeluaran darah/lochea pervaginam.
• Anemia ringan
Dasar
DS:
a. Ibu mengatakan badannya masih lemas
b. Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya seperti
menstruasi biasa.
DO:
a. Keadaan umum ibu agak lemah
b. TTV: TD 100/70mmHg;Pols 98x/menit;RR 20x/menit;suhu
36,7 C
o

c. Terdapat pengeluaran darah pervaginam


d. Hb 9,3gr%
e. Ibu habis dilakukan kuretase.

b. Kebutuhan
• Pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi
Dasar
DS:
a. Ibu mengatakan badannya lemas
b. Ibu mengatakan darah yang keluar dari kemaluannya seperti
menstruasi biasa.
c. Ibu mengatakan akan menyusui bayinya.
DO:
a. Keadaan umum ibu agak lemah
b. Terdapat pengeluaran darah pervaginam.

• Post natal breastcare


dasar
DS:
a. Ibu mengatakan akan menyusui bayinya
b. Ibu mengatakan ASInya belum lancar.
DO:
Puting susu jika dipencet mengeluarkan kolostrum.
P:
a. Kaji keadaan umum ibu, keadaan umum ibu masih lemah.
b. Ukur TTV setiap 30 menit sekali.
TD 100/70mmHg, nadi 82x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,8oC.
c. Terapi pengobatan dari dokter
1. Infus RL 20 tetes/menit
2. Kalnex 1 gr/8 jam
3. Vitamin K 1 gr/8 jam
4. Standacilin 1 gr/8 jam.
d. Observasi proses involusi
1. Periksa kandung kemih ibu
2. Ukur TFU ibu, 1 jari bawah pusat
3. Periksa kontraksi uterus, kontraksi uterus baik.
4. Observasi pengeluaran darah pervaginam, pengeluaran darah
normal seperti menstruasi biasa.
e. Jelaskan tentang keadaan ibu saat ini
1. Jelaskan pada ibu sebab terjadinya mulas, yaitu karena otot-otot
perut berkontraksi mengikat pembuluh-pembuluh darah rahim
sehingga tidak terjadi perdarahan.
2. Anjurkan ibu untuk tidak cemas menghadapi kondisinya saat ini.
f. Berikan penyuluhan tentang nutrisi ibu menyusui
1. Jelaskan pada ibu tentang nutrisi ibu menyusui
2. Anjurkan ibu untuk tidak berpantang terhadap suatu makanan
tertentu.
g. Berikan penyuluhan tentang postnatal breastcare
1. Jelaskan pada ibu pentingnya melakukan postnatal breastcare
2. Anjurkan ibu untuk melakukan psotnatal breastcare
h. Jelaskan pada ibu jadwal kunjungan awal nifas.
1. Melakukan pemeriksaan nifas berikutnya yaitu 1 minggu pertama,
1 bulan pertama, dan pada 6 minggu pertama atau jika ada
keluhan.
2. Jelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas, dan
anjurkan ibu untuk segera memeriksakan kondisinya jika ada
keluhan.

2. Tanggal 19 maret 2011 Pkl. 08.00 WIB. Ibu 6 hari postpartum.


S:
a. Ibu mengatakan sangat bahagia dapat menyusui bayinya dan
merawat bayinya.
b. Ibu mengatakan kondisinya saai ini sudah lebih baik.
c. Ibu mengeluh perutnya mulas
d. Ibu mengatakan obat yang diberikan dokter sudah habis diminum.
O:
a. Keadaan umum ibu baik
b. Ibu postpartum hari ke 6
c. Ibu memberikan ASI eksklusif
d. TTV: TD 110/70mmHg;pols 78x/menit;RR 18x/menit;temp.37oC
e. TFU teraba ½ pusat sympisis
f. Luka jahitan perineum agak basah
g. Lochea sanguenolenta
h. BAB 1 kali sehari, BAK 3-4 kali sehari

A:
a. Diagnosa
Ibu postpartum hari ke 6 berjalan normal.
Dasar
DS:
1. Ibu mengatakan badannya sehat
2. Ibu mengatakan perutnya mulas
3. Ibu mengatakan darah yang keluar pervaginam hanya berupa
gumpalan darah.
DO:
1. Keadaan umum ibu baik
2. TD 100/70mmHg
3. TFU 1 jari dibawah pusat sympisis
4. Kontraksi uterus baik
5. Kondisi jahitan perineum baik
6. Pengeluaran berupa lochea sanguinolenta.

b. Kebutuhan
Kebutuhan penyuluhan nutrisi ibu hamil.
Dasar:
1. Ibu post partum hari ke 6
2. Ibu memberikan ASI eksklusif untuk bayinya.

P:
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini, bahwa kondisinya baik.
b. Observasi keadaan umum ibu
c. TTV : TD 110/70mmHg;pols 78x/menit;RR 18x/menit;temperatur
37oC
d. Observasi proses involusi:
1. Periksa kandung kemih
2. Ukur TFU,TFU ½ pusat sympisis
3. Periksa kontraksi uterus, kontraksi uterus baik
4. Pengeluaran pervaginam berupa lochea sanguinolenta.
e. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi ibu menyusui
f. Kunjungan ulang berikutnya.

3. Tanggal 27 maret 2011 Pkl. 08.00 WIB. Ibu 2 minggu postpartum.


S:
a. Ibu mengatakan sangat bahagia terutama saat menggendong
bayinya
b. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan darah lagi dari
kemaluannya, hanya berwarna kuning kecoklatan.
O:
a. Keadaan umum ibu baik
b. ASI sudah banyak keluar
c. TTV : TD 120/70mmHg;nadi 78 x/menit;RR 22 x/menit;temperatur
36,8oC
d. Pengeluaran berupa lochea serosa
e. TFU tidak teraba di atas simpisis
f. BAB 1 kali sehari,BAK 3-4 kali sehari
g. Luka jahitan perineum kering
A:
a. Diagnosa
Ibu P1A0 hari ke 12 berjalan normal.
Dasar
1. Partus tanggal 13 maret 2011
2. ASI banyak dan keluar lancar
3. TFU tidak teraba.

b. Kebutuhan
1. Penyuluhan tentang nutrisi untuk ibu menyusui
2. Senam nifas
3. Postnatal breastcare
4. Penyuluhan tentang konseling KB.

P:
a. Jelaskan kondisi ibu saat ini
b. Observasi proses involusi meliputi :
1. Periksa kandung kemih
2. Ukur TFU, TFU tidak teraba di atas simpisis
3. Periksa kontraksi uterus, kontraksi uterus baik.
4. Pengeluaran pervaginam berupa lochea serosa.
c. Jelaskan tentang kebutuhan nutrisi ibu menyusui bahwa ibu
menyusui lebih banyak memerlukan nutrisi dan gizi dibandingkan pada
saat hamil karena untuk kebutuhan ibu sendiri (proses involusi) dan
juga untuk memenuhi kebutuhan bayi yang hanya bergantung pada
ASI ibu.
d. Anjurkan pada ibu agar tidak menggunakan alat kontrasepsi pada
saat menyusui. Karena dengan menyusui secara eksklusif sudah
merupakan tindakan KB yang alami.
e. Kunjungan ulang berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai