Anda di halaman 1dari 5

-Pemerintah Libya menghentikan sementara pencetakan sebuah koran yang dikendalikan oleh seorang

reformis yang juga putra pemimpim Muammar Gaddafi. Demikian dilaporkan media lokal hari ini, dalam
apa yang disebt sebagai fase baru pertarungan kekuasaan di dalam negeri pengekspor minyak tersebut.
Edisi cetak Oea, yang dikendalikan Saif al-Islam Gaddafi, dibredel tak lama setelah menerbutkan sebuah
artikel yang menyerukan sebuah “serangan terakhir” atas pemerintah yang dituding telah gagal
menangani korupsi.

Saif al-islam –yang berperan kunci dalam pengakhiran sanksi-sanksi atas Libya dan tampaknya bakal
penerus ayahnya- telah melancarkan satu perang wilayah dengan seorang penjaga tua konservatif dan
telah melontarkan kritik terbuka kepada pemerintah.

“(Perdana Menteri) Al-Baghadai Ali al-Mahmoudi telah menghentikan penerbitan mingguan Oea,”
demikian kantor perdana menteri hari ini dalam sebuah pernyataan yang dicetak oleh tiga situs harian
Libya. Tak disebutkan alasan atas penghentikan itu.

Hingga siang tadi tak ada pejabat pemerintah yang bisa dikontak untuk memberikan komentar dan
belum ada konfirmasi segera dari kelompok media Al Ghad, yang didirikan oleh Saif al-Islam dan pemilik
Oea dan beberapa media massa lainnya.

Sumber : http://hileud.com/hileudnews?title=Libya+Hentikan+Koran+Pro+Reformasi&id=403326
KAIRO (Berita SuaraMedia) – Media pro-pemerintah Mesir tiba-tiba mengubah nada mereka.

Setia menjadi corong rezim Hosni Mubarak sampai akhir, mereka sekarang merayakan
tergulingnya presiden Mesir dan berjanji untuk lebih memperhatikan rakyat biasa Mesir. Televisi
pemerintah bahwa berjanji untuk lebih jujur dalam pemberitaannya.

Dalam pemberontakan selama 18 hari itu televisi pemerintah dan koran pro-Mubarak
menggambarkan ratusan ribu pemrotes sebagai minoritas tukang onar. Sementara aksi protes
marak di pusat kota Kairo, Al Nil TV milik pemerintah menayangkan video dari Sungai Nil yang
tenang.

Tapi pada hari Sabtu, sehari setelah pengunduran diri Mubarak, pesannya telah berbalik 180
derajat.

"Rakyat menggulingkan rezim," Al Ahram yang dulu pro-Mubarak memproklamirkan di


halaman depannya.

Seorang wartawan televisi pemerintah, melaporkan dari luar istana Kairo Mubarak di mana
ribuan orang telah berkumpul setelah penggulingan Mubarak, mengatakan bahwa "pada saat ini
rakyat Mesir menghirup kebebasan."

Dan sebuah editorial dari harian pemerintah Al Gomhouria menyerukan untuk lebih banyak
transparansi, mengeluhkan bahwa "hiu dari rezim lama telah menyedot kehidupan dari Mesir."

Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, yang mengambil alih kendali negara dari Mubarak,
telah menjelaskan bahwa mereka akan meneruskan outlet-outlet yang didanai oleh pemerintah
sebagai pijakan, dengan serangkaian kemunculan seorang juru bicara berseragam yang
mengumumkan sejumlah rencana.

Tapi Hisham Qassam, yang mempublikasikan beberapa koran independen Mesir, mengatakan
media pemerintah bisa memudar jika pemerintahan yang baru memotong pendanaan. "Ini adalah
kematian yang perlahan-lahan, bisa memakan waktu satu tahun lebih. Tapi ini telah berakhir,
telah usai," ujarnya.

Selama pemberontakan, beberapa media pro-pemerintah menjadi target pemrotes.

Beberapa dari protes terbesar dan terkeras terjadi di depan Kementerian Informasi. Pada
beberapa titik, polisi anti huru-hara bentrok dengan pemrotes yang berusaha mengambil alih
gedung. Banyak yang menuduh Menteri Informasi Anas Al Fiqqi mendalangi kampanye media
melawan pemrotes dengan menuduh mereka menyabotase Mesir.

Pada hari Jumat (11/2), hanya beberapa jam sebelum Mubarak mengundurkan diri, ribuan orang
meneriakkan slogan-slogan di depan gedung, mencegah karyawan masuk.

Sumber : http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/38468-tanpa-mubarak-tv-
pemerintah-mesir-berubah-sikap.html
Pemerintah Malaysia menyita lebih dari 6.000 salinan surat kabar pro-oposisi di tengah sengketa
hukumsoal ketatnya kontrol media di negeri itu. Penyitaan ini menuai ketegangan baru antara
pemerintah dengan aktivis kebebasan pers dan oposisi.

Departemen Dalam Negeri dalam sebuah pernyataan menyatakan pihak mereka Senin malam telah
menyita 6.108 salinan Kabar Era Pakatan, atau Aliansi Era News. Alasannya, mereka tidak memiliki izin
publikasi. Semua publikasi Malaysia memerlukan izin pemerintah disetujui yang harus diperbaharui
setiap tahunnya.

Editor surat kabar itu, Mat Zahari Ali, menegaskan menerima izin pada bulan Desember. Dia mengakui
bahwa nama disetujui untuk penerbitan ini hanya 'Kabar ', atau 'Berita', tapi menyangkal melanggar
peraturan karena 'Era Pakatan' adalah motto yang seharusnya tidak memerlukan persetujuan
pemerintah.

Kabar Era Pakatan melejit dari sisi oplah beberapa bulan ini. Dari pertama kali dicetak hanya 30
eksemplar pada April tahun lalu, koran ini terus meningkatkan oplah. Sejak itu, pihak mereka sering
diperingatkan media.

Mat Zahari menuduh pemerintah berusaha menutup surat kabar dan mencegah para pedagang menjual
karena koran ini menyuarakan dukungan untuk Aliansi Rakyat, gabungan  tiga partai yang mendukung
oposan Anwan Ibrahim. Aliansi ini berusaha merebut dukungan untuk memenangi pemilu tahun 2013.

Sumber : http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/05/25/117047-malaysia-
sita-6000-eksemplar-koran-proanwar-ibrahim
Pemerintah Iran memperingatkan media pemberitaan di negaranya untuk tidak memberitakan masalah-
masalah sensitif yang bisa mengancam pemerintahan berkuasa saat ini.

Saat ini Iran telah memberedel media-media pro-reformasi, termasuk situs-situs berita internet, yang
telah mempengaruhi adanya pemberontakan di masyarakat seperti demonstrasi besar-besar belum
lama ini yang menentang kepemimpinan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Dalam peringatan yang dipublikasikan Senin (18/10), pemerintah Iran melarang adanya pemberitaan di
pihak oposisi yang berusaha menggulingkan pemerintahan saat ini. Gerakan oposisi ini dicurigai akan
menggulingkan pemerintah Iran dengan bantuan lawan dari pihak Barat.

"Publikasi berisi laporan dan foto-foto pemimpin oposisi akan dilarang dan izin mereka dicabut jika
mereka terus melakukan setelah peringatan ini, "kata Ehsan Qazizadeh, direktur media lokal di
Kementerian Kebudayaan, seperti dikutip kantor berita IRNA.

Qazizadeh juga mengatakan surat kabar yang tidak pro-pemerintah seharusnya tidak mengharapkan
dukungan pemerintah atau subsidi untuk kertas koran. "Media cetak harus tahu dukungan kami,"
katanya.

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/18/175885/39/6/Iran-Ancam-Bredel-Media-
Pro-Oposisi

Di distrik Orakzai dan distrik Bajord Agency terjadi kontak senjata antara pihak keamanan
Pakistan dengan Taliban, diberitakan 29 orang dari milisi Taliban meninggal dunia, sementara
dua orang tentarang Pakistan terkena lontaran mortir.

Masih di Orakzai di perkampungan Seturi Khel, milisi Taliban tiba-tiba menembakkan motirnya
ke arah pos pengecekan tentara sehingga menewaskan dua orang tentara. Pihak tentara Pakistan
melakukan serangan balik dan akibatnya, 11 milisi Taliban tewas dalam baku tembak. Sementara
di Bajord Agency dalam kontak senjatan, sebanyak 18 anggota Taliban kembali menjadi korban.
Sehingga dalam baku tembak selama beberapa hari terakhir, korban meninggal mencapai 29
orang dari anggota Taliban.

Korban lain muncul dari distrik Mehmand Agency, dua tentara luka-luka dalam kontak senjata.
Di distrik Hangga, sebuah bom seberat enam kilogram berhasil dijinakkan sehingga menghindari
korban yang lebih banyak lagi. Di distrik Kohat operasi militer Pakistan menahan 46 orang yang
dituduh sebagai anggota Taliban. Mereka ditangkap dari 11 kampung yang berbeda. Banyak
senjata berat dan ringan yang disita dalam operasi yang sama. Di daerah Miransya Waziristan
Utara di perkampungan Mir Ali, pesawat tempur Amerika menembakan tiga misilnya ke arah
sebuah rumah dan mobil sehingga menewaskan enam orang.

Perang dan konflik, namanya tidak saja terjadi secara langsung dengan beradu senjata. Di koran-
koran dan surat kabar juga terasa aroma perang yang sama. Koran-koran yang pro pemerintah,
menyebut korban-korban dari pihak tentara sebagai para syuhada yang memberoleh syahid. Di
koran dan jaringan informasi milisi Taliban pun, hal serupa juga terjadi. Para pejuang Taliban
juga menyebut milisinya yang meninggal sebagai syuhada dan syahid.

Bagi para pendukung kelompok Taliban, mereka akan mengeluk-elukan korban sebagai syuhada.
Sementara bagi masyarakat yang pro pemerintah, para korban sering disebut sebagai teroris. Hal
sebaliknya juga terjadi, kelompok yang pro Taliban akan menganggap tentara Pakistan sebagai
kezaliman. Kekacauan yang semakin membuat bingung umat Islam di Pakistan.

Sumber : http://www.sabili.co.id/internasional/perang-saudara-yang-meruncing-antara-taliban-dan-
militer-pakistan

Anda mungkin juga menyukai