Sebagian besar sampah kota yang dihasilkan di Indonesia tergolong sampah hayati.
Rata-rata sampah yang tergolong hayati ini adalah di atas 65 % dari total sampah. Melihat
komposisi dari sumber asalnya maka sebagian besar adalah sisa-sisa makanan dari sampah
dapur, maka jenis sampah ini akan cepat membusuk, atau terdegradasi oleh
mikroorganisme yang berlimpah di alam ini, dan berpotensi pula sebagai sumberdaya
penghasil kompos, metan dan energi.
Dari sedikit gambaran sampah tersebut, kita dapat menelaah dan membuat suatu
rangkaian proses bagaimana sampah yang dihasilkan dapat di kelola menjadi sampah yang
lebih ramah lingkungan dan bahkan dimanfaatkan lagi untuk kegunaan yang lain. Berikut
adalah poin-poin penting dalam pengelolaan sampah dan rangkaian pembuangan sampah
yang ideal:
1. Pemilahan
Pemilahan dari sumber dihasilkannya sampah yang terdiri dari sampah organik dan
anorgainik
Pemilihan sampah yang masih memiliki sumber energi tinggi
Pemanfaatan kembali sampah yang memiliki resources bernilai tinggi
2. Pewadahan
3. Pengumpulan
4. Pengangkutan
Pengumpulan sampah dengan compactor truck berbeda untuk setiap jenis sampah.
5. Daur Ulang
Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk keperluan
eksternal
Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik untuk dijadikan
berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll
Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen pembangunnya (logam,
plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan pemilahan untuk setiap komponen yang
dapat digunakan kembali
Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau dan gelap) dan
dihancurkan
6. Composting
Composting dilakukan secara manual atau semi mekanis baik untuk skala
individual, komunal maupun skala besar (di lokasi landfill).
Pembuatan lubang biopori yang berfungsi upaya composting juga dan sebagai
lubang resapan air.
7. Biogas
Sampah organik sebagian diolah dengan alat digester sebagai energi (gas bio).
Pemanfaatan gas bio antara lain untuk district heating, energi listrik, dan kompor
untuk memasak.
8. Incinerator
Incinerator komunal dengan kapasitas minimal per unitnya 500 ton per hari.
Energi panas dari incinerator digunakan untuk district heating (T 50 – 70 derajat
Celcius) dan supplai listrik (20 – 40 % pasokan listrik berasal dari incinerator).
Emisi gas dari Incinerator sesuai dengan ketentuan standar kualitas udara termasuk
komponen dioxin.
9. Landfill
Landfill di fasilitasi oleh sarana utama dan saran penunjang yang lengkap
Pemadatan sampah mencapai kepadatan 700 – 800 ton/m3
Penutupan tanah harian dengan geo textile
Penutupan tanah intermediate memanfaatkan sisa konstruksi bangunan
Penutupan tanah akhir dilakukan dengan sangat ketat dan mencapai ketebalan 2 –
10m
Pengolahan gas dilengkapi dengan gas regulator, pompa pengisap gas, alat deteksi
gas, turbin, boiler dan lain-lain.
Pengolahan lindi (leachate) dilakukan dengan aerator atau oxidation pond
Efluennya harus dialirkan ke pipa sewerage yang menuju instalasi pengolahan air
limbah (IPAL)
DISKUSI