02 Bab I
02 Bab I
PENDAHULUAN
kan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”
transparansi dan pandangan jauh kedepan seperti yang ingin dicapai oleh tujuan
tidak memiliki orientasi masa depan yang jelas, sementara krisis yang terjadi
1
2
dan nilai-nilai serta keterampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Persoalannya
dibandingkan dengan dua aspek lainnya yaitu afektif dan psikomotorik sehingga
pendidikan, Indonesia menduduki urutan 102 dari 174 negara, antara lain
Guru adalah kondisi yang diposisikan sebagai garda terdepan dan posisi
akan menjadi bahan pembicaraan banyak orang, terutama yang berkaitan dengan
kepada kompetensi guru dalam berbagai aspek, terutama yang berkaitan dengan
sisi-sisi kelemahan guru, hal itu tidak sepenuhnya dibebankan kepada guru, dan
mungkin ada sistem yang berlaku, baik sengaja ataupun tidak akan berpengaruh
kurikulum dapat menjadi beban psikologis bagi guru, dan mungkin juga akan
dapat membuat guru frustasi akibat perubahan tersebut. Hal ini sangat dirasakan
oleh guru yang memiliki kompetensi profesional rata-rata atau di bawah rata-rata.
dengan kata lain konsep yang diadopsi tersebut terkesan terkotak-kotak, tidak
mengimplementasi konsep tersebut diperlukan dana yang cukup besar serta sarana
dan prasarana yang memadai, sementara dalam RAPBN sektor pendidikan selalu
memperoleh dana yang sangat kecil, jika dibandingkan dengan sektor lainnya,
diharapkan.
merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan bangsa dan wahana untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan dilandasi oleh keimanan
untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Oleh sebab itu,
dan teknologi seperti yang berlangsung selama ini, melainkan juga mempunyai
peran pewarisan nilai-nilai luhur bangsa kepada peserta didik dan masyarakat.
dan konsep pendidikan telah diterapkan, misalnya link and mactch, local content
based curriculum, quantum learning and teaching, accelerated learning, life skill,
dan masih banyak bentuk kebijakan pendidikan lainnya. Tujuan dari masing-
generasi cerdas dan memberi nuansa kehidupan yang cerdas pula, dan secara
merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari krisis dan siap untuk
dan yang perlu menjadi perhatian, adalah terjalinnya kinerja yang efektif dan
efisien pada setiap struktur yang ada di persekolahan. Kinerja terbentuk bilamana
5
semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab
itu indikator tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru yang berkompeten.
pengajar, dan pelatih. Akan tetapi, barangkali masih ada sebagian guru yang
sesungguhnya. Tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap penilaian atas sikap
Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan
tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap
ini akan disertai pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala
termasuk alat media pendidikan yang akan dipakai, serta alat penilaian apa yang
Kinerja dan kompetensi guru dari hari kehari, minggu ke minggu dan tahun
ke tahun terus ditingkatkan. Guru punya komitmen untuk terus dan terus belajar,
tanpa itu maka guru akan kerdil dalam ilmu pengetahuan, akan tetap tertinggal
akan akselerasi zaman yang semakin tidak menentu. Apalagi pada kondisi kini
seluruh bangsa dihadapkan pada era global, semua serba cepat, serba dinamis, dan
serba kompetitif.
komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak
didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan niat yang bersih dan
ikhlas, serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan
untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik. Kinerja yang dilakukan hari ini akan
lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan tentunya kinerja masa depan lebih baik
karena sekolah dan madrasah telah dipisahkan dari soal-soal kehidupan sehari-
indoktrinasi dan kaderisasi manusia muda yang harus belajar untuk “patuh”
sepenuhnya kepada sang komandan. Tak ada ruang yang cukup untuk eksperimen,
membelengu dan menjajah jiwa-jiwa anak muda, tak ada upaya yang dianggap
7
serba terpola, terprogram, seolah-olah teratur dan dapat dikontrol. Siswa dijejali
oleh begitu banya pelajaran, dan bukan oleh diskusi-diskusi mendalam hakikat
lalu duduk dengan rapi, baris demi baris lalu dengan patuhnya mendengarkan
dengan IPA, Matematika, Geografi, IPS dan lainnya, di mana informasi tanggal,
bilangan/angka dan fakta yang tanpa henti dijejalkan ke dalam benak siswa dalam
mengetahui seberapa jauh anak didik dapat memetik menfaat dari pelajaran-
pelajaran itu.
bakat, minat, dan karakter anak ini sering tidak dapat dilayani oleh guru akibat
yang lebih luas dan mendalam dari para guru dalam hal strategi belajar mengajar.
pembelajaran sangat diperlukan dan menjadi modal dasar bagi guru dalam upaya
dalam belajar dapat tumbuh secara wajar yang pada gilirannya siswa akan
Pendidikan Agama Islam yang terdiri atas mata pelajaran Fiqih, Al-Quran &
Atas dasar uraian di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian
tentang ”Hubungan antara Model Pembelajaran yang Dipilih Guru Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan Prestasi Siswa di Madrasah Aliyah Swasta Al-
B. Rumusan Masalah
Agar masalah yang akan diteliti teridentifikasi dengan jelas dan operasional,
1. Model pembelajaran apa saja yang dipilih oleh guru mata pelajaran
C. Tujuan Penelitian
kelompok guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam memilih model
Kabupaten Cianjur.
sebagai berikut.
D. Kerangka Pemikiran
(Depdiknas, 2003:5).
kriteria yang efektif dan atau penampilan yang terbaik dalam pekerjaan pada
situasi tertentu.
seseorang dan dapat digunakan untuk memprediksi tingkah laku seseorang ketika
berhadapan dalam berbagai situasi dan tugas. Hubungan kausal memiliki makna
tingkah laku dan kinerja seseorang. Sedangkan referensi kriteria menentukan dan
memprediksi apakah seseorang dapat bekerja dengan baik atau tidak dalam
mengelola pembelajaran. Dalam hal ini yang lebih ditekankan adalah kemampuan
guru dalam pembelajaran bukanlah apa yang harus dipelajari (learning what to be
learnt), tetapi guru dituntut harus mampu menciptakan dan menggunakan keadaan
berlangsung di sekolah. Pada konteks ini harus terjadi interaksi antara guru dan
siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan lingkungan sekitarnya. Banyak terjadi
kegiatan belajar mengajar terasa sangat menjemukan dan melelahkan, baik bagi
guru maupun siswa. Kondisi ini sesungguhnya diakibatkan oleh kesalahan guru
dalam memilih pendekatan serta model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa. Oleh karena itu, penetapan strategi pembelajaran yang tepat dan baik akan
konteks ini, minat dan motivasi siswa dalam belajar akan tumbuh secara optimal
Islam mengajari kita untuk bersikap lemah lembut sesuai dengan kondisi yang
terdapat pada konteks. Bahkan Allah SWT menjelaskan hal ini dalam surah Ali-
Sifat lemah lembut adalah karakter yang diberikan Allah kepada manusia
untuk dapat bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hal ini berlaku pula dalam
dunia pendidikan, yakni pada proses belajar mengajar, pada saat terjadinya
ayat di atas bahwa dalam mengajak orang kepada agama Allah, Islam
pengajaran yang baik. Jika terjadi perbedaan pendapat, kebijaksanaan itu harus
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa
variabel lainnya.”
2. Teknik Penelitian
berikut.
Islam.
keseluruhan
3. Prosedur Penelitian
sebagai berikut.
a. Persiapan
Kabupaten Cianjur.
telah disetujui.
berikut.