Anda di halaman 1dari 4

Syarat Nikah:

1. Penetapan/ penentuan dua mempelai yang bebas dari penghalang nikah


2. Kerelaan kedua mempelai. Tidak boleh kawin paksa. Seorang gadis dan
tsayyib dimintai pendapatnya. Izinnya gadis adalah diamnya sedangkan
tsayyib adalah pernyataannya. Hal ini tidak disyaratkan dari orang yang
gila atau yang tidak waras sepenuhnya.
3. Wali. Disyaratkan: laki-laki, merdeka, aqil baligh, rasyid (mengerti),’adl
(shalih),dan kesamaan agama. Secara berurutan yang berhak menikahkan
adalah:
A. Hadis Tentang Khitbah

‫ب ع َْن َع ْب ِد‬ ٍ ‫ث َو َغي ِْر ِه ع َْن يَ ِزي َد ْب ِن أَبِي َحبِي‬ ِ ‫ب ع َْن اللَّ ْي‬ ٍ ‫و َح َّدثَنِي أَبُو الطَّا ِه ِر أَ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ َو ْه‬
‫الرَّحْ َم ِن ْب ِن ِش َما َسةَ أَنَّهُ َس ِم َع ُع ْقبَةَ ْبنَ عَا ِم ٍر َعلَى ْال ِم ْنبَ ِر يَقُواُل‬
‫ال ْال ُم ْؤ ِمنُ أَ ُخو ْال ُم ْؤ ِم ِن فَاَل يَ ِحلُّ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن أَ ْن يَ ْبتَا َع َعلَى بَي ِْع أَ ِخي ِه‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬َ ‫إِ َّن َرس‬
َ َّ
‫ب َعلى ِخطبَ ِة أ ِخي ِه َحتى يَذر)َرواه مسلم‬َ ْ َ ُ ْ
َ ‫) َواَل يَخط‬
Terjemah hadis:
Seorang mukmin dengan muikmin lainnya, adalah bersaudara. Maka tidak
halal bagi seorang mukmin membeli atau menawar barang yang ada dalam
penguasaan saudaranya, dan meminang pinangan saudaranya, sampai
saudaranya (mukmin) melepaskan/meninggalkan pinangannyya itu. (HR.
Muslim).
‫د ب ِْن َع ْب ِد‬nِ ِ‫ُصي ٍْن ع َْن َواق‬َ ‫ق ع َْن دَا ُو َد ب ِْن ح‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َوا ِح ِد بْنُ ِزيَا ٍد َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ إِ ْس َحا‬
« -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ ع َْن َجابِ ِر ب ِْن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل ق‬- ‫ يَ ْعنِى ا ْبنَ َس ْع ِد ب ِْن ُم َعا ٍذ‬- ‫الرَّحْ َم ِن‬
)‫احهَا فَ ْليَ ْف َعلْ »(رواه ابو داود‬ ِ ‫ب أَ َح ُد ُك ُم ْال َمرْ أَةَ فَإِ ِن ا ْستَطَا َع أَ ْن يَ ْنظُ َر إِلَى َما يَ ْدعُوهُ إِلَى نِ َك‬ َ َ‫إِ َذا َخط‬.
Terjemah hadits:
Bila salah seorang diantaramu meminag seorang perempuan, bila ia mampu
melihatnya yang mendorongnya untuk menikahinya, maka lakukanlah

ِ ‫ ع َْن أَبِى َح‬- َ‫ َوه َُو ابْنُ َك ْي َسان‬- ‫م قَا َل َح َّدثَنَا َمرْ َوانُ قَا َل َح َّدثَنَا يَ ِزي ُد‬nَ ‫أَ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن بْنُ إِ ْب َرا ِهي‬
‫از ٍم‬
ْ‫ « هَل‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ال لَهُ َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ار فَق‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ب َر ُج ٌل ا ْم َرأَةً ِمنَ األَ ْن‬ َ َ‫ال خَ ط‬ َ َ‫ع َْن أَبِى ه َُري َْرةَ ق‬
)‫(رواه النسائ‬.‫ فَأ َ َم َرهُ أَ ْن يَ ْنظُ َر إِلَ ْيهَا‬.َ‫ قَا َل ال‬.» ‫نَظَرْ تَ إِلَ ْيهَا‬
Terjemah hadist:
Seorang laki-laki telah meminang seorang perempuan Anshar maka rasulullah bertanya
kepada laki-laki itu: apakah kamu telah melihat perempuan itu? Maka dia menjawab:
belum. Maka nabi menyuruh untuk melihatnya.
B. Arti Mufrodat
ُّ‫ = فَاَل يَ ِحل‬Haram
‫ = أَ ِخي ِه‬saudaranya (Mukmin)
‫ = يَ َذ َر‬Meninggalkan
‫ = يَ ْدعُو‬Mendorong
‫ = يَ ْنظُ َر‬Melihat
C. Makna Ijmali:
Dengan di awali lafadz Al Mukminu akhul Mukmin, matan hadis yang diriwayatkan oleh
‘Uqbah ini mencoba menjelaskan kepada kita, bahwa seorang muslim dengan muslim
lainnya memiliki hubungan persaudaraan yang sangat erat. Sehingga diantara kita satu
sama lain memiliki hak dan kewajiban masing-masing yang sama-sama harus kita
hormati dan hargai.
Untuk selanjutnya dalam hadis ini dicontohkan akan hak dan kewajiban diantara muslim
itu, dengan hubungan muamalah berupa praktek jual beli dan hubungan munakahat
berupa peminangan. Dalam hal ini seorang mukmin tidak boleh membeli barang yang
sedang dibeli oleh mukmin lainnya, ataupun meminang pinangan saudaranya. Semua ini
dilakuakan demi terjaminnya hak dan kewajiban orang-orang beriman, dan terwujudnya
persatuan dan kesatuan diantara mereka. Dan jika seorang laki-laki ingin meminang
dibolehkan melihat perempuan itu yaitu melihat telapak tangan dan wajahnya.
D. Makna Tafshili
‫ْال ُم ْؤ ِمنُ أَ ُخو ْال ُم ْؤ ِم ِن‬
Semua mukmin adalah bersaudara sebagaimana halnya saudara sekandung. Persaudaraan
ini diikat oleh keimanan kepada Allah SWT dalam bingkai Dinul Islam. Sebagaimana
firman Allah :
”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat”.( Q.S. Al Hujurot: 10)
Maka sekali lagi dengan persaudaraan yang telah seorang muslim miliki ini, hendaknya
kita selalu membiasakan berprilaku baik terhadap sesama muslim agar terwujudnya
hubungan yang harmonis.
ِ ‫فَاَل يَ ِحلُّ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن أَ ْن يَ ْبتَا َع َعلَى بَي ِْع أَ ِخي ِه‬
Dalam potongan ayat ini dijelaskan bahwa, diharamkan bagi seorang mukmin membeli
barang yang sedang dibeli ataupun menawar barang yang sedang ditawar oleh mukmin
lainnya. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Syafi’i. sedangkan Imam Hanafi
berpendapat bahwa membeli barang yang sedang dibeli atau menawar barang yang
sedang ditawar adalah makruh hukumnya.
‫طبَ ِة أَ ِخي ِه‬ ْ ‫ب َعلَى ِخ‬ َ ُ‫َواَل يَ ْخط‬
Demikmian pula halnya dalam masalah pinangan, dimana seorang muslim dilarang
meminang pinangan saudara muslim lainnya, selama pihak peminang pertama tidak
membatalkan pinangannya itu atau pihak perempuan dengan jelas menolak pinangan
pertamanya itu.
ْ‫احهَا فَ ْليَ ْف َعل‬
ِ ‫فإن ا ْستَطَا َع أَ ْن يَ ْنظُ َر إِلَى َما يَ ْدعُوهُ إِلَى نِ َك‬
ِ
laki-laki yang meminang boleh melihat perempuan pinangannya, untuk melihat
kecantikannya, agar lebih merangsangnya untuk nikah. Atau untuk melihat cacatnya yang
akan memberikan kesempatan untuk mencari pilihan lain.

MELAKUKAN KHUTBAH SECARA ISLAMI

MAKNA KHITBAH
Khitbah adalah bahasa yang sering kita terjemahkan dengan pinangan atau
lamaran. Akar katanya di dalam Bahasa Arab adalah berasal dari huruf kho’, tho’ dan ba’
yang bermakna berbicara. Dari akar kata yang sama pula diambil kata khutbah, yang
bermakna pembicaraan yang dilakukan oleh seorang juru dakwah, pada Hari Jum’at atau
yang lainnya. Sedangkan khitbah ini ketika diucapkan, maka konotasinbya adalah
pembicaraan yang memiliki makna khusus, yang maknanya adalah pembicaraan untuk
melakukan permohonan restu kepada seorang wanita atau walinya untuk menikahinya.
PENSYARI’ATAN KHITBAH
Khitbah disyari’atkan di dalam Islam berdasarkan firman Allah ta’ala dalam Surat Al
Baqoroh ayat 235 :

ْ ‫َواَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما َعرَّضْ تُ ْم بِ ِه ِم ْن ِخ‬


‫طبَ ِة النِّ َسا ِء أَوْ أَ ْكنَ ْنتُ ْم فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم َعلِ َم هَّللا ُ أَنَّ ُك ْم َست َْذ ُكرُونَه َُّن َولَ ِك ْن‬
‫اح َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال ِكتَابُ أَ َجلَهُ َوا ْعلَ ُموا‬ ِ ‫ْز ُموا ُع ْق َدةَ النِّ َك‬ ِ ‫اَل تُ َوا ِعدُوه َُّن ِس ًّرا إِاَّل أَ ْن تَقُولُوا قَوْ اًل َم ْعرُوفًا َواَل تَع‬
‫أَ َّن هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َما فِي أَ ْنفُ ِس ُك ْم فَاحْ َذرُوهُ َوا ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َحلِي ٌم‬

Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu “
menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui
bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu
mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan
(kepada mereka) perkataan yang ma`ruf. Dan janganlah kamu ber`azam (bertetap hati)
untuk beraqad nikah, sebelum habis `iddahnya. Dan ketahuilah bahwasanya Allah
mengetahui apa yang ada dalam hatimu; maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah
.”bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun

Ayat ini jelas menyebutkan kata khitbah. Pada ayat ini Allah membolehkan
seorang laki-laki untuk meminang secara sindiran kepada wanita yang ditinggal oleh
suaminya. Jika ini diperbolehkan, maka meminang wanita yang belum memiliki suami
adalah lebih diperbolehkan.
Demikian juga khithbah ini juga disebutkan di dalam Sunnah Qouliyah
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah :
ْ ‫ ُل َعلَى ِخ‬n‫ب ال َّر ُج‬
‫ ِة‬n َ‫طب‬ َ َ‫صلَّى اللَّهم َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ُ‫ الَ يَ ْخط‬: ‫ال‬ َّ ‫ضي اللَّهم َع ْنهم َما‬
َ ‫أن النَّبِ ُّي‬ ِ ‫ع َِن ا ْبنَ ُع َم َر َر‬
‫ك ْالخَا ِطبُ قَ ْبلَهُ أَوْ يَأْ َذنَ لَهُ ْالخَا ِطب‬
َ ‫أَ ِخي ِه َحتَّى يَ ْت ُر‬
“Dari Ibnu Umar radliallaahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam bersabda : “Janganlah seorang laki-laki itu meminang pinangan saudaranya,
sehingga peminang sebelumnya meninggalkan pinangannya atau dia diberikan ijin untuk
meminangnya”. (HR Bukhari).
Hadits ini menunjukkan bahwa pinangan itu disyari’atkan untuk peminang
pertama dan pinangannya itu harus dihargai oleh kaum muslimin yang lainnya dengan
cara tidak meminang wanita yang telah dipinangnya tersebut.
Sedangkan di dalam sunnah fi’liyah, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
telah melakukan pinangan kepada calon-calon istrinya, seperti yang dilakukannya ketika
akan menikahi Ummu Salamah seperti yang akan kami jelaskan kemudian.
Dan di dalam sunnah taqririyah, para sahabat pada masa beliau telah melakukan
pinangan dan beliau tidak melarangnya. Tetapi malah menyetujuinya, bahkan Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada Mughirah bin Syu’bah untuk
meliohat calon istrinya sebelum menikahinya. Beliau bersabda : “Lihatlah calon istrimu
itu. Sesungguhnya yang demikian itu akanlebih mengekalkan kasih sayang diantara
kalian berdua”.[1]

Anda mungkin juga menyukai