PLN (Persero)
Wilayah Sulawesi Selatan & Tenggara
1. LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan visi menjadikan PLN sebagai perusahaan kelas dunia yang
bertumbuh – kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani
maka harus terjalin kerjasama yang baik oleh seluruh komponen perusahaan. Hal ini
dapat terwujud bila koordinasi setiap fungsi terkait berjalan sesuai Sistem dan
Prosedur yang berlaku. Sehingga pengendalian semua kegiatan operasional
perusahaan dapat dilakukan dengan baik.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk khususnya di Daerah Makassar yang diiringi
dengan perkembangan ekonomi yang pesat, sehingga terjadi peningkatan kebutuhan
tenaga listrik. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik tersebut diiringi oleh
meningkatnya pula penjualan tenaga listrik pada pelanggan. Hal ini harus disikapi
dengan peningkatan pengendalian sehingga pendapatan atas penjualan tenaga listrik
yang berupa rekening listrik dapat dipantau dengan baik.
Rekening listrik yang lahir tiap bulan dan yang harus dilunasi oleh pelanggan dalam
siklis pembayaran yang berlaku, ternyata masih banyak pelanggan yang belum
melunasi rekeningnya tepat pada batas waktu yang ditentukan. Keterlambatan
pembayaran tersebut menimbulkan tingginya tunggakan.
Tingginya angka tunggakan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Penerapan sanksi TUL VI-01 dan TUL VI-03 yang kurang tegas dan konsisten.
2. Sarana dan prasarana serta SDM yang dimiliki sangat terbatas sehingga
mempengaruhi pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan.
2. PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil observasi dan Tanya jawab yang di lakukan pada saat On The Job
Training (OJT) di PT PLN (Persero) Rayon Barat Cabang Makassar maka penulis
melihat adanya beberapa titik kelemahan yang memerlukan perbaikan dalam sistem
pelaksanaan pemutusan dan penyambungan yang telah berjalan saat ini yaitu:
1. Keterbatasan tenaga pemutusan yang ada.
2. Kurang konsistensinya petugas pemutusan dalam melaksanakan pemutusan.
3. Kurangnya koordinasi antara fungsi-fungsi terkait terutama mengenai data
pelanggan.
3. PRA ANGGAPAN
Adapun pra anggapan yang dapat diungkapkan sebelum topik ini dibahas adalah
sebagai berikut :
1. Penambahan tenaga pemutusan dapat memaksimalkan pelaksanaan pemutusan
pelanggan menunggak.
2. Jika antara fungsi-fungsi terkait melakukan koordinasi informasi yang lebih
terinterkoneksi maka lebih memudahkan penyajian informasi mengenai data
pelanggan.
3. Diadakannya semacam training ataupun seminar mengenai Sistem dan Prosedur
pemutusan dan penyambungan kembali pelanggan yang menunggak sehingga
akan terbentuk SDM yang kompenten dibidangnya.
4. Pemberian reward dan punishment kepada petugas pemutusan yang bertugas
melaksanakan pemutusan dan penyambungan instalasi listrik sehingga dapat
dijadikan sebagai motivasi untuk meningkatkan kinerja mereka.
4. LANDASAN TEORI
4.1. TATA USAHA PELANGGAN
Dalam keputusan Direksi No. 021 k/0599/DIR/1995 tanggal 23 Mei 1995 yang
dimaksud dengan Tata Usaha Pelanggan yang disingkat dengan TUL adalah
Sistem Pelayanan Pelanggan yang meliputi kegiatan Pelayanan kepada
Pelanggan / Calon Pelanggan dan masyarakat lainnya yang membutuhkan tenaga
listrik serta hal-hal yang berhubungan dengan penjualan tenaga listrik.
Tata Usaha Pelanggan terdiri dari beberapa fungsi pelayanan yang satu sama
lain saling berkaitan diantaranya :
1. Fungsi Pelayanan Pelanggan.
2. Fungsi Pembacaan Meter.
3. Fungsi Pembuatan Rekening Listrik.
4. Fungsi Pembukuan Pelanggan.
5. Fungsi Penagihan Rekening Listrik.
6. Fungsi Pengawasan Kredit.
Arti pentingnya Tata Usaha Pelanggan bila dilihat dari Fungsi dan Tujuan Tata
Usaha Pelanggan itu dapat dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang yaitu dari :
1. Tata Usaha Pelanggan sebagai Sub Sistem di PLN yang mempunyai fungsi
memberikan Jasa Layanan dalam menyediakan tenaga listrik kepada
Pelanggan dan Calon Pelanggan pada dasarnya mempunyai misi antara lain:
a. Memaksimalkan Pelayanan Prima kepada seluruh Pelanggan khususnya
dan masyarakat pada umumnya.
b. Meningkatkan Pendapatan Perusahan dengan jalan tertib administrasi.
c. Turut serta menjaga keamanan dan ketertiban penyimpanan dan
penggunaan keuangan perusahaan.
d. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab secara jelas.
2. Tata Usaha Pelanggan ditinjau dari sudut Akuntansi :
a. Merupakan pintu gerbang Cash In Flow.
b. Merupakan salah satu asal dokumen sumber Akuntansi.
Dalam Tata Usaha Pelanggan setiap fungsi mempunyai peranan yang sangat
penting didalam mewujudkan suatu kinerja yang efektif dan efisien. Penulis
sengaja membatasi pembahasan pada fungsi IV. Fungsi Pengawasan Kredit
karena fungsi tersebut merupakan kontrol utama dalam optimalisasi pelaksanaan
pemutusan dan penyambungan instalasi listrik.
Prosedur persiapan pemutusan sementara adalah :
1. Fungsi Pengawasan Kredit atas dasar segi pemberitahuan Rekening Listrik
(TUL III – 03) membuat Daftar Pengiriman Rekening Listrik ( TUL V -
01)
2. Daftar Pengiriman Rekening Listrik ( TUL V- 01 ) dicek dan diparaf di
Fungsi Penagihan.
FUNGSI
FUNGSI FUNGSI PETUGAS
PENGAWASAN PEMUTUSAN
KETERANGAN
LAHTA PENAGIHAN
KREDIT
• TUL VI-01
TUL Pemberitahuan
V-01 Pelaksanaan
Pemutusan
Sementara
TUL
V-01 TUL
VI-01
- DICEK DAN
DIPARAF
TUL PROSES
V-01 PEMUTUSAN
TUL
VI-01
TUL
VI-02
FUNGSI FUNGSI
PETUGAS
PENGAWASAN PELAYANAN KETERANGAN
PEMUTUSAN
KREDIT PELANGGAN
TUL
5. TUL
VI-01 I-09
TUL
Perintah Kerja
I-09
6. TUL
SETELAH 60 HARI TUL I-10
PELANGGAN I-09
Berita Acara
BELUM MEMBAYAR
TUNGGAKAN
TUL Pembongkaran
I-10
7. TUL
VI-
TUL
TUL
I-10 01
VI-03
Pemberitahuan
Pelaksanaan
Pemutusan
Sementara
TUL TUL
VI-02 VI-03 8. TUL
VI-
02
Buku
PROSES
Pemantauan
BONGKAR Pemutusan
RAMPUNG
9. TUL
VI-
03
Pemberitahuan
Pelaksanaan
Pemutusan
Rampung
5. PEMBAHASAN
5.1. Contoh kasus Pelanggan bermasalah :
1. Pelanggan yang mempunyai tunggakan tagihan rekening listrik lebih dari 3
lembar tapi belum dilaksanakan pemutusan sementara dan pemutusan
rampung :
ID Pelanggan : 32040014085-9
Nama Pelanggan : THONG TJING TEK
Alamat : Jl. Cendrawasih 221
Tarif/Daya (VA) : R1 / 1.300
Kode Inkaso : 01115883214044
KD. Kedudukan : 140-KRRA-052-02
Kelompok :A
Kondisi dilapangan :
Atas nama pelanggan tersebut diatas mempunyai tunggakan rekening listrik 7
lembar yaitu rekening mulai bulan Maret 2005 – September 2005 dengan
total tagihan Rp. 692.020,- Sedangkan proses pemutusan sementara maupun
rampung belum juga dilaksanakan . Hal ini disebabkan oleh rumah ditinggal
penghuninya sehingga petugas pemutusan mengalami kesuliltan untuk menemui
pelanggan dan melaksanakan pemutusan sehingga data pelanggan di PDL tidak
bisa dilakukan mutasi tutup (N) karena tidak adanya berkas TUL VI-01 dan
Solusi penyelesaian :
a. Petugas pemutusan berusaha mencari tentang informasi mengenai pelanggan
tersebut kepada aparat setempat dimana pelanggan tersebut tinggal.
b. Petugas pemutusan meminta surat pengantar dari aparat setempat untuk
melaksanakan pemutusan aliaran listrik atas pelanggan yang bersangkutan.
c. Dilakukan pemutusan lewat jaringan yang ada ditiang penyambungan aliran
listrik pelanggan.
Kondisi dilapangan :
Pelanggan tersebut diatas mempunyai tunggakan rekening listrik 4 lembar yaitu
rekening mulai bulan Mei 2005 – Agustus 2005 dengan total tagihan Rp.
3.682.330,- Sedangkan proses pemutusan sementara baru dilaksanakan pada
tanggal 06 September 2005, Pada kasus ini lambatnya proses pemutusan
sementara disebabkan oleh kurang konsistennya petugas pemutusan dalam
Solusi Penyelesaian :
a. Pemberian target kerja pelaksanaan pemutusan sehingga petugas pemutusan
merasa adanya tanggungjawab yang harus diselesaikan.
b. Adanya reward dan punishment bagi petugas pemutusan yang dijadikannya
suatu motivasi kerja.
c. Petugas pemutusan bekerjasama dengan aparat kepolisian untuk
melaksanakan pemutusan khususnya bagi pelanggan yang bersikap tidak
koorperatif dan cenderung arogansi kepada petugas yang akan malakukan
pemutusan.
Kondisi dilapangan :
Pelanggan tersebut menunggak rekening listrik 12 lembar terhitung mulai bulan
Juni 2004 – Mei 2005 dengan total tagihan sebesar Rp.3.561.830,- dan pada
tanggal 06 juni 2005 dilaksanakan pembongkaran rampung. Namun rekening
listrik bulan Juni 2005 dan Juli 2005 tetap lahir sehingga didalam Daftar
Piutang Ragu-Ragu atas nama pelanggan diatas tunggakan rekening listriknya
menjadi sebanyak 14 lembar dengan total tagihan sebesar Rp. 3.795.830,- Hal
ini disebabkan oleh kegagalan mutasi tutup (N) di PDL sehingga data yang
terkirim ke lahta belum ada mutasi tutup (N) yang mengakibatkan tetap lahirnya
rekening bulan berjalan ( bulan Juni dan Juli 2005).
Solusi penyelesaian :
a. Dilaksanakannya penertiban Data pelanggan yang ada dalam PDL sehingga
data pelanggan terpelihara dengan baik.
b. Koordinasi antara fungsi pendapatan dan pengolahan data sehingga
kemungkinan gagal mutasi dapat diminimalisir.
c. Sistem on-line diterapkan secara menyeluruh dan sistem konvensional tidak
digunakan lagi, sehingga double rekening dapat dihindari.
d. Pendistribusian Daftar Rekening Koreksi secara teratur dari pengolahan data
ke pendapatan/penagihan sehingga rekening yang dibatalkan dapat
dimonitoring dengan baik.
e. Perlakuan rekening lahir setelah mutasi tutup dimasukkan dalam Daftar
Rekening Bermasalah sehingga terpisah dari Daftar Piutang Ragu-Ragu.
Kondisi seperti ini kerap sekali terjadi sehingga perlu adanya solusi
penyelesaian untuk meminimalisir masalah tersebut diatas. Solusinya antara
lain sebagai berikut:
6.2 SARAN
Dibagian akhir tulisan ini perkenankanlah penulis mengajukan saran-saran
yang mudah-mudahan bisa menjadi penunjang dalam usaha untuk lebih
mengoptimalkan kinerja pemutusan guna menekan angka tunggakan, adapun
saran-saran tersebut adalah :
1. Peningkatan koordinasi antara Fungsi Penagihan, Fungsi Penngolahan
Data dan Petugas Pemutusan dengan menggunakan sistem informasi
data pelanggan yang lebih terinterkoneksi sehingga informasi tentang
pelanggan lebih akurat dan cepat diterima.
2. Pengupayaan pembayaran rekening listrik secara on line secara
keseluruhan.
3. Memperbanyak tempat-tempat pembayaran rekening listrik terutama
didaerah-daerah.
4. Penambahan tenaga pemutusan baik yang berasal dari Pegawai PT. PT.
PLN (Persero) maupun pihak ketiga.
5. Pelegalan sistem Tebus Rekening oleh investor/pihak ketiga untuk
rekening yang akan habis batas waktu pembayarannya.
6. Melakukan pembinaan terhadap petugas pemutusan dengan mengadakan
semacam seminar mengenai pelaksanaan pemutusan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
7. Memberikan semacam reward dan punishment kepada petugas
pemutusan atas kinerja yang telah dilaksanakan.