NEER
RAAPPA
ANNM
MOOD
DEELL SSIIN
NEEK
KTTIIK
K
D
DAALLA
AMMM
MEEN
NIIN
NGGK
KAATTK
KAAN
NKKR
REEA
ATTIIVVIITTA
ASS M
MEEN
NUULLIISS
PENDAHULUAN
yang sangat krusial, berkaitan dengan penyiapan dan pengembangan sumber daya
manusia yang berkualitas dan mampu berkompetisi dalam masyarakat global, yang
diwarnai oleh ketatnya kompetisi dan revolusi informasi sebagai dampak dari
pribadi anggota masyarakat yang mandiri. Pribadi yang mandiri adalah pribadi yang
secara mandiri mampu berpikir, menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru,
melihat permasalahan serta menemukan cara pemecahan baru yang bernalar dan lebih
proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu
hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar
dimana individu itu berada (Sagala, 2005:3), melainkan juga mampu melakukan
perubahan dan menciptakan sesuatu yang baru. Kemandirian ini terbentuk melalui
1
kemampuan berpikir nalar dan kemampuan berpikir kreatif yang mewujudkan
kreativitas. Sumber daya manusia seperti itu sungguh diperlukan oleh bangsa kita
dirancang oleh Gordon dengan nama sinektik. Model sinektik ini merupakan strategi
merupakan hal yang penting dan menjadi salah satu ciri manusia yang berkualitas.
meningkatkan kualitas hidupnya. Untuk mencapai hal itu, perlulah sikap dan perilaku
studi dengan model sinektik cukup berhasil. Hasil-hasil penelitian tersebut antara
lain: (1) hasil penelitian yang dilakukan Heavilin di Indiana (1982) menunjukkan
bahwa perkuliahan English 104 (komposisi) yang berorientasi sinektik lebih berhasil
meningkatkan sikap positif terhadap mata kuliah 104 daripada sebelumnya; (2) hasil
penelitian yang dilakukan oleh Dodd di Maine (1988) menunjukkan bahwa para guru
2
bulan terhadap 12 guru); (3) hasil penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
ilmu-ilmu sosial (termasuk dalam pembelajaran bahasa Indonesia). Oleh karena itu,
model pembelajaran sinektik ini perlu dicoba untuk diuji efektivitasnya dalam
meningkatkan kreativitas menulis pada siswa kelas I SMP. Apakah penerapan model
Sesuai dengan ruang lingkup masalah seperti yang telah dituangkan di atas, maka
masalah pokok penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. Apakah model sinektik
1) Seberapa besar tingkat keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMP Negeri 13
sinektik?
sinektik?
dalam menulis?
3
4) Dalam proses belajar mengajar menulis, model pembelajaran manakah yang lebih
1) Mengkaji seberapa besar tingkat keterlibatan atau aktivitas siswa kelas I SMP
sinektik.
dalam menulis.
4
5) Kreativitas menulis siswa dapat ditingkatkan.
Untuk menguji hipotesis kerja (Hi) penelitian ini diperlukan beberapa asumsi
yang harus dipenuhi. Hi diterima jikalau: (1) tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kemampuan awal kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, (2) ada
perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal dengan prestasi hasil belajar
dalam kelompok eksperimen, (3) ada perbedaan yang signifikan antara prestasi hasil
belajar kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, (4) perubahan skor dalam
dikaji dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan beberapa istilah seperti
(Gordon,1980:168).
5
atau pertanyaan-pertanyaan pengarah sedemikian rupa sehingga siswa dapat
contoh soal oleh guru, diskusi dan tanya jawab sampai akhirnya guru merasa apa
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda
baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata lain kreativitas
tentang kekurangan (masalah) ini, menilai dan menguji dugaan atau hipotesis,
6
Hasil penelitian ini akan berupa temuan empiris dari penerapan model
menulis di SMP. Temuan tersebut dipandang penting untuk dua kegunaan: teoretis
Siswa Aktif (CBSA). Secara konseptual temuan tersebut akan menjadi khazanah
keilmuan yang dapat dirujuk oleh para peneliti, pengambil kebijakan, para guru
bahasa Indonesia, atau siapa saja yang menaruh minat pada perkembangan inovasi di
model sinektik.
substansial, khususnya kepada para guru, berupa produk program dan proses
2. METODE PENELITIAN
7
3. LANDASAN TEORI
dengan bidang ilmu atau pengetahuan yang mengadopsinya. Salah satu definisi
representation of some real world process, system, subsystem. Model are used in all
aspect of life. Model are useful in depicting alternatives and in analysing their
merupakan representasi abstrak dari proses, sistem, atau subsistem yang konkret.
tersebut.
mengandung unsur model berikut: (1) orientasi model, (2) urutan kegiatan (syntax),
sistem sosial (social system), (4) prinsip reaksi (principle of reaction), (5) sistem
penunjang (support system), dan (6) dampak instruksional dan penyerta (instructional
and nurturant effect). Dalam hal ini model pembelajaran sinektik juga harus
8
1. Orientasi Model
Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-
pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh
2. Rangkaian Kegiatan
Unsur kegiatan atau sintaksis merujuk pada rincian atau tahapan kegiatan
model sehingga fase-fase kegiatan model tersebut teridentifikasi dengan jelas. Unsur
kedua pembangun model sinektik ini adalah proses belajar mengajar sebagai struktur
model pembelajaran.
pembelajaran untuk menciptakan sesuatu yang baru (creating something new) dan
strategi pembelajaran untuk melazimkan terhadap sesuatu yang masih asing (making
the strange familiar). Kedua strategi dari model pembelajaran sinektik dapat dilihat
9
Tabel 3.1 Strategi Sinektik I: Menciptakan Sesuatu yang Baru
yang mereka pilih pada tahap kedua I dan II, dan mengembangkan konflik
10
Tabel 3.2 Strategi Sinektik II: Melazimkan Sesuatu yang Asing
analogi tersebut
analogi langsung
Tahap Ketujuh:
11
Siswa memberikan analoginya sendiri
berbeda
Alasannya, strategi ini baik sekali untuk mengembangkan kemampuan kreatif dalam
menulis.
3. Sistem Sosial
Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa,
termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk
pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat
pemrakarsa dan pengontrol aktivitas siswa pada setiap tahap. Selain itu guru
4. Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi bermakna sikap dan perilaku guru untuk menanggapi dan merespon
diajukan oleh guru. Tugas penting yang diemban guru pada tahap ini adalah
menangkap kesiapan siswa menerima informasi baru dan aktivitas mental baru untuk
12
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
diberlakukan termasuk dalam kategori sedang yaitu 61,74%. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya motivasi guru untuk melatih siswa menulis. Kegiatan menulis atau
mengarang biasanya diminta guru dilakukan siswa setelah libur sekolah. Tema cerita
seputar kegiatan liburan. Tulisan atau karangan siswa secara substansi tidak
menulis siswa meningkat menjadi 75,41%. Ini berarti bahwa kemampuan menulis
siswa baik maka kemampuan akhir dalam menulis tergolong baik pula. Hal ini
yang lebih kecil dari batas nilai signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
13
model sinektik sangat mendukung kebermaknaan hubungan tersebut. Tahap-tahap
Kontrol
antara kelas yang menerapkan model sinektik dengan kelas yang menerapkan model
pengukuran kemampuan awal siswa terhadap menulis, yakni rata-rata 61,74 menjadi
75,41 setelah perlakuan model sinektik. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
kemampuan menulis siswa menunjukkan bahwa model sinektik yang didasari oleh
model berpikir induktif berkualitas. Hal ini sejalan dengan temuan Joyce, dkk. (1996)
14
4.1.3 Keefektifan Model Pembelajaran Sinektik
digunakan dua bentuk pengujian yaitu uji-t dan uji gain. Berdasarkan analisis data
temuan Joyce, dkk. (2000:138) bahwa latihan yang dilakukan secara mandiri yang
merupakan kontribusi dari model berpikir induktif sebagai fondasi penyusunan model
antara kemampuan menulis kelas kuasi eksperimen dengan kelas kontrol. Hasil yang
diperoleh dari pengukuran tersebut adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara
menulis kelompok eksperimen (13,29) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol
(9,09). Berdasarkan uji lebih lanjut ditemukan perbedaan ini signifikan sampai
tingkat kepercayaan 95% (yaitu dengan nilai t = 3,345 dan taraf signifikansi 0,001)
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa model sinektik lebih efektif dibandingkan
15
Sementara itu, pengukuran lainnya untuk mengidentifikasi keefektifan model
sinektik adalah uji gain. Berdasarkan uji gain dapat disimpulkan bahwa model
sinektik efektif. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan atau pengembangan
kemampuan menulis setelah diukur dengan gain yang membandingkan selisih antara
dengan model sinektik sehingga tingkat keefektifan model tersebut memiliki tingkat
di kelas kuasi eksperimen menunjukkan bahwa kualitas PBM di kelas tersebut baik
kepada siswa, data informasi dinilai dan dikaji oleh siswa, hasil interpretasi data
disusun menjadi tulisan atau karangan, didukung oleh komponen pembelajaran dan
5. Simpulan
16
tiga aspek utama yang dimiliki siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor secara
serempak.
Model pembelajaran ini terdiri atas 7 tahap yaitu input substantif, analogi
1) Pertemuan I
umumnya positif. Mereka senang ketika diberitahu bahwa karangannya akan dinilai
dan dipajang bagi yang mendapat penilaian yang baik. Pembagian cerpen kepada
siswa disambut dengan antusias. Siswa segera membaca cerpen yang diberikan guru
17
2) Pertemuan II
3) Pertemuan III
4) Pertemuan IV
karangannya akan dinilai, dan senang pula bisa membaca karangan teman-temannya.
5) Pertemuan V
draf karangannya. Sungguh mengharukan, siswa saling membaca draf karangan dan
teman sebangkunya, tetapi kemudian terjadi saling intip, bergerak menemui teman
18
6) Pertemuan VI
pertemuan V terjadi juga pada pertemuan VI yaitu pada waktu kegiatan mengedit
karangan.
7) Pertemuan VII
membaca karangan teman dalam kelompok kecil (4-5 orang), kemudian memberikan
setiap kelompok dan memberikan umpan balik terhadap kelompok lain. Dalam tahap
umpan balik ini, guru dapat memanggil siswa dan membicarakan konsep mereka
yang sekarang maupun karangan mereka sebelumnya. Setelah itu, mereka siap untuk
8) Pertemuan V
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa pada tahap ini
Pada tahap ini mereka diminta untuk betul-betul memperhatikan tujuan dari karangan
mereka dan memperhatikan para calon pembaca yang akan membaca tulisan mereka.
Setelah naskah akhir selesai dan direvisi, para siswa bekerja berpasangan-pasangan
19
9) Pertemuan IX
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa siswa pada tahap ini
saling membaca draf karangan dan mengedit karangan hasil perbaikannya. Pertama
menulisnya pada lembar karangan yang disediakan dan menyimpan karangan jadi
10) Pertemuan X
memilih dan memajang karangan, situasi kelas terlihat ramai. Pertama mereka saling
membaca karangan teman dalam kelompok kecil (4-5 orang), kemudian memilih satu
menilainya. Para siswa tampak terbiasa mengikuti proses pembelajaran seperti itu.
Berikut adalah catatan yang berhubungan dengan kriteria karangan yang baik
menurut siswa yaitu: karangan tersebut baik, setiap kalimat dimulai dengan huruf
besar dan diakhiri dengan tanda baca yang tepat, awal paragraf ditulis agak menjorok
20
5.2 SIMPULAN Dalam MENJAWAB PERTANYAAN PENELITIAN
ini.
dalam keterampilan menulis. Hal ini tampak dari data bahwa siswa kelompok
eksperimen yang tadinya dari angket hanya 67,45% yang menjawab “YA”
meningkat gainnya sebesar 9,09. Berdasarkan uji lebih lanjut ditemukan bahwa
perbedaan ini signifikan sampai tingkat kepercayaan 95% (yaitu dengan nilai t =
3,345)
melalui penerapan model sinektik dapat dijawab bahwa semua aspek dapat
ditingkatkan, dan terjadi perbedaan signifikan pada aspek-aspek isi karangan dan
pengorganisasian ide dengan nilai t = 3,32 dan 3,30 yang signifikan sampai taraf
95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengajaran dengan model sinektik dapat
pengorganisasian ide. Hal ini dapat dipahami mengingat bahwa siswa yang belajar
21
dengan model sinektik meningkat daya imajinasinya sehingga lebih mampu
sinektik dapat disimpulkan dari hasil uji berikut. Melalui analisis dengan regresi
sederhana untuk model pertama yang menguji pengaruh aspek Isi Karangan
hitung) hanya sebesar -0,017, dengan taraf signifikansi 0,917. Ini berarti
melalui model pembelajaran sinektik tidak signifikan atau tidak ada. Pengujian
koefisien β sebesar 0.351, dengan taraf signifikansi 0.086. Dalam hal ini
walaupun tidak signifikan sampai taraf 95%, tapi dapat kita katakan bahwa
Pemilihan Kata terhadap diperoleh harga koefisien β sebesar -0.091, dengan taraf
sebesar 0,442, dan taraf signifikansi 0,028. Ini berarti terdapat pengaruh aspek
22
koefisien β sebesar 0,307, dengan taraf signifikansi 0,018. Dalam hal ini dapat
dengan menggunakan model sinektik ada dua aspek yang lebih signifikan
memberikan pengaruh yang berarti, yaitu aspek tata bahasa dan aspek mekanika
penulisan. Adapun aspek yang lainnya masih belum signifikan sampai tingkat
SMPN 13 Palembang dapat disimpulkan dari hasil uji t hasil tes instrumen hasil
belajar berkaitan dengan skor total keterampilan menulis siswa dalam menulis
karangan, dimana didapatkan bahwa gain skor total keterampilan menulis kelompok
eksperimen (13,29) lebih tinggi dari pada kelompok kontrol (9,09). Berdasarkan uji
lebih lanjut ditemukan bahwa perbedaan ini signifikan sampai tingkat kepercayaan
95% (yaitu dengan nilai t = 3,345 dan taraf signifikansi 0,001). Dalam hal ini dapat
kita simpulkan bahwa model sinektik lebih efektif dibandingkan model konvensional
untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Dari kedua analisis yang dilakukan
23
menggunakan model sinektik mampu memberikan tingkat keefektifan yang lebih
SMP 13 Palembang. Selain itu, berkaitan dengan kualitas pembelajaran menulis dapat
juga disimpulkan:
Model ini tidak hanya mengasah aspek kognitif, tetapi juga menajamkan aspek
2) Model sinektik dalam pembelajaran menulis tidak luput dari kelemahan juga.
Secara umum, model ini menghabiskan waktu cukup lama karena siswa harus
merespons tahap demi tahap sampai tujuh tahap sehingga membuahkan hasil yang
analogi baru sehingga seluruh tahap-tahap sinektik dapat dilakukan oleh siswa.
ditinjau dari tes mengarang dan tes pengetahuan menulis cukup berhasil. Hal
tersebut dilihat dari nilai tes mengarang dan tes pengetahuan menulis yang
dijelaskan bahwa rata-rata siswa mampu membuat kalimat tunggal dan kalimat
24
majemuk. Kemampuan menulis kalimat sudah cukup baik yaitu hadirnya subjek,
4. Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran menulis adalah tes
objektif pilihan ganda biasa dengan empat pilihan yang digunakan untuk
meliputi aspek logika dan aspek linguistik. Aspek logika meliputi isi dan
5.3. Implikasi
Bertolak dari berbagai temuan yang diperoleh sejak proses hingga hasil akhir
1) Wujud implikasi teoretis dari studi ini adalah pembelajaran bahasa untuk
mengembangkan keterampilan menulis siswa SMP akan efektif bila respons siswa
siswa pada pembelajaran menulis yang kreatif di mana siswa mampu berpikir
kreatif dan mampu terlibat secara psikologis dengan tulisan yang sedang
dibuatnya. Dengan cara demikian, tulisan yang dibuatnya bermakna di dalam diri
dimensi kreativitas ini sangat penting dan dapat dilaksanakan dengan berbagai cara
25
Model sinektik ini mendukung pembelajaran menulis yang selama ini
siswa mampu menulis secara kreatif tanpa melibatkan perasaan dan pikiran siswa
dalam proses penulisan karena hal ini merupakan syarat penting pengembangan
kreativitas itu sendiri. Dengan demikian, pembelajaran dan pendidikan tidak hanya
siswa. Untuk siswa sekolah menengah pertama, materi ajar yang dibutuhkan
adalah bacaan yang mudah dipahami, mengandung kegiatan sehari-hari dan yang
tahap-tahap sinektik.
disederhanakan lagi sedangkan bacaan sebagai materi ajar dapat menyeleksi bacaan-
26
5.4 Saran
ini adalah terciptanya masyarakat literat yang bermoral baik sejak dini yaitu
hasil bacaan ke dalam kegiatan menulis. Kegiatan tulis-menulis inilah yang menjadi
cikal bakal munculnya penulis-penulis andal dan bermoral baik yang dapat
pendidikan. Para pembuat kurikulum, penyusun buku ajar, pekerja bahasa dan sastra
(penulis ilmiah dan cerita), pemilik stasiun TV, dan guru dapat mempelajari model
pembelajaran.
27
Bagi pembuat kurikulum, tujuan pembelajaran bahasa khususnya menulis
berdasarkan kurikulum 1994 yang telah disesuaikan dengan suplemen GBPP 1999
dan KBK sudah sangat jelas untuk dipahami. Sayangnya, implementasi KBK untuk
kurikulum yang telah dirancang dengan baik tersebut baru sebatas wacana karena
materi pokok pembelajaran bahasa khususnya menulis masih dalam taraf abstraksi
yang secara eksplisit tertuang dengan jelas di dalam kurikulum. Untuk itu, tujuan
pembelajaran bahasa khususnya menulis yang sudah sesuai dengan harapan yaitu
berbagai ragam tulisan maka perlu ditambahkan ke dalam kurikulum tersebut sebuah
dengan berorientasi pada sinektik yang melibatkan dua ranah taksonomi sehingga
terwujud aspek kognitif dan afektif/emosional yang terasah tajam dan seimbang.
Bagi penyusun buku ajar, mengingat karya sastra khususnya cerpen hanya
mendapat porsi yang sedikit dalam buku ajar bahasa Indonesia, cerita-cerita yang
ditampilkan dalam buku ajar untuk SMP khususnya diupayakan cerita-cerita yang
dialognya bersifat alamiah, sesuai dengan usia mereka, alur ceritanya yang akrab
pembelajaran bahasa khususnya menulis berdasarkan kurikulum 1994 dan KBK yaitu
28
berbagai ragam tulisan siswa. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, penyusun buku
dapat menjadikan pedoman berikut ini sebagai panduan menyusun pertanyaan untuk
perenungan.
Bagi para pekerja bahasa, sastra, dan penulis cerita anak. Berdasarkan hasil
penelitian ini diharapkan buku-buku bahasa dan sastra yang layak dikonsumsi oleh
siswa SMP sesuai dengan latar belakang keseharian siswa, dialog-dialog sesuai
dengan usia mereka, alur cerita sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan
emosi mereka, dan juga yang dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam menulis.
Untuk pekerja bahasa, sastra dan penulis cerita di media cetak, harapan-harapan di
atas sudah terakomodir dengan baik. Sayangnya, ditemukan oknum pekerja bahasa,
sastra dan penulis cerita anak dan remaja untuk media elektronik (televisi) lebih
nilai agama, moral dan budaya. Hal ini terindikasi dengan adanya cerita anak dan
remaja dengan latar cerita dan alur cerita yang banyak menyimpang dari norma-
norma tersebut sehingga meracuni moral anak dan remaja, misal: film yang berjudul
usaha pemerintah melalui Depdiknas dengan KBKnya bila cerita-cerita anak dan
29
remaja dalam media elektronik berseberangan dengan cerita-cerita anak dan remaja
sastra dan penulis cerita anak dan remaja di media elektronik berhubungan dengan
para pemilik stasiun televisi swasta. Bahwa untuk kepentingan perkembangan moral
anak dan remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Sudah saatnya
membangun Indonesia yang terpuruk dan krisis moral lewat media elektronik karena
media tersebut pada kenyataannya lebih disenangi dan diakrabi oleh anak dan remaja.
Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan
dan sastra anak dan remaja dari berbagai sumber sebagai bahan ajar dengan
mengutamakan latar cerita dan alur cerita yang sesuai dengan keseharian siswa, dan
Model sinektik dan kolaborasi merupakan gabungan dua metode yang berbeda
yang membutuhkan banyak waktu dalam penerapannya. Gabungan dua metode ini
30
penelitian tindakan kelas yang bernuansa kualitatif karena tes mengarang dan tes
pengetahuan menulis dapat ditinjau dari dua perspektif yaitu penelitian yang
menganalisis aspek kebahasaan dan aspek substansi berupa respons siswa itu sendiri
subjek penelitian baik pada tingkat pendidikan yang sama maupun sekolah menengah
komparatif.
dengan sedikit modifikasi. Untuk tingkat SMA, tahap-tahap dalam sinektik dan
mengiring siswa menulis secara kreatif. Begitu juga penelitian yang sama dapat
Hal lain yang dapat dilakukan adalah penelitian terhadap variabel yang
satu perangkat dari sinektik dan kolaborasi yang diangkat di dalam penelitian ini
31
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., dan Riwan, S.H., (1988). Pembinaan Kemampuan
Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A.C. (1999). Respon Penulis Terhadap Koreksi Pembaca: Studi Kasus
Tulisan Mahasiswa Pascasarjana IKIP Bandung. Bandung: Lembaga
Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia.
Alwasilah, A.C. (2001). “Membangun Kota Berbudaya Literat”. Artikel dalam Media
Indonesia. Jakarta, Sabtu 6 Januari 2001.
Alwi, H., Dardjowidjoyo, S., Lapoliwa, H., dan Moeliono, A.M. (1998). Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
32
Dilworth, J.B. (1992). Operations Management: Design, Planing and Control for
Manufacturing Services. New York: McGraw-Hill, Inc.
Feldhusen, J.F. dan D.J. Treffinger. (1986). Creative Thinking and Problem Solving
in Gifted Education. Iowa: Kendall/Hunt Publ. Co.
Frankel, J.R. & Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research in
Education. Toronto: McGraw – Hill Inc.
Fuad, N.S.L. (1990). Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan
Menulis. Tesis Magister pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Jacobs, H.L., dkk. (1981). Testing ESL Composition: A Practical Approach. Rowley,
Massachusetts: Newbury House Publishers, Inc.
Joyce, B. dan Weil, M. (1980). Models of Teaching. Second Edition. Englewood New
Jersey: Prentice-Hall,Inc.
33
Joyce, B. dan Weil, M. (1996). Models of Teaching. Second Edition. Englewood New
Jersey: Prentice-Hall,Inc.
34