Artinya :
“Ingatlah bahwa dalam jasad / tubuh ada segumpal daging. Apabila daging itu baik, baik pula
seluruh tubuh. Dan bila daging itu jelek maka buruk pula lah seluruh tubuh. Ketahuilah itu
adalah qolbu/hati.”
Ulama dahulu berpendapat bahwa yang dimaksud qolbu adalah hati nurani. Karena mutghoh itu
isinya/wujudnya kongkrit sedangkan hati nurani adalah kata benda abstrak maka orang pun
berpikir lebih lanjut. Sehingga disimpulkan mutghoh itu bukan hati nurani tapi betul-betul
daging yaitu jantung yang dapat berkontraksi hingga mengalirkan komponen-komponen darah
dan oksigen ke seluruh tubuh.
Dalam perkembangan selanjutnya, orang pun menafsirkan daging itu bukan sekedar jantung
melainkan seluruh komponen-komponen yang terkait dengan fungsi jantung yaitu komponen
darah, eritrosit, leukosit, trombosit, serum darah, plasma darah, protein, karbohidrat, lemak,
hormone, enzim, vitamin, mineral, factor-faktor pembekuan darah, dsb.
Kalau semua komponen baik maka baik pula lah seluruh tubuh.
Karena perkembangan zaman, maka berkembang pula lah ilmu kesehatan dan agama. Ada
penafsiran lain daging tersebut bukan daging yang dimaksud tapi lebih bersifat hakiki bukan
cuma sekedar keberadaan otot tapi yang dimaksud adalah otak yang mampu mengendalikan
seluruh aktifitas manusia termasuk nafsu-nafsu yang sifatnya abstrak yaitu semua penyakit jiwa
yang bersentral pada pengendalian yang terdapat dalam otak.
Otak sendiri yang terdiri lebih dari 19.000.000.000 sel-sel neuron yang karena fungsinya amat
penting dilindungi Allah dalam suatu tempat yang tertutup rapat oleh berbagai tulang : os. Cranii,
os. Osipitale, os. Temporale, os. Parientale, os. Frontale.
Begitu juga terdapat berbagai hormone termasuk hormone melatonin yang dikendalikan oleh
glandula pieneal yang diproduksi di malam hari yang puncaknya pada tengah malam pada saat
keadaan lengah dan sunyi (sepertiga malam). Dimana fungsi hormone melatonin adalah
membuat ketenangan. Ini lah yang dimaksud perintah Allah untuk sholad malam ( tahajud ).
Penyakit hati/qolbu/akhlak/mental yang berpotensi merugikan diri sendiri dan orang lain hingga
menimbulkan ketidak tenangan dan ketidak bahagiaan yang terbanyak dalam Al Quran adalah :
Khysad (iri/dengki), Qillun (dendam), Riya (sombong).
Diawali dari iri/dengki lalu timbulah kebencian akhirnya, timbulah dendam yang membara lebih-
lebih diikuti sifat sombong. Penyakit inilah yang paling banyak di masyarakat yang sangat
mendominasi karena terjadinya kesenjangan social dan tidak didapatkannya rasa keadilan.
Sesungguhnya manusia berpotensi untuk memiliki sifat-sifat jelek trsebut. Dimanifestasikan
dalam Al Quran yakni dengan kisah Qobil dan Habil yang saling membunuh untuk mendapatkan
Nabila, adeknya yang cantik.
Semua manusia sebenarnya diberi sifat yang tidak baik. Tapi bagaimana kita dapat
memanagenya.
Artinya :
“Segala sesuatu yang baik datang dari Allah, segala sesuatu yang jelek karena manusia itu
sendiri.”
Ini sesuai dengan hadist nabi, hadist khudsi (hadist yang maknanya dari Allah lafalnya dari rasul
yang disampaikan dengan bahasa rasul sendiri).
“Sesungguhnya aku menciptakan manusia dalam keadaan bersih dan suci tapi, iblis lah yang
memalingkannya.”
Berbagai kriminalitas, kebrutalan, dan sadis yang tampak pada masyarakat sesungguhnya karena
faktor tersebut.
1. Agar manusia mempunyai harkat dan martabat serta sejahtera di dunia dan akhirat maka,
Allah menurun kan Rasul sekaligus petunjuk-Nya yakni Al Quran.
2. Manusia yang diciptakan Allah dalam tujuh fase sejak dari lahir, neonates, anak, remaja,
dewasa, dan dewasa tua. Allah memberikan kelengkapan jasmani dan rohani sebagai
makhluk social.
3. Keengganan manusia untuk melaksanakan perintah Allah disisi lain karena mungkin
adanya kegagalan-kegagalan dalam mencapai cita-cita atau konflik kegagalan rumah
tangga.
4. Sifat-sifat negative, iri (qhasad), dendam (ghilan), dengki, sombong (qilul) akan
menyebabkan gangguan psikis di sisi lain ketidak seimbangan fisik dan mental akan
berakibat terjadinya gangguan fisik
Proses keseimbangan fisik untuk menyesuaikan diri dengan mental bila berkelanjutan
terjadilah gangguan psikis yang lebih parah dan usaha untuk penyesuaian diri berkelanjutan
itulah memungkinkan terjadilah stress. Dengan pengertian lain, stress adalah bentuk
ketegangan jiwa yang mempengaruhi organ-organ tubuh yang awalnya paling resisten itulah
yang memungkinkan terjadinya stress.
Gangguan ini sangat berperan pada faktor-faktor tubuh yang lain : factor saraf, tract.
Digestivus, respiratory, cardiac, hormone, mental.
Pada psikisnya sendiri, terjadilah rasa takut, gelisah, was-was, ragu-ragu, khawatir, cemas,
tidak sabar, iri, dengki, dendam. Dan yang lebih penting pada fisik terjadi : cepat lelah,
gangguan tidur, alergi kulit, dispneu pada paru-paru, asma, takikardi pada kardio, hipertensi,
parestesi (kesemutan) pada saraf, poliuri pd tract. Urinarius (volume,frequensi,pancaran
urin), diare,obstipasi pada tract. Digestivus, hiperasiditis pada lambung, meteorismus,
stomatitis (sariawan), anoreksia.
Ternyata dalam fungsi otak bukan saja mengintegrasi antara fisik dan mental . Fisik sebagai
pusat kesadaran yang diperankan otak besar, mental sebagai pusat emosi diperankan otak
kecil dan batang otak.
Emosi yang berkelanjutan akan mempengaruhi system saraf parestasi dan paralisis,
gangguan hormonal, gangguan metabolic diare,obstipasi, sekaligus gangguan fungsi otak
yang lain (keseimbangan,memori,verigo,migren).
Gangguan semua hormone tadi dikoordinir kelenjar pineal yang mengeluarkan hormone
melatonin yang menyebabkan ketenangan. Hormone-hormon tersebut sangat berpengaruh
terhadap system saraf otonom (simpatik dan parasimpatik).
Didalam islam, agar tidak terjadi ketegangan jiwa maka, diperintahkan lewat : sholad, dzikir,
do’a, optimis, keseimbangan dunia akhirat, bersyukur.
Didalam Al Qur’an sendiri, 15 abad yang lalu telah mengenal adanya penyakit psikosomatis.
Diperintahkan untuk melakukan sholad lewat peristiwa isra’ mi’raj.
Isra’ pejalanan Rasul dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
Mi’raj pejalanan Rasul dari masjidil aqsa ke sidrotull muthaha untuk menerima perintah
sholad
Sebelas tahun rasul menjalankan tugasnya, mendapatkan cobaan yang begitu berat sampai
rasul shock berat dan mengalami kejadian-kejadian :
“Ya Allah ringankanlah tengkukku, lapangkanlah dadaku.” Lalu dijawablah do’a rasulullah
dengan diturunkannya QS Al Insyirah.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2010