Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batubara

Batubara adalah batuan yang berasal dari tumbuhan yang mati dan tertimbun endapan
lumpur, pasir dan lempung selama berjuta-juta tahun lamanya. Adanya tekanan
lapisan tanah bersuhu tinggi serta terjadinya gerak tektonik mengakibatkan terjadinya
pembakaran atau oksidasi yang mengubah zat kayu pada bangkai tumbuh-tumbuhan
menjadi batuan yang mudah terbakar yang bernama batubara.

2.1.1 Penambangan batubara

Di Indonesia terdapat tambang besar batubara seperti tambang umbilin di sawahlunto


sumatera barat dan tambang bukit asam di sumatra selatan. Beberapa macam / jenis
metoda penambangan batubara :

A. Penambangan terbuka
Melakukan kegiatan menambang batubara tanpa melakukan penggalian
berat karena karena letak batubara yang dekat dengan permukaan bumi.

B. Penambangan dalam
Untuk menambang batubara dengan teknik tersebut harus dibuat terowongan
yang tegak hingga mencapai lapisan batubara. Selanjutnya dibuat
terowongan datar untuk melakukan penambangan.

C. Penambangan Jauh
Pertambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit di
mana dibuat terowongan miring hingga mencapai lapisan batu bara.

D. Penambangan Di Atas Permukaan


Jenis kegiatan menambang batubara ini dilakukan jika batubara yang
diincar berada pada perut bukit, yang di mana perlu terowongan datar untuk
dapat mulai menambang batubara tersebut.

Universitas Sumatera Utara


2.1.2 Komposisi Kimia Abu Batubara

Batubara sebagai bahan bakar banyak digunakan di PLTU. Kecenderungan dewasa ini
akibat naiknya harga minyak diesel industri, maka banyak perusahaan yang beralih
menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan steam (uap). Sisa
hasil pembakaran dengan batubara menghasilkan abu ringan dan berat (5-10%).
Persentase abu (ringan dan berat) yang dihasilkan adalah abu ringan (80-90%) dan
abu berat (10-20% ).

Umumnya komposisi kimia abu batubara ringan dapat ditunjukkan seperti di


bawah ini :

a. SiO2 (Silika)

b. Al2O3 (Alumina)

c. Fe2O3 (Besi)

d. CaO (Kapur)

e. MgO (Magnesium)

Berdasarkan jenis batu bara yang digunakan bahan bakar, abu batubara dibagi
dalam 2 kelas (ASTM C 618 – 94a (dalam Husin, 1998)), yakni :
1. Kelas F, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis
anthrasit atau bituminous.
2. Kelas C, yakni abu terbang yang dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis
lignit atau sub bituminous.

Adapun susunan kimia dan sifat fisik abu batubara menurut ASTM C 618 – 91
(dalam Husin,1998), ditunjukkkan pada Tabel 1.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.1 Susunan Kimia dan Sifat Fisik Abu Batubara

Uraian Kelas F (%) Kelas C (%)


A. Susunan Kimia 54,90 39,90
1. Silikon dioksida, min
2. Silikon dioksida +
Aluminium oksida + Besi
oksida min 70,00 50,00
3. Sulfur Trioksida, maks 5,0 5,0
4. Kadar Air, maks 3,0 3,0
5. Hilang Pijar, maks 6,0 6,0
6. Na2O, maks 1,5 1,5
B. Sifat Fisik
1. Kehalusan sisa diatas
ayakan 45 um, maks 34,0 34,0
2. Indeks keaktifan pozolon
dengan PC I, pada umur 28
hari, min 75,0 75,0
3. Air, maks 105,0 105,0
4. Pengembangan dengan
Autoclave, maks 0,8 0,8

2.1.3 Klasifikasi Abu Batubara

Menurut ASTM C6618-96 ada tiga klasifikasi abu batubara yaitu :


a. Kelas N
Buangan atau pozzolan alam terkalsinasi yang dipenuhi dengan kebutuhan
yang memenuhi syarat yang dapat dipakai sesuai kelasnya, seperti beberapa
tanah diatomaceous, opalinse chert dan serpihan-serpihan tuff dan debu-debu
vulkanik atau pumicities, dan bahan-bahan lainnya yang mungkin masih belum
terproses oleh kalsinasi; dan berbagai material yang memerlukan kalsinasi
untuk memperoleh sifat-sifat yang memuaskan, misalnya beberapa jenis tanah
liat dan serpihan-serpihan.

Universitas Sumatera Utara


b. Kelas F
Abu batubara yang umumnya diproduksi dari pembakaran anthracite (batubara
keras yang mengkilat) atau bitumen-bitumen batubara yang memenuhi syarat-
syarat yang dapat dipakai untuk kelas ini sperti yang disyaratkan. Abu
batubara jenis ini memiliki sifat Pozzolanic.

c. Kelas C
Abu batubara yang umumnya diproduksi dari lignite atau batubara subitumen
yang memenuhi syarat yang dapat dipakai untuk kelas ini seperti yang
disyaratkan. Abu batubara kelas ini, selain memiliki sifat pozzolan juga
memiliki beberapa sifat yang lebih menyerupai semen. Untuk beberapa abu
batubara kelas C bias mengandung kapur lebih tinggi dari 10 %.

Menurut SK SNI S- 15- 1990- F p- 1, yang dimaksud dengan :


a. Abu batubara kelas N adalah hasil kalsinasi dari pozzolan alam seperti tanah
diatonice, shole (serpih), tuff, dan batu apung yang beberapa jenis dari bahan
tersebut ada yang tidak mengalami kalsinasi.

b. Abu batubara kelas F adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara
jenis anthrasite pada suhu 1560 oC, abu batubara ini memiliki sifat pozzolan.

c. Abu batubara kelas C adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau
batubara dengan kadar karbon ± 60% (Sub bituminous); abu ini mempunyai
sifat pozzolan dan sifat menyerupai semen dengan kadar kapur diatas 10 %.

Penelitian ini hanya terbatas menggunakan abu batubara tipe C karena sudah
terbukti memiliki kekuatan tekan yang lebih baik pada mortar geopolymer dibanding
kedua tipe lainnya (Kosnatha dan Prasetio, 2007)

Abu batubara tipe C memiliki kandungan CaO diatas 10% dan dihasilkan dari
pembakaran batubara dengan kadar karbon ±60%, selain itu kadar kandungan (SiO2 +
Al2O3 + Fe2O3) > 50%, dan abu batubara jenis ini mempunyai sifat pozzolanic dan
hidrolis.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Mortar

Mortar merupakan salah satu bahan bangunan yang banyak digunakan dalam bidang
konstruksi. Mortar sangat diperlukan pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Dewasa ini mortar sudah banyak dikembangkan dalam bentuk paving block, tegel,
buis beton dan lain lain. untuk itu dengan perkembangan teknologi beton sekarang ini
khususnya mortar memnjadi lebih efektif dan efisien dengan membuat struktur mortar
yang baik.

Mortar adalah bahan bangunan berbahan dasar semen yang digunakan sebagai
perekat untuk membuat struktur bangunan. Yang membedakan mortar dengan semen,
mortar adalah semen siap pakai yang komponen pembentuknya umumnya adalah
semen itu sendiri, filler, dan berbagai jenis additif yang sesuai. dalam proses
penggunaan semen, biasanya kita melihat semen dicampur dengan pasir ayak, kapur
(lime), bata merah halus (opsional), dan air. Pencampuran ini tentunya selalu tidak
pernah seragam.Yang membedakan mortar dengan beton adalah, bila agregat hanya
terdiri dari agregat halus saja, disebut mortar semen atau mortar saja, dan bila
mengandung agregat yang kasar, maka disebut beton.

Kekuatan beton ditaksir dengan mengukur kekuatan hancur dari kubus atau
silinder uji yang dibuat dari adukan. Benda uji ini biasanya dirawat, dan diuji setelah
28 hari menurut prosedur standard. Beton dengan kekuatan yang diberikan
diidentifikasikan dengan ‘mutu’nya – suatu beton mutu 25 mempunyai kekuatan
hancur karakteristik sebesar 25 N/mm2.

Kekuatan tarik beton besarnya hanya kira-kira 10 % dari kekuatan tekan. Oleh
karena itu hampir semua konstruksi beton bertulang direncanakan dengan anggapan
bahwa beton sama sekali tidak memikul gaya tarik. (W.H Mosley, 1984)

Faktor-faktor yang membuat beton sebagai material bangunan yang umum


tampak nyata sekali, sehingga beton telah dipakai , dengan cara dan jenis yang lebih
primitif dari pada keadaan sekarang ini. Salah satu dari factor tersebut ialah
kemudahan pengolahannya, yaitu dalam keadaan plastis, beton dapat diendapkan dan

Universitas Sumatera Utara


diisi ke dalam cetakan atau bekisting yang hampir mempunyai semua bentuk yang
praktis. Daya tahannya yang tinggi terhadap api dan cuaca merupakan bukti dari
kelebihannya. (George Winter, 1993)

Mortar untuk sambungan digunakan untuk menyambung bata, batu dan blok
beton. Perbandingan semen dan pasir adalah 1 : 2 atau 1 : 3 dan banyaknya kapur mati
ekuivalen dengan 20% dari semen yang ditambahkan. Mortar tembok yang digunakan
dalam berbagai perbandingan campuran untuk memenuhi keperluan pekerjaan.
Pekerjaan dengan mortar tembok berlangsung menurut urutan : Pelapisan dasar,
penghalusan, pelapisan kedua dan penyelesaian. (Tata Surdia, 2005)

Menurut sifatnya plesteran dibedakan menjadi 3 macam yaitu :


1. Plesteran kasar,
Digunakan untuk melapisi permukaan batu bata atau pasangan batu
belah yang tidak terlihat dari luar, misalnya tembok yang di atas rangka
plafon.
2. Plesteran setengan halus atau setengah kasar.
Digunakan untuk permukaan lantai gudang, lantai lapangan olah raga,
lantai teras, lantai kamar mandi dan sebagainya.
3. Plesteran halus,
Digunakan sebagai pelapis tembok-tembok rumah, dalam hal ini
langsung berhubungan dengan keindahan pandangan. (Daryanto, 1994)

2.2.1 Jenis-jenis mortar

Maksud dari penelitian mortar adalah sebagai acuan untuk melakukan penenelitian
kekuatan mortar dengan abu batubara dalam pembuatan mortar.
Di Indonesia telah diperkenalkan beberapa jenis mortar, yaitu antara lain :
1. Tile Adhesive (Perekat Keramik)
Ada vertikal (dinding) dan horizontal (lantai), dan juga ada perekat keramik
baru diatas keramik lama (tanpa membongkar keramik lama)

Universitas Sumatera Utara


2. Tile Grout
Sebagai pengisi nat (celah) antar keramik
3. Thin Bed
Untuk perekat AAC (Autoclaved Aerated Concrete) alias bata ringan
4. Skim Coat
Untuk pelapis dinding baru

Penggunaan mortar tentunya akan berakibat membuat biaya bahan bangunan


menjadi bengkak, tetapi karena penggunaannya yang relatif sangat mudah, maka
waktu yang diperlukan juga akan berkurang drastis sehingga ongkos tukang akan
berkurang. Untuk jangka panjangnya, penggunaan mortar ini juga akan bisa
menghindarkan problem yang mungkin terjadi jika dibandingkan dengan penggunaan
campuran semen biasa (misal seperti disebut diatas, dinding retak dan lantai
terangkat).

Perlu diketahui juga, untuk bangunan-bangunan tinggi (high rise) dan juga
ruko-ruko terbaru, umumnya sekarang mereka sudah menggunakan mortar dan AAC
untuk bahan baku pembuatan dinding, dan juga merekatkan keramik (vertikal dan
horisontal) dengan mortar, sedangkan untuk struktur menggunakan beton ready mix.
Ini bertujuan untuk menjaga konsistensi bahan baku yang digunakan dan juga efisiensi
tenaga kerja, sehingga diharapkan bisa memperpanjang usia bangunan dengan
menghindari problem-problem yang mungkin terjadi di kemudian hari.

Untuk menghitung efisiensi pemakaian mortar, kita bisa bandingkan pada


aplikasi pembuatan tembok. Bisa kita lihat bahwa kalau tukang kita menggunakan
bata merah sebagai bahan baku tembok, maka campuran semen yang dia buat akan
relatif banyak karena bata merah berdimensi kecil, sehingga untuk merekatkan satu
sama lain, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan material campuran semen yang
banyak.
Karena mortar sangat beragam jenisnya (dari jenis diatas, bisa dibagi lagi
menjadi beberapa sub-jenis, misal tile grout wide, narrow, dll), maka pembahasannya
hanya pada beberapa bahan baku penting saja, yaitu antara lain :

Universitas Sumatera Utara


a. Semen
Umumnya yang dipakai jenis Portland.
b. Sand / Pasir
Umumnya dengan kehalusan seragam, antara 0.1-0.4 mm
c. Calcium Carbonate
Adalah jenis filler khusus berwarna putih dengan kehalusan seragam.
Harap diperhatikan jika menggunakan filler ini karena memiliki oil
absorption tinggi, sehingga pemakaian filler ini dapat "mengentalkan"
campuran yang dibuat.
d. Lime / Kapur
Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus
e. Asam Tartaric
Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus
f. Additif Air Release
Untuk menghilangkan adanya udara yang terperangkap di dalam mortar saat
diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.
g. Additif Anti Foam
Untuk menghilangkan foam / busa pada saat mortar dicampur air dan
diaplikasi. Dipakai pada beberapa jenis mortar khusus.
h. Beberapa jenis binder lain
Untuk meningkatkan sifat flexible dan/atau memperkuat ketahanan tekanan,
umumnya untuk aplikasi horizontal tile yang berat seperti granit / marmer.

Pemilihan tipe beton sering kali di tentukan oleh kekuatan yang diperlukan,di
mana berturut-turut tergantung kepada intensitas pembebanan dan bentuk serta ukuran
dari bagian konstruksi.

Menguji karakteristik mortar meliputi pengujian kuat tekan sesuai dengan


metode ASTM C109-93, pada mortar umur 7, 14, 21, dan 28 hari dan pengujian
permeabilitas sesuai standar DIN 1045 pada mortar umur 28 hari (dengan mortar yang
memiliki kuat tekan yang terbaik untuk masing-masing substitusi). Kuat tekan adalah
besarnya beban yang dapat ditahan oleh mortar per satu satuan luas. Pengujian kuat
tekan yang digunakan adalah standar ASTM C 109 – 193.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI, 1989), besarnya kuat
tekan beton dapat dihitung dengan rumus :

dengan: F = kuat tekan beton (kg/m2)

P = beban tekan maksimum (N)

A = luas permukaan benda uji (m2)

2.3 Semen

Semen dipercaya pertama kali ditemukan dizaman Kerajaan Romawi, tepatnya di


Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Sedangkan
kata semen sendiri berasal dari caementum (bahasa Latin), yang artinya kira-kira
"memotong menjadi bagian-bagian kecil tak beraturan". Namun “resep” dari
campuran ini akhirnya hilang ditelan jaman siring hancurnya Romawi. Baru pada abad
ke-18, John Smeaton - insinyur asal Inggris menemukan kembali ramuan kuno
berkhasiat luar biasa ini. Dia membuat adonan dengan memanfaatkan campuran batu
kapur dan tanah liat saat membangun menara suar Eddystone di lepas pantai
Cornwall, Inggris.Ironisnya, bukan Smeaton yang akhirnya mematenkan proses
pembuatan cikal bakal semen ini. Adalah Joseph Aspdin, juga insinyur berkebangsaan
Inggris, pada 1824 mengurus hak paten ramuan yang
kemudiandisebutsemenportland.Dinamaibegitu karena warna hasil akhir olahannya
mirip tanah liat Pulau Portland, Inggris. Hasil rekayasa Aspdin inilah yang sekarang
banyak dipajang ditoko-toko bangunan. (Wikipedia, 2010)

Semen adalah bahan anorganik yang mengeras pada pencampuran dengan air
atau larutan garam. Contoh khas adalah semen Portland. Material semen adalah
material yang mempunyai sifat adhesive dan kohesif yang diperlukan untuk mengikat
agregat-agregat menjadi suatu massa yang padat yang mempunyai kekuatan yang
cukup. Kategori terpenting hasil teknologi material ini, mencakup tidak hanya bahan

Universitas Sumatera Utara


semen yang seperti kita kenal, tetapi juga bahan kapur, aspal dan minyak ter seperti
yang digunakan dalam pembuatan jalan, dan lain-lainnya. Untuk membuat struktur
beton, terutama sekali dipakai bahan yang disebut sebagai semen hidrolis. Dari
berbagai jenis semen hidrolis yang telah dikembangkan, Semen Portland yang untuk
pertama kalinya dipatenkan di Inggris pada tahun 1824. Merupakan semen yang
paling banyak dipakai. (George Winter, 1993)

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi
pasta semen. Jika ditarnbah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah
mengeras akan menjadi beton keras (concrete). Semen yang digunakan untuk
pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana kekuatan dan spesifikasi teknik
yang diberikan.

Semen juga merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah
berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat
mencegah perubahan-perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan
memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.

Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan mortar adalah air semen (fas).
Semakin banyak jumlah air yang digunakan dalam mortar maka akan memperkecil
persentase persentase diameter rata-rata uji sebar mortar. Sebaliknya semakin sedikit
air yang digunakan dalam mortar maka besarnya persentase diameter rata-rata uji
sebar akan semakin besar (karena tidak terjadi ikatan yang sempurna karena jumlah
air yang terlalu sedikit). Nilai faktor air semen juga berpengaruh terhadap kecelakaan
dan workability mortar. Nilai faktor air semen yang cukup maka akan mempermudah
pengerjaan mortar, memiliki kecelakaan yang baik dan didapatkan nilai uji sebar yang
memenuhi syarat.

Universitas Sumatera Utara


2.3.1 Komposisi Kimia Semen Portland

Untuk mendapatkan kekuatan yang baik, sifat dan karakteristik dari masing-
masing bahan penyusun tersebut perlu dipelajari. Persentasi dari oksida – oksida yang
terkandung didalam semen Portland adalah sebagai berikut :

1) Kapur ( CaO) : 60 – 66 %
2) Silika (SiO2) : 16 – 25 %
3) Alumina (Al2O3) :3–8%
4) Besi (Fe2O3) : 1 - 5 %.
5) Magnesium (MgO) : 0,78 %

Abu batubara apabila digabungkan dengan semen diharapkan dalam jangka


waktu yang lebih lama akan menghasilkan kuat tekan mortar yang lebih tinggi
dibandingkan mortar normal. Penambahan kuat tekan mortar disebabkan karena abu
batubara mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen portland, yang
mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon, maka dapat

mengubah kapur bebas [Ca(OH)2 ] sebagai mortar udara menjadi mortar hidrolik.

PROSES HIDRASI
PC + Air (H2O) Calsium Silicate Hydrate (CHS)

CaO + H2O = Ca (OH)2


Mortar Udara
Air (H2O) masuk

PROSES HIDRASI
PC + Abu batubara + Air (H2O) Calsium Silicate
Hydarte (CHS)

Ca (OH)2 + Abu Batubara (Mortar Hidrolik)


(H2O tidak dapat masuk lagi)

Gambar 1. Proses Reaksi Semen dengan Abu batubara


(Ravina, D., 1981)

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 1. dapat dijelaskan bahwa pada saat proses hidrasi semen akan
dilepas kapur bebas, dimana kapur bebas tersebut akan terikat oleh silikat dan
aluminat aktif yang terkandung didalam abu batubara dan menambah pembentukan
silicat gel, yang berubah menjadi Calsium silicat hidrat (CSH) yang akan memasuki
pori – pori yang terbentuk, sebagai akibat di bebaskannya Ca(OH)2 pada beton
normal.

Namun karena abu batubara merupakan pozzolan, dimana bahan yang


mengandung pozzolan bila dipakai sebagai pengganti semen portland yang umumnya
berkisar antara 20 – 35% dari berat semen, laju kenaikan kekuatannya lebih lambat
dari pada beton normal. Pada umur 28 hari kekuatan tekan lebih rendah daripada
beton normal, namun sesudah umur 90 hari kekuatannya dapat sedikit lebih tinggi.

2.3.2 Pengelompokan dan Jenis-jenis Semen Portland

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran dan
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. semen non-hidrolik semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras
dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-
hidrolik adalah kapur.

b. Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras dalam


air. Contoh semen hidrolik adalah semen pozollan, semen terak, semen alam,
semen protland, semen portland-pozollan, dll.

Beberapa jenis dari semen portland dibuat dengan mengadakan variasi baik
dalam perbandingan unsur-unsur utamanya maupun dalam derajat kehalusannya.
Senyawa -senyawa tersebut diatas saling bereaksi di dalam tungku dan membentuk
senyawa - senyawa kompleks dan biasanya masih terdapat kapur sisa karena tidak
cukup bereaksi sampai keseimbangan reaksi tercapai. Pada waktu pendinginan
terjadi proses pengkristalan dan yang tidak terkristal berbentuk amorf.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.2 Jenis-jenis semen menurut No.SNI

No. SNI Nama


SNI 15-0129-2004 Semen portland putih
SNI 15-0302-2004 Semen portland pozolan / portland pozzolan cement (PPC)
SNI 15-2049-2004 Semen portland / ordinary portland cement (OPC)
SNI 15-3500-2004 Semen portland campur
SNI 15-3758-2004 Semen masonry
SNI 15-7064-2004 Semen portland komposit

Tabel 2.3 Klasifikasi semen Portland utama. (Tata Surdia, 2005)

Semen (Jenis) Sifat-sifat Penggunaan utama


Semen MgO, SO3, Hilang pada pembakaran. Digunakan secara luas
penggunaan Kehalusan, pengesetan dan kekuatan secara sebagai semen umum untuk
umum (Jenis I) berturut-turut juga di tentukan. Secara umum teknik sipil dan konstruksi
mempunyai sifat umum dari semen. arsitktur.
Ditentukan untuk mempunyai C3S kurang dari Secara umum dipakai untuk
Semen 50% dan C3A kurang dari 8%. Kalor hidrasi 70 beton massif yang besar.
pengeras pada kal/g atau kurang (7 hari) dan 80 kal/g atau Pekerjaan dasar untuk
panas sedang kurang (28 hari) pada kondisi sedang. bendungan, jembatan besar,
(Jenis II) Peningkatan dari kekuatan jangka panjang bangunan-bangunan besar.
diinginkan.
Semen Mengandung C3S maksimum dan gypsum Menggantikan semen
berkekuatan secukupnya untuk pengendalian pensetan. penggunaaan umum untuk
tinggi awal Kekuatan awal (1 hari, 3 hari) diintensifkan, pekerjaan yang mendesak.
(Jenis III) ditentukan untuk mempunyai kekuatan di atas Cocok untuk pekerjaan
40 kg/cm2 selama penekanan 1 hari dan diatas dimusim dingin. Untuk
90 kg/cm2 selama penekanan 3 hari. konstruksi bangunan,
pekerjaan pembuatan jalan
dan produk semen.
Semen panas Kalor hidrasi lebih rendah 10 kal/g daripada Sama dengan semen jenis
rendah (Jenis semen pengeras pada panas sedang, ditentukan II.
IV) dibawah 60 kal/g (7 hari) dan dibawah 70 kal/g
(28 hari) (ASTM). Memberikan kalor hidrasi
minimum seperti semen untuk pekerjaan
bendungan.
Semen tahan Ditentukan untuk mempunyai C3S dibawah 50% Dipakai untuk pekerjaan
sulfat (Jenis V) dan C3A 5% (ASTM). Diusahakan agar kadar beton dalam tanah yang
C3A minimum untuk memperbesar ketahanan mengandung banyak sulfat
terhadap sulfat. dan yang berhubungan
dengan air tanah.
C3S : Larutan padat dari Ca3SiO5 C3A : Larutan padat dari Ca3Al2O6

Universitas Sumatera Utara


Adapun komponen – komponen tersebut berbentuk sebagai berikut :
1) Trikalsium Silikat CaOSiO2 (C3S)
2) Dikalsium Silikat CaOSiO2 (C2S)
3) Trikalsiun Aluminat CaOAi203 (C3A)
4) Tetra Kalsium Alumino Ferit CaOA203Fe203 (C4AF) Air .( Joko Prakoso,
2006)

2.3.3 Bahan Baku Pembuatan Semen Portland

Bahan baku dalam pembuatan semen Portland antara lain :


1. Batu kapur
a) Batu kapur merupakan Komponen yang banyak mengandung CaCO3
dengan sedikit tanah liat, Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan
senyawa oksida lainnya.
b) Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu
hingga kuning.

2. Tanah liat
a) Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina
Silikat Hidrat
b) Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral
yang dikandungnya :
i. Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan
Nitronite
ii. Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
iii. Kelompok tanah liat beralkali

Universitas Sumatera Utara


3. Pasir Besi dan Pasir Silikat
a) Bahan ini merupakan Bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw
Mix).
b) Digunakan sebagai pelengkap komponen kimia esensial yang
diperlukan untuk pembuatan semen.
c) Pasir Silika digunakan untuk meneikkan kandungan SiO2.
d) Pasir Besi digunakan untuk menaikkan kandungan Fe2O3 dalam Raw
Mix.

4. Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )


a) Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari
semen.
b) Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau
berkurangnya sifat gipsum sebagai retarder.

Semen dapat dibuat dengan 2 cara:


a) Proses Basah
b) Proses Kering
Perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan homogenisa.

2.4 Pasir

Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di
beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur.

Pasir yang digunakan dalam adukan beton harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir keras dan kasar, jika digosok tidak menjadi
halus, Hal ini dikarenakan dengan adanya bentuk pasir yang tajam, maka
kaitan antar agregat akan lebih baik, sedangkan sifat keras untuk menghasilkan
beton yang keras pula.

Universitas Sumatera Utara


2. Butirnya harus bersifat kekal. Sifat kekal ini berarti pasir tidak mudah hancur
oleh pengaruh cuaca, sehingga beton yang dihasilkan juga tahan terhadap
pengaruh cuaca.

3. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 4% dari berat kering pasir,
lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen, jika
konsentrasi lumpur tinggi maka beton yang dihasilkan akan berkualitas
rendah. Bila terdapat lumpur terlalu banyak, maka pasir tersebut harus diuji
terlebih dahulu.

4. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak. (Ir. Sutami, 1971)

Pasir juga harus berupa bahan yang tahan lama, seperti kwarsa, batu kapur
belah, atau basalt yang mempunyai kekuatan yang lebih tinggi daripada beton. Bila
tidak, bahan dapat patah pada agregat meski campuran semennya sempurna. Peraturan
beton juga mencantumkan mutu agregat, sebagai contoh : ASTM – C88. (Lawrence
H, 1985)

2.5 Air

Beton / mortar menjadi keras karena adanya reaksi antara semen dan air. Oleh karena
itu air yang dipakai untuk mencampur kadang mengubah sifat semen. maka perlu
diperiksa terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton
atau tidak.

Air juga digunakan untuk pelumas antara butiran dalam agregat agar mudah
dikerjakan dan dipadatkan. Air dalam campuran beton menyebabkan terjadinya proses
hidrasi dengan semen. Jumlah air yang berlebihan akan menurunkan kekuatan beton.
Namun air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi yang tidak merata.

Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air
dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pasta pengikat agregat. Air juga

Universitas Sumatera Utara


berpengaruh terhadap kuat desak beton, karena kelebihan air akan menyebabkan
penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan
mengakibatkan beton menjadi bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak
ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan
menyebabkan kurangnya lekatan antara lapis-lapis beton dan merupakan yang lemah.

Air pada campuran beton akan berpengaruh terhadap :


1. Sifat workability adukan beton.
2. Besar kecilnya nilai susut beton
3. Kelansungan reaksi dengan semen portland, sehingga dihasilkan dan kekuatan
selang beberapa waktu.
4. Perawatan keras adukan beton guna menjamin pengerasan yang baik.

Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu
tawar, tidak berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi
tidak berarti air yang digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat
sebagai air minum.

Penggunaan air untuk beton sebaiknya air memenuhi persyaratan sebagai berikut ini :
1. Tidak mengandung garam atau asam yang dapat merusak beton, zat organik
dan sebaginya lebih dari 15 gram per liter.
2. Tidak mengandung klorida (Cl) lebih dari 1 gram per liter.
3. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram per liter
4. Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi :
a) Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada
campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama
b) Hasil pengujian pada umur 7 dan 12 hari pada kubus uji mortar
yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminumus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari
kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.
Perbandingan uji kuat tekan tersebut harus dilakukan pada adukan
serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai

Universitas Sumatera Utara


dengan “Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis
(menggunakan specimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm)”
(Kardiyono Tjokrodimulyo, 1998)

Tabel 2.4 Batas dan izin untuk campuran beton (bahan dan praktek
beton,1999)
Batas yang diizinkan
PH 4,5 – 8,5
Bahan Padat 2.000 ppm
Bahan Terlarut 2.000 ppm
Bahan Organik 2.000 ppm
Minyak 2 % berat semen
Sulfat (SO3) 10.000 ppm
Chlor (Cl) 10.000 ppm

Waktu perendaman (hari)


Sumber : http://www.tekmira.esdm.go.id/aset/pozolan/index/asp
Gambar 2. Grafik perbandingan kuat tekan semen dengan standard SII
terhadap umur perendaman

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai