Suatu kewajaran kalau antara laki-laki dan perempuan saling tertarik satu sama lainnya.
Hal ini karena memang Allah menciptakan mereka dari satu jiwa lalu menciptakan
pasangannya kemudian mengembangkannya menjadi laki-laki dan perempuan yang
banyak. (Q.S. An-Nisâ’/4:1)
Penciptaan manusia secara berpasangan dan menjadikannya berkembang
menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, bertujuan untuk saling kenal (ta’aruf)
dan berhubungan satu sama yang lain.
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9 x.s 4Ós\Ré&ur
öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùuyètGÏ9
$ 4 ¨bÎ)
ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& .....
”Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu.... (QS Al
Hujurât/49:13)
Hubungan yang paling baik adalah yang mampu memelihara diri dan
hubungannya dengan Allah dan makhluk-Nya. (makna taqwa).
Dalam konteks memelihara hubungan antar laki-laki dan perempuan, Islam
menganjurkan perkawinan bagi yang sudah mampu (Q.S. An Nûr/24:32) dan melarang
mendekati segala bentuk perzinaan:
wur (#qç/tø)s? #
oTÌh
9$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. Zpt±Ås»sù uä!$y
ur
Wx Î6y
”Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al-Isrâ’/17:32)
Allah SWT Maha Mengetahui bahwa daya tarik zina (hubungn seks bebas antara
laki-laki dan perempuan) begitu kuat, dan sekali orang masuk ke dalam lingkaran zina
—siapapun dia—maka dia akan sulit untuk keluar dari lingkaran tersebut. Rasulullah
SAW pun mengakui hal ini dalam sabdanya:
”Sepeninggalku, tidak ada cobaan yang paling berat bagi kaum laki-laki dari yang
berhubungan dengan wanitanya”. (Muttafaq ’alayh)
Jika karena keadaan tertentu belum punya kemampuan secara lengkap (fisik
dan psikis yang sehat dan bertanggung jawab dalam arti luas) maka Nabi SAW
menganjurkannya untuk menempuh alternatif kedua yakni berpuasa (menahan diri).
Karena permasalahan yang dihadapi adalah permasalahan syahwat, maka puasa di
sini pun termasuk menahan diri terhadap segala sesuatu yang dapat menjerumuskan
pada perbuatan zina (Q.S. Al Isrâ’/17:32).
Jika dengan puasa tetap tidak mempan maka harus kembali kepada alternative
pertama yaitu menikah sebagaimana hadis di atas dan lanjutan surat An-Nûr /24:32.
(#qßsÅ3Rr&ur 4 yJ»tF{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.Ït6Ïã
$
öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4 bÎ) (#qçRqä3t uä!#ts)èù ãNÎgÏYøóã ª!$# `ÏB
¾Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$#ur ììźur ÒOÎ=tæ
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di antara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (karunianya-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
Karena zina berkaitan dengan pelampiasan hasrat seksual, maka hanya dengan
penyaluran hasrat seksual secara benar dan seimbang yang efektif mencegah
perzinaan. ⊂ ⊃