Anda di halaman 1dari 15

Persamaan Korteweg-De Vries (KDV) Orde Tinggi untuk Menggambarkan Gerak Gelombang Internal

Eva Musyrifah •

ABSTRAK

Lout dapat diti1!Jau sebagai jluida yang ber/apis yang masing-masing memiliki rapat massa yang konstan. Gelombang internal mempakan gelombangyang tetjadi pada batas antara dea lapisan air 1o1lt dengan rapat massa yang berbeda. Salah satu jormulasi yang digunakan untuk menggambarkan gerak gelombang internal adalah persamaan KOrlcweg-tie V ries (KdV). Pada tulisan ini, persamaan KdV dituTtlnkal1 hingga orde til1GGi, kemudian pU!Jelesaian dan persamaan KJV orde rendab maupun artie tinggi diturunlean dalam bent uk gelombang so/iter. Kasus jluida dua lapisan merupakan kasllS yang akan digllnakan. Dcngan menggunakan software Matematica6, untuk kasus ini akan ditentuk.an hubungan antara koefoien persamaan K.dV dengan perbandingan ketebalan Iopisan bawah dan kedalaman jluida, hubungan,!)a dengan perbandingan rapat massa masing-masing lapisan, serta akan diamati perbedaan ben/uk gelombang soliter untuk persamaan KdV artie nndab dan artie tinggi.

Kata kuncb Persamaan KJV, gerak gelombang internal, jluida dna lapisan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu fen omena alam yang sering terjadi di but adalah adanya gerak partikel di bawah permukaan laut yang menimbulkan suatu gelombang yang disebut gelombang internal. Gelombang internal terjadi karena adanya perbedaan rapat massa pada setiap lapisan air laut. Perbedaan rapat massa air laut ini disebabkan oleh perbedaan kadar garam dan temperatur pada setiap lapisan. Berdasarkan perbedaan rapat massa di setiap lapisan, kemudian muncul wan partikel dari satu tempat ke temp at yang lain di setiap lapis an air laut, Garis arus dari aliran partike1 inilah yang

• Eva Musyrifah, S.Pd., M.Si., adalah dosen Pendidikan Matematika FITK DIN Jakarta

Persassaa« Knrteweg.Dc Vries(KdV)

merupakan gelombang internal. Salah satu contoh gelombang internal adalah gelombang soliter internal, yaitu suatu gelombang berjalan yang dalam perambatannya mempertahankan bentuk dan kecepatannya.

Gelombang soliter internal teramati muncul di Selat Andaman, Thailand (Osborne 1980). Selain itu juga muncul eli Laut Sulu (Apel 1985), dan juga muncul pada lapisan atmosfir Oaharuddin 2002). Dengan mempelajari gelombang internal, kekuatan gelombang ini dapat diprediksi. Dalam tulisan ini prediksi kekuatan gelombang internal.akan dilakukan deogan pendekatan

matematis. "<,

Salah satu formulasi yang dapat menjelaskan gerak gelombang internal ini adalah persamaan Korteweg-de Vries (K.dV). Persarnaan KdV adalah persamaan tak linear dati gelombang internal yang dalam penurunannya menggunakan asumsi bahwa kedalaman £l.uida jauh Iebih kecil dibandingkan dengan panjang gelombang internal yang ditinjau (asumsi £l.uida dangkal). Nama Korteweg-de Vries sendiri diambil dari nama Diederik Korteweg dan Gustav de Vries yaitu dua orang ilmuwan Belanda yang pertama kali menjelaskan gerak gelombang secara matematis pada £l.uida dangkal.

Banyak peoelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan persamaan KdV untuk gelombang internal, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Grimshaw (Grimshaw 1997). Grimshaw menggunakan persamaan dasar fluida ideal (tak matnpat dan tak kental) dalam formulasi Lagrange untuk menurunkan persamaan KdV bagi gelombang internal. Dalam penelitian tersebut digunakan metode asimtotik, yaitu suatu metode yang meggunakan uraian asimtotik dati peubah-peubah tak bebasnya, tetapi uraian yang digunakan hanya hingga orde pertama (rendah). Koefisien-koefisien persamaan KdV yang diperoleh bergantung pada rapat massa fluida dan kecepatan arus. Dalam penelitian ini proses di atas akan dilanjutkan sampai ke orde yang lebih tinggi (orde dua) sehingga diperoleh persamaan KdV orde tinggi.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dati penelitian ini adalah menurunkan persamaan KdV orde tinggi untuk gelombang internal. Selain itu, akan diturunkan penyelesaian persamaan KdV, baik orde rendah maupun orde tinggi, khususnya penyelesaian yang berupa gelombang soliter. Kasus £luida dua

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

185

Eva Mu.rynJah

lapisan merupakan kasus khusus yang akan ditinjau dalam penelitian ini. Fluida dua lapisan -adalah fluida yang terdi:ti dari dua lapis an dengan rapat massa masing-masing lapisan konstan. Berdasarkan kasus ini akan ditinjau sejauh mana perbedaan bentuk gelombang soliter untuk orde rendah dan orde tinggi, Selain itu, akan dikaji pula bagaimana ketergaotungan koefisien-koefisien persamaan KdV orde rendah dan orde tinggi terhadap perbandingan ketebalan pada setiap lapisan fluida.

Batasan Penelitian

Untuk mencapai tujuan penelitian eli atas, maka diperlukan beberapa asumsi berikut Misalkan domain fluida yang ditinjau hanya berdimensi dua, yaitu dalam arah horizontal dan vertikal. Hal ini dilakukan untuk penyederhanaan dan selain itu bentuk gelombang dalam arah yang lain homogen. Asumsi lainnya adalah fluida ideal, yaitu fluida yang tak mampat (incompressible) dan tak kental (inviscid). Hal ini dilakukan karena air laut dapat dipandang sebagai fluida ideal. Asumsikan pula bahwa gaya Coriolis (gaya yang diakibatkan oleh perputaran bumi) diabaikan.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, dibahas tinjauan matematis mengenai gelombang internal. Salah satu fonnulasi yang dapat menjelaskan gerak gelombang internal ini adalah persamaan KdV. Persamaan KdV diturunkan dati persamaan dasar fluida ideal dengan tnenggunakan uraian asimtotik dati peubah-peubah tak bebas yang tnuncul. Dati uraian asimtotik tersebut, jika orde dati uraian yang ditinjau adalah orde pertama, maka dipetoleh persamaan KdV orde rendah. Sedangkan jika orde dari uraian yang ditinjau adalah orde kedua, maka diperoleh persamaan KdV orde tinggi. Metode yang digunakan untuk menurunkan persamaan KdV, baik orde rendah maupun orde tinggi, adalah metode asimtotik. Dalam metode asimtotik, persamaan dasar fluida dalam formulasi Lagrange diselesaikan dengan memisalkan peubah-peubah tak bebasnya dalam bentuk uraian asimtotik, seperti yang dilakukan oleh Grimshaw (Grimshaw 1997).

Jika orde persamaan diperhatikan, maka baik otde rendah maupun orde tinggi akan memberikan masalah nilai batas yang berbentuk tak linear. Kemudian berdasarkan kondisi terselesaikan, diperoleh suatu persamaan. Pada orde rendah diperoleh persamaan KdV orde rendah, sedangkan pada orde tinggi diperoleh

186

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

Persasraa« &rteweg-De Vries(KdV)

persatnaan KdV orde tinggi. Persamaan KdV diperoleh dengan asumsi bahwa gelombang internal yang ditinjau bergerak hanya dalam satu arab dan panjang gelombang internal jauh lebih besar dati kedalaman fluida. Asumsi ini juga digunakan oleh Grimshaw, Pelinovsky, dan Poloukina (Grimshaw et al. 2000).

Penyelesaian persamaan KdV orde rendah maupun orde tinggi menggunakan asumsi bahwa penyelesaiannya berupa gelombang berjalan yang disebut gelombang soliter. Gelombang soliter adalah suatu gelombang yang merambat dengan bentuk dan kecepatan yang sama, Asumsi gelombang soliter rni dipetlukan karena dalam observasi di laut dan di selat, gelombang soliter internal terdeteksi di permukaan melalui pola gelap terang di permuk:aan yang tertangkap lewat foto satelit, Bahkan menurut Small, Hallock, Pavey, dan Scoot (Small et al. 1998), pola gelap terang tersebut berkaitan dengan panjang gelombang soliter internal.

Selanjutnya fonnulasi gelombang soliter internal pada persamaan KdV orde rendah dan orde tinggi digunakan untuk mengkaji kasus fluida dua Iapisan. Fluida dua lapis an adalah fluida yang terdiri atas dua lapis an yang masing-masing memiliki rapat massa yang konstan. Kasus fluida dua Iapisan menarik, karena beberapa tempat di laut atau selat dapat didekati dengan rumusan £luida dua lapisan, seperti yang dilakukan oleh Gerkema (Gerkema 1994). Pada Kasus ini akan ditinjau ketergantungan koefisien persamaan KdV baik orde rendah maupun orde tinggi terhadap kedalaman fluids. Se1ain itu akan diamati seberapa besar perbedaan bentuk gelombang soliter untuk. persamaan KdV orde rendah dan orde tinggi. Hasil secara grafis diperoleh dengan menggunakan program software Mathematica6.

HASIL DAN PEMBAHASAN Batasan Istilah dan Model

Kajian gelombang internal dimulai dengan meninjau suatu £luida tak tnampat (incompreuible) yang tak kental (inviscid) dengan permukaan bebas dan terbatas di bawah oleh batas rata seperti pada Gamba! 1.

ALGORITMA VoL 3 No.2 - Desember 2008

187

Eva Muryrifah

z=o

----------

Z=1]

Z=-h

Gambar 1. Domain fluida

e

MisaIb.n gerak flUida dalam dua dimensi, yaitu dalam arah horizontal dan arah_ vertikal. Sebagai model matematika untuk menjelaskan gerak gelombang internal, biasanya digunakan persamaan kekontinuan dan persamaan momentum (Giancolli,200 1).

Persamaan dasar fluida ideal dalam fonnulasi Lagrange diberikan sebagai berikut

(PoC21'/oz)z + PoN21'/e = G, (1)

syarat batas : 1]=0

di Z=-h

g1'/o = C21](JZ + CF2 + F4 di Z = 0 dengan G = ~ - (cPOF2)z, sedangkan bergantungpada kondisi fisis fluida,

(2)

Persamaan Gerak

Untuk menggurutkan metode asimtotik, diasumsikan bahwa simpangan vertikal partikel £luida dati posisi kesetimbangan 11 dan kecepatan horizontal U memiliki uraian asimtotik sebagai berikut :

2 3

1'/ = ar" + a 1'/2 + a 1'/3 + ......

(3)

U=aUI +a2U2 +a3U3 + .....

Jika uraian asimtotik (3) disubstitusikan ke persamaan (1)

dan syarat barns (2), maka koefisien aX memberikan suatu masalah nilai batas untuk 111' Deugau metode pemisahan peubah, yaitu

17, (O,Z, r) = Ace, r)¢(Z),

(4)

dengan A suatu fungsi dati e dan 1:, sedangkan ¢ fungsi dari Z, diperoleh masalah nilai batas untuk ¢ berikut:

188

ALGORITMA Vol 3 No.2 - Desember 2008

Persamaan KortcwcgDe V riu(KtfV)

(POc2¢z)z + Po'N2¢:::: 0, di -h < Z < 0,
¢ == 0, di Z==-h, (5)
c2¢z -gtjJ == 0, di Z=O. Selanjutnya, koefisien a % memberikan:

(POC21]29Z ) z + PoN21]2(J = F, di - h < Z < 0,

1]28 == 0, di Z :::: -h,

e21]29Z - g1]UJ = M, di Z = 0,

dengan

F == 2(cpo¢z )z ~ + 3 (cPo ¢z 2 )z AA8 - (e2 PO¢)A888'

M = 2e¢zAr + 3e1tjJz 2 AAo.

(6)

(7)

Masalah nilai batas (6) memiliki penye1esaian, jika memenuhi kondisi terselesaikan berikut

o

J F¢dZ :::: c2 Po (1]2(lZ¢ -1]28~Z) j;:~h .

-h

(8)

Jika F dan M pada persatrulan Cl) disubstitusikan ke persa.maan (8), kemudian digunakan metode integral parsial, diperoleh

~ + JL4Ao + tJA008 = 0, (9)

dengan o

3 JPoc2¢/dZ

jJ = ---;-::__---

2 Jpoe2¢/dZ

-h

o

JPoc2¢ 2dZ

dan 8=_-~h _

o

2 JPoc2¢/dZ

-h

(10)

Persamaan (9) disebut persamaan Korteweg-de Vries (KdV) orde rendah untuk gelombang-intemal.

Berikut ini akan - diturunkan persamaan KdV orde tinggi Misalnya penyelesaian persamaan (6) berbentuk

'12 :::: A2 (8, r)¢(Z) + T(Z)Aeo + T(Z)A2• (11)

Jika persamaan (11) disubstitusikan ke persamaan (6), diperoleh:

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

189

Eva MUryrifoh

(Po -c2Tz)z +PoN2T= 2O(-PoctPz)z -Poc2¢, T=O,

gT = c2Tz + Ui::¢z

-h<Z <0, di Z=-h, di Z=O,

(12)

-h<Z<O,

A

T=O,

di Z=-h, di Z=O. (13)

Fungsi T(Z) dan feZ) masing-masing ditentukan berdasarkan persamaan (12) dan persamaan (13). Sedangkan fungsi A2(8;t) diperoleh sebagai beri1rut.

Jika uraian asimtotik (3) disubstitusikan ke persamaan (1)

dan syarat batas (2), maka koefisien a~ memberikan:

2 2 - •

(Poc 773f1Z)Z + PoN 7J38 = F, di - h < Z < 0,

7739 = 0, di Z = -h, (14)

2 -

c 773f1Z - g1]38 = M, di Z = 0,

dengan F dan M bergantungpadaA danAz.

Masalah nilai batas (14) merniliki penyelesaian jib

memenuhi kondisi terselesaikan berikut

o

J F¢dZ = c2 Po (773f1Z¢ -773e¢z) I~:~h

-h

(15)

Dengan metode yang sama pada orde rendah, diperoleh

A2r + .u(AA2)e +t5'A2888 = /3.A888()8 + /32A2 As + f33AA88o + /34A(}A08 (16)

dengan

190

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

Persamaan KortcwegDe V ries{.KtfV)

-4&¢/JdZ

o

1=-2 fCcPo¢/)dZ

-h

Persarnaan (16) adalah persamaan KdV orde tinggi untuk gelombang internal.

Gelombang Soliter

Misalkan penyelesaian persamaan KdV dalam bentuk gelombang soliter, yaitu A = A( n) dengan n = B - c1 r > dimana C1 konstanta positif. Jika persamaan ini disubstitusikan ke persamaan KdV (9), diperoleh

A(B;r) ="asech2b(B-c1r) (17)

3C1 2 ua

dengan a = - dan b = -. Hasil ini tnenunjukan bahwa jika

J-I 128

salah satu parameter (a, b, dan c1) diketahui, maka dua parameter lainnya dapat ditentukan. Selain itu, nilai parameter a bergantung pada nilai j..l (koefisien dari. persamaan KdV orde rendah). Jika )..l negatif, maka amplitude gdombang a juga negatif sehingga tetjadi gelombang soliter yang elevasi. Sebaliknya terjacli gelombang depresi,

Untuk orde tinggi diperoleh penyelesaian sebagai berikut

3a2 2 2

A2(B,r)=-Y3sech b(B-c1r)tanh b(B-CIT), (18)

2J-1

ALGORITMA VoL 3 No.2 - Desemher 2008

191

Eva Muryrifah

" 3

dengan Y3;;; ~(5J.LA-3JlA -P4)+~ .Dengan demikian simpangan

gelombang internal diperoleh, jika kondisi fisis fluida seperti rapat massa dan kedalaman fluida diketahui,

Studi Kasus: Fluida Dua Lapisan

Tinjau fluida dua lapisan, yaitu suatu fluida yang terdiri dati dua lapisan yang masing-masing memiliki rapat massa yang konstan. Misalkan fungsi rapat massa fluida diberikan dalam bentuk

{PI jika 0 < Z < h,

Po(Z):::; .

P2' jika h s Z < H.

(19)

Berdasarkan persamaan (19), penyelesaian masalah nilai batas (5) berbentuk

Z

h'

¢(Z) = K Z +m-h

o ~ Z S; h,

(20)

,h s Z s H,

m

dengan m = 07;2 + h - H , dan CJ :::; 2 PI - P2 .

P2 +PI Sedangkan nilai c, memenuhi persa.trutan berikut

2 (2+CJ')H - jjj

c :::; ....:...._ _ _:___--

20-(2 + CJ') ,

(21)

dengan D = (2 +CJ')[(2 + CJ')H2 - 8ah(H - h).

A

FungsiT(Z) dan T(Z) masing-masing diperoleh

sebagai berikut:

~ {a, o s Z «»

r(z) = .

aj(h-Z), hs;Zs;H

dari persamaan

(26)

dan

192

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Dmmber 2008

Persamaan Kortetveg-De VrifS{K1fVj

T(Z) =

Z3 hZ --+-

6h 6'

(Z -h+m)3 (Z h) m2

- +a - +-

6m 2 6 •

o ~ Z < h,

h~Z~H,

(27)

Berdasarkan besaran-besaran eli atas, maka diperoleh koefisien-koefisien persamaan KdV balk orde rendah maupun orde tinggi.

Berikut 101 akan dibahas ketergantungan koefisien persamaan KdV orde rendah dan orde tiggi terhadap perbandingan ketebalan lapisan bawah (h) dengan kedalaman fluida (H), yaitu J. Selain itu dibahas pula ketergantungannya pada perbandingan rapat mass a lapis an bawah (Pt) dan lapisan atas (p;). yaitu r: Dengan bantuan software Mathematica6, diperoleh grafik. seperti pada Gambar2.

Pada orde rendah, koefisien tak linear dati persamaan KdV (yaitu ).I.) bernilai negatif bilamana ketebalan lapisan bawah lebih besar dati ketebalan lapisan atas, Akibatnya gelombang soliter yang terjadi berupa depresi, Sebaliknya koefisien tak linear orde rendah

(yaitu )...I.) positif bilamana ketebalan lapisan bawah lebih kecil daripada ketebalan lapis an atas, akibatnya gelombang soliter yang terjadi berupa e1evasi.

JO~"'~~~"""T""'"'"~""_'_~~~I

.~ .... '", ~

O.ol
QOl
~ • OJ)]
::.:
'1
I I 0..82
ODJ
QOO
OD
l~ (a)

(b)

ALGORITMA VoL 3 No.2 - Desember 2008

193

Eva~fah

' ..... /.-~~ .....

20 II~/ "' .->: '" -,

11/( '\'" \\.

40 flit" \ \ \ v .

111/ \ \ \'

611 1/' \ \ I:

\ \ i

\ \ 'I

\ \ \ I)

0.001 '----~'--~'--~~~~............... lOOL..'L--:~_~---,I'\L.....-_\,_.____1 ..l.~1.._,

M 01 0.4 0.6 O.! 1.0 QO 01 O.l 0.1 U

0.003

_. OJ):12

...

:z::

~

er

0.001

hlil (C)

15

(d)

10

1.0

(d)

"I':: 4 2

t::-~-_ - - - - - - - -

a ----~~

2

0.0

0.4 O~

ID

02

h H

(f)

Gambar 2 Hubungan koefisien persamaan KdV untuk £luida dua.lapisan dan h/Huntuk r= 1, r= 1.1, r= 1.5, r= 2, dan r= 3.

Selanjutnya untuk menggambarkan bentuk simpangan gelombang soliter internal, misalkan diberikan data berikut:

lal :: 0.013, h = 0.3, PI :: 1.1P2' Koefisien fJ dan 0 masing-

masing diperoleh dari persamaan (10), yaitu 1l=1.30685 dan 8=0.01467. Sedangkan persamaan (17) memberikan cj=O.005 dan b=0.310635. Dengan demikian bentukA(Q) adalah

A(O) = 0.013sech2(0.3106Q).

Selanjutnya koefisien-koefisien persamaan (16) adalah

/31 = 0.001, /32 = -7.1504,

/33 = 0.0919,/34 = 0.2197, dan r3 = -2.9948, sehingga bentuk A2(Q) adalah

A2(Q) = -0.00058sech2(1.3 106Q) tanh 2 (0.3 1060) .

194

ALGORlTMA VoL 3 No.2 - Dmmber 2008

Persamaan Korteweg-De V ries(KdV)

Dengan demikian -bentuk simpangan gelombang soliter internal untuk persamaan KdV orde rendah dinyatakan oleh A(Q)¢(Z), sedangkan untuk orde tinggi dinyatakan oleh

" 2

7](8, 1',Z) = A(e, 1')¢(Z) + a[A2ce, 1')¢(Z) + T(Z)Aee + T(Z)A ].

Bentuk simpangan gelombang soliter internal untuk orde rendah dan orde tinggi dapat dilihat pada Garnbar 3.

1

_ ... ..---_ .. - ... -~ ... _ .•... _.... --"_'_'- .... --

..... - .....• - .. -~, ..

- ....... "-'-- -- .. -- . - --_.

. .. -- .. _-.-- __ - .

"_ w~ •••••• "'~,_. ,_ ••

._-_ .. - ... _--- .. , .. -_ .... _". _-

"~ __ .. --- _- .. -"

.---,.~~ ... --~ ..

~--

.. -~=- .-=,--,.;~--_:::::"-

.... -.~ -.. -.- _. _ __ . -_- . __ ..

- - Orde rendah ~ Orde tinggi

Gambar 3. Simpangan gelombang pada fluida dua lapis an, dengan h=O.3, untuk orde rendah dan orde

tinggi.

Pada Gambar 3, teramati bahwa gelombang dengan simpangan maksimum tercapai dibatas antara dna. fLuida, sedangkan di permukaan amplitudo gelombang relatif kecil. Selain itu terlihat pula bahwa simpangan gelombang pada orde rendah dan orde tinggi memiliki perbedaan yang signifikan.

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

195

Eva Mu.ryr!fah

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Persamaan gerak gelombang internal diturunkan berdasarkan persamaan dasar fluida yang tak mampat dan tak ken tal (fluid a ideal). Sedangkan persamaan dasar fluida ideal diturunkan berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum. F ormulasi yang digunakan dalam menurunkan persamaan getak gelombang internal adalah formulasi Lagrange. Formulasi ini lebih sesuai dengan kondisi real dibandingkan dengan formulasi Euler. Dalam forrnulasi Lagrange rapat massa fluida cliasumsikan konstan pada setiap garis arus (permukaan isopy(fJa~. Asumsi yang digunakan dalam penurunan persamaan gerak gelombang internal adalah gelombang yang clitinjau hanya bergerak dalam satu arah (arah kanan saja) dan panjang gelombang yang ditinjau cukup panjang serta pengamatan dalam waktu yang hingga. Betdasarkan asumsi ini, maka metode asimtotik lebih sesuai digunakan. Dalam metode asirntotik besaran simpangan gelombang dan kecepatan dalam arah horizontal diharnpiri oleh uraian asimtotik dati kedua besaran tersebut. Parameter asimtotik yang digunakan adalah parameter yang digunakan untuk mengukur amplitudo dan panjang gelombang. Berdasarkan keseimbangan kedua parameter tersebut diperoleh persamaan KdV. Persamaan KdV merupakan persamaan yang sesuai untuk menggambarkan gerak gelombang internal. Pada orde rendah diperoleh persamaan KdV orde rendah, sedangkan pada orde tinggi diperoleh persamaan KdV orde tinggi.

Penyelesaian persamaan KdV diasumsikan dalam bentuk gelombang soliter, yaitu suatu gelombang yang bergerak tanpa mengalami perubahan bentuk dan kecepatan. Pada orde rendah solusi gelombang soliter mernberikan riga parameter, yaitu simpangan gelombang, panjang gelombang, dan kecepatan fase gelombang. Jika salah satu parameter diketahui, maka dua parameter lain dapat ditentukan. Ketiga besaran ini diperoleh jika kondisi fisis fluida seperti tapat massa dan kedalaman fluida diketahui. Contoh kasus yang ditinjau adalah fluida dua lapis an, yaitu fluida yang terdiri atas dua lapisan dengan rapat massa kedua lapisan tersebut adalah konstan.

Pada kasus fluida dua lapis an koefisien petsamaan gerak bergantung pada perbandingan ketebalan Iapisan bawah dengan kedalaman fluida, dan perbandingan rapat massa kedua lapisan. Pada orde rendah koefisien tak linear dati persamaan KdV bernilai

196

ALGORITMA Vol. 3 No.2 - Desember 2008

Persamaan Korleweg-De Vries(KdVJ

negatif bilamana ketebalan lapisan bawah lebih besar dari ketebalan lapisan atas, Akibatnya gelombang soliter yang terjadi berupa depresi, sebaliknya koefisien tak linear orde rendah positif bilamana ketebalan Iapisan bawah lebih kecil daripada ketebalan lapis an atas, akibatnya gelombang soliter yang teriadi berupa elevasi. Selain itu gelombang internal dengan amplitudo terbesar

_ tercapai di batas antara kedua fluida, Sedangkan di permukaan amplitudo gelombang relatif kecil. Simpangan gelombang dengan menggunakan persamaan KdV orde rendah dan orde tinggi memiliki perbedaan yang signifikan. Persamaan KdV orde tinggi coeok untuk digunakan pada pengamatan dengan amplitudo gelombang yang besar.

Saran

Berdasarkan uraian di atas, untuk memperoleh persamaan gerak gelombang internal disarankan tidak hanya meninjau gelombang yang bergerak dalam satu arah, Selanjutnya disarankan pula dalam memperoleh penyelesaian persamaan KdV bukan dalam bentuk gelombang soliter, misalkan dalam bentuk periodik (gelombang Cnoidal).

Selain itu pada studi kasus yang telah dilakukan, bahwa pada kasus ini ditinjau fluida dua lapisan dengan rap at massa masingmasing konstan. Disarankan agar ditinjau kasus yang berbeda misalnya untuk kasus fluida berlapis dimana rapat massa fluida bervariasi terhadap kedalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Andrews DG, Intyre ME Me. 1978. An exact theory of nonlinear waves on a Lagrangian-mean flow. ] Fluid Mech 89: 609-646.

Apel JR, Holbrook J, Liu AK, Tsai JJ. 1985. The Sulu Sea internal

soliton experiment. ] Phys Ocean 15: 1625-1651.

Douglas oc. 2001. Fisika. Erlangga.

Gerkema T. 1994. Nonlinear Dispersive Internal Tide: Generations

Models For A Rotating Ocean [Phd-Thesisj.The

Netherlands: Univ. Of Utrecht.

ALGORITMA Vol. 3 No. 2 - De.rember 2008

197

Eva Musyrifah

Grimshaw R. 1997. Internal Solitary Waves. Di dalam: Liu PLF, editor. Advanced in Coastal and Ocean Engeneenng. 3. Singapore:Wodd Scientific Pub. Company. hlm. 1-30.

Grimshaw R, Pelinovsky E, Poloukina O. 2001.Higher-order Korteweg-de V ries Models for internal solitary waves in a stratified shear flow with a free stoface. Submitted to Nonlinear Proc In Geophy.

Jaharuddin. 2002. Suatu Formulasi Lagrange bagi Gerak Gefombang Internal. Jurnal Matematika dan Aplikasinya 1:49-55.

Jaharuddin. 2004. Gelombang Soliter di Selat 'Lombok dan Simulasi Numerik Fenomena Morning Glory [Disertasi], Bandung:

Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

Osborne AR, Burch TL. 1980. Internal solitons in the Andaman Sea.

Science 208: 451-460.

Small j, Hallock Z, Pavey G, Scoot J. 1998. Observations of latge amplitude internal waves at the Malin She!f-edge during SESAME 1995. Submitted to Continental Shelf Research.

Tuwankotta JM. 1997. Pengantar .Analisis Asimtotik. Seminar Matematika Kelompok Bidang .Analisis J urusan Matematika ITB; Bandung, 31 Oktober 1997. Bandung: Jutusan Matematika, FMIPA ITB.hlm 1-6

198

ALGORITMA VoL 3 No.2 - Desember 2008

Anda mungkin juga menyukai