Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN RESIKO

CORPORATE GOVERNANCE
Diah Ismayanti C2B101001
Phaureula Artha Wulandari C2B101002
Mukhlan Khariry C2B101007

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN UNLAM BANJARMASIN
BAB I
CORPORATE GOVERNANCE
1. Latar Belakang Lahirnya Corporate Governance
2. Pengertian Corporate Governance
3. Teori-teori Terkait
4. Pedoman Perilaku ( Codes Of Conduct )
5. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
6. Tujuan Good Corporate Governance
7. Praktik Terbaik
8. Hubungan Corporate Governance dengan ERM
9. Peran Akuntansi Dalam Corporate Governance
10. Peranan Komite Audit
A. Latar Belakang Lahirnya Corporate
Governance
 Tahun 1990-an ditandai dengan serangkaian kegagalan manajemen
risiko besar, beberapa diantaranya termasuk kegagalan yang dialami
Barings Bank, Mettalsellschaft, dan Sumitomo menimbulkan kerugian
lebih dari $ 1Milyar.
Kegagalan tersebut melumpuhkan pasar-pasar saham dunia dan
memberikan dampak mengerikan bagi para pemangku kepentingan
perusahaan (stakeholders) seperti investor, karyawan, pelanggan dan
mitra bisnis.
 Peristiwa tersebut mengungkapkan suatu masalah yaitu kurangnya
pengawasan yang efektif oleh komisaris atau direksi dan manajemen
terhadap operasi perusahaan, sehingga memaksa para regulator, bursa-
bursa saham, dan investor institusional untuk kembali menekankan arti
penting kepatuhan terhadap pedoman “praktik terbaik corporate
governance (Good Corporate Governance / GCG).
B. Pengertian Corporate Governance

OECD (2004) dan FCGI (2001) mendefinisikan corporate


governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka, atau dengan kata lain system yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan.

CalPERS mendefinisikan Corporate Governance sebagai hubungan


antara berbagai pihak yang terlibat dalam penentuan arah dan
kinerja perusahaan : pihak utamanya adalah 1) para pemegang
saham, 2) manajemen (dibawah pimpinan CEO) dan 3) dewan
komisaris.
C. Teori-teori Terkait
Dua teori utama yang terkait dengan corporate
governance (Chinn, 2000; Shaw, 2003) adalah
Stewardship theory memandang manajemen sebagai
dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-
baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
maupun shareholders pada khususnya
 Agency theory memandang bahwa manajemen tidak
dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-
baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
maupun shareholders pada khususnya.
D. Pedoman Perilaku
( Codes Of Conduct )
Pedoman Berbagai organisasi didunia telah menyusun
sejumlah pedoman praktik terbaik Corporate
Governance. Banyak diantaranya telah diawasi oleh
berbagai bursa saham diseluruh dunia oleh industri
atau asosiasi eksekutif, dan beberapa oleh para
inverstor institusional.

Pedoman praktik terbaik Corporate Governance


(GCG) diberbagai negara telah memberikan dampak
yang kuat terhadap cara perusahaan dijalankan
E. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Prinsip-Prinsip Corporate Governance :
Keadilan (fairness) ,
Transparansi (transparancy) ,
Dapat Dipertanggungjawabkan (Accountability) , Pertanggungjawaban
(responsibility)

Prinsip Dasar Good Corporate Governance


Penerapan GCG perlu di dukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu
negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar,
dan masyarakat sebagai pengguna produk. (Wahyudin Zarkasyi, 2008:36)

 Syarat keberhasilan penerapan GCG memiliki dua faktor yang memegang


peranan yaitu faktor eksternal dan faktor internal
F. Tujuan Good Corporate Governance
Menurut Siswanto Sutojo dan E. John Aldridge (2005:5-6),
Good corporate governance mempunyai lima macam tujuan
utama adalah sebagai berikut.
1). Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.
2) Melindungi hak dan kepentingan para anggota the
stakeholders non pemegang saham.
3). Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham.
4). Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja Dewan
Pengurus atau Board of Directors dan manajemen perusahaan,
5). Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan
manajemen senior perusahaan.
G.Praktik Terbaik

1. Komunikasi Dengan Para Pemangku


Kepentingan ( Stake Holder )
2. Independensi Pengurus Perusahaan
3. Penilaian Kinerja Dewan Pengurus
4. Remunerasi Eksekutif dan Dewan
Pengurus
H. Hubungan Corporate Governance dengan
Enterprise Risk management (ERM)

Corporate Governance telah memberikan


pendorong yang besar terhadap perubahan dalam
praktik manajemen risiko perusahaan. Beberapa
pedoman praktik terbaik Corporate Governance
menyebutkan manajemen risiko sebagai salah satu
tanggung jawab utama dewan pengurus
perusahaan.
I. Peran Akuntansi Dalam Corporate
Governance

Penggunaan informasi akuntansi dalam Corporate


Governance bisa dalam bentuk implisit atau eksplisit,
sebagai dasar pengambilan keputusan.
J. Peranan Komite Audit
Komite Audit mempunyai fungsi membantu
Dewan Komisaris untuk :
I. meningkatkan kualitas Laporan Keuangan,
II. menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang
dapat mengurangi kesempatan terjadinya
penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan,
III. meningkatkan efektifitas fungsi internal audit (SPI)
maupun eksternal audit
IV. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan
perhatian Dewan Komisaris/Dewan Pengawas.
BAB II
GOOD CORPORATE GOVERNANCE
DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA

Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank


(ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi
kontribusi pada krisis di Indonesia.
1. konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi;
2. tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris,
3. inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai
prosedur pengendalian merger dan akuisisi perusahaan;
4. terlalu tingginya ketergantungan pada pendanaan
eksternal; dan
5. ketidak memadainya pengawasan oleh para kreditor
Faktor penyebab rendahnya kinerja Indonesia adalah
penegakan hukum dan budaya corporate governance yang
masih berada di titik paling rendah di antara Negara-
negara lain yang sedang tumbuh di Asia. Penilaian yang
dilakukan oleh CLSA didasarkan pada faktor eksternal
dengan bobot 60% dibandingkan faktor internal yang
hanya diberi bobot 40% saja.
Fakta ini menunjukkan bahwa implementasi GCG di
Indonesia membutuhkan pendekatan yang komprehensif
dan penegakan yang lebih nyata lagi.
BAB III
PRAKTIK GOOD CORPORATE GOVERNANCE
PADA PERBANKAN
Wiraguna Bagoes Oka dari Bank Indonesia yang menyatakan bahwa dua
elemen penting dalam penerapan GCG diperbankan adalahtransparansi
dan regulasi. (Leo J. Susilo,2007:64)

Kriteria penilaian bagi BI dalam menentukan peringkat GCG


perbankan adalah :
1. Transparansi bank terhadap pihakpihak terkait.
2. Efektivitas direksi dan komisaris perbankan dalam mengemban
tugasnya.
3. Efektivitas komite-komite yang wajib dibentuk di lingkungan
direksi dan komisaris.
4. Independensi Satuan Kerja Audit Intern (SKAI).
Praktik GCG di Kalangan Perbankan
Ada dua alasan utama yang menyebakan pelaksanaan
GCG di kalangan Perbankan / perusahaan tercatat
masih amat marjinal. Pertama, mayoritas perusahaan
yang tercatat di PT BEJ merupakan perusahaan milik
keluarga. Alasan kedua yang sangat mendasar,
praktek-praktek ketidakjujuran dalam mengelola
perusahaan sudah berlangsung cukup lama, sehingga
tidaklah mudah untuk menghilangkannya

Anda mungkin juga menyukai