Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan individu pada Blok Biomedik yang
disusun untuk pengambilan nilai dari praktikum-praktikum yang dilaksanakan pada blok
Biomedik di Program Studi Kedokteran ini. Tak lupa pula penulis haturkan shalwat beserta
salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
sekarang ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas
bantuan serta bimbingan yang diberikan kepada semua pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada para instruktur dan
Bapak Dr. dr Ilham Jaya Patellongi yang telah memimbing penulis pada saat melaksanakan
praktikum.
Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan sebagai bekal
tambahan pengetahuan mengenai keterampilan dalam Pemeriksaan EKG, Pemberian Cairan
Intravena (infuse), dan Eksercise.
Penulis
X
Daftar Isi
BAB I : PENDAHULUAN
II.1. EKG
III. 1. Prinsip dan Konsep Dasar Keseimbangan Air dan Elektrolit pada Tubuh Manusia
.............................................................................................................................................................
17
III. 2. Fotografi Pembuluh Darah pada Anggota Gerak
.............................................................................................................................................................
18
III. 3. Pengertian Infus Intravena
.............................................................................................................................................................
22
III. 3. 1. Pemberian Obat melalui Jalur Intravena
.............................................................................................................................................................
22
III. 3. 2. Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena
.............................................................................................................................................................
23
III. 4. Protocol Pemasangan Infuse Lege Artis (Benar & Efesien)
.............................................................................................................................................................
29
X
BAB IV : PEMBAHASAN PRAKTIKUM 6
BAB V : PENUTUP
1. Menjelaskan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi selama exercise dan setelah exercise.
2. Menjelaskan sistem transportasi oksigen.
3. Menjelaskan bioenergetika tubuh, khususnya pada otot penggerak tubuh.
4. Menjelaskan konsep oxygen debt.
5. Menjelaskan homeostatis tubuh yang terjadi saat dan setelah exercise.
6. Menghitung energi gerak yang dilakukan.
BAB II
X
PEMBAHASAN PRATIKUM 4
II. Pemeriksaan EKG
II. 1. EKG
II.1.1 Pengertian EKG
Ketika impuls jantung melewati jantung, arus jantung akan menyebar ke dalam jaringan di
sekeliling jantung, dan sebagian kecil dari arus jantung ini
akan menyebar kesegala arah diseluruh permukaan tubuh.
Terdapat potensial listrik di daerah jantung, yang terletak
pada kulit yang berlawanan dengan sisi jantung yang terdapat
elektroda. Pada daerah elektroda terdapat cairan tubuh
(konduktor volume), dimana cairan tersebut merupakan
konduktor yang baik untuk aliran listrik. Sehingga dapat mengalirkan arus yang dapat direkam.
Yang dikenal sebagai “elektrokardogram”. Dimana hasil dari perekaman didapatkan dari dua
denyut jantung yang terekam pada secarik kertas.
_ sadapan I +
- -
+ +
Segitiga ini dapat diperkirakan dengan menempatkan elektroda pada kedua lengan dan
tungkai kiri. Dimana ketiga sisinya merupaka sadapan ekstremitas standar, yang
dipergunakan pada elektrokardiographi. Bila semua elaktroda terdebut dihubungkan ke
ujung bersama, maka akan diperoleh elektroda indiferen yang berada dekat potensial nol.
Depolarisasi yang bergerak menuju elektroda aktif dalam konduktor volume meghasilkan
defleksi positif, sedangkan depolarisasi yang bergerak kearah berlawanan menghasilkan
defleksi negative. Menurut perjanjian cara penulisan defleksi ke atas ditulis bila elektroda
X
aktif menjadi relative positif terhadap elektroda indiferen, dan defleksi ke bawah ditulis bila
elektroda aktif menjadi negative.
Pada EKG terdapat pena perekam yang akan menulis elektrokardiogram dengan bantuan
lapisan kertas yang berjalan. Pada ujung pena ini disambungkan dengan penampungan tinta,
dan akhir bagian perekam dihubungkan dengan system elektromagnetik yang kuat yang mampu
menggerakkan pena maju dan mundur pada kecepatan yang tinggi. Sewaktu kertas bergerak ke
depan, pena akam merekamelektrokardiogram, yang dikendalikan dengan bantuan amplifer
elektronik yang sesuai, yang dihubungkan ke elektroda elektrogarafik pada peenderita.
Ada juga system perekam pena lain yang tidak menggunakan tinta dalam jarum
perekamnya, tetapi menggunakan kertas khusus. Diamana kertas ini akan menjadi hitam bila
terpapar dengan panas, dn jarum itu sendiri dibuat menjadi sangat panas oleh arus listrik yang
mengalir melalui ujungnya.
EKG pada orang normal mempunyai rangkaian bagian jantug yang mengalami depolarisasi
dan posisi jantung relative terhadap elektrod, yang mana merupakan pertimbangan penting dan
menafsirkan konfigurasi gelombang pada tiap sadapan.Atrium terletak posterior dalam rongga
dada.Ventrikel membentuk basis dan permukaan anterior jantung, dan ventrikel kanan terletak
anterolateral kekiri. Jadi, suatu VR “melihat ke” rongga ventrikel. Depolarisasi atrium,
depolarisasi atrium, depolarisasi ventrikel, dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi
elektroda eksplorasi, sehingga gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T semuanya defleksi
negative (ke arah bawah), a VL dan a VF melihat ke ventrikel, dan karena itu defleksi dominan
positif atau bifasik. Tidak ada gelombang Q pada V1 dan V2, dan bagian awal kompleks QRS
adalah defleksi ke atas kecil karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak melintasi bagian
tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda aksplorasi. Gelombang eksitasi kemudian
bergerak menuruni septum dan ke ventrikel kiri menjauhi elektroda menghasilkan gelombang S
besar. Akhirnya bergerak kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda, menyebabkan
kembali ke garis isoelektrik. Sebaliknya, pada sadapan vntrikel kiri (V4-V6) mungkin terdapat
awal gelombang Q kecil (depolarisasi septum dan ventrikel kiri) diikuti dengan gelombang S
sedang pada V4 dan V5 (depolarisasi lambat dinding vnetrikel bergerak kembali menuju
sambung AV).
X
Terdapat variasi dalam posisi jantung normal, dan posisi mempengaruhi konfigurasi
kompleks elektrokardiografi pada bagian sedapan.
X
Sadapan unipolar dapat juga ditempatkan pada ujung kateter dan dimasukkan ke
esofaghus atau jantung. _
Bentuk sadapan unipolar:
aVR : Pada lengan kanan aVR + + aVL
aVL : Pada lengan kiri
aVF : Pada tungkai kiri
_ aVF+
II.3 Jantung
II.3.1 Anatomi jantung
Pada jantung manusia bagian-bagian jantung secara normal berdenyut dengan urutan
secara teratur. Kontraksi atrium (sistolik atrium) diikuti oleh kontraksi ventrikel (sistolik
ventrikel ), dan selama distolik semua empat rongga jantung dalam keadaan relaksasi.
Denyut jantung berasal dari sistem penghantar jantung khusus dan menyebar melalui
sistem ini kesemua bagian miokardium.
Struktur yang membentuk sistem penghantar
ini adalah simpul sinoatrial (simpul
SA),lintasan antar-simpul di atrium, simpul
atrioventrikular (simpul AV), berkas His, dan
cabang-cabangnya, dan sistem Purkinje.
Semua ini mampu mengahantar listrik secara
spontan, tetapi yang paling cepat adalah
X
simpul SA , ini dikarenakan depolarisasi menyebar dari sini ke bagian lain sebelum
mengeluarkan listrik secara spontan. Sehingga simpul SA ini merupakan Pacu Jantung
normal, dimana kecepatannya mengeluarkan listrik dapat membuat frekuensi denyut
jantung. Impuls yang dibentuk dalam simpul SA berjalan melalui lintasan atrium ke simpul
AV, melalui simpul ini ke berkas His, dan sepanjang cabang-cabang berkas His melalui
Purkinje ke otot ventrikel. Pada pengaturan ini memungkinkan impuls berjalan melalui jalur
yang pasti kesemua area jantung.
Kesimpulan
1. Elektrokardio gram terdiri atas 3 gelombang yang disebut gelombang defleksi.
2. Kecepatan EKG = 25 mm/detik.
3. Pada absis dibaca “skala waktu”
4. Skala waktunya yaitu 0,04 detik/mm = 0,2 detik/5 mm
5. Pada ordinatnya dibaca “ skala voltage”
6. Yaitu 0,1 mV/mm =1 mV/cm
7. Gelombang defleksi terdiri dari, gelombang P, kompleks QRS ( gelombang terpisah), dan
gelombang T.
X
8. Gelombang P,QRS disebut gelombang depolarisasi.
9. Depolarisasi adalah proses atau tindakan menetralkan polaritas.
10. Gelombang repolarisasi disebut juga gelombang T.
11. Perubahan hasil pemeriksaan EKG dari diam, menjadi bergerak disebabkan oleh:
Karena adanya getaran
Aliran listrik menjadi gerak
Adanya gerakan tambahan (gerakan tersebut bias mengganggu hasil pemeriksaan)
12. Pemeriksaan harus jauh dari medan listrik.
13. Factor-faktor yang harus jauh dari medan listrik:
Posisi elektroda tidak tepat
Keefektifatan alat.
14. Aksis = sumbu = garis
15. Segitiga yang terdapat pada jantung dinamakan “ Segitiga Einthoven”
16. Ket kabel- kabel yang dipakai pada pratikum EKG:
Merah 1 : C1/V1
Merah 2 : Right (tangan kanan)
Hijau 1 : Kaki kiri
Hijau 2 : C3/V3
Hitam : Right Foot (kaki kanan )
Kuning : Left (tangan kiri)
Coklat : C4
Ungu : C6
17. Denyut jantung dapat ditentukan dengan mudah dengan bantuan elektrokardiogram.
18. Frekunsi denyut jantung berdenuyut berbanding terbalik dengan interval waktu diantara
dua denyut jantung yang berurutan.
19. Jantung berdenyut 70 kali per menit saat istirahat.
20. Denyut jantung normal adalah 60 kali permenit.
21. Listrik merupakan aliran electron
X
22. Listrik static adalah aliran electron
23. Arus li Ohm menyakumstrik dinamika adalah aliran electron.
24. Hukum Ohm menyatakan hubungan antara beda pontensial energi yang digunakan dalam
satu detik dan diukur dalam satuyan watt.
25. Potensial akan terjadi pada sel saraf dan jantung dan merupakan contoh listrik pada tubuh.
26. Listrik dapat menyebabkan kematian, karena prosedurnya bekerja yang aman harus
diterapkan.
27. Listrik dapat dignakan untuk tujuan diagnostic dan terapeutik.
Kabel EKG Segitiga Einthoven
BAB III
PEMBAHASAN PRATIKUM 5
III. Pemberian Cairan Intravena
X
III.1 Prinsip dan konsep dasar keseimbangan air dan elektrolit pada tubuh
manusia.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (60%) & seluruh bagian tubuhnya selalu
membutuhkan air, termasuk saat tidur. Pada manusia dewasa, sekitar separuh sampai dua
per tiga tubuhnya terdiri dari air. Pada lansia & mereka yang kegemukan, persentase cairan
tubuhnya lebih rendah. Sedangkan perempuan memiliki jaringan lemak yang lebih banyak
dari lelaki, sehingga persentase cairan tubuhnya lebih rendah dari lelaki. Pada bayi & anak,
persentase cairan tubuhnya lebih tinggi dari dewasa.
Di tubuh kita, air terus berpindah dari satu bagian ke bagian tubuh yang lain sesuai
kebutuhan untuk menjaga keseimbangan cairan, agar tubuh dapat berfungsi secara normal.
Konsumsi air harus seimbang dengan cairan tubuh yang hilang melalui keringat, BAB, dan
pernafasan.Kebutuhan air setiap orang tidaklah sama. Secara rata-rata, pada seorang lelaki
dewasa dengan berat badan 50 kg dengan aktivitas fisik sedang, dibutuhkan asupan air
sebanyak kurang lebih 2 liter setiap harinya. Kebutuhan air akan meningkat pada mereka
yang memiliki aktivitas fisik lebih tinggi, bekerja/tidur di ruangan yang kelembabannya
rendah (contoh ruangan ber-AC), suhu panas, atau di bawah terik matahari. Semakin tinggi
berat badan, semakin tinggi pula kebutuhan airnya. Pada mereka yang mengalami demam,
kebutuhan air juga meningkat.
Biasanya, seseorang dapat meminum air dalam jumlah yang mencukupi untuk
mengimbangi hilangnya air. Namun pada keadaan-keadaan tertentu, seseorang tidak dapat
minum dalam jumlah cukup, seperti pada keadaan diare berat atau muntah dalam waktu
lama, sehingga terjadi kekurangan air.
Prinsip utama dalam asupan air adalah lebih baik minum air sedikit lebih banyak dari yang
dibutuhkan, dibandingkan dengan minum air lebih sedikit dari kebutuhan. Karena pada
tubuh yang normal, kelebihan air dengan mudah akan dibuang namun tidak sebaliknya.
Di dalam tubuh, air diserap di dalam saluran cerna & masuk ke dalam darah.
Pengeluaran cairan tubuh beserta sampah metabolisme utamanya dilakukan melalui ginjal
dalam bentuk urin. Air minum yang baik mengandung garam mineral seperti Natrium &
Kalium yang biasa disebut elektrolit. Di dalam tubuh, keseimbangan air terkait erat dengan
X
keseimbangan elektrolit. Tubuh berusaha menjaga keseimbangan jumlah air & tingkat
elektrolit dalam aliran darah tetap stabil.
2. Seluruh tubuh
X
X
3. Cranial
X
4. Full body
X
III.3 Pengertian Infus intravena
Infuse cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, malalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Kondisi yang memerlukan cairan infus intravena ini adalah:
Peredaran dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) dimana pada
bagian ini megalami kehilangan cairan tubuh dan komponen darah (luka bakar,
dehidrasi, diare)
“ Serangan panas” (heat stroke) yang mengalami kehilangan cairan tubuh pada
dehidrasi)
Demam, dan semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung, dimana bagian ini
juga menglami kehilangan cairan tubuh dan komponen darah
III.3.2 Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral
Venous Cannulation)
Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).
Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
Pemberian kantong darah dan produk darah.
Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi
syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
X
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah
Vena
Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci
darah).
Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).
Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair
dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat
pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan
darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya
pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-
Laktat (RL), dan normal saline larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
Tanpa Dehidrasi:
Diare berlangsung, namun produksi urin normal, maka makan/minum dan menyusui
diteruskan sesuai permintaan anak (merasa haus).
Pada anak dengan muntah dan diare akut, apakah pemberian cairan melalui infus
(intravenous fluids) mempercepat pemulihan dibandingkan dengan cairan rehidrasi oral
(oral rehydration therapy/solution/CRO/oralit)?
Ternyata pemberian cairan infus tidak mempersingkat lamanya penyakit, dan bahkan
mampu menimbulkan efek samping dibandingkan pemberian oralit.
Sebuah penelitian meta analisis internasional yang membandingkan CRO (oralit) dengan
cairan intravena/infus pada anak dengan derajat dehidrasi ringan sampai berat
menunjukkan bahwa CRO mengurangi lamanya perawatan di RS sampai 29 jam. Sebuah
studi lain juga menyimpulkan CRO menangani dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) dan
asidosis (keasaman darah meningkat) lebih cepat dan aman dibandingkan cairan infus.
Penelitian lain menunjukkan keuntungan lain oralit pada diare dengan dehidrasi ringan-
sedang adalah mengurangi lamanya diare, meningkatkan (mengembalikan) berat badan
anak, dan efek samping lebih minimal dibandingkan cairan infus.
Pengawasan (Monitoring)
X
1. Semua anak yang mendapatkan cairan infus sebaiknya diukur berat badannya, 6 –8 jam
setelah pemberian cairan, dan kemudian sekali sehari.
2. Semua anak yang mendapatkan vairan infus sebaiknya diukur kadar elektroli dan
glukosa, serum sebelum pemasangan infuse, dan 24 jam sebelumnya.
3. Bagi anak yang tampak sakit, periksa kadar elektrolit dan glukosa 4-6 jam setelah
pemasangan dan sekali sehari sesudahnya.
Kesimpulan
X
1. Infuse cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, malalui
sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluk balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
2. Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:
a. Rasa perih/sakit
b. Reaksi alergi
3. Jenis Cairan Infus
Cairan hipotonik
Cairan isotonik
Cairan hipertonik
4. Dua kelompok pembagian cairan:
a. Kristoloid
b. Koloid
5. Tahapan dehidrasi
Dehidrasi ringan (< 5%)
Dehidrasi sedang (5-10 %)
Dehidrasi berat (> 10 %)
6. Alat-alat yang digunakan untuk penginfusa
1. Tempat tidur 2. 3. Abbocath
X
BAB IV
PEMBAHASAN PRATIKUM 6
IV. Exercise
Hasil pengamatan pratikum 6
Tabel Pengamatan Perubahan Fisiologis Pada Propandus Sebelum dan Setelah Exercise
bawah)
X
TB (Alat Ukur B, dari bawah 163 cm 163 cm
ke atas)
Grafik Pengamatan Perubahan Fisiologis Pada Propandus Sebelum dan Setelah Exercise
ARUS DARAH
Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan
dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan
istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skelet. Selama melakukan aktivitas fisik,
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar
seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi
panas.
Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan masing-
masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut darah
yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat sesuai
dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan
berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif
X
merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan
penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih
banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan
arus darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja,
akan terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih
singkatnya waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole.
Sedangkan pengisian pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah padafase diastole.
Dengan berkurangnya fase diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.
TEKANAN DARAH
Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan 60-
90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan selama
kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum pada
250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara signifikan
ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg sehingga
latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan sebagai
penilaian untuk tes toleransi latihan.
Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan
peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada
pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun.
Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukkan bahwa orang yang mempertahankan
kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan secara bijaksana dan
melakukan pengaturan berat badan, memilkiki keuntungan tambahan, yaitu hidup lebih
panjang. Khususnya antara usia 50-70 tahun, penelitian telah membuktikan bahwa kematian
menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada orang yang
tidak.Kebugaran dapat memperpanjang kehidupan karena dua alasan.
Pertama, kebugaran tubuh dan pengaturan berat badan sangat mengurangi penyakit
kardiovaskuler.
X
Hal ini disebabkan oleh:
(1) pengaturan tekanan darah yang cukup rendah dan
(2) pengurangan kolesterol darah dan lipoprotein densitas rendah bersamaan dengan
peningkatan lipoprotein densitas tinggi.
Perubahan-perubahan ini semua bekerja sama mengurangi jumlah serangan dan stroke
otak. Kedua, dan mingkin yang sama pentingnya orang sehat secara atletik memiliki
cadangan kebugaran jasmani yang lebih banyak bila ia sedang sakit. Sebagai contoh, orang
yang berusia 80 tahun, yang tidak bugar mengkin memilki system pernapasan yang
membatasi pengantaran oksigen ke jaringan tubuh tidak lebih dari 1L/menit. Hal ini berarti
bahwa cadangan pernapasan tidak lebih dari tiga sampai empat kali lipat. Namun, seorang
yang berusia tua yang secara atletik bugar mungkin memiliki cadangan dua kali lipat.
Keadaan ini khususnya penting dalam mempertahankan kehidupan bila orang yang tua
tersebut menderita penyakit seperti pneumonia yang dapat dengan cepat memakai semua
cadangan pernapasan yang ada. Selain itu, kemampuan untuk meningkatkan curah jantung
pada waktu dibutuhkan sering lebih dari 50 persen pada orang tua yang bugar daripada
yang tidak bugar.
Sistem sebagai suatu zat antara berenergi tinggi dikenal dengan fosforilasi oksidatif.
Fosforilasi oksidatif memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebasdengan
proporsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan organisme an aerob.
Hukum termodinamika
Organisme hidup mengubah energi yang diperolehnya dari makanan untuk berbagai
tujuan seperti pemeliharaan sel, reproduksi dan berbagai kerja baik fisik maupun kimia.
Dalam banyak reaksi biokimia, energi dari reaktan diubah dengan sangat efisien menjadi
bentuk yang berbeda.
X
Dalam fotosintesa, energi cahaya diubah menjadi energi ikatan kimia. Dalam
mitokondria, energi bebas yang terkandung dalam molekul kecil dari bahan makanan diubah
menjadi suatu alat tukar energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP). Energy ikatan kimia
yang terkandung dalam ATP selanjutnya digunakan dalam berbagai cara dan tujuan. Dalam
kontraksi otot, energi ATP diubah oleh miosin menjadi energi mekanik. Membran dan
organel sel mempunyai pompa yang menggunakan ATP untuk transport molekul dan ion.
ATPjuga digunakan untuk berbagai aktiviatas sel akainnya.
Biosis ialah komponen hidup yang meliputi semua organisme hidup. Contoh komponen
biosis ialah, manusia, tumbuhan, dan hewan.
Abiosis ialah komponen mati seperti, suhu, nilai pH, cahaya, kelembapan, topografi, dan
iklim
X
Kesimpulan
1. Bioenergika adalah : ilmu Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk menghasilkan
kerja bila materi-materi dalam sistem tersebut bergerak dengan satu arah gradien
normal.
2. Satuan energi dalam SI (Systeme International) adalah Joule
1 kal = 4, 183 J
X
SUMMARY
X
DAFTAR PUSTAKA
Koolman J, Rohm KH, Atlas Berwarna dan teks Biokimia, Hipokrates, Jakarta 2001
Metabolism Intro and Bioenergetics: 03-59-362 (E- Book)