Anda di halaman 1dari 7

Ayat 21

Manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan-perasaan tertentu terhadap


jenis yang lain. Perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran itu ditimbulkan oleh daya tarik
yang ada pada masing-masing mereka, yang menjadikan yang satu tertarik kepada yang
lain, sehingga antara kedua jenis pria dan wanita itu terjalin hubungan yang wajar.
Mereka melangkah maju dan bergiat agar perasaan-perasaan itu dan kecenderungan-
kecenderungan antara laki-laki dan wanita itu tercapai. Puncak dari semuanya itu ialah
terjadinya perkaw nan antara laki-laki dan perempuan itu. Dalam keadaan demikian bagi
laki-laki hanya istrinya itulah wanita yang paling cantik dan baik, sedang bagi wanita itu,
hanya suaminyalah laki-laki yang menarik hatinya. Masing-masing mereka merasa
tenteram hatinya dengan ada pihak yang lain itu. Semuanya ini merupakan modal yang
paling berharga dalam membina rumah tangga bahagia. Kemudian dengan adanya rumah
tangga yang berbahagia jiwa dan pikiran menjadi tenteram, tubuh dan hati mereka
menjadi tenang serta kehidupan dan penghidupan menjadi mantap, kegairahan hidup
akan timbul, dan ketenteraman bagi laki-laki dan wanita secara menyeluruh akan
tercapai.
Khusus mengenai kata-kata "mawaddah" (rasa kasih) dan "rahmah" (sayang), Mujahid
dan Ikrimah berpendapat bahwa yang pertama adalah sebagai ganti dari kata "nikah"
(bersetubuh, bersenggama) dan yang kedua sebagai kata ganti "anak". Jadi menurut
Mujahid dan Ikrimah, maksud perkataan Tuhan: "Bahwa Dia menjadikan antara suami
dan istri rasa kasih sayang ialah adanya perkawinan sebagai yang disyariatkan Tuhan
antara seorang laki-laki dengan seorang wanita dari jenisnya sendiri, yaitu jenis manusia,
akan terjadilah persenggamaan yang menyebabkan adanya anak-anak dan keturunan.
Persenggamaan adalah merupakan suatu keharusan dalam kehidupan manusia,
sebegaimana adanya anak-anak adalah merupakan suatu keharusan yang umum pula. Ada
yang berpendapat bahwa: "mawaddah" bagi anak muda, dan "rahmah" bagi orang tua.
Sehubungan dengan mawaddah itu Allah mengutuk kaum Lut yang melampiaskan
nafsunya dengan melakukan homosex, dan meninggalkan istri-istri mereka yang
seharusnya kepada istri-istri itulah mereka melimpahkan rasa kasih sayang dan dengan
merekalah seharusnya bersenggama. Allah SWT berfirman:

‫وتذرون ما خلق لكم ربكم من أزواجكم‬


Artinya:
Dan kamu tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu. (Q.S. Asy
syu'ara: 166)
Dalam ayat ini Allah memberi tahukan kepada kaum laki-laki bahwa "tempat tertentu" itu
ada pada perempuan dijadikan untuk laki-laki. Dalam hadis diterangkan bahwa para istri
wajib melayani ajakan suaminya, kapan saja dikehendaki oleh sang suami. Jika ia
menolak ajakan itu sedang dia dalam keadaan tidak terlarang, ia termasuk orang yang
zalim dan berdosa besar. Nabi saw bersabda:

‫والذي نفسي بيده ما من رجل يدعو امرأته إلى فراشها فتأبى عليه إال كان الذي في السماء ساخط عليها حتى يرضى‬
‫ إذا باتت المرأة هاجر فراش زوجها لعنتها المالئكة حتى تصبح‬:‫ وفي لفظ آخر‬.‫عنها‬.
Artinya:
Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak ada seseorang lelakipun yang
mengajak istrinya untuk bercampur, tetapi ia (istri) enggan, kecuali yang ada di langit
akan marah kepada istri itu, sampai suaminya rida kepadanya". Dalam lafal yang lain,
hadis ini berbunyi: "Apabila istri tidur meninggalkan ranjang suaminya maka malaikat-
malaikat akan melaknatinya hingga ia bangun di pagi hari". (H.R. Muslim dari Abu
Hurairah)
Dalam ayat ini Allah SWT pada ayat-ayat yang lain menetapkan ketentuan-ketentuan
hidup suami istri, untuk mencapai kebahagiaan hidup dan agar ketenteraman jiwa serta
kerukunan hidup berumah tangga tercapai. Apabila hal itu belum tercapai, maka mereka
semestinya mengadakan introspeksi terhadap diri mereka sendiri, meneliti apa yang
belum dapat mereka lakukan serta kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat,
kemudian menetapkan cara yang paling baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah,
sehingga tujuan perkawinan yang diharapkan itu tercapai, yaitu ketenangan, saling
mencintai dan kasih sayang.
Demikianlah agungnya perkawinan itu, dan rasa kasih sayang ditimbulkannya, sehingga
ayat ini ditutup dengan menyatakan bahwa semuanya itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
dan kebesaran Allah SWT bagi orang-orang yang mau menggunakan pikirannya.
Tetapi sayang, sedikit sekali manusia yang mau mengingat kekuasaan Allah yang
menciptakan istri-istri bagi mereka dari jenis-jenis mereka sendiri (jenis manusia) dan
menanamkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka.
Ayat 22

Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang lain, yaitu
penciptaan langit dan bumi, sebagai peristiwa yang luar biasa besarnya, sangat teliti dan
cermat. Orang tidak mengetahui rahasia kejadian itu, kecuali jumlah yang sangat sedikit
sekali. Hanya sedikit sekali yang mengetahui bahwa di langit itu ada galaxi-galaxi yang
tidak terbilang jumlahnya. Tiap-tiap galaxi itu mempunyai matahari, bumi, bulan dan
bintang-bintang yang berjuta-juta jumlahnya. Bumi yang didiami manusia ini tak
ubahnya seperti atom yang sangat kecil yang hampir saja tidak mempunyai berat dan
bayangan, jika dibandingkan dengan semua galaxi tersebut. Sesungguhnya galaxi-galaxi
(Galaxi bahasa Inggris. Dalam bahasa Indonesia disebut Bimasakti dalam bahasa Arab Al
Majarrah yaitu gugusan bintang yang beribu-ribu banyaknya, sehingga suatu gugusan itu
kelihatan sebagai cahaya atau kabut putih di langit. Kata lain dalam bahasa Inggris Milky
Way dalam bahasa Arab Darb At Tabbanah) itu banyak jumlahnya di angkasa luas, dan
masing-masing galaxi itu merupakan sistim peredaran yang paling teratur, mereka tak
pernah berantakan atau bertubrukan antara yang satu dengan yang lain, atau antara
planet-planet yang ada pada masing-masing galaxi itu. Semuanya itu berjalan menurut
aturan yang telah ditentukan.
Itu adalah dari segi jumlah besar, dan sistimnya. Adapun rahasia-rahasia benda-benda
alam besar itu, tabiat-tabiatnya, apa yang tersembunyi dan yang nampak padanya,
hukum-hukum alam yang menjaga, mengatur dan menjalankannya, hal itu amat banyak
macam dan ragamnya dibanding dengan apa yang telah diketahui manusia. Apa yang
telah diketahui manusia itu hanya sebagian kecil saja, walaupun para ahli itu telah
menyelidiki keadaan alam semesta bertahun-tahun lamanya, dan mereka mengetahui
bahwa semuanya itu telah berlangsung berjuta-juta tahun lamanya hukum-hukum alam,
dengan amat teratur.
Di samping tanda-tanda kekusaan Allah berada di langit dan di bumi itu, terdapat pula
pada yang lain, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan oleh suku-suku dan bangsa-
bangsa dari perbedaan warna kulit serta sifat-sifat kejiwaan mereka. Dengan adanya
kenyataan itu, dihubungkan dengan kejadian langit dan bumi dengan segala isinya, tentu
ada pula hubungan antara kedua hal tersebut. Perbedaan iklim-iklim di permukaan bumi
itu, mempunyai hubungan yang erat dengan perbedaan bahasa dan warna kulit serta sifat-
sifat kejiwaan manusia, walaupun asal dan pertumbuhannya satu, yaitu dari bani insan.
Para ahli ilmu pengetahuan zaman sekarang mengamati adanya perbedaan bahasa dan
warna kulit serta sifat-sifat kejiwaan itu. Tapi sayang mereka tak menghubungkannya
dengan kekuasaan Allah SWT, dan dengan tanda-tanda kebesaran-Nya. Mereka mengkaji
kenyataan itu secara mendalam, tapi mereka tidak mengagungkan Pencipta dan
Pengendalinya, baik mengenai segala yang lahir dan segala yang tersembunyi. Hal itu
adalah karena kebanyakan manusia tidak mengetahui, seperti firman Tuhan:

‫يعلمون ظاهرا من الحياة الدنيا‬


Artinya:
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia. (Q.S. Ar Rum: 7)
Rahasia kejadian langit dan bumi, perbedaan bahasa dan warna kulit serta sifat-sifat
kejiwaan manusia itu tidak akan di ketahui, kecuali oleh orang-orang yang mempunyai
ilmu pengetahuan. Karena itulah ayat ini ditutup dengan "Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui
(berilmu pengetahuan)".
Ayat 23

Ayat ini masih membicarakan tentang tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, alam
semesta dan hubungannya dengan keadaan manusia, pergantian siang dan malam, serta
tidurnya manusia di malam hari dan bangunnya mencari rezki di siang hari. Manusia
tidur di malam hari agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk
memulihkan tenaga-tenaga yang digunakan waktu bangunnya. Tidur dan bangun itu silih
berganti dalam kehidupan manusia, seperti silih bergantinya siang dan malam di alam
semesta ini. Dengan keadaan yang silih berganti itu seperti tidur dan bangun bagi
manusia, dia akan mengetahui nikmat Allah serta kebaikan-Nya. Di waktu tidur manusia
akan mendapatkan makanan yang baik bagi organ tubuhnya. Begitu juga dia akan
mendapatkan di waktu bangun pergerakan anggota tubuhnya dengan leluasa.
Dalam ayat ini tidur didahulukan dari bangun, padahal kelihatannya bangun itu lebih
penting dari pada tidur, karena di waktu bangun itu orang bekerja, berusaha dan
melaksanakan tugas. Tugas dan kewajibannya dalam hidup, yang terkandung dalam
perkataan-Nya, "dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya", agar nikmat tidur itu
diperhatikan. Pada umumnya manusia itu sedikit sekali yang memperhatikannya. Tidur
merupakan pengasingan manusia dari kesibukan-kesibukan hidup, dan terputusnya
hubungan antara jiwanya dengan Zatnya sendiri, seakan-akan identitasnya hilang di
waktu itu. Dari segi inilah kebanyakan manusia memandang tidur itu sebagai suatu hal
yang tidak penting. Ini adalah pengertian yang sudah salah dalam memahami nikmat
yang besar itu yang dianugeratikan Tuhan kepada manusia.
Dalam keadaan tidur dan dalam keadaan antara bangun dan tidur, manusia pergi kemana
saja yang ia sukai dengan akal dan rohnya ke balik alam materi ini di sana tak ada
belenggu dan halangan. Dan di sana dia dapat merealisir apa yang tak dapat direalisirnya
di dalam dunia serba benda ini. Dalam alam mimpi itu dia akan mendapat kepuasan.
Berapa banyak orang yang miskin, tapi dalam mimpinya ia dapat memakan apa yang
diingininya. Berapa banyak orang yang teraniaya tapi dalam mimpinya ia dapat
mengobati jiwanya dari keganasan dan kelaliman. Berapa banyaknya orang-orang yang
bercinta-cintaan serta berjauhan tempat tinggal, tetapi dalam mimpi mereka dapat
berjumpa dengan sepuas hatinya. Dan banyak lagi contoh lain.
Menurut ahli ilmu jiwa, mimpi yang dialami dalam waktu tidur adalah sebagai
penetralisir yakni pemurni dan penawar bagi jiwa. Bagi orang-orang yang sedang
bercinta-cintaan umpamanya, mereka dapat mewujudkan apa yang diingininya atau
dikhayalkannya di waktu bangun. Demikian pula halnya dengan orang-orang yang
teraniaya, orang yang lapar dan sebagainya. Dengan situasi itu jiwa akan lega dan
tenteram. Kalau tidak demikian tentu akan terjadi ketegangan-ketegangan jiwa yang
sangat berbahaya.
Jadi dalam dunia tidur manusia akan mendapat kepuasan akal, rohani dan jiwanya. Hal
mana tak dapat diperolehnya di waktu bangun.
Apabila tubuh manusia memerlukan makan dan minum, maka roh, jiwa dan akalpun
memerlukan makan dan minum. Makan dan minumnya itu dilakukannya di waktu tidur.
Tidur itu tidak lain, melainkan belenggu dari tubuh tetapi kebebasan bagi jiwa. Dengan
demikian segi kejiwaan mendapat kebahagiaannya di waktu tidur, bebas dari kebendaan,
tekanan dan kelaliman. Kalau tidak demikian, roh itu akan selalu terbelenggu dalam
tubuh dan cahayanya akan pudar.
Orang-orang yang menganggap enteng tidur, dan menganggapnya sebagai suatu
kemestian yang berat yang diharuskan atas alat tubuh manusia; dan menganggapnya
sebagai suatu obat yang diberikan kepada manusia, yang mencekam kepribadiannya,
seperti pada masa kanak-kanak dan masa tua, maka anggapan mereka demikian itu
adalah disebabkan mereka tidak mengetahui kecuali apa yang tidak dapat diraba oleh
tangan mereka, atau dilihat oleh mata sendiri. Adapun yang di balik itu, mereka tidak
mengetahui atau mempercayainya, atau karena mereka materialistis, yang hanya melihat
kepada materi saja. Mereka bergaul dengan manusia hanyalah atas dasar materi.
Apabila tidur dianggap sebagai nikmat nyata, maka sesungguhnya Allah SWT telah
menyediakan malam sebagai waktu yang tepat untuk tidur. Tidur adalah nikmat yang
jelas seperti terbaca dalam firman Tuhan:

‫قل أرأيتم إن جعل هللا عليكم النهار سرمدا إلى يوم القيامة من إله غير هللا يأتيكم بليل تسكنون فيه أفال تبصرون‬
Artinya:
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus
menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan
malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak
memperhatikan". (Q.S. Al Qasas: 72)
Malam itu tak ubahnya sebagai layar yang menutupi makhluk-makhluk hidup termasuk
manusia. Lalu dia mengantarkan mereka kepada ketenangan, kemudian tidur.
Sesungguhnya malam itu merupakan kekuasaan yang memaksakan kehendaknya,
sebagaimana siang yang juga merupakan kekuasaan yang memaksakan kehendaknya
kepada semua makhluk hidup. Yang terdahulu untuk tidur, dan yang terakhir untuk
bangun. Yang terdahulu adalah mati kecil, karena dalam waktu tidur itu Allah memegang
jiwa manusia kemudian dilepaskannya di waktu dia bangun di siang hari, agar ia dapat
bekerja, dan disempurnakannya ajalnya yang telah di tentukan-Nya. Tuhan berfirman:

‫وهو الذي يتوفاكم بالليل ويعلم ما جرحتم بالنهار ثم يبعثكم فيه ليقضى أجل مسمى ثم إليه مرجعكم‬
Artinya:
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu
kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk
disempurnakan (umurmu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu
kembali. (Q.S. Al An'am: 60)
Karena malam itu adalah waktu yang penting dan yang tepat untuk tidur, Allah SWT
banyak sekali bersumpah dalam Alquran dengan malam itu. Dalam pada itu suatu surat
Alquran bernama "Al Lail" (Malam), sebagai penghargaan bagi waktu malam itu. Dalam
surat ini terdapat isyarat bahwa di kala malam itu datang, tertutuplah cahaya siang, dan
terjadilah kegelapan dan keheningan yang merata. Waktu semacam itu sesuai betul untuk
tidur, untuk saat beristirahatnya tubuh dan jiwa. Dan apabila siang datang maka terang
benderanglah alam ini dan waktu semacam itu amat tepatlah untuk bekerja, berusaha dan
berjuang. Tuhan berfirman:

‫والليل إذا يغشى والنهار إذا تجلى‬


Artinya:
Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang. (Q.S.
Al Lail: 1-2)
Dalam ayat yang lain Tuhan berfirman.

‫والشمس وضحاها والقمر إذا تالها والنهار إذا جالها والليل إذا يغشاها‬
Artinya:
Demi matahari dan cahaya di pagi hari dan bulan apabila mengiringinya, dan siang
apabila menampakkannya, dan malam apabila menutupinya: (Q.S. Asy syams: 1-4)
Dalam ayat ini siang disamakan dengan malam, yakni dengan firman-Nya".. tidurmu di
waktu malam dan siang hari yang demikian itu adalah sebagai penegasan bagi kenyataan
bahwa malam itu, walaupun dia adalah waktu yang tepat untuk tidur, tetapi hal itu tidak
melarang orang mempergunakan waktu siang untuk tidur. Manusia menurut umumnya
memang tidur itu di waktu malam, tetapi tidak sedikit pula di antara mereka yang tidur di
waktu siang, atau sebagian dari tidurnya dilaksanakan di siang hari. Karena itulah malam
didahulukan menyebutkannya.
Kemudian ayat ini ditutup dengan ungkapan, "Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan". Dalam ungkapan itu
seruan ditujukan kepada pendengaran, bukan pancaindera yang lain. Hal ini merupakan
suatu isyarat bahwa pendengaran itu mewujudkan pengetahuan dan memberikan
pengertian bahwa tidur di malam dan siang hari. serta berusaha mencari karunia Tuhan
adalah sebagian dari tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Tuhan. Hanyalah orang yang
mempunyai pendengaran yang tajam dan peka dan memperhatikan yang didengarnya itu,
terutama sekali ayat-ayat Alquran yang dibacakan kepadanya.

Ayat 24

Ayat ini menerangkan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah yang lain, yaitu
adanya kilat. Kilat adalah suatu fenomena (gejala) alam yang dapat disaksikan oleh
pancaindera dan dapat pula diterangkan secara ilmiah. Kilat timbul dari bunga api listrik
yang terjadi di kala bersatunya listrik positif yang berada di kelompok awan yang
mengandung air dengan listrik negatif yang berada di bumi, sewaktu keduanya sedang
berdekatan, umpamanya di waktu awan itu sedang berada di puncak gunung. Dari
persatuan kedua macam listrik itu timbullah pengosongan udara yang mengakibatkan
kilat, lalu diikuti oleh petir, kemudian diikuti pula oleh turunnya hujan. Jadi penyebab
terjadinya kilat itu, suatu yang jelas ialah dia merupakan suatu fenomena (gejala) alam
yang timbul dari aturan yang diciptakan Tuhan untuk mengatur alam ini.
Alquran cocok dengan keadaannya sebagai buku dakwah, maka dia tidak memperinci
hakikat fenomena-fenomena alam itu serta tidak menerangkan sebab-sebabnya. Alquran
hanya menyebutkan hal itu sebagai alat untuk menghubungkan hati manusia dengan alam
dan Penciptanya. Karena itu di sini dia menetapkan salah satu tanda adanya Allah, yaitu
dengan memperlihatkan keadaan kilat yang menimbulkan takut dan harapan. Kedua
perasaan naluri itu datang silih berganti pada jiwa manusia dalam menghadapi fenomena
itu. Perasaan takut di kala melihat kilat itu ialah karena kilat itu akan diikuti oleh petir,
sedang petir ini kalau menyambar sesuatu akan binasalah dia. Bila manusia disambarnya
akan mati terbakarlah manusia itu. Bila metal (logam) yang disambarnya akan cair dan
meleburlah dia. Bila batu dan bangunan yang disambarnya, akan hancur dan berderai-
derailah dia. Atau ketakutan yang samar-samar ketika melihat kilat itu, dan perasaan yang
ditimbulkan oleh kekuatan yang mengendalikan alam semesta ini. Dan perasaan harapan
pada harta benda dengan akan turunnya hujan yang biasa menemani kilat itu. Sesudah
kata-kata takut dan harapan, ayat ini dilanjutkan dengan "Dia menurunkan air hujan dari
langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya".
Ungkapan hidup dan mati itu jika dibandingkan dengan tanah adalah suatu ungkapan
yang menggambarkan bahwa tanah itu merupakan benda hidup, yang dapat pula hidup
dan dapat pula mati. Begitulah hakikat yang digambarkan Alquran. Alam ini adalah
makhluk hidup, yang tunduk dan patuh kepada Tuhan, mengerjakan perintah-Nya dengan
bertasbih dan beribadat kepada-Nya. Manusia yang hidup di atas bumi adalah salah satu
dari makhluk-makhluk Allah itu. Mereka ikut beserta makhluk-makhluk itu dalam satu
parade (pawai) besar menghadap Allah Tuhan semesta alam.
Di samping itu air apabila menyirami tanah, dia akan menyuburkannya. Kemudian
tumbuhlah tumbuh-tumbuhan yang hidup. Daun-daunnya berkembang begitu pula halnya
dengan hewan dan manusia. Air itu merupakan Rasul dan pembawa kehidupan. Di mana
ada air disitu ada kehidupan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
mempergunakan akalnya. Ayat ini diakhiri dengan kata "akal", sebagai media untuk
berpikir dan menyelidik.
Ayat 25

Berdirinya langit dan bumi dengan iradat Allah, artinya: "Beradanya keduanya tetap
dalam keadaannya dengan penjagaan Allah dan peraturan-peraturan yang diadakan-Nya
untuk mengatur keduanya. Yang dimaksud dengan iradat Allah (bi amrihi) di sini ialah
kekuasaan dan kesanggupan-Nya. Ini berarti bila seseorang berpendapat bahwa alam
semesta ini, baik langit maupun bumi telah ada sedemikian rupa menurut tabiatnya, tanpa
dipelihara oleh Allah, bagaimana pula pendapat mereka tentang aturan alam yang sangat
harmonis itu, sehingga yang satu dengan yang lainnya, tak pernah bertubrukan. Apakah
ini juga karena yang demikian itu sudah menjadi tabiatnya?. Kalau demikian halnya tentu
alam itu berakal, bijaksana, mengatur, dan mempunyai kesanggupan. Ini adalah suatu hal
yang tidak mungkin, karena jelas bahwa alam ini tidak berakal, maka jelas pula bahwa
alam ini bukanlah diadakan dan diatur oleh tabiat alam itu sendiri, tetapi oleh Tuhan.
Orang yang mengingkari bahwa alam ini ciptaan Allan dan berada di bawah penjagaan-
Nya adalah karena mereka tidak mau mengakui keesaan Allah. Oleh karena langit dan
bumi akan tetap dalam keadaannya yang sekarang ini, hanya sampai datangnya suatu saat
yang telah ditentukan, yaitu saat terjadinya kiamat, maka di kala saat itu datang manusia
akan memenuhi panggilan Tuhan, untuk keluar dari dalam kubur mereka. Dan adanya
panggilan ini maka manusia bangkitlah dari kuburnya.
Hal itu adalah suatu peraturan yang berlaku dalam alam ini, seperti aturan jalannya
bintang-bintang di falaknya, begitu juga aturan malam dan siang yang terjadi dari
peredaran matahari dan bumi pada falaknya juga. Kapan datangnya hari berbangkit itu
belum diketahui oleh seseorang juapun. Yang jelas seruan berbangkit itu datang setelah
manusia mati semuanya. Ungkapan seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur),
menunjukkan bahwa kebangkitan dari kubur itu langsung setelah seruan, tidak terlambat
walau sesaat sekalipun. Seperti firman Tuhan dalam ayat yang lain:

‫ونفخ في الصور فإذا هم من األجداث إلى ربهم ينسلون‬


Artinya:
Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya
(menuju) kepada Tuhan mereka. (Q.S. Yasin: 51)
Kata-kata seketika itu juga atau kata-kata tiba-tiba di sini ditujukan kepada mereka yang
tidak menghendaki hari berbangkit itu, dan tidak percaya dengan hari akhirat. Karena itu
dipahami bahwa apabila mereka dibangkitkan pada hari kiamat mereka tercengang dan
merasa heran mereka berkata seperti yang dihikayatkan Alquran:

‫قالوا يا ويلنا من بعثنا من مرقدنا‬


Artinya:
Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami
(kubur)? (Q.S. Yasin: 52)

Anda mungkin juga menyukai