Anda di halaman 1dari 24

DEMAM BERDARAH

DENGUE
KELOMPOK 1
ANIS KAROMAH
KIKI CHAIRANI SAPUTRI
NUR NAJMI LAILA
UUS SUGIANA
Outlines:
 Pengertian DBD
 Epidemiologi DBD
 Klasifikasi DBD
 Etiologi dan penularan DBD
 Gejala dan tanda DBD
 Prevalensi DBD
 Pengobatan penderita DBD
 Pencegahan dan penanggulangan DBD
APA ITU DBD ???
 Susumu Hotta dalam bukunya “ Dengue and Related
Hemorhagic Disease” menyebutkan bahwa “Dengue is
an acute infectious disease of virus origin
characterized clinically by hyperpyrexia, headache,
pain in various parts of the body, skin erruption and
leucopenia” yang artinya: DBD adalah penyakit
infeksi akut yang disebabkan oleh virus yang
mempunyai karakter klinis yaitu adanya
hiperpireksia, sakit kepala, ngilu di beberapa bagian
tubuh, mengerupsi kulit dan leucopenia.
 Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue
(DBD) adalah penyakit demam akut yang ditemukan
di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang
mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu dari empat serotipe virus dari genus
Flavivirus, famili Flaviviridae. Demam berdarah
disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes
aegypti.
Epidemiologi DBD
• Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di
Asia, penyakit ini sering menyerang di Cina Selatan, Pakistan,
India, dan semua negara di Asia Tenggara.
• Di Indonesia,kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada
tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27
provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD.
• Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada
tahun 2004 selama bulan Januari dan Februari, pada 25
provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD dengan kematian
322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI
Jakarta, Bali dan NTB.
Klasifikasi DBD
Didasarkan pada penemuan-penemuan, DBD diklasifikasikan sebagai berikut:
1. DBD yang disebabkan oleh virus dengue, mempunyai sedikit kemiripan
dengan virus chikungunya. DBD menyebar di Filipina, Thailand,
Singapura, dan India, ada kemungkinan di area lain dari Asia Selatan dan
Pasifik Barat.
2. DBD yang disebabkan oleh virus RSSE complek, Penyakit Forest Kyasanur/
Kyasanur Forest Disease (KFD) di India. Omsk DBD di Soviet Union
3. DBD yang disebabkan oleh virus-virus lain. DBD ini terutama ditemukan di
Amerika Selatan, e,g, Argentina dan Bolivian HF’s(DBD)
4. DBD disertai dengan adanya komplikasi ginjal. Etiologinya tidak diketahui
pada waktu itu, tetapi sepertinya disebabkan oleh virus e, g, DBD tercatat
di Timur Manchuria bagian Siberia dan korea bagian utara[1]

[1]
Susumu Hotta , Dengue and Related Hemorhagic Disease, (U.S.A: WARREN H.
GREEN,1969
Etiologi dan penularan
 Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh
arthropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegepti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus ( di daerah pedesaan).
Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes aegepti adalah:
1. sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih
2. berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, WC, tempayan, drum dan barang-barang menampung air
seperti kaleng,, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan
lain-lain.
3. jarak terbang ± 100 m
4. nyamuk betina bersifat “multiple biters” (menggigit beberapa orang
karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat).
5. tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.
Karakteristik nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti

Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Upagenus : Stegomiya
Spesies : Ae. aegypti
• Tidak semua nyamuk yang belang-belang adalah nyamuk Ae. Aegypti,
masih ada beberapa ciri khusus lagi yang membedakkannya dengan
nyamuk jenis lain. Perhatikan pola di punggungnya. Ae. Aegypti memiliki
dua garis putih di tengah dan di sisinya ada dua garis melengkung
perhatikan baik-baik pada punggung nyamuk tersebut.
• Sedangkan siklus hidup nyamuk ini seperti gambar di samping ini adalah
nyamuk Ae. aegypti bertelur di air. Pertama nyamuk bertelur, telur
menetas menjadi larva instar ke-1, instar ke-2, instar ke-3, instar ke-4,
pupa, dan akhirnya menjelma menjadi nyamuk dewasa.
• Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi
terinfeksi saat menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia
(terdapat virus dalam darahnya). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk
selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini
menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur
nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6
hari dan orang tersebut akan mengalami demam berdarah dengue.
• Faktor penyebaran kasus DBD antara lain:
1. Pertumbuhan penduduk
2. Urbanisasi yang tidak terkontrol
3. Transportasi
Gejala dan tanda-tanda
 DBD merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai oleh 2
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1. nyeri kepala
2. nyeri retro-orbital
3. mialgia/artralgia
4. ruam kulit
5. manifestasi perdarahan (petekiae atau uji tourniquet/uji bendung
memberikan hasil positif)
6. leukopenia
7. demam
8. hepatomegali
9. Syok
 Pemeriksaan darah yang dilakukan untuk menapis pasien tersangka DF
adalah melalui pemeriksaan kadar Hb, Ht, jumlah trombosis, dan hapusan
darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran
limfosit plasma biru
Prevalensi DBD
• World Health Organization (WHO) melaporkan sebanyak 2.5 miliar orang
mempunyai resiko terinfeksi dengue, dengan estimasi sebanyak 50 juta
kasus infeksi dengue di seluruh dunia tiap tahun. Dengue ini endemik di
lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterranean Timur, Asia
Tenggara, dan Pasifik Barat.
• Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968.
Penyebaran penyakit ini ke seluruh wilayah Indonesia terjadi pada tahun
1997 dengan insidens rate mencapai 13.45% per 100,000 penduduk
(Kusriantuti, dkk, 2004).
• Kasus DBD di Sumatera Utara masih sangat tinggi, dan hal yang sama
terjadi di Kota Medan. Sumatera Utara menduduki urutan ke 19 dari
seluruh provinsi di Indonesia (Departemen Kesehatan (DepKes), 2005).
Pada tahun 2008, kasus DBD di Sumatera Utara mencapai 4.454 dengan
50 kematian (Chandra, 2009). Selama 3 kurun terakhir di Sumatera Utara,
Kota Medan dinyatakan sebagai daerah endemis DBD, dengan
penyebarannya sudah mencapai 21 kecamatan di Kota Medan (Aditama,
2009).
Data Riskesdas
Data lain
• Kesimpulan dari grafik diatas adalah:
• Berdasarkan grafik kasus DBD dan curah hujan dari tahun
2007-2009 dapat dilihat bahwa setiap bulannya ditemukan
kasus DBD. Dari tahun 2007, 2008, dan 2009 bulan yang 
paling tinggi mengalami angka kenaikan kasus adalah antara
bulan Januari-Maret. Wilayah tersebut merupakan daerah
endemis DBD.
• Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa curah
hujan berhubungan dengan dengan kejadian kasus DBD.
Apabila curah hujan sedang maka kasus DBD mengalami
peningkatan jumlah kasus. Berbeda halnya apabila curah
hujan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah  maka jumlah
kasus DBD justru  tidak terlalu tinggi. Hal tersebut dikarenakan
breading place nyamuk belum terbentuk.
Data lain
• Kesimpulan dari grafik di atas adalah:
• 1. Berdasarkan grafik kasus DBD dan curah hujan dari tahun 2007-2009
dapat dilihat bahwa setiap bulan januari-maret mengalami kenaikan 
jumlah  kasus penderita DBD.
• 2. Apabila dilihat pada grafik  ABJ  dan kasus DBD tahun 2009 angka bebas
jentik pada bulan Mei dan Juli memiliki ABJ yang sama yaitu 83,89 namun
pada bulan juli kasusnya mengalami kenaikan dari pada bulan Mei. Apabila
dilihat pada grafik kasus DBD dan curah hujan hayan pada tahun 2009
curah hujan pada bulan mei dan juli tahun 2009 relatif tinggi. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa terbentuk  breading place pada lingkungan sekitar
rumah walaupun angka jentik pada rumah relatif dapat ditekan dengan
baik.
• Masalah potensial yang terjadi berdasarkan grafik 2 dan 3 meliputi:
Semakin meluasnya breading place akibat curah hujan yang tinggi
sehingga kasus DBD relatif tinggi. Kasus DBd yang relatif tinggi akan
meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Pencegahan dan penanggulangan
Pencegahan DBD
• Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap
cara paling baik saat ini. Vektor nyamuk Aedes aegypti sebenarnya mudah
diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat yang berisi air
bersih dan jarak terbangnya maksimum 100 meter. Tetapi karena vektor
tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan diperlukan total
coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak akan berkembang
biak lagi. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dengan menggunakan
beberapa metode yang tepat, yaitu:
1. Menggunakan insektisida
Yang lazim dipakai dalam program pemberantasan demam berdarah
dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa (adultisida)
dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara
penggunaan malathion ialah dengan pengasapan (thermal fogging) atau
pengabutan (cold fogging).
2. Tanpa insektisida
Metode ini dilakukan pada lingkungan untuk mengendalikan nyamuk
(vektor) Aedes aegpyti antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembanganbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan
perbaikan desain rumah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain: menguras bak mandi,
tempayan dan tempat penampungan air minimal satu kali seminggu
(perkembangan telur ke nyamuk larva lamanya 7-10 hari), menutup
tempat penampungan air rapat-rapat, membersihan halaman rumah dari
kaleng-kaleng bekas, botol-botol pecah dan benda lain yang
memungkinkan nyamuk bersarang
3. Metode biologis
Pengendalian vektor dilakukan dengan menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan adu/ikan cupang) dan bakteri.
Penanggulangan DBD
 Di Indonesia, beberapa kegiatan pokok penanggulan
penyakit DBD antara lain sebagai berikut:
1. Penemuan dan pelaporan penderita
2. Penanggulan fokus
3. Pemberantasan vektor intensif : fogging fokus, abatisasi,
penyuluhan dan perggerakan masyarakat dalam PSN DBD
(gerakan 3M), penyuluhan kepada masyarakat. pemantauan
jentik berkala (PJB).
Daftar pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah diakses pada tanggal 27 maret
2011. Hasil riset kesehatan dasar nasional.
http://kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf. diakses tanggal 27
maret 2011
Widoyono. 2005. “Penyakit Tropis”. Jakarta: Erlangga
Hotta, Susumu. 1969. “Dengue and Related Hemorrhagic Disease”. Florida:
Murray Sanders, M.D.
Nasria Kodim, dkk. “Epidemiologi Penyakit Tidak Menular”. Jakarta: FKM UI
Rajab, Wahyudi. “Buku Ajar Epidemiologi untuk mahasiswa kebidanan” 2009
cetakan I. Jakarta: EGC
Dr. Dr. H. Sardjana, Sp.OG (k), SH. “Epidemiologi Penyakit Menular”. 2007.
Jakarta: UIN Jakarta press
Monica dan Yasmin. “World Health Organization, Demam Berdarah Dengue”.
1999. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai