Anda di halaman 1dari 5

Aspek Genetika pada Kelainan Uvea

Hartono
Laboratorium Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajahmada UPF. Penyakit Mata/Rumah Sakit Umum Pusat
Dr Sardjito, Yogyakarta

Key Words : genetic disease - iris abnormalities - structural abnormalities - pigmentary


abnormalities - HLA associated uveitis.

PENDAHULUAN Kalau dahulu pembuktian bahwa suatu kelainan atau sifat


Dengan makin berkurangnya penyakit infeksi dan malnu- normal merupakan karakter yang diwariskan biasanya hanya
trisi maka peran penyakit genetik menjadi sangat penting(1). berdasarkan pada kajian silsilah keluarga, kajian anak kembar,
Kalau dahulu penyakit genetik biasanya hanya dihubungkan dan kajian saudara-saudara penyandang karakter tertentu, se-
dengan masalah kecacatan bawaan, maka saat ini diketahui karang kajian-kajian dasar tersebut telah dikembangkan untuk
bahwa faktor genetik bahkan berperan pada kejadian beberapa mengetahui letak genanya dalam kromosom. Beberapa kajian
penyakit infeksi seperti difteri, dan adanya asosiasi antara HLA untuk mengetahui letak gena dalam kromosom di antaranya
dengan penyakit tertentu. adalah (1) analisis rangkai gen, (2) hibridisasi seluler, (3) hibri-
Penyakit genetik sangat banyak macamnya, tetapi keba- disasi molekuler, (4) pemetaan endonuklease restriksi, (5) ho-
nyakan frekuensi masing-masing penyakit genetik sangatlah mologi, (6) kajian aberasi kromosom, dan (7) pemetaan delesi
kecil. Namun demikian ada beberapa macam penyakit genetik dan efek dosis(3).
yang sering ditemukan pada etnik tertentu atau di daerah tertentu, Mata merupakan organ yang sangat sering terlibat dalam
misalnya penyakit Tay-Sachs pada orang Jahudi Askenazik, kelainan genetik baik sebagai kelainan terscndiri maupun se-
penyakit anemia sel sabit pada orang-orang Negro, penyakit bagai bagian dari sindrom tertentu. Geeraets (1976) telah
talasemia pada orang-orang di sekitar laut Tengah, dan anensefali mengumpulkan sebanyak 436 sindrom penyakit yang disertai ke-
pada orang-orang Irlandia(2). lainan mata, baik sindrom yang diwariskan (genetis) maupun
McKusick (1990) dalam edisi ke-9 bukunya yang terkenal nongenetis. Pengenalan kelainan mata genetis dengan demikian
dengan singkatan MIM (Mendelian Inheritance in Man) atau akan menjadi sangat penting agar dapat memberikan pertolongan
juga dikenal sebagai katalog McKusick, tclah mengumpulkan kepada pasien secara tcrpadu dan memadai.
kira-kira 5000 karakter monogenik atau yang diwariskan Dalam tulisan ini akan dibicarakan beberapa penyakit mata
mengikuti hukum Mendel, dan 4000 di ant9ranya adalah me- genetis, khususnya mengenai uvea. Pembicaraan hanya akan
rupakan karakter abnormal (penyakit). Dari 5000 karakter tadi dibatasi mengenai beberapa kelainan, untuk memberikan gam-
2000 diantaranya tclah diketahui letak genanya di dalam baran peran genetiknya.
kromosom inti sel(3).

Disampaikan pada Seminar RED-Kornea-Uvea Perdarni XXI, 9-10 Juli 1993


di Yogyakarta

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993


PEMBAGIAN PENYAKIT GENETIK ASPEK GENETIK KF.LAINAN UVEA
Penyakit pada umumnya dapat digolongkan menjadi pe- Dalam tulisan ini hanya akan dibicarakan beberapa kelain-
nyakit yang sebabnya karena faktor lingkungan, penyakit yang an uvea anterior (iris), baik mengenai kelainan bentuk, kelainan
sebabnya karena faktor genetik, dan penyakit yang sebabnya pigmentasi (warna), dan radang pada iris.
karena gabungan antara faktor lingkungan dan faktor genetik(1).
1. Kelainan bentuk iris
Lamy (1975) membagi penyakit genetik menjadi penyakit gen,
a) Koloboma iris
penyakit kromosom, penyakit cmbriopati(4).
Koloboma iris adalah cclah iris kongenital pada sektor nasal
Penyakitgen mutan, genopati dapatdibagi menjadi genopati
bawah, yang terjadi karena kegagalan penutupan mangkok optik
malformatif, genopati tisuler, dan genopati molekuler(5). Ber-
pada daerah fisura fetalis.
dasarkan sifat mutasi gen (dominan atau resesif) dan letak gen
Kelainan ini dapat beragam dari adanya lekukan pada pupil
dalam kromosom inti sel (pada autosom atau kromosom kela-
sampai defek sektoral jaringan uvea yang meluas dari iris sampai
min-X atau Y), maka pewarisan penyakit gen (penyakit genetik
nervus optikus(6). Fisura fetalis ini secara normal menutup pada
dalam arti sempit) dapat dibagi menjadi penyakit dominan
minggu kelima dan keenam pada saat embrio berukuran 10
autosom (DA), resesif autosom (RA), dominan terangkai-X
sampai 18 mm(7).
(D-X), resesif terangkai-X (R-X), dan terangkai-Y atau holan-
Mengenai pewarisan kelainan ini sebenarnya Snell pada
drik. Di samping gen dalam inti sel juga terdapat gen mito-
tahun 1908 telah memperlihatkan pewarisan koloboma iris pada
kondria. Mutasi gen mitokondria akan menyebabkan penya-
5 generasi yang menunjukkan adanya pewarisan dominan auto-
kit mitokondria, misalnya penyakit Leher. Karena pada sel benih
som. Kajian silsilah keluarga sampai saat ini tetap menyokong
(garnet) mitokondria hanya terdapat pada sel telur, maka pewaris-
adanya pewarisan dominan autosom. Kelainan ini mungkin
an penyakit mitokondria adalah istimewa, yaitu mengikuti garis
berbeda dengan aniridia. Gen untuk koloboma iris, khoroid, dan
ibu (maternal line), artinya hanya diwariskan dari ibu yang sakit.
retina telah diketahui berada pada kromosom nomor 2, tepatnya
Penyakit kromosom disebabkan oleh kelainan jumlah kro-
pada 2pter-p25.1 dekat dengan gena aniridia-l(3).
mosom atau kelainan struktur kromosom. Penyakit kromosom
biasanya menyebabkan kelainan berat, baik fisik maupun men- b) Aniridia
tal, dan bahkan letal (menyebabkan kematian), kecuali pada ke- Aniridia yang berdiri sendiri atau disertai kelainan mata
lainan kromosom kelamin bentuk tertentu. Kelainan kromosom yang lain memperlihatkan ekspresivitas (penampakan) yang
tidak selalu dapat dideteksi pada analisis kromosom, terutama sangat beragam. Aniridia biasanya disertai dengan pengurangan
pada delesi yang sangat kecil. Karena kelakuan kromosom saat visus, nistagmus, katarak, strabismus, ambliopia, dan hipolasia
pembentukan garnet juga mengikuti kaidah Mendel, maka pada nervus optikus(8). Kelainan iris sendiri dapat berupa (1) aniridia
dasarnya pewarisan penyakit kromosom adalah seperti pewaris- total, (2) tersisanya sedikit iris, (3) koloboma atipik, (4) kolo-
an penyakit dominan, asalkan kelainan kromosom tadi tidak boma tipik dengan penipisan iris, dan (5) penipisan iris dengan
berefek letal, cacat berat, atau infertilitas. pupil yang bulat(3.8). Pada pembawa gen yang mempunyai pupil
Embriopati adalah penyakit embrio dapatan akibat terpa- bulat, Mintz-Hittner et al. (1992) dapat memperlihatkan adanya
parnya si ibu saat kehamilan muda dengan bahan teratogenik. ketidak sempurnaan koloret dan pengurangan zona avaskuler
Jadi embriopati bukan penyakit genetik. Tetapi karena gambaran fovea(9).
fenotip embriopati tertentu sering menyerupai sindrom penyakit Pewarisan aniridia pertama kali dilaporkan oleh Macklin
genetik yang dikenal (efek fenokopi), maka embriopati penting pada tahun 1927, dan bersifat dominan autosom(10). Pewarisan
sebagai diagnosis banding. demikian tetap terbukti sampai sekarangdan bahkan letak genanya
Mengenai risiko rekurensi (artinya munculnya kembali dalam kromosom telah diketahui, Letak gena aniridia bisa berada
penyakit yang sama setelah kelahiran anak cacat) untuk penyakit pada kromosom nomor 2, yaitu pada 2p25 dekat dengan gena
monogenik adalah berkisar antara 25% sampai 100% (kecuali koloboma uvea, dan pada kromosom nomor 11, yaitu pada
pada mutasi baru); pada penyakit kromosom tergantung pada l 1p13. Aniridia yang disebabkan oleh mutasi gena pada kromo-
kariotip anak, ayah dan ibu; dan pada embriopati risiko rekuren som nomor 2 dan nomor 11 tidak dapat dibedakan. Aniridia yang
tadi praktis nol. Hal ini punting pada pemberian penyuluhan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom nomor 2 disebut
genetik, karena ada penyakit yang ringan tetapi risikonya tinggi aniridia-1, sedangkan yang disebabkan oleh mutasi gen pada
dan ada penyakit yang berat tetapi risiko rekurensinya sangat kromosom 11 disebut aniridia-2(3). Angka mutasi untuk aniridia-
rendah. Kedua keadaan tadi biasanya bisa diterima oleh pasang- 1 dan aniridia-2 secara keseluruhan adalah 2,5 sampai 5 x 10-6 per
an suami-istri, dan mereka tidak takut untuk mempunyai anak garnet per generasi(11). Di samping aniridia autosomal dominan,
lagi. ternyata pada orang-orang Jepang juga dijumpai aniridia auto-
Dalam menetapkan diagnosis penyakit genetik dan cara somal resesif. Aniridia jenis ini mempunyai makula yang
penetapan pewarisannya, serta menentukan risiko rekurensinya baik(11).
kadang-kadang tidak mudah. Beberapa penyulit untuk ini adalah c) Aniridia bersama dengan tumor Wilms (sindrom WAGR)
(1) jumlah anak yang semakin sedikit, (2) adanya heterogenitas Tumor Wilms adalah tumor embrional ginjal yang analog
genetis, (3) adanya gen nonpenetran, (4) adanya keragaman dengan retinoblastoma dalam arti bahwa tumor ini diwariskan
ekspresivitas, dan (5) adanya mutasi baru(4). secara Mendel dan disebabkan oleh gangguan pada gen penekan

Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993 35


tumor atau tumor suppresor gene(11). Ternyata gen untuk timbul- kamptodaktili kelingking. Selain mikroftalmia pada mata juga
nya tumor Wilms ini sangat berdekatan letaknya dengan gen ditemukan iris yang halus dan berpori-pori. Pewarisan kelainan
untuk aniridia-2, yaitu pada 11p13. Delesi pada 11p13 ternyata ini adalah dominan autosom dengan ekspresivitas yang beragam.
mempunyai asosiasi dengan sindrotm WAGR (Wilms tumor, 4) Sindrom mata kucing (cat eye syndrome)
Aniridia, Genitourinary anomalies, and mental Retardation). Sindrom ini mempunyai gejala utama berupa koloboma iris,
Keadaan demikian adalah serupa dengan asosiasi antara delesi atresia ani, dan apendages preaurikuler. Kelainan merupakan
13q14 dengan retinoblastoma(12). Demikian pula teori dua kali penyakit kromosom, yaitu suatu trisomi parsiil kromosom 22,
mutasi dari Knudson juga berlaku untuk tumor Wilms(11). karena adanya tambahan 22q.
Kalau asosiasi antara delesi 13q14 pertama kali ditemukan
2. Kelainan warna iris
oleh Miller et al pada tahun 1964, maka asosiasi antara delesi
a) Albinisme
11p13 dengan sindrom WAGR ditemukan oleh Riccardi et at
Warna mata ditentukan oleh wama iris, dan warna iris ini
pada tahun 1978(3). Jadi aniridia-2 dapat berdiri sendiri atau
merupakan salah satu kriteria penentuan kekembaran secara
sebagai bagian dari sindrom WAGR.
fisik(15). Galton pada tahun 1889 membagi warna iris menjadi 8
Demikian pula tumor Wilms juga bisa berdiri sendiri atau
kategori, yaitu: cerah, biru dan biru gelap, hijau dan hijau biru,
sebagai bagian dari sindrom WAGR. Rupanya patahan pada
abu-abu gelap, coklat muda, coklat dan coklat tua, gelap, dan
11p13 akan menyebabkan aniridia-2, sedangkan delesi daerah
hitam(10).
11p13 akan menyebabkan sindrom WAGR. Dengan demikian
Albinisme termasuk dalam satu kelompok besar kelainan
adanya aniridia yang disertai kelainan genitourinaria atau re-
okulokutaneus. Ada dua jenis albino yaitu albino okulokutaneus
tardasi mental perlu dicari apakah juga menderita tumor Wilms
dan albino okuler. Albinisme okulokutaneus disebabkan oleh
dengan pemeriksaan USG berkala.
kekurangan atau ketiadaan pigmentasi pada kulit, rambut, dan
d) Pupil ektopik
mata. Pada albinisme okuler, terutama yang mengalami ganggu-
Pupil ektopik biasanya merupakan bagian dari ektopia lentis
an pigmentasi adalah mata. Kedua bentuk albinisme ini masih
dan pupil. Ektopia lentis dan pupil merupakan 7–19% dari ke-
dibagi lagi menjadi beberapa bentuk. Kedua bentuk albinisme
seluruhan ektopia lentis, dan ektopia lentis tanpa ektopia pupil
tadi sering disertai hipoplasi fovea, fotofobia, nistagmus dan
adalah 81–90%(13).
pengurangan tajam penglihatan.
Pada kelainan ini pupil berbentuk lonjong atau berbentuk
Albino okulokutaneus secara garis besar dibagi menjadi
celah, terletak ektopik, dan sulit dilatasinya. Kelainan ini biasa-
negatip tirosinase dengan frekuensi 1 dalam 13.000 kelahiran;
nya bilateral, asimetris, dan kadang-kadang terdapat mikrosfe-
positip tirosinase dengan frekuensi 1 dalam 15.000 kelainan path
rofakia. Katarak, glaukoma, dan ablasio retina dapat menyertai
Negro dan 1 dalam 40.000 pada kulit putih (Worobec-Victor et
kelainan ini(13). Pupil ektopik dapat pula vertikal sehingga
al., 1986). Albino okuler ditandai oleh hipomelanosis terutama
menyerupai mata kucing (Sorsby, 1951).
pada uvea dan retina, dengan atau tanpa hipopigmentasi fokal
Mengenai pewarisan pupil ektopik telah diperlihatkan oleh
pada kulit. Pewarisan albino okulokutaneus sebagian besar adalah
Waardenburg pada tahun 1932. Kelainan ini sebagian diwaris-
resesif autosom. Pewarisan albino okuler dapat secara terangkai-
kan secara dominan autosom dan sebagian diwariskan secara
X, resesif autosom, maupun dominan autosom (Worobec-Victor
resesif autosom (Sorsby, 1951; Nelson & Maumene, 1986).
et al., 1986).
e) Kelainan bentuk iris yang lain
b) Sindrom Waardenburg
Beberapa sindrom genik maupun kromosomik sering di-
Sindrom ini pertama kali dilaporkan oleh Waardenburg
sertai adanya kelainan bentuk iris yang abnormal. Beberapa
pada tahun 1951. Ia menemukan sindrom ini path 1,4% dari
sindrom yang perlu disebutkan adalah(14) :
anak-anak yang menderita ketulian bawaan. Berdasar data ini,
1) Sindrom kuku-patela maka perkiraan insidensi sindrom Waardenburg di Negeri Be-
Sindrom ini mempunyai tanda utama berupa displasia landa adalah 1 per 42.000 penduduk(16). Sindrom Waardenburg
kuku, hipoplasia patcla, dan spina iliaka yang menonjol. Pada memperlihatkan ekspresivitas yang beragam.
penderita ini kadang-kadang ditemukan iris yang berbentuk daun Hageman dan Delleman membedakan 2 jenis sindrom
semanggi. Sindrom kuku-patela diwariskan secara dominan Waardenburg (SW) yaitu: tipe I (SW I) dan tipe II (SW II) ber-
autosom. dasar ada tidaknya telekantus (Jones, 1988). Selanjutnya di-
2) Neurofibromatosis temukan adanya tipe III (SW III) dan tipe IV (SW IV). Gejala
Neurofibromatosis merupakan salah satu anggota fakoma- pokok SW I adalah (1) distopia konmtoreum, (2) akar hidung
tosis (hamartoma) dengan tanda utama berupa neurofibromata lebar, (3) hipertrikosis, (4) hipopigmentasi kulit dan rambut
multipcl, bcrcak kulit warna kopi susu (tache cafe au tail), dan kepala, (5) hcterokromia iris total atau parsial, (6) ketulian
lesi tulang. Pada iris pendcrita suing ditemukan nodula Lisch kongenital unilateral atau bilateral. Gejala pokok SW II adalah
(hamartomata iris pigmentosa). Penyakit ini diwariskan secara seperti SW I, tetapi tanpa telckantus. SW III disebut juga sin-
dominan autosom dengan ekspresivitas yang sangat beragam. drom Klcin-Waardenburg atau SW yang disertai kelainan
3) Sindrom okulodentodigital anggota alas, sedangkan SW IV disebut pula varian SW yang
Sindrom ini ditandai oleh mikroftalmia, hipoplasi email, dan disertai megakolon(17).

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993


c) Kelainan pigmentasi iris lain bersifat kodominan. Secara teoritis akan terdapat kombinasi
Beberapa sindrom kromosomik juga sering ditandai oleh fenotip HLA sebanyak 3 x 107. Tetapi di dalam kenyataan hanya
kelainan wama (pigmentasi) iris. Beberapa sindrom yang perlu HLA tipe tertentu yang lebih sering dijumpai.
dikenal adalah(12,14,16) : Antibodi-antibodi terhadap antigen HLA dapat diperoleh
1) Sindrom Angelman dari para wanita multipara(19), tetapi tidak seperti antibodi ter-
Sindrom Angelman ataiu sindrom boneka gembira (happy hadap Rhesus, maka antibodi terhadap antigen HLA tidak ber-
puppet syndrome) ditandai oleh cara berjalan seperti boneka pengaruh pada fetus. Pewarisan HLA adalah secara kodominan
gembira, tertawa paroksismal, dan muka (wajah) yang khas. dan gena-gena tadi diwariskan dalam satu blok, karena gena-
Penderita ini memperlihatkan iris berwarna biru pucat. Sindrom gena tadi letaknya saling berdekatan (terangkai erat). Namun
ini mungkin diwariskan secara resesif autosom. demikian pindah silang juga dapat terjadi, dan pada urutan gena
2) Sindrom Down tertentu maka frekuensinya lebih besar dibandingkan dengan
Sindrom ini disebut pula mongolisme atau lebih tepat di- yang diharapkan apabila terjadi pindah silang secara normal.
sebut trisomi 21. Trisomi 21 merupakan kelainan-kromesom Keadaan demikian disebut linkage disequilibrium(18).
yang paling sering dijumpai, yaitu dengan frekuensi 1 per 700 Pada mulanya HLA ini diperkirakan hanya penting artinya
kelahiran. dalam genetika transplantasi, karena transplantasi antara dua
Trisomi 21 mempunyai tanda utama hipotoni, muka bulat individu kembar identik akan berhasil baik (mempunyai kesa-
dan datar, celah mata miring ke samping atas, bercak Brush- maan HLA praktis 100%), sedangkan pada dua individu yang
field pada iris, daun telinga kecil, dan leher lebar. Bercak Brush- hubungan keluarganya jauh maka hasilnya buruk karena adanya
field tampak jelas pada mata biru, berupa bercak-bercak kecil, perbedaan HLA yang besar (kecuali pada transplantasi kornea
putih, agak ireguler, membentuk cincin pada pertengahan se- yang memenuhi syarat). Ternyata sekarang antigen permukaan
pertiga intema dan sepertiga eksterna iris. ini banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit tertentu yang
3) Sindrom X-fragil dahulu belum diketahui penyebabnya.-Individu dengan HLA
Sindrom X-fragil atau sindrom Martin-Bell merupakan tertentu temyata mempunyai risiko lebih tinggi untuk penyakit
penyakit kromosom yang lebih sering mengenai laki-laki. Sin- tertentu dibanding individu lain. Sebenarnya adanya asosiasi
thorn ini ditandai dengan defisiensi mental, displasia ringan marker genetika dengan penyakit tertentu telah lama diketahui,
jaringan ikat, dan makroorkhidisme. Pada mata ditemukan ada- misalnya asosiasi antara golongan darah 0 non sekretor dengan
nya iris yang berwarna biru pucat. ulkus peptikum pada tahun 1920. Mengenai HLA, pada tahun
1960 ditemukan adanya asosiasi antara HLA dengan penyakit
3. Uveitis dan HLA Hodgkin(3).
Antigen per,mukaan pada eritrosit telah lama dikenal, yaitu Adanya asosiasi HLA tertentu dengan uveitis jenis tertentu
misalnya yang menentukan golongan darah ABO, MNS dan mula-mula didasarkan pada adanya beberapa jenis uveitis yang
Rhesus. Antibodi terhadap antigen AB terdapat pada individu bersifat familial. Asosiasi antara HLA tertentu dengan uveitis
yang justru tidak mempunyai antigen AB, sedangkan anti Rhesus tertentu misalnya adalah(20,21) :
terjadi pada kehamilan yang tidak sesuai. Kemudian ternyata a) Iritis pada penyakit Behcet
juga terdapat antigen permukaan yang terdapat pada lekosit yang Penyakit ini ditandai oleh triad iritis, stomatitis aftosa, dan
disebut HLA (Human Leucocyt Antigen atau Histocompatibility ulserasi genitalia. Kelainan mata dapat pula berupa vaskulitis
Locus Antigen) yang merupakan bagian MHC (MajorHistocom- retina, oklusi vena retina, uveitis posterior, neuritis dan neuro-
patibility Complex). MHC sendiri merupakan seperangkat gena retinitis, dan akhimya timbul katarak.
yang terdapat pada kromosom nomor 6 pada lengan p(3). Tern yata penyakit Behcet mempunyai asosiasi dengan HLA-
MHC terdiri dari 3 kelas gena, yaitu kelas I, II, dan III. Yang B5. Pada orang Jepang temyata 30% orang normal mempunyai
termasuk HLA adalah I dan II, sedangkan kelas III meliputi gena- HLA-B5; sedangkan pada penderita sindrom Behcet maka 70%
gena untuk faktor B properdin, komplemen C2 dan C4, serta mempunyai HLA-B5. Keadaan demikian juga ditemukan di
hidroksilase-21(11,18). Selanjutnya temyata bahwa antigen HLA Perancis, Inggris, Israel, Turki, Jerman, dan Tunisia. Penyakit
tidak hanya terdapat pada dinding lekosit, tetapi juga terdapat Behcet temyata lebih berat pada kasus familial dan asosiasinya
pada dinding sel tubuh yang lain(11). lebih kuat pada pria daripada wanita.
Gena-gena kelas I meliputi HLA-A, HLA-B dan HLA-C b) Uveitis anterior pada spondilitis ankilosa
yang mengkode protein membran plasma sel-sel berinti. Gena- Penyakit ini ternyata mempunyai asosiasi kuat dengan HLA-
gena ini mengalami mutasi berkali-kali yang bersifat kodomi- B27, dan pada adanya antigen ini menyebabkan individu mem-
nan, sehingga terbentuk alel ganda (multiple allele), untuk HLA- punyai risiko terkena uveitis anterior adalah 20 kali lebih sering.
A (misalnya Al, A2), HLA-B (misalnya B12, B27) dan untuk HLA- HLA-B27 adalah positip pada 5–8% untuk kontrol normal dan
C (misalnya Cw1, Cw2). positip pada 85% untuk penderita spondilitis ankilosa.
Gena-gena kelas II meliputi HLA-DP, HLA-DQ dan HLA- c) Uveitis pada sindrom Reiter
DR yang mengkode antigen terutama pada limfosit B, makrofag Sindrom Reiter sering terjadi pada pria, dan ditandai oleh
dan limfosit T teraktivasi; tetapi kadang-kadang juga pada sel- uretritis non-bakterial, artritis, konjungtivitis, dan iridosiklitis
sel yang lain(11). HLA ini juga mengalami mutasi berkali-kali dan rekuren. Ternyata 75–80% kasus sindrom Reiter mempunyai

Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993 37


HLA-B27. peran faktor genetik untuk kejadian beberapa bentuk uveitis tadi.
d) Iridosiklitis tanpa varian rematoid Karena kelainan uvea mungkin merupakan bagian dari sin-
Insidensi uveitis anterior akuta ternyata ditemukan lebih thorn klinik yang lebih berat, maka perlu pemeriksaan yang
sering pada keluarga derajat satu dari penderita uveitis anterior lebh teliti atau konsultasi ahli lain. Pemeriksaan yang seksama
akuta yang mempunyai HLA-B27. Di Negeri Belanda kira-kira pada anggota keluarga penderita adalah penting karena bebe-
50% penderita uveitis anterior akuta mempunyai HLA-B27. rapa kelainan uvea memperlihatkan ekspresivitas yang beraneka
e) Iridosiklitis pada artritis rematoid juvenilis ragam.
Artritis ini merupakan satu bentuk artritis rematoid juve-
nilis, berupa monoartritis atau pausiartritis, sering terjadi pada KEPUSTAKAAN
pria. Sebanyak 10–20% kasus juga menderita uveitis anterior
1. Emery AEH, Mueller RF. Element of Medical Genetics, 7th ed. Churchill-
akuta, dan 75% dari mereka mempunyai HLA-B27. Livingstone, Edinbvurg. 1988.
Mengapa HLA tertentu (misalnya HLA-B27) memperlihat- 2. Garver KL, Nora H. Genetics of Man. Lea & Febiger, Philadelphia. 1975.
kan asosiasi dengan penyakit tertentu (misalnya spondilitis 3. McKusick VA. The Morbid Anatomy of the Human Genome. Howard
ankilosa) masih kabur. Untuk menerangkan hal ini ada dua Hughes Medical Institute, Bethesda. 1988.
4. Lamy M. Genetique Medicale, 2eme ed. Masson & Cie Editeurs, Paris.
hipotesis(18) : 1975.
1) Hipotesis rangkai gen, misalnya kepekaan terhadap spon- 5. Robert JM, Plauchu H. Genetique. dalam Debre R, Royer P (eds):
dilitis ankilosa paling tidak sebagian disebabkan oleh satu alel Collection Pediatric. Flammarion Medicine Sciences, Paris 1977. pp. 29-
Ank, yang merupakan gen yang letaknya dekat dengan lokus 37.
6. Scheie HG, Albert DM. Textbook of Ophthalmology, 9th ed. W.B. Saun-
HLA-B. Diperkirakan terdapat ketidakseimbangan rangkai gen ders Company, Philadelphia. 1977.
(linkage disequilibrium) dari ank B27, artinya bahwa gen Ank 7. Barber AN. Embryology of Human Eye. St. Louis: C.V. Mosby Co., 1955.
lebih sering bersama dengan HI,A-B27 dibanding dengan HLA- 8. Hittner HM, Roccardi VM, Ferrel RE, Borda RR, Justice J. Variable
B yang lain yang diharapkan apabila terjadi kombinasi secara expressivity in autosomal dominant aniridia by clinical electrophysiologic
and angiographic criterias. Am. J. Ophthalmol 1980; 89: 53-9.
acak. 9. Mints-Hittner HA, Ferrel RE, Lyons LA, Kritzer FL. Criteria to detect
2) Hipotesis efek antigen, yang mengatakan bahwa polipeptida minimal expressivity with families with autosomal dominant aniridia. Am.
yang dibentuk atas perintah (dikode oleh) alel B27 menyebabkan J. Ophthalmol 1992; 114: 700-7.
individu peka terhadap penyakit spondilitis ankilosa. Mungkin 10. Gates RR. Human Genetics. Vol. I. The Mac Milian Company, New York.
1952.
antigen B27 adalah reseptor permukaan sel untuk virus atau 11. Thompson WM, Mc Innes RR, Willard HF. Thompson & Thompsor
patogen yang lain. Atau molekul B27 mungkin menycrupai anti- Genetic in Medicine, 5th ed. W.B. Saunders Company, Philadephia. 1991.
gen suatu patogen, sehingga antibodi yang ditunjuk untuk me- 12. DeGrouchy J, Turleau C. Clinical Atlas of Human Chromosomes, 2nd ed.
lawan patogen juga menyerang jaringan host yang membawa John Wiley & Sons,. New York. 1984.
13. Nelson LB, Maumene IH. Extopia lentis, dalam Renie WA (ed): Gold-
antigen B27. berg's Genetic and Metabolic Eye Disease, 2nd ed. Little, Brown and Co,
Boston 1986. pp. 183-195.
RINGKASAN DAN SARAN 14. Gorlin RJ, Cohen MM, Levin LS. Syndromes of the Head and Neck, 3rd
Telah dibicarakan beberapa kelainan uvea khususnya iris, ed. Oxford University Press, New York. 1990.
15. Fraser FC, Nora H. Genetics of Man. Lea & Febiger, Philadelphia. 1975.
yang bersifat genetik, baik yang berupa kelainan bentuk, kelain- 16. Jones KL. Smith's Recognizable Pattern of Human Malformation, 4th ed.
an pigmentasi, maupun peradangan. Kelainan iris dapat meru- W.B. Saunders Company, Philadelphia. 1988.
pakan kelainan tersendiri maupun sebagai bagian dari sindrom 17. Asher JH, Friedman TB. Mouse and hamster mutants as models for
genetik, baik sindrom genik maupun kromosomik. Waardenburg syndrome in human. J. Med. Genet. 1990; 27: 618-26.
18. Mange AP, Mange EJ. Genetics: Human Aspects, 2nd ed. Sinauer Asso-
Mengenai kelainan struktur (bentuk), iris telah diuraikan ciate Inc., Sunderland. 1990.
mengenai koloboma iris, aniridia, sindrom WAGR, dan pupil 19. Bach ML, Bach FH. Genetics of Histocompatibility, dalam McKusick VA,
ektopik. Mengenai kelainan pigmentasi telah dibicarakan Claiborne R (eds): Medical Genetics. H.P. Publishing Co. Inc., New York.
mengenai albino okulokutaneus, albino okuler, dan sindroma 1873.
20. Smith RE, Nozik RA. Uveitis: A Clinical Approach to Diagnosis and
Waardenburg. Management. William & Wilkins, Baltimore. 1980.
Adanya asosiasi antara (a) HLA-B5 dengan penyakit Behcet, 21. Merim S. Inherited Eye Diseases: Diagnosis and Clinical Management.
dan (b) HLA-B27 dengan uveitis anterior yang menyertai spon- Marcel Dekker Inc., New York. 1991.
dilitis ankilosa, uveitis yang menyertai sindrom Reiter, irido- 22. McKusick VA. Mendelian Inheritance in Man.9th ed. The Johns Hopkins
University Press, Baltimore. 1990.
siklitis tanpa varian rematoid juvenilis menunjukkan adanya

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 87, 1993

Anda mungkin juga menyukai