Masyarakat Indonesia yang telah banyak mengadopsi budaya barat tak dapat
dipungkiri telah melupakan nilai-nilai sejarah yang ada. Perjuangan para pahlawan yang telah
berusaha membela tanah air sehingga kita dapat merasakan kemerdekaan seperti sekarang ini
mulai terkikis. Nilai nasionalisme semakin memudar dan tidak ada terlihat keinginan untuk
memperbaikinya. Nasionalisme merupakan salah satu paham untuk mengingatkan kita akan
hal kegigihan usaha para pejuang Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Film Naga Bonar
Jadi Dua merupakan salah satu film yang sarat akan tanda. Film ini berkisah mengenai
bagaimana seorang Naga Bonar yang tetap gigih dalam mempertahankan sikap nasionalisme
yang mulai terkikis dewasa ini. Hal inilah yang menyebabkan peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap fim Naga Bonar Jadi Dua ini.
Kata Kunci :
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
karena dalam film Nagabonar Jadi 2, Deddy Mizwar mempertemukan dua
perbedaan antara Nagabonar dan Bonaga (anak Nagabonar) yang tentunya
berbeda generasi, namun sama-sama memiliki semangat Nasionalisme yang
tinggi.
Film Nagabonar jadi 2 dirilis pada bulan Juli tahun 2007. Film ini
dikemas secara apik sehingga penonton dapat tertawa, menangsi, dan emosi
melihat bagaimana upaya-upaya unik Nagabonar dalam mendidik anaknya agar
mempunyai sifat nasionalisme. Nagabonar sang raja copet telah berubah menjadi
sang pejuang kemerdekaan, sekalipun ditampilkan dalam konsep yang nyleneh
dan lucu, tapi film Nagabonar Jadi 2 ini memang sarat akan makna. Tidak
tanggung-tanggung, bintang-bintang yang dipilih untuk memainkan film ini pun
adalah bintang dengan kualitas akting yang bisa dipertanggung jawabkan. Deddy
Mizwar sang sutradar sekaligus menjadi tokoh utama dalam film ini dengan
menjadi Nagabonar, lalu Tora Sudiro yang didaulat menjadi anak Nagabonar,
yaitu Bonaga. Masih ditambah dengan adanya Lukman Sardi, Darius Sinathrya,
dll.
3
film dibuat lebih berdasarkan pada suatu peristiwa yang pernah terjadi atau kisah
nyata. Tentu saja peristiwa tersebut diangkat dalam sebuah film karena pasti
memiliki suatu nilai sejarah, pesan moral, dan dampak sosial yang baik di dalam
masyarakat. Karena melihat begitu besar pengaruh film dalam kehidupan kita,
serta banyaknya makna yang nasionalisme dalam film Nagabonar Jadi 2, maka
penulis memilih untuk meneliti “MAKNA NASIONALISME DALAM FILM
NAGABONAR JADI 2”.
4
c. Menganalisa tentang bagaiman nasionalisme digambarkan dalm film
Nagabonar Jadi 2.
a. Secara Akademis
b. Secara Teoritis
c. Secara Praktis
5
lain merasakannya berbeda-beda. Tujuan dari perspektif ini adalah : memahami
dan mendiskripsikan makna tindakan sosial, realitas sosial bersifat tidak tetap
yang dibuat oleh interaksi manusia, manusia bersifat sosial yang membuat makna
dan secara tetap memaknai dunianya, common sense sebagai teori yang kuat
dalam kehidupan sehari yang digunakan orang biasa, nilai terletak pada bagian
integral kehidupan sosial, tidak ada nilai yang salah, yang ada hanya perbedaan
nilai (ibid :85).
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori semiotik. Teori
ini berpendapat bahawa dalam sebuah teks itu terdapat banyak tanda dan
pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan
tanda-tanda tersebut. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Teori Semiotik
Roland Barthes. dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika
menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi
adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada
realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah
tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di
dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti
(Yusita Kusumarini,2006). Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure.
Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-
bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa
kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang
yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan
menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural
penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang
dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan
“order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus)
dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di
sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap
6
mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga
melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang menandai suatu
masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,
jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi
penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda
baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian
berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan
menjadi mitos
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Saat itu naluri mempertahankan diri sangat berperan dan mendorong mereka
untuk mempertahankan negerinya, tempat mereka menggantungkan diri. Dari
sinilah cikal bakal tumbuhnya ikatan ini, yang notabene lemah dan bermutu
rendah. Ikatan ini pun muncul dalam dunia hewan saat ada ancaman pihak asing
yang hendak menyerang atau menakhlukan sesuatu negeri. Namun, bila
suasananya aman dari serangan musuh, dan musuh itu terusir dari negeri itu,
hilanglah kekuatan ini.
8
d. Nasionalisme budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya sifat keturunan seperti
warna kulit, ras dan sebagainya.
9
pamrih. Nasionalisme perlu dibangkitkan pada momentum-momentum yang
tepat. Secara formal misalnya pada saat peringatan hari sumpah pemuda, hari
kemerdekaan dan hari besar nasional lainnya. Selain itu, nasionalisme juga harus
diwadahi melalui kurikulum pendidikan yang dapat membangkitkan spirit
nasionalisme siswa. Juga, nasionalisme dapat dibangun lewat media massa, lagu-
lagu, karya -karya seni yang lain dan lain sebagainya.
10
Melihat sebuah realita di atas, maka diperlukan adanya penyikapan yang
tepat untuk menjawab adanya perbedaan harapan dan realitas di atas. Berangkat
dari kebangkitan nasional dan sumpah pemuda, kalangan pemuda diharapkan ada
dalam barisan terdepan dalam memperkokoh nasionalisme kebangsaan
Indonesia.
Film adalah selaput yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar
negatif yang dari situ dibuat potrentnya ; tempat gambar positif yang diputar di
bioskop ; gulungan serangkaian gambar-gambar yang diambil dari obyek-obyek
yang bergerak dan akhirnya proyeksi dapat hasil pengambilan gambar tersebut.
Film dalam pengertian sempit adalah penyajian lewat layar lebar, tetapi dalam
pengertian yang lebih lebar dapat juga termasuk yang disiarkan di TV. Film
adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam
pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi,
proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik,
dan/atau lainnya (Definisi Film Menurut UU 8/1992).
Salah satu fungsi film adalah, sebagai kritik sosial. James Monaco
dalam How to Read a Film menyatakan bahwa film bisa dilihat dalam tiga
kategori. Sebagai Cinema (dilihat dari segi estetika dan sinematografi), Film
(hubungannya dengan hal di luar film, seperti sosial dan politik), dan Movies
11
(sebagai barang dagangan). Film sebagai “Film” adalah fungsi kritik sosial,
sementara kita masih sering menduelkan antara Cinema (art film) dengan Movies
(film komersil). Padaha l ketiganya bisa saja bersatu di dalam satu film. Bahkan,
film yang paling menghibur sekali pun, seperti film-film laris dari Hollywood,
punya pesan-pesan kuat, bahkan pengaruhnya lebih kuat dari film-film
propaganda Russia seperti yang pernah ditulis Usmar Ismail (Ekky Imanjaya,
http://www.layarperak.com/home/layar/public_html/header.php [diakses tanggal
15 April 2007] )
Terdapat banyak ide yang didapat untuk membuat suatu karya film.
Bisa karena suatu imajinasi yang menghasilkan film dengan cerita fiktif, atau
bisa juga mengambil dari sebuah kejadian yang benar-benar terjadi yang biasa
disebut dengan kisah nyata. Suatu peristiwa yang dapat diangkat menjadi suatu
12
cerita film biasanya memiliki nilai sejarah, menyangkut banyak kepentingan
umum atau mempunyai cerita yang menarik bagi banyak masyarakat.
Sebagai media kesenian, film adalah salah satu bentuk kesenian yang
paling populer di kalangan masyarakat. Walaupun keadaan perfilman di
Indonesia sempat mengalami situasi yang kurang aktif, bukan berarti dunia
perfilman di Indonesia mati. Perfilman Indonesia saat ini justru sedang
mengalami perkembangan pesat baik dari segi kualitas maupun kuantitas,
sehingga apresiasi masyarakat pun semakin tinggi. Disamping itu, film memiliki
kelebihan bila dibandingkan dengan media lain. Selain bersifat audio juga ada
aspek visual, sehingga masyarakat bisa mendengar sekaligus melihat wajah dan
ekspresi peran yang ditampilkan. Keunggulan film pada saat yang tepat inilah
yang yang dapat kita manfaatkan sebagai momentum perubahan Indonesia
menuju ke arah yang lebih baik.
Salah satu film yang mampu menyedot perhatian masyarakat pada
tahun 2007 adalah film yang kami lihat dan kami ungkapkan sebelumnya, yaitu
Nagabonar Jadi 2. Film yang sarat akan nilai-nilai moral, religi, kekeluargaan
dan bahkan nasionalisme ini dikemas dalam sajian yang ringan, sehingga mampu
diterima masyarakat tanpa mengurangi makna yang terkandung di dalamnya.
Jika dianalogikan bahwa film adalah cerminan dari masyarakat, maka
seyogyanya masyarakat Indonesia mampu memaknai nasionalisme sebagaimana
yang tersirat dalam film NagabonarJadi 2 dengan bijaksana. Dengan demikian,
media film akan sangat efektif sebagai suatu media untuk meningkatkan kembali
nasionalisme bangsa Indonesia.
Meskipun demikian, kondisi film selama ini belum bisa dikatakan
mendidik. Film-film Indonesia yang beredar kerap didominasi oleh tema-tema
13
percintaan dan horor yang kebanyakan berbau seks (seronok). Adegan-adegan
syur seperti ciuman dan adegan “panas” lainnya digunakan para produser film
untuk mendongkrak popularitas film dengan tujuan utama ingin meraup
keuntungan.. Para produser berdalih ingin menggambarkan fenomena sebenarnya
yang terjadi di masyarakat yang tujuannya untuk memberitahukan kepada para
orang tua tentang pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja sekarang ini.
Namun, pada kenyataannya justru adegan ciuman bibir atau bahkan free sex
menjadi semakin populer dan dianggap biasa dan wajar oleh para anak muda di
negeri ini.
Ditekankan lagi bahwa film adalah media komunikasi massa yang
memiliki pengaruh sangat besar dalam memberikan hiburan, edukasi, serta
mempengaruhi masyarakat. Dari situlah pentingnya tayangan film yang benar-
benar memberikan edukasi dengan tidak meninggalkan sisi hiburan
(entertaining), film yang menampilkan budaya asli Indonesia, film yang mampu
membangkitkan rasa nasionalisme bangsa, dan film-film mendidik lainnya.
Sehingga dari tayangan film, kita bisa merubah kondisi bangsa Indonesia
sekarang ini menjadi lebih baik di masa depan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
14
Corbin, 1990 dalam Hoepfl, 1997 dan Golafshani, 2003). Menurut Creswell
(2003), pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun
pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif (misalnya,
makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial
dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan
tertentu) Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat
kebenaran-kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran tersebut tidak
cukup hanya dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi perlu melihat
sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya atau menganalisa
lebih jauh atau secara mendalam. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial. Penelitian ini menggunakan
perspektif intrepretif (konstruktivis). Mengacu pada pemikiran Max Weber
(1864-1920) yang berpendapat bahwa ilmu sosial membutuhkan studi makna
tindakan sosial. Yaitu dimana tidak ada kebenaran yang mutlak atau tunggal.
Individu yang satu dengan individu yang lain merasakannya berbeda-beda.
Tujuan dari perspektif ini adalah : memahami dan mendiskripsikan makna
tindakan sosial, realitas sosial bersifat tidak tetap yang dibuat oleh interaksi
manusia, manusia bersifat sosial yang membuat makna dan secara tetap
memaknai dunianya, common sense sebagai teori yang kuat dalam
kehidupan sehari yang digunakan orang biasa, nilai terletak pada bagian
integral kehidupan sosial, tidak ada nilai yang salah, yang ada hanya
perbedaan nilai (ibid :85).
15
a. Informan
b. Dokumen
a. Wawancara Mendalam
b. Analisis / Dokumen
16
3.4 Validitas Data
1. Komunikator
2. Motivasi Komunikator
6. intertekstualitas
7. Intersubyektivitas
17
Proses uji kebenaran data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
melakukan interview pada pakar-pakar atau pengamat film. Atau ahli-
ahli sosiologi yang dapat menjabarkan makna-makna nasionalisme
dalam film Nagabonar Jadi 2.
8. Common Sense
Proses uji kebenaran data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan
melihat pandangan umum dan persepsi dari masyarakat mengenai film
Nagabonar Jadi 2. Agar peneliti bisa mendapatkan sebuah sumber data
yang akurat seperti yang telah diuji kebenaran data yang telah didapat.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis) yang meliputi tiga
komponen, yaitu : (1) reduksi data (data reduction); (2) sajian data (data
display); dan (3) penarikan simpulan (conclution drawing).
18
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
Film Nagabonar Jadi 2 adalah film yang ditulis Musfar Yasin dan
disutradarai oleh Dedy Mizwar sendiri. film ini merupakan sekuel dari film
nagabonar 1987 dan film ini resmi keluar pada tanggal 29 Maret 2007. Film
ini dibintangi oleh Dedy Mizwar, Tora Sudiro, Wulan Guritno, Lukman sardi,
Uli Herdiansyah, Darius Sinathrya,Mike Muliardo. Film ini terdapat dalam
bentuk DVD ataupun VCD-nya dan film ini merupakan karya terbaik dalam
perfilman Indonesia.
19
milik bapaknya. Oleh karena itu si Bonaga mengajak bapaknya Nagabonar
untuk pergi ke jakarta. Dan tentu saja Nagabonar sangat marah sebab di kebun
itu terdapat tiga kuburan orang yang ‘selalu hidup’ di hati nagabonar yaitu:
kirana istrinya, emaknya, dan si bujang sahabatnya. Apa kata dunia?.
20
asing khususnya perjanjian antar negara. Karena apabila kita tidak berhati-hati
maka kita akan tertipunya.
21
merupakan cermin anak muda modern: metroseksual, pintar, cerdas, dan
dinamis.
22
agar nagabonar bisa mengenang jasa-jasa para pahlawan yang telah gugur
dalam medan pertempuran.
Dan dibagian akhir film ini yang sangat menarik yaitu pada adegan
yang mana nagabonar memberikan pesan terakhirnya pada bonaga adalah “ini
salahku, bonaga. Aku masih hidup di zamanmu, zaman yang sulit ku mengerti
tapi berusaha kupahami karena uku sangat mencintaimu.
Film ini dikemas dalam drama komedi, film “Nagabonar jadi 2” sarat
dengan pesan tentang: cinta laki-laki dan perempuan, cinta orangtua dan anak,
cinta dalam persahabatan, cinta tanah air, termasuk cinta dalam melihat
“perbedaan”.
23
menentukan penanda dan pe tanda serta makna yang terkandung dalam film
nagabonar tersebut.
4.2.1 Scene 1
Makna
Denotasi Konotasi
Penghormatan Nagabonar pada patung Menghargai nilai-nilai perjuangan.
Jenderal Sudirman dengan penuh Setiap lapisan masyarakat harus
kemarahan. menghargai nilai sebuah perjuangan
pahlawan.
24
yang tinggi. Sedangkan kita tahu, bahwa masyarakat di bangsa kita memiliki
nilai yang minim akan bentuk penghargaan terhadap para pahlawan. Jangankan
untuk dihormati, terkadang untuk hormat pada saat upacara bendera pun banyak
yang kurang tulus dan hanya sekedar hormat saja.
Dalam adegan itu juga dijelaskan bahwa banyak dari pengguna jalan yang
ada di situ adalah mereka yang telah korupsi dan makan uang rakyat. Jadi sang
Jenderal tidak pantas untuk memberikan penghormatan kepada mereka semua.
Warga negara yang baik adalah mereka yang mau menghargai apa yang telah
dikorbankan oleh para pahlawan. Kita lah yang wajib memberi hormat kepada
Jenderal Sudirman. Bahkan hampir sebagian besar penduduk Jakarta yang tau
akan keberadaan patung Jenderal Sudirman tersebut hanya sebatas tau saja. Tapi
tidak pernah mau memahami bagaimana perjalanan panjang seorang Sudirman di
medan perang ketika itu. Patung itu berdiri seolah-olah hanya sebagai penghias
jalan semata. Padahal makna dari patung penghormatan Sudirman tersebut
adalah menggambarkan semangat juang yang tinggi, serta dedikasi tanpa batas
oleh seorang Sudirman kepada bangsa Indonesia. Dia memberi hormat dengan
segenap jiwa dan raganya. Sementara masyarakat acuh tak acuh terhadap patung
tersebut. Menikmati kemenangan yang bahkan tidak pernah diperjuangkannya
sama sekali.
Di situ lah adegan ini mengandung makna yang bagus tentang penghargaan
nilai juang. Betapa sang Nagabonar tidak pernah rela melihat seorang Sudirman
yang seorang pejuang kemerdekaan, berdiri tegak menghormati seluruh
pengguna jalan. Menghargai tidak perlu dengan membawa bambu runcing lagi
lalu bereprang. Setidaknya masyarakat mau untuk sekedar mengerti bagaimana
kerasnya hidup di masa lalu. Sekalipun hanya diwujudkan dengan sebuah patung,
sudah selayaknya kita mengucapkan terimakasih dan menganggap bahwa
Sudirman pernah menjadi bagian penting dari kenikmatan yang sudah dirasakan
sekarang. Untuk jangka panjang, setidaknya seluruh masyarakat Indonesia mau
25
menjaga apa yang sudah diperjuangkan, baik persatuan maupun kesatuan
Republik Indonesia.
4.2.2 Scene 2
Makna
Denotasi Konotasi
Nagabonar memberikan janji untuk Penanaman sifat nasionalisme pada
bercerita kepada anak umar tentang generasi muda.
perjuangan masa lalu melawan penjajah.
26
perjuangan pahlawan di masa lalu. Bahkan si tukang bajaj rela tidak dibayar,
asalkan anaknya diceritakan tentang perjuangan masa lalu. Itu menandakan
bahwa ada harapan untuk menanamkan jiwa nasionalisme pada anaknya sejak
masih kecil.
Semangat ini lah yang ingin dibangun dalam adegan tersebut, melalui
antusiasme seorang anak kecil akan perjuangan perang. Kalau seorang tukang
bajaj saja punya sifat nasionalisme yang begitu besar, sudah seharusnya
masyarakat yang mempunyai pendidikan tinggi lebih paham akan apa arti dari
nasionalisme itu.
4.2.3 scene 3
27
Adegan kesembilan yang digunakan adalah jiwa besar yang telah
dilakukan nagabonar ketika mencuri arloji orang jepang dan dapat nasehat dari
anaknya kemudian dia mau memberikannya.
Makna
Denotasi Konotasi
Mencuri arloji orang jepang, tapi Seseorang yang berjiwa besar karena
Nagabonar mengembalikannya mau mengakui kesalahan.
kembali.
28
relatif singkat dibanding penjajahan Belanda. Namun dalam waktu yang
sesingkat itu, Jepang telah merampas semua yang terbaik yang dimiliki
bangsa Indonesia. Jadi menurut Nagabonar, apa yang dia ambil sangatlah
tidak setimpal dengan apa yang telah hilang di masa lalu.
4.2.4 Scene 4
29
Tidak ada.
Backsound : Lagu Indonesia Raya
Makna
Denotasi Konotasi
Menghormati bendera merah putih Jiwa Nasionalisme yang sangat tulus
dengan baju kebesaran nagabonar dan mendarah daging.
ketika berjuang pada jaman peperangan
dulu.
30
Adegan penghormatan dalam film ini, dipilih karena akan membakar
semangat para penontonnya. Salah satu hal yang dinilia bisa menggambarkan
penghormatan kita akan perjuangan para pahlawan adalah dengan diadakannya
upacara bendera setiap senin untuk siswa sekolah. Melihat seorang Nagabonar
yang nyaris pengsan saja masih mau berdiri tegak, masyarakat seharusnya
memiliki semangat yang sama. Jiwa nasionalisme yang tidak pernah habis
dimakan usia dan kesehatan. Bentuknya sangat sederhana, hanya melalui
penghormatan di upacara bendera. Lagu Indonesia Raya yang mengiringi pun
bukan sekedar iringan belakan. Ada maksud kenapa backsound tersebut yang
dipilih. Tidak lain adalah untuk mengembalikan jiwa nasionalisme masyarakat.
Lagu ini dibuat dengan kondisi yang sangat mencekam, sudah seharusnya jika
mastarakat mengerti apa makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Bukan
hanya sekedar hafal, tapi mengerti apa arti dari “Bangunlah jiwanya..bangunlah
badannya untuk Indonesia Raya. Yaitu semangat nasionalisme.
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
32
Simbol tersebut sangat sederhana dan mudah dipahami, karena sangat erat
dengan kehidupan nyata di lingkungan kita, hanya saja kita sering
melupakannya. Maka untuk mengingatkan dan membangkitkan kembali jiwa
nasionalisme itu, dipilihlah simbol-simbol tersebut sebagai pesan moral yang
mudah dicerna. Seperti halnya penghormatan baik kepada pahlawan maupun
Merah Putih yang sekarang hampir kita tidak tahu apa maknanya. Bahwa
dibalik sebuah penghormatan itu, ada jiwa nasionalisme yang mendasarinya.
Usaha seluruh pahlawan wajib dihargai, dan Merah Putih pun wajib dihormati
dengan tulus, bukan formalitas. Semangat nasionalisme juga disimbolkan
dengan pencitraan perjuangan pahlawan yang baik melalui cerita perjuangan
masa lalu. Hal ini dipilih karena ada semacam persuasi di dalamnya. Jika anak
kecil saja mau dengan antusias mendengarkan cerita perjuangan pahlawan,
generasi muda pun harusnya tidak kalah antusias.
5.2 Saran
1. Bagi Produser film, hendaknya lebih mengutamakan pesan moral dan ide
cerita dalam membuat karya film. Tidak hanya mengikuti trend yang ada.
33
2. Bagi pemirsa film agar lebih cermat dalam memahami makna film yang
ditonton sehingga dapat memahami pesan positif dari film tersebut.
3. Bagi para akademisi yang memiliki kerangka berpikir yang kritis seyogyanya
memberikan perangkat analisis yang baru dalam hal memahami pesan di
media massa, khususnya film. Sehingga di era ini masyarakat tidak terjebak
dalam kamuflase sebuah film.
DAFTAR PUSTAKA
____________. 2003. Ilmu teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Firdausi,Fahri http://fahri99.wordpress.com./2006/10/14/semiotika-tanda-dan-makna/
34
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES.
http://id.wikipedia.org/wiki/damai
www.pemdadiy.go.id/berita/mod/fileman/files/agama_sebagai_penopang_perdamaian_dunia.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/bahasa
35