Artikel Ilmiah
Artikel Ilmiah
PENGUKUUR KECEPATAN AN
NGIN
RBASIS MIKROKON
BER NTROLER
R AT89S52
AR
RTIKEL ILMIAH
h
Oleh
NENY KURNNIAWATI
J1D1060
0132
PROGGRAM STU
UDI FISIK
KA
ULTAS MA
FAKU ATEMATIIKA DAN ILMU
I PEN
NGETAHUUAN ALAM
M
UNIIVERSITA
AS LAMBU
UNG MANG GKURAT
BANJARB
BARU
Pebruari, 2011
PENGUKUR KECEPATAN ANGIN
BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S52
Oleh:
Neny Kurniawati, Dr. Suryajaya, Prihatin Oktivasari, M.Si
Program Studi Fisika Fakultas MIPA Unlam, Jl. A. Yani Km 36
Kampus Unlam Banjarbaru Kalsel
ABSTRAK
Pada penelitian ini telah dibuat alat pengukur kecepatan angin dengan cara
mendeteksi perputaran baling-baling menggunakan sensor inframerah, yang
kemudian dihitung sebagai frekuensi (rotasi per menit). Hardware yang dierlukan
yaitu: sensor infra merah, sumber tegangan DC, mikrokontroler dan hyper
terminal (komputer). Software yang digunakan yaitu, Bascom 8051 dan
AEC_ISP. Mikrokontroler yang digunakan merupakan keluarga MCS-51 keluaran
Atmel yaitu AT89S52. Kalibrasi alat dilakukan dengan mengambil 10 data
kecepatan angin yang bertujuan untuk mendapatkan hubungan knot dengan rpm.
Pada pengujian alat didapatkan alat yang dibuat dapat berfungsi dengan baik pada
ketinggian 1 meter untuk pembacaan kecepatan angin antara 0 – 5 knot,
sedangkan untuk kecepatan angin diatas 5 knot alat tidak dapat berfungsi dengan
baik.
ABSTRACT
In this study gauges wind speed is made by detecting rotation of a propeller using
infrared sensors, which then calculated as frequency (rotations per minute). The
hardware used are: infrared sensors, DC voltage source, microcontroller and hyper
terminal (computer). Software used namely, Bascom 8051 and AEC_ISP.
Microcontroller used is the MCS-51 family of Atmel AT89S52. Calibration of
equipment is done by taking 10 wind speed data in order to get the knots
relationship with rpm. On testing measuring wind speed AT89S52
microcontroller-based available device that can function well at a height of 1
meter to the reading of wind speed between 0-5 knots, while for wind speed above
5 knots tools can not properly.
A. Pendahuluan
Angin adalah gerakan atau perpindahan masa udara pada arah horizontal
yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara dari satu tempat dengan tempat
lainnya. Angin diartikan pula sebagai gerakan relatif udara terhadap permukaan
bumi, pada arah horizontal atau hampir horinzontal.
Indonesia memiliki potensi kecepatan angin 2 – 6 m/s, dengan potensi
angin seperti itu dapat dihasilkan 9,29 GW energi listrik (Indonesia Energy
Outlook, 2005) sedangkan kapasitas terpasang saat ini baru 0,0005 GW (ESDM,
2005).
Berdasarkan dari Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi
(Staklim) Kelas I Banjarbaru, pada saat ini belum dapat diketahui potensi energi
angin di Kalimantan Selatan. Hal ini disebabkan alat pengukur kecepatan angin
atau anemometer yang terdapat di Kalsel sangat terbatas, yaitu hanya mempunyai
tiga anemometer, dua berada di Banjarbaru (Kantor Staklim dan Bandara
Syamsudin Noor) dan yang lain berada di Bandara Stagen Kotabaru
(http://www.alpensteel.com/index.php). Oleh karena itu, diperlukan penelitian
untuk membuat alat pengukur kecepatan angin yang portable, sehingga dapat
digunakan pada setiap tempat untuk memudahkan pengukuran.
Kecepatan angin bervariasi dengan ketinggian dari permukaan tanah,
sehingga dikenal adanya profil angin, dimana makin tinggi gerakan angin makin
cepat. Kecepatan angin diukur dengan menggunakan alat yang disebut
Anemometer atau Anemograf.
Telah ditemukan berbagai alat pengukur kecepatan angin. Leon Battista
Alberti seorang arsitek Italia adalah orang yang pertama kali membuat
anemometer, dia menfaatkan perputan baling-baling berbentuk setengah bola
sebagai pendeteksi kecepatan angin. Hasil penelitian Alberti kemudian dijadikan
acuan dalam pembuatan anemometer berikutnya.
Seiring berkembangnya teknologi, anemometror terus berinovasi. Pada
awalnya pengukuran kecepatan angin hanya terbatas untuk mengetahui kecepatan
sesaat saja, namun kemudian berkembang sistem komputerisasi yang
memungkinkan kecepatan angin dapat diketahui secara real time. Bentuk
anemometer pun mulai berkembang tidak hanya berbentuk setengah bola dengan
3 atau 4 mangkok. Terdapat anemometer sonik yang mengukur berapa banyak
gelombang suara perjalanan antara sepasang transduser yang dipercepat atau
diperlambat oleh pengaruh angin, serta terdapat pula anemometer thermal yang
mengukur perubahan suhu sebagai efek dari adanya perubahan hembusan angin.
Sistem otomatisasi dan kontrol juga berperan besar dalam pengukuran
kecepatan angin dan perkembangan alat pengukurnya. Pada penelitian ini dibuat
alat pengukur kecepatan angin berbasis mikrokontroler AT89S52, rancangan yang
digunakan adalah dengan memanfaatkan perputaran baling-baling setengah bola
dengan 4 mangkok dan dimaksimalkan agar alat tersebut dapat memudahkan
untuk pengukran dilapangan (portable).
Permasalahan penelitian ini difokuskan pada pembuatan alat pengukur
kecepatan angin berbasis mikrokontroler AT89S52 yang akan digunakan untuk
mengukur kecepatan energi angin.
Tujuan penelitian ini adalah mengkalibrasi alat pengukur kecepatan angin
berbasis mikrokontroler AT89S52 dengan anemometer standar yang terdapat di
Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarmasin dan membuat pengukur kecepatan
angin berbasis mikrokontroler AT89S52.
B. Metodologi
Penelitian dilakukan selama 12 bulan terhitung mulai bulan Februari 2010
– Januari 2011. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa tahapan yang
dilaksanakan di Laboratorium Pengembangan Fisika Progran Studi Fisika
Fakultas MIPA Univertitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan Selatan,
yaitu pembuatan alat pengukur kecepatan angin berbasis mikrokontroler,
penentuan karakteristik dan kalibrasi alat, analisa dan pengolahan data kalibrasi.
Hardware yang dierlukan yaitu: sensor infra merah, sumber tegangan DC,
mikrokontroler dan hyper terminal (komputer). Software yang digunakan yaitu,
Bascom 8051 dan AEC_ISP.
Prosedur penelitian ini adalah:
1. Pembuatan Alat Pengukur Kecepatan Angin Berbasis Mikrokontroler
AT89S52
Alat yang dibuat memanfaatkan perputaran baling-baling yang terbuat dari
plastik. Dari perputaran baling-baling ini akan didapatkan kecepatan dalam satuan
rpm (rotasi per menit). Untuk memdeteksi jumlah putaran yang dihasilkan oleh
baling-baling digunakan sensor inframerah, yang diletakkan seperti pada gambar
Indikator
perputaran
Sensor
inframerah
(a) (b)
Sensor inframerah terdiri dari dua bagian yaitu pemancar (transmitter) dan
penerima (receiver) rangkaian sensor seperti pada gambar 3.2. Perhitungan
perputaran berdasarkan pada pantulan sinar inframerah yang dipancarkan oleh
transmitter. Ketika sinar infra merah mengenai plat indikator akan terjadi pantulan
yang kemudian akan diterima oleh receiver. Pantulan sinar inframerah tersebut
kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan tegangan keluaran sensor.
Keadaan ini menjadi indikasi bahwa telah terjadi 1 putaran setiap adanya
perubahan tegangan keluaran sensor.
Pada mikrokontroler akan diprogram untuk membaca jumlah perputaran
terhadap waktu kemudian mengkonversi satuannya dari rpm menjadi knot.
2. Kalibrasi Alat
Proses kalibrasi alat merupakan langkah penyesuaian pembacaan pada alat
dengan anemometer standar yang sudah ada sebagai pembanding pembacaan
kecepatan angin. Pembanding yang digunakan adalah anemometer di Badan
Meteorologi dan Geofisika Banjarmasin. Pada tahapan ini peneliti akan
mengamati seberapa jauh perbedaan pembacaan data alat yang sudah dibuat
dengan pembacaan pada alat standar sehingga dapat diperoleh data perbandingan
yang nantinya akan digunakan untuk menyempurnakan pembacaan alat dengan
memberikan penguatan yang sesuai.
3. Pengolahan dan Analisa Data
Pada pengolahan data ini dilakukan konversi data perputaran per menit
(rpm) yang didapat pada pengukuran dengan alat yang dibuat menjadi data
kecepatan angin (knot). Selain itu dilakukan juga pengujian kecocokan alat, data
pengujian alat akan diolah dengan uji statistik, yaitu uji t untuk data berpasangan.
Kecepatan Standar (Knot)
5.0 R² = 0.966
4.0
3.0
2.0
1.0
0.0
0 10 20 30 40 50 60
Kecepatan Alat (rpm)
6
5
4
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25
Waktu (menit)
kecepatan standar (knot) kecepatan alat (knot)
Dari hasil pengujian alat terdapat selisih pembacaan pada beberapa data.
Pada grafik pencocokian pembacaan alat di atas dapat dilihat bahwa ada 3 titik
pada kurva yang tidak berimpit, yang berarti bahwa pada ketiga kondisi tersebut
alat yang dibuat tidak menampilkan kecepatan angin yang benar. Adanya
perbedaan pembacaan ini dikarenakan alat yang dibuat tidak dapat membaca
adanya perubahan tegangan keluaran sensor pada saat kecepatan angin berada
pada angka ≥ 5 knot. Akan tetapi untuk kecepatan angin < 5 knot, alat yang dibuat
menunjukkan angka yang mirip dengan anemometer standar.
Untuk menilai kelayakan alat perlu dianalisis menggunkan uji statistik
yakni uji t, berdasarkan data kecepatan angin yang didapat dari anemometer
standar dengan alat yang dibuat. Anemometer standar diasumsikan sebagai X1 dan
alat yang dibuat sebagai X2. Uji t menggunakan nilai rata-rata dari masing-masing
data, nilai rata-rata ini kemudian dimasukkan ke dalam rumusan thitung, jika thitung <
ttabel maka hipotesis nihil yang diterima atau data pertama dengan data kedua tidak
terdapat perbedaan. Jika thitung > ttabel maka hiupotesis nihil ditolak atau terdapat
perbedaan antara data pertama dengan data kedua.
Dari hasil perhitungan uji t didapatkan perbandingan thitung (1,3784) <
ttabel (2,4334) pada nilai signifikan 95%, hipotesis nihil diterima. Dengan demikian
bisa disimpulkan bahwa “Tidak terdapat perbedaan antara data pertama pertama
dengan data kedua”.
D. Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengkur kecepatan angin berbasis mikrokontroler
AT89S52 didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kalibrasi alat dilakukan dengan mengambil 10 data kecepatan angin dan
didapatkan persamaan hubungan rpm dan knot sebesar y = 0.088x + 0.573,
dengan nilai akurasi data 96.6%.
2. Alat yang dibuat terdiri atas hardware dan software yang berbasis
mikrokontroler AT89S52, dipengujian alat didapatkan alat berfungsi dengan
baik pada ketinggian 1 meter untuk pembacaan kecepatan angin antara 0 – 5
knot, sedangkan untuk kecepatan angin ≥ 5 knot alat tidak dapat berfungsi
dengan baik.
3. Berdasarkan hasil uji t untuk data pengujian alat didapatkan perbandingan
thitung (1,3784) < ttabel (2,4334) pada nilai signifikan 95%, yang berarti bahwa
tidak terdapat perbedaan antara data pertama pertama dengan data kedua.
E. Ucapan Terimakasih
Dr. Suryajaya dan Prihatin Oktivasari, M.Si selaku dosen pembimbing;
Dekan FMIPA, Ketua Program Studi Fisika, seluruh dosen, staf administrasi,
rekan mahasiswa Fisika FMIPA UNLAM, dan teman-teman di Angkatan Muda
Al-Baythar atas bantuan dalam menyelesaikan skripsi; Pimpinan BMG Stasiun
Meteorologi Banjarmasin atas ijin untuk melakukan kalibrasi. Orang tua dan
keluarga yang memberikan dukungan penuh dalam menyelesaikan kuliah di
program studi.
F. Daftar Pustaka
Areny, RP, Webster, Jg. 2001. Sensors and Signal Conditioning Second Edition.
Wiley-Interscience Publication, United States of America.
Boyle. G, 1996. Renewable Energy Power for a Sustainable Future. The Oxford
University and Open University, United Kingdom.
Sears, FW, Zemansky, MW. 1994. Fisika untuk Universitas 1 Mekanika, Panas,
Bunyi. Penerbit Binacipta: Jakarta