Anda di halaman 1dari 3

Ujian Manajemen Pelayanan Kesehatan

Dosen: Boyke R. Purnomo, SE., MM.

ANALYSIS BREAK EVENT POINT


Muhammad Khotibuddin, dr.
10/308516/PKU/11779

[2011]

NUTRITION & HEALTH | DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

GAJAH MADA UNIVERSITY, YOGYAKARTA, INDONESIA


RENCANA PENGEMBANGAN PROGRAM RELAKSASI PASIEN RAWAT INAP

DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH PAKEM SLEMAN

Pendahuluan
Pasien rawat inap non trauma menghabiskan waktu lama rawat inap di RS PKU Muhammadiyah
Pakem Sleman selama ± 2 hari. Rata-rata jumlah pasien rawat inap non trauma per bulan sebanyak
100 orang. Sebanyak 80 orang adalah pasien dewasa dan sisanya adalah anak-anak dan bayi. Dalam
setahun terdapat 960 pasien dewasa ranap non trauma selama ± 2 hari. Efek samping yang timbul
karena tubuh tidak bergerak selama beberapa hari menyebabkan banyak pasien mengeluhkan
gejala-gejala seperti, kaku sendi, nyeri otot, penurunan mood, dan rasa bosan. Tidak jarang keluarga
pasien membawakan tukang pijat mandiri untuk mengatasinya. Biaya yang dikeluarkan keluarga
pasien diluar biaya berobat bervariasi antar tukang pijat. Rata-rata kasar yang diperoleh adalah
sebesar Rp. 30.000/jam. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan, pimpinan berinisiatif untuk
mendatangkan alat pijat otomatis yang dapat dipindahkan dari ruang ke ruang dengan mudah.
Untuk memenuhi ambisi ini, manajemen berniat menaikkan biaya sewa kamar dengan selisih Rp.
30.000 per hari. Manajemen kesulitan untuk menentukan titik impas kenaikan biaya sewa kamar per
harinya. Untuk itu kami lakukan analsis break event point.

Analisis Keuangan
Untuk melaksanakan program ini dibutuhkan 1 buah kursi pijat otomatis seharga Rp. 26.000.000.
Untuk perkiraan biaya servis dan suku cadang diperoleh kisaran 5% harga beli per tahun atau
sebesar Rp. 1.300.000. Untuk mengoperasikan alat tersebut selama 1 jam dibutuhkan 1 orang
tenaga perawat atau bidan. Besarnya jasa pengoperasian alat ini adalah sebesar Rp. 3.000 per servis.
Beban listrik diperkirakan sebesar Rp.3.000 per jam. Dengan asumsi jumlah pelayanan yang
diberikan dalam setahun ada 80 pasien x 12 bulan = 960 kali. Maka beban suku cadang dan servis
dibebankan pada pasien sebesar Rp. 1.350. Total biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 7.350
per jam.

Analisis Break Event Point.


Diketahui :

- Harga alat Rp. 26.000.000


- Biaya Variabel per servis Rp. 7.350
- Jika Break event point yang diinginkan tercapai dalam waktu setahun, maka BEP = jumlah
potensi servis dari ranap selama setahun yaitu 960 kali servis.

Sehingga: Harga servis pijat refleksi per jam untuk mendapatkan BEP tersebut adalah:

BEP = Harga Alat .

Harga servis – Biaya variabel servis

Muhammad Khotibuddin, dr.| 10/308516/PKU/11779


Harga servis – Biaya variabel = Harga Alat / BEP

Harga servis = (Harga Alat / BEP) + Biaya variabel

= (26.000.000/960) + 7.350

= 27.100 + 7.350

= 34.450

Untuk mendapatkan break event point dalam setahun, manajemen harus membebankan biaya
servis pijat otomatis kepada pasien sebesar Rp. 34.450 per jam untuk sekali pijat setiap 2 hari.
Sehingga biaya sewa kamar pasien perhari dapat dinaikkan sebesar Rp. 34.450/2 = Rp. 17.225. Hal ini
sesuai dengan harapan manajemen untuk menentukan kenaikan harga sewa kamar per hari dibawah
Rp. 30.000.

Kesimpulan

Jika manajemen ingin melaksanakan program ini dengan break event point dalam 1 tahun, maka
manajemen harus menaikkan harga sewa kamar sebesar Rp. 17.225 per hari dari harga sewa kamar
sebelumnya.

Muhammad Khotibuddin, dr.| 10/308516/PKU/11779

Anda mungkin juga menyukai