Kisah ini terjadi ketika di Sekolah Menengah Atas (SMA). Di sebuah sekolah, ada seorang
gadis yang baik, pintar, sederhana, dan tidak sombong. Ia memiliki seorang sahabat yang
begitu dekat, baik, dan perhatian kepadanya. Mereka bagaikan saudara antara kakak dan
adik. Di sisi lain ada juga dua orang yang begitu dekat dan akrab. Tetapi sikap dan tingkah
laku mereka sangatlah jauh berbeda dengan gadis dan sahabatnya yang bagaikan saudara.
Mereka sangat angkuh, sombong, jahat, dan suka mencela orang. Ketika bel berbunyi,
semua siswa masuk ke kelas. Dan itu hari pertama di kelas XI.
(Sari dan Silna masuk dengan berlari dan sengaja menabrak Yunita dan Sherly).
Siapa sih…??
Sherly : Emang mata kamu dimana? Udah jelas-jelas kami yang mau masuk duluan.
Silna : Hei… kunyuk!! Temen saya kan udah minta ma’af, kok kamu yang sewot.
Yunita : udah …. udah! Udah Sher, aku gak apa-apa, yuk kita masuk.
Setelah jam pertama habis, bel istirahat berbunyi. Semua siswa beristirahat keluar kelas.
Sari : Aduh … capek banget nich, hari pertama aja udah belajar,
Yunita : Ah…, gak maulah. Saya masih kenyang, tadi pagi udah sarapan.
Sari : Normal gax sih kamu?! Gak liat apa cowok seganteng dia.
Silna : Trus… kenapa? Jangan-jangan…kamu naksir dia ya? Ngaku aja deh.
Waktu istirahat habis dan bel berbunyi. Semua siswa masuk ke kelas dan melanjutkan
pelajarannya. Setelah lama waktu berlalu, bel pun berbunyi yang menandakan waktu
pulang.
Sherly : Yun…, pulang duluan ya? Soalnya saya dijemput orang tua.
Coba aja rumah kita arahnya sama, kita pasti pulang bareng.
Yunita : Ya udahlah, gak pa-pa. Kamu pulang duluan aja. Saya pulang sendiri,
Yunita jalan pulang kerumah, tiba-tiba terdengar suara klakson, dan berhenti. Dan ternyata
Hengky : Siapa yang ngerepotin? Gak kok, kita kan satu arah pulangnya.
Yunita : Gak kok. Ini dah nyampek. Mampir dulu yuk? Kan cuacanya pasti haus.
Yunita : Iya…, bapak ibuku lagi pergi. Jadi saya tinggal dirumah sendiri.
Hengky : O…gitu. Ya udah. Saya pulang dulu ya. Sampai ketemu besok disekolah.
Keesokan harinya, semua siswa kembali sekolah dan melakukan berbagai macam kegiatan
seperti biasanya.
Yunita : Ma’af… bukannya saya membela temen saya, tapi memang harus begitu.
Sari : (mendorong) gak usah sok ngajarin saya deh!! Kamu pikir, kamu siapa?!
Pake otak donk, emang dengan ceramah kamu, saya bakal nurut gitu
Sherly : Mereka bohong…! Semua itu gak bener. Mereka duluan kok.
Setelah kejadian itu, hari demi hari terlewati, waktu terus berjalan. Kedekatan seorang
gadis sederhana, baik dan cowok tampan terfavorit disekolah semakin dekat. Tetapi disisi
lain, seorang gadis yang angkuh dan sahabatnya tidak senang dengan keakraban mereka.
Mereka berdua selalu mencar-cari masalah untuk menjauhkan gadis sederhana dan cowok
tampan tersebut. Pada saat itu, mereka berdua belum dikatakan ada hubungan special,
hanya sekedar teman biasa yang saling tukar pikiran, tanya-menanya masalah pelajaran.
Suatu hari, gadis sederhana itu mulai merasakan perasaan kepada cowok tampan tersebut.
Hengky : Yun… istirahat kita ke perpus yuk? Cari buku untuk tugas.
Yunita : Apa sih Sherly ini? Ya udah, iya nanti kita ke perpus.
Silna : Ee… kunyuk! Saya dengar si kunyuk temen kamu itu mau ke perpus ya
ma cowok ganteng?!
Sherly : Trus kenapa? Ada hubungannya dengan kamu?
Silna : Jelas ada donk!, jangan ngarep dech si kunyuk temen kamu itu bisa
(dalam hati sangat senang dan sepat berpikir ingin jadi pacarnya).
Sari : Hayo…!! Apa-apaan sih kalian berdua? (lalu menarik tangan Hengky).
Hengky : Nanti juga kamu tau, gak pa-pa kan Sher, kami tinggal dulu.
Hengky : Saya ingin kamu lebih dari seorang teman buat saya. Apakah kamu mau?
Yunita : Tapi…, gimana dengan Sari? Bukankah dia suka sama kamu?
Hengky : Kamu sadar gak sih? Kenapa saya gak suka denganmu?
Sari : Tapi…, saya suka denganmu. Saya rela berubah demi kamu.
Yunita : Benar apa yang Sari bilang. Kamu memang pantas dengannya. (pergi)
Saya suka sama kamu. Demi kamu saya akan melakukan apapun
Saya hanya mencintai seorang wanita yang sederhana dan tulus sama saya.
Hengky : (Diam sejenak dan berfikir). Baiklah saya beri kamu kesempatan.
Saya gak akan maafin dan anggap saja kita gak pernah kenal.
“camkan itu!”.
Sari : Iya h…, saya janji. Saya akan melakukan semua yang kamu mau.
(Yunita kembali ke kelas dengan wajah yang tampak sedih dan murung).
Sherly : Yun… gimana tadi? Hengky ngomong apa sama kamu? Kok kamu sedih.
Sherly : Masak sih, Cuma pinjem buku? Kok gak disini aja? Kamu bohong ya?
Yunita : Sebenarnya…h… Tadi nyatain perasaannya ke saya, tapi saya nggak mau
nyakitin perasaan Sari. Karena saya tau Sari juga suka ma dia.
Sherly : Loch…koq gitu Yun…? Kenapa gak kamu jawab iya aja?
Saya salut dengan kamu. Kamu slalu mementingkan perasaan orang lain
Kayaknya ada yang lagi sedih ni…, cintanya ditolak sama cowok ganteng.
Sherly : Maaf ya… Bisa diam gak? Teman saya ini lagi sedih.
Sementara itu, Sari sedang berusaha untuk mengubah sikapnya, ia mencari-cari perhatian
agar cowok tampan tertarik padanya. Sahabatnya pun turut membantu. Namun karena
mereka melakukan dengan jalan yang mudah dan cepat, semua usaha yang mereka lakukan
sia-sia, sebab mereka hanya berlaku baik jika didepan cowok tampan saja. Namun jika
tidak ada, mereka dengan leluasa mencaci dan menyakiti gadis sederhana dan sahabatnya
yang mereka anggap sebagai saingan berat untuk mendapatkan cowok tampan tersebut.
Silna : Menurut saya sih, kamu harus kayak kunyuk sederhana itu.
Soalnya dengan penampilan yang begitu, pasti dia tertarik sama kamu.
Sari : Ha…!! Gak salah?? Saya harus kayak cewek dungu itu?
Silna : Iya…, soalnya cuma itu satu-satunya cara agar kamu bisa dapetin
Ketika Yunita sedang lewat, Silna dengan sengaja membuatnya jatuh dan seolah-olah Sari
Yunita : Aduh…!
Yunita : (Bingung / heran sama Sari). Gak kok. Saya gak pa-pa.
Sari : Ya ampun Silna. Kamu sengaja ya? Kan kasihan, Yunita jatuh.
Yunita : Gak… saya gak pa-pa. soalnya Sari tadi uah bantuin saya.
Suatu hari, Sari dan Silna merasa belum puas dengan apa yang mereka lakukan terhadap
gadis sederhana itu. Mereka menjebaknya, namun sayang perbuatan mereka diketahui oleh
cowok ganteng.
Silna : Ri…, gimana kalau kita ngerjain cewek kunyuk itu, mau gak?
Silna : Sini dech Ri…. (menarik dan mengambil uang Sari dalam kantong).
Sari : Loch…, buat apa Sil? Itukan uang saya kok kamu ambil sih?!
Duit kamu gak kan saya ambil, tapi mau saya tarok di tas cewek kunyuk itu.
Sari : (pura-pura bingung). Uang saya mana yach? Kamu tau gak Sil?
Sherly : Ya udah…, periksa aja lagi! Yang pasti kami berdua gak mengambilnya.
Silna : Ini duit kamu bukan Ri? Saya temukan di tas kunyuk ini.
(menunjuk Yunita)
Silna : Maling mana ngaku sih! Udah ngaku aja dech!? Dasar maling!!!
Tadi saya gak sengaja dengar mereka ingin ngerencanain ini semua.
Hengky : Apa…?! Kamu bilang demi saya?? Tapi cara kamu salah.
Kamu ingat dengan janji kamu? Saya gak akan maafin dan kenal kamu lagi!
Sari : Gak… itu kan kan terjadi. Saya mohon maafin saya!. Saya ngaku…
saya bersalah. Saya sadar, semua yang saya lakukan itu gak benar.
Yunita : Sebaiknya kamu ma’afin aja dia. Saya sudah gak pa-pa.
Sari : Yunita…, Saya tau kamu pasti berat untuk maafin saya.Tapi saya mohon…
Yunita : Udah..udah Ri. Saya gak pernah sedikitpun dendam dan benci sama kamu.
Sari dan Silna : O…iya. Ma’afin kami berdua yan Sher. Terutama saya (ucap Silna).
Akhirnya, Sari dan Silna menyesal dengan apa yang mereka lakukan. Mereka meminta
ma’af dan Sari merelakan Yunita dan Hengky bersatu. Suasana pun menjadi terharu
bercampur senang.