TUGAS FIX KE 2
TUGAS FIX KE 2
1
elemen volume, elemen volume ini harus mengandung titik representatif yang
jumlahnya banyak sekali tetapi cukup kecil bila dibandingkan dengan seluruh titik
representatif. Distribusi kecepatan dianggap merupakan fungsi continue meskipun
sesungguhnya bila jumlah titik representatif terbatas fungsi distribusi kecepatan
discontinue.
Persoalan pertama:
Jika jumlah total molekul N atau jumlah titik representatif = N pula, maka
berapa bagian molekul memiliki komponen–X dari kecepatan di antara harga
sembarang yaitu dari vx sampai (vx + dvx)? Dengan kata lain, berapa banyaknya
titik representatif yang terdapat dalam lembaran (slice) yang tebalnya dvx sejajar
dN vx
Untuk menjawab pertanyaan ini, mula-mula diambil yang meyatakan
banyaknya titik wakil dalam slice. Jika bagian ini dibandingkan dengan seluruh
titik wakil (N), maka akan menjadi:
dN vx
N
Bagian ini akan bergantung dari letak slice. Jadi, merupakan fungsi dari vx, juga
tergantung dari tebalnya slice (dVx ) berarti sebanding dengan dvx. Karena bagian
titik wakil dalam slice dapat dinyatakan dengan:
dN vx
= f ( v x ) dv x
N
dN vx = N f ( v x ) dv x
dN v y = N f ( v y ) dv y
dN vz = N f ( v z ) dv z
Persoalan kedua
dan pada sumbu y sebesar dari vy sampai (vy + dvy). Jumlah molekul ini akan
sama dengan jumlah titik ujung vektor kecepatannya yang terletak pada prisma
yang merupakan perpotongan slice yang tegak lurus dengan sumbu x sejarak vx
dari titik pusat sumbu O dengan tebal dvx dengan slice yang tegak lurus dengan
sumbu y yang berjarak sejauh vy dari titik O dan bertebal dvy seperti terlihat pada
gambar 3.
3
Gambar 3
d 2 N vx v y . d 2 N vx v y ,
Jumlah molekul ini dinyatakan dengan Besarnya bergantung
pada vx, vy, dan juga pada tebal dvx dan dvy. hal ini dapat dituliskan dengan
persamaan:
d 2 N vx v y
= f ( v x ) f ( v y ) dv x dv y
N
Atau
d 2 N vx v y = N f ( v x ) f ( v y ) dv x dv y
d 2 N v y vz
sampai (vz +dvz). Jumlah ini ditulis , sehingga:
d 2 N v y vz = N f ( v y ) f ( v z ) dv y dv z
d 2 N v x vz
sampai (vz + dvz). Jumlah ini ditulis , sehingga:
d 2 N vx vz = N f ( v x ) f ( vz ) dv x dvz
Langkah berikutnya adalah mencari jumlah molekul yang memiliki kecepatan
dengan komponen kecepatan pada sumbu x adalah vx sampai (vx + dvx), pada
sumbu y adalah vy sampai (vy +dvy) serta pada sumbu z adalah vz sampai (vz +
dvz). Molekul-molekul ini akan memiliki titik ujung kecepatan pada suatu
prisma kecil merupakan potongan dari slice yang tegak lurus sumbu x berjarak
vx dari titik O dan dengan tebal dvx dengan slice yang tegak lurus sumbu y
berjarak vy dari titik O dan bertebal dvy serta dengan slice yang tegak lurus
dengan sumbu z berjarak vz dari O dan tebal dan tebal dvz (gambar 3).
Gambar 4
Jumlah molekul ini akan tergantung dari vx, vy, vz serta dvx, dvy, dan dvz.
d 3 N vx v y v z
Besarnya molekul ini ditandai dengan dapat dituliskan:
5
d 3 N vx v y vz = N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv x dv y dv z
Titik-titik ujung vektor kecepatan molekul disebut titik wakil yaitu yang mewakili
molekul. Dari gambar, maka dapat dinyatakan bahwa volume prisma kecil adalah:
dv x dv y dv z
Sehingga dapat dihitung pula bahwa jumlah titik wakil per satu satuan
volume adalah ρ, yang dapat ditulis:
d 3v x v y v z
ρ= = N f ( vx ) f ( v y ) f ( vz )
dv x dv y dv z
Kalau sebaran kecepatan adalah isotropik, maka ρ adalah sama untuk daerah
yang memiliki jarak dari O sebesar v. Dalam hal ini, berlaku juga:
2 2 2
v 2 = vx v y vz
Dengan kata lain, besarnya ρ sama dalam satu shell, yaitu bola berongga tipis
dengan jari-jari v dari titik O dan tebal dv, seperti yang terlihat pada gambar 5.
Gambar 5
Jika terjadi perpindahan dari elemen volume I ke elemen volume II,
pada umumnya ρ cenderung berubah. Perubahan ρ yang terjadi
karena perubahan vx, vy, vz masing-masing berubah dengan dvx, dvy, dvz.
∂ρ ∂ρ ∂ρ
dρ = dv x + dv y + dvz
∂v x ∂v y ∂v z
dapat dituliskan:
∂ρ
= N f ' ( vx ) f ( v y ) f ( vz )
∂v x
f ( vx )
f ' ( vx ) =
di mana: dv x
∂ρ
= N f ( vx ) f ' (v y ) f ( vz )
∂v x
∂ρ
= N f ( vx ) f (v y ) f '( vz )
∂v x
Kalau perubahan dvx, dvy, dvz, dalam elemen volume II masih terletak dalam shell
I elemen volume I dan karena keadaan isotropik maka haruslah:
dρ=0
dρ dρ dρ
dρ = dv x + dv y + dv z
dv x dv y dv z
7
0 = N f ' ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv x + N f ( v x ) f ' ( v y ) f ( v z ) dv y + N f ( v x ) f ( v y ) f ' ( v z ) dv z
f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv z
Persamaan ini dibagi dengan sehingga didapat:
v2 = v2 x + v2 y + v2 z
Dengan:
2v x dv x + 2v y dv y + 2v z dv z = 0
v x dv x + v y dv y + v z dv z = 0
Persamaannya menjadi:
v x dv x + v y dv y + v z dv z = 0
Dan juga merupakan persamaan syarat, yaitu persamaan syarat untuk berlakunya
keadaan isotropik pula. Untuk menentukan distribusi kecepatan molekul Maxwell
f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
dari persamaan-persamaan di atas diperlukan besarnya , untuk
f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
mencari besarnya digunakan metode perkalian tak tentu dari
harganya. Metode ini memerlukan persamaan pokok dan persamaan syarat.
f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
Perhitungan untuk mencari besarnya
Persamaan syarat:
v x dv x +v y dv y +v z dv z = 0
Persamaan pokok:
Langkah pertama yaitu mengalikan persamaan syarat dengan konstanta tak tentu
λ , sehingga hasilnya:
( λv dv
x x + λv y dv y + λv z dv z ) = 0
Langkah kedua yaitu menambahkan persamaan pokok dengan hasil ini, sehingga
didapatkan
9
f ' ( vx ) f ' (v y ) f '( vz )
dv x + dv y + dv z + ( λ v x dv x + λv y dv y + λv z dv z ) = 0
f (v )
x f (vy ) f ( vz )
Karena dvx, dvy, dan dvz saling bergantungan, maka persamaan ini akan benar
kalau koefisein dari dvx, dvy, dvz.masing-masing sama dengan nol. Sehingga
diperoleh 3 persamaan yaitu:
f ' ( vx )
+ λv x = 0
1. f ( v x )
f ' (v y )
+ λv y = 0
f (v y )
2.
f '( vz )
+ λv z = 0
3. f ( v z )
f ' ( vx )
+ λv x = 0
f ( vx )
d f ( vx )
= − λv x
dv x f ( v x )
d f ( vx )
= −λv x dv x
f ( vx )
Integrasi
ln f ( v x ) = −1 / 2λ v x2 + ln α
ln f ( v x ) − ln α = ln e −1 / 2 λ vx
2
f ( vx ) 2
= e −1 / 2 λ vx
α
f ( v x ) = αe −1 / 2 λ vx
2
f ( v y ) = αe
−1 / 2 λ v 2y
f ( v z ) = αe −1 / 2 λ vz
2
λ
2 maka persamaan f ( v x ) , f ( v y ) , dan f ( v z ) dapat ditulis sebagai
β2 =
Jika
berikut.
f ( v x ) = αe − β
2
v x2
f ( v y ) = αe
− β 2 v 2y
f ( v z ) = αe − β
2
v z2
Sehingga harga bentuk fungsi (vx) telah ditentukan tetapi muncul konstanta
(
− β 2 v x2 + v 2y + v z2 )
= Nα 3e dvx d y dvz
2 2
= Nα 3e − β v
dvx d y dvz
11
( )
= Nα 3 exp − β 2v 2 dvx d y dvz
Selanjutnya,
d 3 Nv xv y v z
ρ=
dvx dv y dvz
(
= Nα 3 exp − β 2v 2 )
Ternyata besarnya ρ hanya bergantung dari v saja. Hal ini cocok untuk kecepatan
isotropik. Grafik ρ terhadap v dapat dilihat pada gambar berikut.
kalau v = 0 maka ρ = Nα
3
kalau v = ~ maka ρ =0
dari grafik dapat dibaca bahwa kalau ρ terbesar didapat pada saat v=0 dan
DAFTAR PUSTAKA
Sujanem, Rai. Pengantar Fisika Statistika. Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha.
13