Anda di halaman 1dari 13

Distribusi kecepatan molekul dari Maxwell

Fungsi kecepatan molekul ketika menumbuk dinding wadah memiliki


kecepatan yang berbeda-beda. Penentuan fungsi distribusi kecepatan molekul
pertama kali dilakukan oleh James Clerk Maxwell pada tahun 1859. Sedangkan
pengkajian dengan menggunakan mekanika statistik dilakukan oleh Ludwig
Boltzmann untuk membuktikan secara kuantitatif teori tersebut, model seperti
gambar di bawah dibuat terlebih dahulu untuk menetukan fungsi distribusi
kecepatan molekul.

Gambar 2. Diagram Ruang kecepatan

Kuantitas v menyatakan besarnya kecepatan atau disebut laju. Untuk setiap


kecepatan berlaku : v2 = vx2 + vy2 + vz2

Dalam sumbu koordinat ini setiap vektor kecepatan dapat ditentukan


dengan koordinat titik ujung vektornya. Sehingga, untuk membicarakan distribusi
kecepatan molekul cukup diperhitungkan distribusi titik representatif yang
merupakan titik ujung masing-masing vektor kecepatan. Seperti gambar 2, ruang
di mana dibuat sumbu X, Y, dan Z disebut dengan ruang kecepatan. Dari gambar
tersebut dapat dilihat titik representatif yang terdapat dalam prisma bervolume dx
dy dz akan mempunyai koordinat {(vx + dvx), (vy + dvy), (vz + dvz)}.

Langkah selanjutnya adalah mengasumsikan dvx dvy dvz yang merupakan

1
elemen volume, elemen volume ini harus mengandung titik representatif yang
jumlahnya banyak sekali tetapi cukup kecil bila dibandingkan dengan seluruh titik
representatif. Distribusi kecepatan dianggap merupakan fungsi continue meskipun
sesungguhnya bila jumlah titik representatif terbatas fungsi distribusi kecepatan
discontinue.

Persoalan pertama:

Jika jumlah total molekul N atau jumlah titik representatif = N pula, maka
berapa bagian molekul memiliki komponen–X dari kecepatan di antara harga
sembarang yaitu dari vx sampai (vx + dvx)? Dengan kata lain, berapa banyaknya

titik representatif yang terdapat dalam lembaran (slice) yang tebalnya dvx sejajar

dengan bidang (Y Z) dan berjarak vx dari bidang (Y Z).

dN vx
Untuk menjawab pertanyaan ini, mula-mula diambil yang meyatakan
banyaknya titik wakil dalam slice. Jika bagian ini dibandingkan dengan seluruh
titik wakil (N), maka akan menjadi:

dN vx
N

Bagian ini akan bergantung dari letak slice. Jadi, merupakan fungsi dari vx, juga

tergantung dari tebalnya slice (dVx ) berarti sebanding dengan dvx. Karena bagian
titik wakil dalam slice dapat dinyatakan dengan:

dN vx
= f ( v x ) dv x
N

Dengan demikian, dapat dilukiskan jumlah molekul yang memiliki komponen


kecepatan pada sumbu x dari vx sampai vx + dvx dapat dituliskan sebagai berikut :

dN vx = N f ( v x ) dv x

Selanjutnya, dapat pula ditulis:


1. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu
y dari vy sampai (vy + dvy) adalah:

dN v y = N f ( v y ) dv y

2. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu z


dengan besar antara vz sampai dengan (vz + dvz), adalah:

dN vz = N f ( v z ) dv z

Persoalan kedua

Permasalahan yang kedua adalah mencari berapa jumlah molekul yang


memiliki kecepatan dengan komponen pada sumbu x adalah vx sampai (vx + dvx)

dan pada sumbu y sebesar dari vy sampai (vy + dvy). Jumlah molekul ini akan
sama dengan jumlah titik ujung vektor kecepatannya yang terletak pada prisma
yang merupakan perpotongan slice yang tegak lurus dengan sumbu x sejarak vx

dari titik pusat sumbu O dengan tebal dvx dengan slice yang tegak lurus dengan

sumbu y yang berjarak sejauh vy dari titik O dan bertebal dvy seperti terlihat pada
gambar 3.

3
Gambar 3

d 2 N vx v y . d 2 N vx v y ,
Jumlah molekul ini dinyatakan dengan Besarnya bergantung
pada vx, vy, dan juga pada tebal dvx dan dvy. hal ini dapat dituliskan dengan
persamaan:

d 2 N vx v y
= f ( v x ) f ( v y ) dv x dv y
N

Atau

d 2 N vx v y = N f ( v x ) f ( v y ) dv x dv y

Dengan gambaran yang sama dapat ditentukan:

1. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen kecepatan


pada sumbu y adalah vy sampai (vy + dvy) dan pada sumbu z adalah vz

d 2 N v y vz
sampai (vz +dvz). Jumlah ini ditulis , sehingga:

d 2 N v y vz = N f ( v y ) f ( v z ) dv y dv z

2. Jumlah molekul yang memiliki kecepatan dengan komponen kecepatan


pada sumbu x adalah vx sampai (vx + dvx) dan pada sumbu z adalah vz

d 2 N v x vz
sampai (vz + dvz). Jumlah ini ditulis , sehingga:

d 2 N vx vz = N f ( v x ) f ( vz ) dv x dvz
Langkah berikutnya adalah mencari jumlah molekul yang memiliki kecepatan
dengan komponen kecepatan pada sumbu x adalah vx sampai (vx + dvx), pada

sumbu y adalah vy sampai (vy +dvy) serta pada sumbu z adalah vz sampai (vz +

dvz). Molekul-molekul ini akan memiliki titik ujung kecepatan pada suatu
prisma kecil merupakan potongan dari slice yang tegak lurus sumbu x berjarak
vx dari titik O dan dengan tebal dvx dengan slice yang tegak lurus sumbu y

berjarak vy dari titik O dan bertebal dvy serta dengan slice yang tegak lurus

dengan sumbu z berjarak vz dari O dan tebal dan tebal dvz (gambar 3).

Gambar 4

Jumlah molekul ini akan tergantung dari vx, vy, vz serta dvx, dvy, dan dvz.

d 3 N vx v y v z
Besarnya molekul ini ditandai dengan dapat dituliskan:

5
d 3 N vx v y vz = N f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv x dv y dv z

Titik-titik ujung vektor kecepatan molekul disebut titik wakil yaitu yang mewakili
molekul. Dari gambar, maka dapat dinyatakan bahwa volume prisma kecil adalah:

dv x dv y dv z

Sehingga dapat dihitung pula bahwa jumlah titik wakil per satu satuan
volume adalah ρ, yang dapat ditulis:

d 3v x v y v z
ρ= = N f ( vx ) f ( v y ) f ( vz )
dv x dv y dv z

Kalau sebaran kecepatan adalah isotropik, maka ρ adalah sama untuk daerah
yang memiliki jarak dari O sebesar v. Dalam hal ini, berlaku juga:

2 2 2
v 2 = vx v y vz

Dengan kata lain, besarnya ρ sama dalam satu shell, yaitu bola berongga tipis
dengan jari-jari v dari titik O dan tebal dv, seperti yang terlihat pada gambar 5.

Gambar 5
Jika terjadi perpindahan dari elemen volume I ke elemen volume II,
pada umumnya ρ cenderung berubah. Perubahan ρ yang terjadi
karena perubahan vx, vy, vz masing-masing berubah dengan dvx, dvy, dvz.

Turunan parsial dari ρ ke dvx, ke dvy, dan ke dvz, dapat dituliskan:

∂ρ ∂ρ ∂ρ
dρ = dv x + dv y + dvz
∂v x ∂v y ∂v z

f ( v x ) adalah fungsi dari v , sedangkan f ( v y ) dan f ( v z ) tak bergantung dari v ,


x x

dapat dituliskan:

∂ρ
= N f ' ( vx ) f ( v y ) f ( vz )
∂v x

f ( vx )
f ' ( vx ) =
di mana: dv x

Dengan cara yang sama dapat pula ditentukan:

∂ρ
= N f ( vx ) f ' (v y ) f ( vz )
∂v x

∂ρ
= N f ( vx ) f (v y ) f '( vz )
∂v x

Kalau perubahan dvx, dvy, dvz, dalam elemen volume II masih terletak dalam shell
I elemen volume I dan karena keadaan isotropik maka haruslah:

dρ=0

Selanjutnya dapat ditentukan:

dρ dρ dρ
dρ = dv x + dv y + dv z
dv x dv y dv z

7
0 = N f ' ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv x + N f ( v x ) f ' ( v y ) f ( v z ) dv y + N f ( v x ) f ( v y ) f ' ( v z ) dv z

f ( v x ) f ( v y ) f ( v z ) dv z
Persamaan ini dibagi dengan sehingga didapat:

f '( vx ) f '(vy ) f '( vz )


0= dv x + dv y + dv z
f ( vx ) f (vy ) f ( vz )

Dan karena dalam daerah isotropok v konstan, maka:

v2 = v2 x + v2 y + v2 z

Dengan:

2v x dv x + 2v y dv y + 2v z dv z = 0

v x dv x + v y dv y + v z dv z = 0

Persamaannya menjadi:

f '( vx ) f '(vy ) f '( vz )


dv x + dv y + dv z = 0
f ( vx ) f (v y ) f ( vz )

Merupakan persamaan pokok dari keadaan isotropik di atas dan persamannya:

v x dv x + v y dv y + v z dv z = 0

Dan juga merupakan persamaan syarat, yaitu persamaan syarat untuk berlakunya
keadaan isotropik pula. Untuk menentukan distribusi kecepatan molekul Maxwell

f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
dari persamaan-persamaan di atas diperlukan besarnya , untuk

f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
mencari besarnya digunakan metode perkalian tak tentu dari
harganya. Metode ini memerlukan persamaan pokok dan persamaan syarat.

Adapun langkah-langkah dari metode ini adalah:


1. kalikan persamaan syarat dengan konstanta λ (yang merupakan pengali tak

tentu). Harga λ ditentukan kemudian.


2. hasil perkalian pada poin 1 ditambahkan pada persamaan utamanya.
3. selanjutnya diselesaikan mungkin dengan cara integrasi tergantung dari
keadaan.
4. dalam penyelesaian poin 3, bila diperlukan menurut keadaanya konstanta
integrasinya dipilih misalnya dalam bentuk ln α , di mana α merupakan
konstanta yang ditentukan kemudian.

f ( v x ) , f ( v y ), f ( v z )
Perhitungan untuk mencari besarnya

Persamaan syarat:

v x dv x +v y dv y +v z dv z = 0

Persamaan pokok:

f ' ( vx ) f ' (vy ) f ' ( vz )


dv x + dv y + dv z = 0
f ( vx ) f (vy ) f ( vz )

Langkah pertama yaitu mengalikan persamaan syarat dengan konstanta tak tentu
λ , sehingga hasilnya:

 f '( vx ) f '(v y ) f ' ( v z ) 



 f ( vx )
dv x +
( ) dv y + ( dv v dv + v y dv y + v z dv z ) = 0
 f v y f ( v z )  z x x

( λv dv
x x + λv y dv y + λv z dv z ) = 0

Langkah kedua yaitu menambahkan persamaan pokok dengan hasil ini, sehingga
didapatkan

9
 f ' ( vx ) f ' (v y ) f '( vz ) 
 dv x + dv y + dv z  + ( λ v x dv x + λv y dv y + λv z dv z ) = 0
 f (v )
 x f (vy ) f ( vz ) 

  f '( vx )   f ' ( v y )   f '( vz )  


 + λv x dv x +  + λv y dv y +  + λv z dv z  = 0
  f ( vx )
   f ( v y )   f ( vz )  

Karena dvx, dvy, dan dvz saling bergantungan, maka persamaan ini akan benar

kalau koefisein dari dvx, dvy, dvz.masing-masing sama dengan nol. Sehingga
diperoleh 3 persamaan yaitu:

f ' ( vx )
+ λv x = 0
1. f ( v x )

f ' (v y )
+ λv y = 0
f (v y )
2.

f '( vz )
+ λv z = 0
3. f ( v z )

Masing-masing persamaan ini dapat diselesaikan sebagai berikut.

f ' ( vx )
+ λv x = 0
f ( vx )

d f ( vx )
= − λv x
dv x f ( v x )

d f ( vx )
= −λv x dv x
f ( vx )

Integrasi

ln f ( v x ) = −1 / 2λ v x2 + ln α
ln f ( v x ) − ln α = ln e −1 / 2 λ vx
2

f ( vx ) 2
= e −1 / 2 λ vx
α

f ( v x ) = αe −1 / 2 λ vx
2

Dengan cara yang sama maka diperoleh

f ( v y ) = αe
−1 / 2 λ v 2y

f ( v z ) = αe −1 / 2 λ vz
2

λ
2 maka persamaan f ( v x ) , f ( v y ) , dan f ( v z ) dapat ditulis sebagai
β2 =
Jika
berikut.

f ( v x ) = αe − β
2
v x2

f ( v y ) = αe
− β 2 v 2y

f ( v z ) = αe − β
2
v z2

Sehingga harga bentuk fungsi (vx) telah ditentukan tetapi muncul konstanta

α dan β yang belum diketahui.

Hasil ini dimasukan ke dalam persamaan:

d 3 N vxvyvz = N f (v x ) f (v y ) f (v z )dv x dv y dvz

(
− β 2 v x2 + v 2y + v z2 )
= Nα 3e dvx d y dvz

2 2
= Nα 3e − β v
dvx d y dvz

11
( )
= Nα 3 exp − β 2v 2 dvx d y dvz

Selanjutnya,

d 3 Nv xv y v z
ρ=
dvx dv y dvz
(
= Nα 3 exp − β 2v 2 )

Ternyata besarnya ρ hanya bergantung dari v saja. Hal ini cocok untuk kecepatan
isotropik. Grafik ρ terhadap v dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6. Garfik ρ terhadap v

kalau v = 0 maka ρ = Nα
3

kalau v = ~ maka ρ =0

dari grafik dapat dibaca bahwa kalau ρ terbesar didapat pada saat v=0 dan

kemudian menurun bersamaan dengan membesarnya v. Harga = Nα exp − β v


3 2 2
( )
inilah yang disebut sebagai distribusi kecepatan dari Maxwell.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday dan Resnick. 1984. Fisika. Jakarta: Erlangga.


Ngurah, A.A.G. Rencana Perkuliahan Teori Kinetik Gas dan Mekanika Statistik.
Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA
Undiksha Singaraja.

Sujanem, Rai. Pengantar Fisika Statistika. Bahan Ajar (tidak diterbitkan). Jurusan
Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha.

13

Anda mungkin juga menyukai